BAB II Kajian Pustaka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Bab I PENDAHULUAN. adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran metamatika telah diperkenalkan sejak siswa menginjak kelas I. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika secara tuntas di setiap jenjang pendidikan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA (Suatu studi di SDN 01 Poasia) Kota Kendari tahun 2012.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

ARTIKEL SKRIPSI. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Melynda Putri Ratnasari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di MI karena

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penegasan istilah. mempunyai peran yang sangat penting, yaitu untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

Meningkatkan Kemampuan Siswa melalui Model Pembelajaran Creative Problem Solving

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Komalasari (2013:58-59) pembelajaran berbasis masalah adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 3 BULANGO TIMUR KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertianpengertian,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Rosdakarya, 2009) Nana Sudjana, penilaian hasil proses belajar mengajar. (Bandung: PT Remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 MENGKENDEK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses pemberian pengalaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung. mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia itu sendiri (Dwi Siswoyo,dkk, 2007: 16). Oleh karena itu pendidikan

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

Tri Muah ABSTRAK. SMP Negeri 2 Tuntang Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tujuannya untuk mengetahui kekurangan yang terjadi agar kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB II KAJIAN TEORI. prilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. 2 Slameto juga merumuskan tentang

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,

Transkripsi:

BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian teori dalam penelitian ini meliputi (1) Hasil Belajar (2) Hakikat Matematika (3) model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick. 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar. Hasil adalah suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan belajar adalah suatu proses psikis yang ditandai dengan adanya suatu perubahan perilaku pada individu tersebut. Suprijono Agus (2012: 5) berpendapat bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Begitu juga dengan seorang siswa yang belajar, tujuannya bukan hanya mendapatkan ilmu, nilai, dan keterampilan yang bagus saja, tetapi juga belajar bagaimana cara mendapatkan ilmu baru tersebut melalui proses belajar. Perolehan hasil belajar selain pengetahuan, nilai, dan keterampilan adalah suatu perubahan perilaku yang dapat diperoleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Gagne berpendapat dalam Suprijono Agus (2009: 5) bahwa hasil belajar adalah sebagai berikut: 1. Informasi verbal Informasi verbal adalah kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 5

6 2. Keterampilan intelektual Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambing. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasikan, kemampuan analitis sintesis fakta konsep dan mengembangkan prinsip prinsip. 3. Strategi Kognitif Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4. Keterampilan motorik Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.oleh karena itu keterampilan sesorang itu berbeda-beda dengan siswa yang satu dengan yang lainnya.karena setiap siswa memiliki kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri. 5. Sikap Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai nilai sebagai standar perilaku. Jadi hasil belajar menurut gagne adalah kemampuan untuk memperoleh informasi verbal tentang pengetahuan, keterampilan intelektual, kognitif dan motorik serta merubah perilaku sikap seseorang agar menjadi sikap yang baik.sudjana Nana (2011: 22) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Bahwa hasil belajar itu bersifat menyeluruh artinya bukan sekedar penguasaan pengetahuan dalam materi tetapi juga nampak pada perubahan sikap dan tingkah laku secara terpadu.hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu dari dalam diri siswa dan luar diri siswa (Sudjana, 2011: 50).

7 Unsur-unsur yang terdapat dalam aspek hasil belajar yaitu : 1. Tipe hasil belajar bidang kognitif Di dalam tipe ini terdapat beberapa uraian hasil belajar kognitif yang didasarkan pada pemahaman, hafalan, belajar (aplikasi), analisis, sistesis, dan evaluasi. 2. Tipe hasil belajar afektif Hasil belajar efektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan menghargai guru dan teman sekelas. 3. Tipe hasil belajar psikomotor Tipe hasil belajar psikomotor tampak pada skill atau keterampilan, pada dasarnya tipe hasil belajar tersebut tidak berdiri sendiri melainkan selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada dalam kebersamaan. Menurut tiga ranah dalam hasil belajar bahwa ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan yang di peroleh, ranah afektif berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang dan sikap serta penghargaan, emosi dan motivasi di dalam belajar. Ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan peserta didik di dalam proses belajar. Gagne dalam Purwanto (2009: 42), menyatakan hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori. Berdasarkan pengertian hasil belajar tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan, sikap, dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru serta hasil belajar bersifat menyeluruh tidak sekadar penguasaan materi tetapi perubahan tingkah laku

8 peserta didik secara terpadu. Jadi hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah proses tercapainya kemampuan yang bersifat menyeluruh yang diperoleh dari hasil belajar berupa tes tertulis dan keaktifan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. 2.1.2 Hakikat Matematika 2.1.2. 1 Pengertian Matematika Ruseffendi berpendapat dalam Heruman (2007: 1) mengatakan bahwa matematika adalah bahasa symbol, ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan stuktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Menurut Permendiknas Nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Berdasarkan definisi matematika menurut beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari disiplin berpikir yang didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif dalam mengembangkan konsep berpikir. 2.1.2. 2 Tujuan Matematika Matematika bertujuan mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistik, kalkulus dan trigonometri. Matematika juga bertujuan mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat matematika dan persamaan matematika, diagram, grafik, atau tabel. Suherman Erman (2003: 58) mengidentifikasi bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi

9 dua hal, yaitu: (a) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efisien, (b) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki tujuan membekali siswa sekolah dasar untuk mengembangkan keterampilan menghitung dalam proses belajar mengajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan matematika adalah dapat menjelaskan konsep-konsep secara logika dan menyelesaikan pemecahan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah dan merancang model dalam pemecahan masalah matematika. 2.1.2. 3 Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar (penanaman konsep), dan pembinaan keterampilan.untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa. Berikut ini adalah pemaparan pembelajaran yang ditekankan pada konsep-konsep matematika (Heruman, 2007: 2) di antaranya, yaitu: (1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep) adalah pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak, (2) Pemahaman konsep, adalah pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian.pertama, merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan.sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi

10 masih merupakan lanjutan dari penanaman konsep, (3) Pembinaan keterampilan adalah pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep.pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.pembinaan keterampilan juga terdiri atas dua pengertian.pertama merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu pertemuan.kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan lanjutan dari penanaman dan pemahaman konsep. Gatot Musetyo (2009: 1.26) mengidentifikasi bahwa pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah topik yang sedang dibicarakan, tingkat perkembangan intelektual siswa, prinsip dan teori belajar, keterlibatan aktif siswa, keterkaitan dengan kehidupan seharihari, dan pengembangan dan pemahaman matematika. 2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick 2.1.3. 1 Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum, dan lain-lain. Istilah model pembelajaran menurut Mills dalam Suprijono Agus (2009: 45) Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Menurut peneliti, model adalah suatu desain yang dibuat secara terinci sebagai proses aktual untuk siswa dalam proses pembelajaran yang ingin di capai. Joyce menyatakan dalam Suprijono Agus (2009: 46) melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide

11 keterampilan, cara berpikir dan mengekspresikan ide untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut peneliti bahwa model adalah suatu rancangan yang dibuat oleh guru untuk proses pembelajaran dengan sasaran peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Model pembelajaran kooperatif mengarahkan siswa untuk berinteraksi secara aktif dan positif di dalam kelompok.sistem pendidikan gotong royong merupakan alternatif yang menarik yang bisa mencegah timbulnya keagresifan dalam sistem kompetensi dan keterasingan dalam sistem tanpa pengorbanan aspek kognitif. 2.1.3. 2 Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick Model pembelajaran Talking Stick adalah model pembelajaran yang dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.talking Stick sebagaimana dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa kepada siswa yang lainnya dengan diiringi lagu, pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang tongkat dan lagunya itu berhenti itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut.hal ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan yang diajukan guru (Aqib Zainal, 2013: 26). Suprijono Agus (2009: 109) mengidentifikasi bahwa model pembelajaran Talking Stick model pembelajaran yang diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Siswa diberi kesempatan untuk membaca dan mempelajarinya.lalu guru memberikan waktu untuk beraktivitas membaca. Guru selanjutnya meminta kepada siswa untuk menutup buku dan melakukan Talking Stick dengan diiringi lagu sesuai dengan kesepakatan bersama. Siapa yang memegang Stick terakhir dan lagunya berhenti itulah yang mendapatkan pertanyaan dari guru.

12 Langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick adalah sebagai berikut (Zainal Aqib, 2013: 26): 1. Guru menyiapkan tongkat. 2. Guru menyajikan materi pokok. 3. Siswa membaca materi lengkap pada wacana. 4. Guru mengambil tongkat dan memberikan tongkat kepada siswa dan siswa yang kebagian tongkat menjawab pertanyaan dari guru. 5. Tongkat diberikan kepada siswa lain dan guru memberikan pertanyaan lagi dan seterusnya. 6. Guru membimbing siswa menjawab pertanyaan bagi yang belum dipahami. 7. Guru dan siswa menarik kesimpulan 8. Guru melakukan refleksi proses pembelajaran. Suprijono Agus (2009: 3) mengidentifikasikan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan menggunakan model TalkingStick diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari, peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada siswa menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya, tongkat tersebut diberikan kepada siswa secara bergilir dari siswa satu ke siswa lainnya dengan diiringi musik. Siswa yang menerima tongkat tersebut pada saat musik berhenti, maka siswa tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya hingga hampir siswa memperoleh pertanyaan dan menjawab pertanyaan dari guru.langkah terakhir dari TalkingStick adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa, selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Talking Stick adalah model pembelajaran yang menggunakan tongkat dengan diiringi lagu sambil

13 tongkat berputar dengan iringan lagu ciptaan jika lagunya berhenti dan maka tongkatnya berhenti dan siswa yang memegang tongkat terakhir mendapatkan pertanyaan dari guru hingga seterusnya, lalu guru melakukan refleksi terhadap materi dan guru bersama siswa melakukan evaluasi. Kelebihan model pembelajaran Talking Stick yakni, (1) Menguji kesiapan siswa, (2) Melatih membaca dan memahami dengan cepat, (3) Agar lebih giat belajar terlebih dahulu.sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Talking Stick adalah siswa menjadi gundah dan ramai serta bercanda sendiri. 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Atik Lestari pada tahun 2012 dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pembelajaran Talking Stick Pada Siswa Kelas IV SDN Tlogowungu Kecamatan Kaloran Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012.. penelitian dilakukan dengan dua siklus. Subjek penelitian sebanyak 15 siswa. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukan skor rata-rata pada skor pra siklus adalah 52 dengan skor tertinggi 70 dan skor terendah 17, skor rata-rata pada siklus pertama adalah 71 dengan skor tertinggi 90 dan skor terendah adalah 45, sedangkan pada siklus kedua skor rata-rata adalah 85, untuk skor tertinggi adalah 100 dan skor terendah adalah 55. Pada pra siklus ketuntasan adalah 7%, pada siklus pertama ketuntasan belajar dapat dicapai oleh 11 siswa yaitu sebesar 73%.Pada siklus kedua ketuntasan belajar dapat dicapai sebesar 94% atau 14 orang siswa.dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran talking stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada matapelajaran matematika. 2.3 Kerangka Berpikir Upaya peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas 3, guru harus berupaya menerapkan berbagai model pembelajaran yang tepat sasaran. Upaya tersebut ditempuh untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.Rutinitas di kelas selalu diisi dengan ceramah yang sifatnya membosankan siswa.kompetensi siswa dan kreativitas siswa tidak digali untuk menambah

14 wacana pembelajaran yang konstruktif dan menyenangkan. Sedangkan suasana di kelas rendah terutama di kelas 3 dalam pembelajaran harus menyenangkan, dan belajar sambil bermain serta harus menggunakan suatu model pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, inovatif supaya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 3. Oleh karena itu harus ada model pembelajaran yang dapat membantu guru di dalam proses kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif, dan inovatif. Model pembelajaran harus dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan situasi belajar.peneliti menggunakan model pembelajaran Talking Stick karena siswa menjadi aktif. Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:

15 Kondisi Saat Ini Tindakan Tujuan/Hasil 0 Guru menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran Matematika. 0 Sebagian siswa mendapat nilai dibawah KKM (65) 0 Siswa merasa bosan dengan pembelajaran matematika dikelas karena monoton 1. Guru menyajikan materi pokok. 2. Siswa membaca materi lengkap pada wacana. 3. Permainan Talking Stick. 4. Guru dan siswa menarik kesimpulan 5. Guru melakukan refleksi proses pembelajaran. Meningkatkan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada siswa kelas III SD Negeri Ledok 02 Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/2014. Permainan Talking Stick Penerapanan Model Pembelajaran Talking Stick Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir 2.4 Hipotesis Tindakan Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.berdasarkan kajian teori di atas dapat ditarik hipotesis bahwa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Talking Stick dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas III SD Negeri Ledok 02 Salatiga Semester II tahun ajaran 2013/2014.