BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin signifikan dilihat dari

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. henti-hentinya bagi perusahaan-perusahaan yang berperan di dalamnya. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis eceran (retailer business) yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Info Bisnis, Maret 2007:30 ( 8/10/2009).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. negara- negara ASEAN yang lain. Hal ini disebabkan pemerintah Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: 1 April hypermarket supermarket minimarket

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. minimarket baru dari berbagai perusahaan ritel yang menyelenggarakan programprogram

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bisnis retail (perdagangan eceran) di Indonesia pada akhirakhir

ABSTRAK. Kata Kunci : Promosi Penjualan, Minat Beli Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. besar dalam perkembangan pasar di Indonesia. Hal ini terlihat dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pasar tradisional maupun pasar modern, yang menjual produk dari

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bahkan hypermarket, yang menjadi lahan subur pemilik modal asing berebut

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHULUAN. sebagai distribusi dan saluran terakhir dari distribusi adalah pengecer (retailer).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Loyalitas pelanggan merupakan bagian penting bagi suatu perusahaan

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan keberadaan industri dagang khususnya pada sektor ritel

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk dapat memenuhi hal tersebut dibutuhkan suatu strategi yang. serta dapat unggul dalam menghadapi persaingan.

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

I PENDAHULUAN. Indonesia masih memperlihatkan kinerja ekonomi makro nasional yang relatif

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang semakin modern menyebabkan banyaknya. pembangunan toko ritel yang berkonsep swalayan. Beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. datangi sesuai dengan harapannya masing-masing.

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia bisnis ritel di Indonesia telah berkembang demikian pesat sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. alat pemasaran yang disebut dengan bauran pemasaran(marketing mix). Marketing

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi Indonesia. Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo)

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. kepada perorangan untuk keperluan diri sendiri, keluarga, atau rumah tangga.

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Globalisasi menuntut kebutuhan akan arus informasi dan pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat diikuti dengan. berkembangnya kebutuhan masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup positif. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan seiring dengan semakin berkembangnya industri makanan olahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel modern merupakan industri yang memiliki kinerja yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku usaha ritel modern telah memberi warna tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. dibukanya berbagai macam gerai-gerai baru yang dilakukan oleh investor asing

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

2015 PENGARUH STORE ATMOSPHERE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengusaha baru yang masuk ke bisnis ritel, baik dalam skala kecil

KEYNOTE SPEECH MENTERI PERDAGANGAN. SEMINAR RETAIL NASIONAL 2006 (RETAILER DAY & AWARD 2006) JAKARTA, 25 Januari 2007 =========================

BAB I PENDAHULUAN. promosi yaitu iklan. Periklanan merupakan salah satu alat promosi yang

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan perusahaan dagang yang bergerak pada bidang perdagangan barang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN PERTEMUAN PERTAMA. 6/11/2013

BAB I PENDAHULUAN. jaman sekarang yang dimana telah mengalami perkembangan dalam dunia usaha

Daging olahan merupakan sumber bahan pangan yang bisa menggantikan. daging segar. Dengan semakin meningkatnya jumlah penghasilan serta tingkat

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

I. PENDAHULUAN. Aktivitas bisnis ritel adalah aktivitas dimana produsen menjual produk secara

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia. Industri ini merupakan sektor kedua terbesar dalam hal penyerapan tenaga kerja, yaitu menyerap kurang lebih 18,9 juta orang, urutan kedua setelah sektor pertanian yang mampu menyerap sekitar 41,8 juta orang. Perkembangan pasar ritel modern di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Lima tahun yang lalu hampir semua supermarket berada di Jabotabek, tapi sekarang hanya 50% supermarket yang berada di Jabodetabek. Pembangunan supermarket sudah meluas ke pulau-pulau lainnya, bahkan pedesaan besar di Jawa. Awalnya supermarket hanya untuk kalangan A consumers (konsumen kelas atas), sekarang telah merambah ke B and C consumers (konsumen menengah bawah). (www.indonesiaretail.com) Perkembangan bisnis perdagangan eceran (ritel) di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan sejak dikeluarkannya Keppres 96/2000 (yang kemudian diperbaharui dengan Keppres 118/2000) tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu bagi Penanaman Modal. Intisari Keppres tersebut, untuk sektor perdagangan, mengeluarkan bisnis perdagangan eceran skala besar (mall, supermarket, department store, pusat pertokoan/perbelanjaan) dan perdagangan besar

2 (distributor/ wholesaler, perdagangan ekspor dan impor) dari negative list bagi penanaman modal asing (PMA). (www.indonesiaretail.com) Peta persaingan dalam bisnis perdagangan eceran berubah total sejak saat itu. Investor asing mulai masuk ke Indonesia untuk menanamkan modalnya di bidang perdagangan eceran, sehingga pelaku bisnis ritel semakin beragam. Di sisi lain, investor domestik juga mulai mengembangkan bisnisnya. Pertumbuhan pangsa pasar di Indonesia dalam beberapa sektor industri bersifat fluktuatif. Peningkatan dan penurunan pangsa pasar merupakan hal yang wajar terjadi sesuai dengan perkembangan yang ditawarkan industri tersebut kepada konsumen yang cenderung bersifat dinamis. Begitu pun yang terjadi pada industri retail, di mana tingkat persaingan tinggi sehingga perusahaan saling berkompetisi dalam mengembangkan keunggulan perusahaan. Industri retail mengalami kenaikan pertumbuhan pangsa pasar setiap tahunnya dalam beberapa tahun ini. Pangsa pasar perdagangan eceran di Indonesia diperkirakan mencapai Rp 600 trilyun setahun, dari potensi sebesar itu pengecer besar diperkirakan mempunyai pangsa (share) pasar sebesar 20%. (www.smeru.or.id) Pelaku bisnis ritel di Indonesia saat ini bisa dikelompokkan menjadi empat dilihat dari skala usahanya, yaitu: (1) kelompok grosir dan hypermarket, (2) kelompok supermarket, (3) kelompok minimarket modern, (4) kelompok pengecer kecil tradisional. (sumber: www.akademika.or.id) Hypermarket, Supermarket dan Minimarket merupakan ritel modern dengan performance yang sangat signifikan dalam kurun waktu lima tahun

3 terakhir ini. Hal ini terlihat dari perkembangan pangsa pasar omset ritel modern sebagai berikut: 42.5% 40.5% 42.4% 43% 39.3% 41.7% 37.5% 35.6% 30.9% 32.1% 25% 26.1% 26.2% 22% 18.2% Minimarket Supermarket Hypermarket 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber : Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia, (www.aprindo.org) GAMBAR 1.1 GRAFIK PERKEMBANGAN PANGSA PASAR OMSET RITEL MODERN Berdasarkan Gambar 1.1 perkembangan pangsa pasar omset ritel modern, penguasaan pangsa omset oleh Hypermarket telah terjadi sejak tahun 2005 sampai tahun 2007. Pada tahun 2008 terjadi penurunan pangsa omset, akan tetapi Hypermarket tetap menguasai pangsa pasar yaitu sebesar 41,7%. Jenis ritel modern minimarket berada pada posisi market share terbesar kedua setelah hypermarket yaitu sebesar 26,2% dari total keseluruhan pangsa pasar ritel modern. Minimarket pada tahun 2008, berhasil mengalahkan supermarket yang hanya mendapatkan 26,2% dari pangsa pasar ritel modern. Hal ini disebabkan dari faktor kedekatan lokasi dengan konsumen, supermarket kalah bersaing dengan minimarket yang umumnya berlokasi dekat dengan pemukiman penduduk.

4 Sebelumnya pada tahun 2004, market share omset terbesar dipegang oleh supermarket. Penurunan pangsa omset supermarket yang terjadi terus-menerus bahkan pada tahun 2008 menjadi yang terkecil menunjukkan bahwa format supermarket tidak terlalu favourable lagi. Hal ini disebabkan karena dalam hal range pilihan barang, supermarket tersaingi oleh hypermarket yang menawarkan pilihan barang yang jauh lebih banyak. Dilihat dari pertumbuhan pangsa pasar ritel modern, supermarket merupakan jenis ritel modern yang menunjukkan tingkat penurunan yang signifikan tiap tahunnya. Hal ini terlihat dengan menurunnya pangsa pasar dimulai dari tahun 2004 sebesar 42,5% hingga tahun 2008 yaitu sebesar 26,2%. Apabila hal ini terjadi terus menerus akan menyebabkan jumlah supermarket berkurang atau tidak ada lagi supermarket. Demikian juga yang terjadi di Kota Bandung, jumlah supermarket di Kota Bandung pada tahun 2008 menurun dan diprediksikan akan terus menurun pada tahun 2009. Salah satu penyebab turunnya jumlah supermarket adalah bermunculannya ritel dengan format baru yang lebih modern seperti hypermarket dan minimarket. Mereka kalah bersaing dengan hypermarket dan minimarket, serta ketidakmampuan supermarket untuk bertahan dan meraih pelanggannya kembali. (Henry Hendarta, Sekretaris Umum Asosiasi Pedagang Ritel Indonesia Jawa Barat). Tabel 1.1 menunjukkan pelaku di kelompok supermarket. Terdapat 3 perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan eceran yang dikategorikan sebagai supermarket di Kota Bandung.

5 TABEL 1.1 PELAKU BISNIS PERDAGANGAN ECERAN KELOMPOK SUPERMARKET DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009 NAMA JUMLAH MARKET NO. 1. 2. 3. NAMA PERUSAHAAN PT. Akur Pratama PT. Lion Super Indo Borma Dakota Pasar Swalayan OUTLET Toserba Griya Superindo Borma Sumber: HRD PT. Akur Pratama, www.akademika.or.id OUTLET 20 8 15 SHARE 46,52% 18,60% 34,88% Supermarket yang masih dapat bertahan dan terus mengalami perkembangan sampai saat ini adalah supermarket Griya, Superindo dan Borma. Supermarket Griya memiliki market share terbesar dibandingkan kedua supermarket lainnya yaitu sebesar 46,52%, sedangkan Borma berada pada posisi kedua dengan market share sebesar 34,88% dan pada posisi ketiga dengan market share sebesar 18,60% adalah Superindo. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh supermarket untuk meningkatkan kembali pangsa pasar dan menghindari kebangkrutan. Menurut Christina (2006:57) strategi yang dapat digunakan adalah 6P yang terdiri dari place, product, price, promotion, personalia dan persentasi atau penampilan. Product menentukan dan melengkapi barang apa saja yang harus terdapat pada supermarket, Price menentukan harga yang dapat bersaing dengan para kompetitor, Personalia menentukan sumber daya manusia yang berkompeten untuk mengembangkan perusahaan, Presentation atau penampilan menentukan suasana toko, dan Place menentukan lokasi yang strategis dan nyaman untuk kosnumen berbelanja serta Promotion yang terdiri dari iklan seperti apa yang akan

6 dibuat serta sales promotion seperti apa yang akan dilaksanakan misalnya diskon yang menarik, kupon undian dan Point of Purchase. Demikian pula yang terjadi pada supermarket Griya cabang pahlawan. Supermarket Griya merupakan unit bisnis dari PT. Akur Pratama dan memiliki 20 cabang di Kota Bandung yang terdiri dari empat regional. Supermarket Griya merupakan salah satu supermarket yang dikenal oleh konsumen sebagai supermarket termurah yang berada di Kota Bandung. Supermarket Griya dapat melakukan persaingan dengan hypermarket dan minimarket yang dari tahun ke tahun bertambah banyak dan mengalami perkembangan yang cukup baik dari tahun ke tahun, sebagai bukti semakin banyak cabang yang ada di Kota Bandung salah satunya adalah Supermarket Griya pada regional II cabang Pahlawan yang bersaing dengan Borma Swalayan yang berada di jalan Sadang Serang dan Giant yang berada di jalan Suci. Regional II terdiri dari Griya cabang Kiaracondong, cabang Antapani dan cabang Pahlawan, pada regional II ini cabang pahlawan adalah cabang yang luas tokonya paling besar, akan tetapi terjadi penurunan jumlah transaksi pada supermarket Griya cabang Pahlawan. Pada cabang Kiaracondong dan cabang Antapani jumlah transaksinya lebih kecil jika dibandingkan dengan cabang Pahlawan tetapi tidak mengalami penurunan transaksi. Pada Tabel 1.4 ditunjukkan jumlah transaksi atau jumlah pelanggan supermarket Griya yang berada regional II dari tahun 2006 sampai tahun 2009.

7 KIARA CONDONG TABEL 1.2 JUMLAH TRANSAKSI PADA SUPERMARKET GRIYA REGIONAL II ANTAPANI PAHLAWAN 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 JANUARI 113.068 116.504 117.410 117.379 112.591 116.029 118.180 118.591 126.523 144.525 136.770 134.387 FEBRUARI 117.040 118.028 118.821 118.373 114.413 117.376 118.366 119.025 118.373 134.348 135.545 135.775 MARET 116.033 122.246 125.329 125.510 112.112 118.882 119.062 119.413 136.079 148.636 144.733 148.696 APRIL 115.916 119.815 126.342 126.376 116.263 119.046 121.499 121.758 130.347 142.231 141.157 144.816 MEI 118.708 120.513 130.821 131.122 117.267 120.441 122.923 123.029 136.559 143.928 150.102 152.911 JUNI 120.608 125.774 129.235 129.421 118.046 122.318 126.288 126.806 140.438 142.544 147.053 148.069 JULI 124.593 126.512 127.907 128.025 121.248 123.755 132.717 133.046 156.655 151.243 154.810 153.394 AGUSTUS 120.304 122.681 128.277 128.312 129.501 125.961 135.565 135.829 149.197 143.280 147.288 142.756 SEPTEMBER 124.860 131.427 154.282 153.332 130.666 127.982 136.111 136.545 154.806 158.555 171.829 157.543 OKTOBER 149.840 139.017 119.593 124.712 132.325 138.135 145.889 143.912 177.485 159.118 136.296 135.034 NOVEMBER 118.120 116.668 118.183 119.190 128.182 129.221 142.163 143.725 142.062 132.553 128.980 130.945 DESEMBER 122.233 123.554 127.200 127.342 121.758 129.308 131.779 133.012 149.525 147.754 143.579 143.793 TOTAL 1.461.323 1.482.739 1.523.400 1.529.094 1.454.372 1.488.454 1.550.542 1.554.691 1.718.049 1.748.715 1.738.142 1.728.119 Sumber: Regional Manager II Griya 2009 Tabel 1.2 menunjukkan peningkatan dan penurunan transaksi yang terjadi pada supermarket Griya cabang Pahlawan. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 ke 2007 terjadi kenaikan jumlah transaksi yaitu sebesar 30.666 transaksi, namun hal sebaliknya terjadi dari tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi penurunan yang cukup besar yaitu sebesar 10.573 transaksi, pada tahun 2008 ke tahun 2009 juga terjadi penurunan sebesar 10.023 transaksi. Keputusan pembelian konsumen di Griya cabang pahlawan menurun disebabkan oleh keputusan konsumen berbelanja di supermarket Griya berkurang, keputusan pembelian berkurang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu program promosi yang kurang menarik, harga yang terlalu mahal, dan konsumen berpindah ke supermarket lain. Penurunan ini dapat disebabkan oleh pelayanan dari supermarket yang kurang memuaskan konsumen dan munculnya pesaing baru yaitu Giant mempengaruhi penurunan jumlah transaksi menurut Yogi Premadi Store Manager supermarket griya cabang Pahlawan.

8 Penurunan jumlah transaksi pada tahun 2008 dan tahun 2009 dapat menyebabkan penurunan pendapatan dan keuntungan pada supermarket Griya cabang Pahlawan. Apabila hal ini dibiarkan maka dapat berdampak hilangnya kepercayaan konsumen pada supermarket Griya cabang Pahlawan, sehingga konsumen beralih ke supermarket lainnya. Oleh karena itu, Supermarket Griya harus melakukan strategi agar dapat meningkatkan jumlah konsumen. Menurut store manager cabang Pahlawan Yogi Premadi, PT. Akur Pratama sebagai Pusat dari supermarket Griya pada dasarnya menentukan strategi pemasaran untuk meningkatkan konsumen berdasarkan 6P, yaitu place, product, price, promotion, personalia dan persentasi atau penampilan. 6P tersebut dilaksanakan oleh setiap cabang Griya, akan tetapi dalam pelaksanaannya diberikan kebebasan kepada setiap cabang. Sebagai contoh dalam menentukan Price disesuaikan dengan keadaan ekonomi masyarakat di cabang tersebut. Product menentukan barang apa saja yang harus terdapat pada semua cabang Griya, Price menentukan harga yang dapat bersaing dengan para kompetitor, Personalia menentukan sumber daya manusia yang berkompeten untuk mengembangkan perusahaan, Presentation atau penampilan menentukan suasana toko, dan yang paling terpenting untuk PT. Akur Pratama adalah Place menentukan lokasi yang strategis untuk mendirikan cabang-cabang Griya dan Promotion yang terdiri dari iklan seperti apa yang akan dibuat serta sales promotion seperti apa yang akan dilaksanakan.

9 Promotion pada dasarnya telah ditentukan oleh pusat yaitu dengan menggunakan iklan dan sales promotion seperti diskon, kupon undian, demonstrasi dan display. Pada saat pelaksanaannya setiap cabang diberikan kebebasan untuk sesuai dengan kreativitas masing-masing cabang. display merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan keputusan pembelian konsumen karena menurut Sopiah dan Syihabudhin (2008:244) Display barang yang teratur dan rapi akan membuat konsumen tertarik untuk mendekat, melihat, menyentuh dan membeli barang tersebut. Supermarket Griya cabang Pahlawan merupakan salah satu cabang terluas jika dibandingkan dengan cabang lainnya dalam kategori supermarket, oleh karena itu ruangan yang digunakan untuk mendisplay produk akan lebih luas. Rak yang digunakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan cabang lain, jarak antar rak lebih luas sehingga dapat memudahkan konsumen saat mencari produk yang diperlukan. Display yang dilaksanakan oleh supermarket Griya cabang Pahlawan ada tiga jenis, yaitu window display, eksterior display, dan interior display. Interior display merupakan hal yang penting, karena konsumen akan merasa nyaman berbelanja di sebuah toko jika interior display yang dilaksanakan tersusun rapi dan menarik. Supermarket Griya cabang Pahlawan menggunakan interior display untuk meningkatkan keputusan pembelian konsumen. Menurut store manager Griya Pahlawan Yogi Premadi, hanya Griya cabang Pahlawan yang melaksanakan interior display standar seperti yang telah ditentukan oleh pusat. Keunikan interior display supermarket Griya dibandingkan dengan kompetitor adalah

10 interior display yang dilaksanakan oleh Supermarket Griya adalah lebih fokus. Maksudnya supermarket Griya mendisplay suatu produk lebih fokus, contohnya produk wafer Tango hanya produk wafer Tango rasa coklat yang berada pada bagian display promosi. Adapun implementasi interior display yang dilakukan oleh supermarket Griya cabang Pahlawan agar dapat menarik perhatian konsumen adalah Barang pada gondola harus terisi penuh. Rasionalisasi maksudnya adalah mengurangi pemajangan suatu barang apabila penjualannya kurang besar. Facing up maksudnya apabila barang dalam barisan depan sudah habis maka petugas harus memindahkan barang yang ada di barisan belakang ke barisan depan. Replenishment atau penambahan barang biasanya berdasarkan informasi dari buyer. Barang-barang yang dipajang pada bagian ujung gondola biasanya adalah barang yang sedang dipromosikan atau sesuai dengan permintaan produsen dan disewakan kepada produsen. Barang-barang yang dipajang di bagian lantai depan kasir dalam berbagai bentuk adalah berdasarkan permintaan produsen dan disewakan dengan harga yang lebih mahal dibandingkan bagian lain. Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh interior display terhadap keputusan pembelian konsumen supermarket Griya cabang Pahlawan (Survei pada konsumen Supermarket Griya cabang Pahlawan Bandung).

11 1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan yang telah dipaparkan berkaitan dengan fenomena semakin meningkatnya jumlah perusahaan ritel. Dengan adanya peningkatan jumlah ritel di kota Bandung, perusahaan ritel diharuskan untuk mempertahankan konsumennya. Perusahaan ritel diduga perlu melakukan suatu strategi pemasaran melalui bauran pemasaran guna meningkatkan keputusan pembelian konsumen. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut. Supermarket Griya merupakan supermarket yang berada di Kota Bandung dengan market share terbesar dibandingkan dengan supermarket lainnya. Namun salah satu cabang Griya yaitu Cabang Pahlawan pada tahun 2008 dan 2009 mengalami penurunan jumlah transaksi sebesar 10.573 transaksi dan 10.023 transaksi, di tengah tingginya persaingan dengan kompetitor lainnya, maka Supermarket Griya perlu melakukan suatu strategi pemasaran guna meningkatkan keputusan pembelian konsumen, melalui strategi pemasaran yang diterapkan yaitu melalui Sales Promotion dengan metoda interior display, diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian konsumen. 1.3 Rumusan Masalah Adapun telah dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran Interior Display pada Supermarket Griya cabang Pahlawan. 2. Bagaimana gambaran keputusan pembelian konsumen di Supermarket Griya cabang Pahlawan.

12 3. Seberapa besar pengaruh Interior Display terhadap keputusan pembelian konsumen pada Supermarket Griya cabang Pahlawan. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan sejauhmana pengaruh Interior Display terhadap keputusan pembelian konsumen di Supermarket Griya cabang Pahlawan Bandung, dengan tujuan untuk memperoleh temuan mengenai: 1. Gambaran Interior Display yang dilaksanakan oleh Supermarket Griya cabang Pahlawan. 2. Gambaran Keputusan pembelian konsumen di Supermarket Griya cabang Pahlawan. 3. Pengaruh Interior Display terhadap Keputusan Pembelian konsumen pada Supermarket Griya cabang Pahlawan. 1.5 Kegunan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Kegunaan penelitian ini ditinjau secara teoritis adalah sebagai berikut: 1. Memberikan sumbangan pemikiran pada ilmu manajemen pemasaran khususnya komunikasi pemasaran. 2. Memberikan sumbangan pemikiran konsep komunikasi pemasaran terpadu dimana Interior display merupakan salah satu sarana untuk membangun keputusan pembelian konsumen. 3. Memberikan manfaat untuk dunia pendidikan khususnya dalam hal penerapan variabel yang diteliti (interior display) kaitannya

13 dengan kegiatan pendidikan baik dalam teoritis maupun praktis. b. Kegunaan Praktis: Sedangkan kegunaan penelitian ini ditinjau secara praktis: 1. Memberikan kontribusi bagi manajemen perusahaan ritel dalam penyusunan Interior display dalam upaya menciptakan keputusan pembelian konsumen. 2. Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya bagi peneliti yang akan melakukan kajian dalam konsep dan permasalahan yang sama.