BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kita dan lain pihak merupakan suatu siksaan. Definisi menurut The International

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1,2. Nyeri apabila tidak diatasi akan berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. sementara di tahun 2011 terdapat korban. Korban luka ringan pada

BAB 1 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kita. Salah satu komplikasi awal dari fraktur yang terjadi pada tulang adalah nyeri. Nyeri ini

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

I. PENDAHULUAN. cyclooxygenase (COX). OAINS merupakan salah satu obat yang paling. banyak diresepkan. Berdasarkan survey yang dilakukan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

BAB I PENDAHULUAN. anestesiologi. 3. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi nyeri tanpa menyebabkan. mengurangi efek samping penggunaan obat.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen neoplasma primer dan metastasis neoplasma pada otak. 1 Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang para ahli tidak henti-hentinya meneliti mekanisme kerja dari obat

anak didapatkan persebaran data hasil penelitian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka (Sjamsuhidajat dan Jong, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

BAB I PENDAHULUAN. seorang ahli anestesi. Suatu studi yang dilakukan oleh Pogatzki dkk, 2003

I. PENDAHULUAN. berkembang. Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunya terdapat 10 juta

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Nyeri menjadi penyebab angka kesakitan yang tinggi di seluruh dunia.

PENGARUH ANALGESIA AKUPUNTUR FREKUENSI KOMBINASI TERHADAP ONSET NYERI PASIEN PASCA OPERASI KRURIS TERTUTUP

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. trauma, penyakit periodontal, impaksi dan kebutuhan perawatan. dipisahkan dari jaringan lunak yang mengelilinginya menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri haid atau dismenore merupakan keluhan yang sering dialami wanita

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian nomor 7 (5,7%). Menurut statistik rumah sakit dalam Sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pindah ke ruang perawatan atau langsung dirawat di ruang intensif. Fase

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB I. PENDAHULUAN. perubahan klinis dan psikologis sehingga meningkatkan morbiditas, mortalitas,

BAB I PENDAHULUAN. prostaglandin, bradykinin, dan adrenaline. Mediator-mediator inilah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kasus-kasus pembedahan seperti tindakan operasi segera atau elektif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional atau mengalami cemas akan mengalami rasa nyeri yang hebat setelah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir ini, namun demikian perkembangan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. sumsum tulang yang paling sering ditemukan pada anak-anak (Wong et al, normal di dalam sumsum tulang (Simanjorang, 2012).

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai bulan sesudah diagnosis (Kurnianda, 2009). kasus baru LMA di seluruh dunia (SEER, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB I PENDAHULUAN. Mual muntah pascaoperasi atau post operatif nausea and vomiting (PONV)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas dinegara yang

Dr. Ade Susanti, SpAn Bagian anestesiologi RSD Raden Mattaher JAMBI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan irreversibel akibat berbagai penyakit yang merusak nefron

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu kedokteran saat ini telah berkembang jauh. lebih baik. Dari berbagai tindakan medis yang ada,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Pasien dengan penyakit ginjal kronik (PGK)mempunyai risiko lebih besar

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. kondisi dimana terjadi kerusakan bentuk dan fungsi dari tulang tersebut yang. dapat berupa patahan atau pecah dengan serpihan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. 1,2 Kolelitiasis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan dan perekonomian dunia. Selama empat dekade terakhir

BAB I PENDAHULUAN. yang cepat, termasuk pertumbuhan serta kematangan dari fungsi organ reproduksi

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah HIV/AIDS. Pada tahun 2012, terdapat 8.6 juta orang

BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang. akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan anti-inflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB 1 PENDAHULUAN. muka sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan di bagian anterior

BAB I. A. Latar Belakang. Mual dan muntah pasca operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post

BAB I PENDAHULUAN. karena musibah yang diberikan oleh-nya hendaknya tidak mudah berputus asa,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak. diperut bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

BAB 1 PENDAHULUAN. Intensive Care Unit (ICU) dengan rerata lima unit per pasien. Packed red cell

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow, dan untuk manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per 100.000 per tahun. 1 Sekitar 250.000 kejadian fraktur femur terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Jumlah ini diperkirakan meningkat dua kali lipat pada tahun 2050. 2 Insiden tahunan fraktur femur midshaft adalah sekitar 10 per 100.000 orangtahun. 2. Penelitian yang dilakukan Chandra pada tahun 2011 menyebutkan bahwa kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1,3 juta tahun setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta jiwa. Angka tersebut merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Adapun kejadian fraktur ekstremitas inferior memiliki prevalensi sekitar 46,2% dari insiden fraktur. Manifestasi klinis pada fraktur femur adalah deformitas, nyeri hebat dan kadang kala mengalami syok akibat perdarahan. 2 Jaringan pada daerah femur sangat kaya pembuluh darah dan fraktur pada femur dapat mengakibatkan kehilangan darah yang signifikan. Kehilangan darah selama operasi sulit diperkirakan karena dipengaruhi kondisi pasien termasuk jenis fraktur, ahli bedah dan faktor institusi (fasilitas alat operasi). Sekitar 40% dari fraktur femur memerlukan transfusi hingga tiga unit darah dengan rata-rata 1,56 unit. 4 Disfungsi trombosit merupakan salah satu penyebab perdarahan selama operasi atau cedera mayor seperti fraktur femur. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya disfungsi trombosit adalah interaksi antara obat-

obat dengan trombosit. Mengingat peran trombosit yang penting pada proses homeostasis baik selama operasi maupun sesudah pembedahan dan cedera mayor, maka interaksi yang menyebabkan disfungsi trombosit akan sangat berbahaya. 5 Sementara itu, cedera mayor seperti fraktur femur dan tindakan pembedahan selalu memerlukan bantuan analgetik. Ketorolac merupakan NSAID (non steroid anti inflamamatory drug) dengan efek analgesik kuat disertai aktivitas anti inflamasi sedang. 6 Obat ini sudah digunakan sejak tahun 1990 dan merupakan NSAID parenteral yang diindikasikan untuk mengatasi nyeri pasca operasi. 7 Penggunaan NSAID juga memiliki efek samping menghambat agregasi trombosit sebanding dengan rasio COX-1/COX-2 yang dimilikinya. Obat golongan ini menghambat sintesis prostaglandin sehingga menghambat enzim siklooksigenase, menghambat produksi tromboksan A2. Gangguan tromboksan A2 ini akan menghambat terjadinya agregasi trombosit. Jika reaksi agregasi terhambat, maka akan mengganggu respon hemostasis terhadap cedera vaskuler. Respon hemostasis yang buruk akan meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas selama dan sesudah operasi. 7,8,9 Tramadol merupakan analgesik yang bekerja secara sentral, yang mempengaruhi transmisi impuls nyeri dengan mengubah mekanisme re-uptake monoamine, digunakan untuk mengatasi nyeri akut maupun nyeri kronik, seperti nyeri post operatif. Efek samping yang dilaporkan adalah mual dan muntah sedangkan efek sedasi maupun gangguan koagulasi belum pernah dilaporkan pada manusia. Beberapa penelitian dan percobaan tentang efek tramadol terhadap agregasi platelet telah dilaporkan pada hewan (kuda dan kelinci). Namun, belum ada studi klinis atau laboratorium pada efek langsung dari tramadol terhadap

status koagulasi pada manusia. Sebelumnya pada manusia diamati bahwa opioid endogen mengurangi respon platelet ketika agregasi diinduksi oleh ADP pada dosis rendah. Hal ini mungkin karena perubahan konformasi pada membran platelet yang menyebabkan penurunan kerentanan non spesifik terhadap penggabungan platelet. 10 Di RS M Djamil, penggunaan analgesik intravena untuk mengatasi nyeri akut dan nyeri paska operasi adalah ketorolac dan tramadol. Ketorolac merupakan analgesik yang umum digunakan sebagai analgesik pasca operasi ortopedi, sedangkan penggunaan tramadol memiliki persentase yang rendah. Namun kedua obat tersebut memiliki efektifitas yang sama dalam mengatasi nyeri dan keduanya termasuk dalam formularium RSUP M Djamil serta ditanggung oleh BPJS. Keduanya juga relatif aman digunakan di ruangan dibandingkan analgesik opioid yang butuh pengawasan terhadap efek sedasi yang membahayakan. Belum adanya penilaian efek samping terhadap penggunaan obat analgesik ketorolac dan tramadol khususnya terhadap gangguan koagulopati mendorong peneliti untuk meneliti efek samping penggunaan ketorolac dibandingkan dengan tramadol sebagai analgetik pasien fraktur femur yang dilakukan reduksi terbuka dan fiksasi dalam. 1.2 Perumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan jumlah trombosit dan nilai PT/APTT antara ketorolac dengan tramadol pada pasien fraktur femur yang ditindak?

1.3 Hipotesis Penelitian Terdapat perbedaan jumlah trombosit dan nilai PT/APTT antara ketorolac dengan tramadol pada pasien fraktur femur yang ditindak. 1.4 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui adanya perbedaan jumlah trombosit dan nilai PT/APTT antara ketorolac dengan tramadol pada pasien fraktur femur yang ditindak. 2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi jumlah trombosit sebelum dan sesudah pemberian ketorolac. 2. Mengidentifikasi nilai PT/APTT sebelum dan sesudah pemberian ketorolac. 3. Mengidentifikasi jumlah trombosit sebelum dan sesudah pemberian tramadol. 4. Mengidentifikasi nilai PT/APTT sebelum dan sesudah pemberian tramadol. 5. Membandingkan perbedaan jumlah trombosit sesudah pemberian ketorolac dibandingkan dengan tramadol 6. Membandingkan perbedaan jumlah nilai PT/APTT sesudah pemberian ketorolac dibandingkan dengan tramadol 1.5 Manfaat Penelitian 1. Apabila dari penelitian ini ditemukan adanya perbedaan pada penggunaan ketorolac dan tramadol terhadap koagulopati, maka hasil tersebut dapat dipakai sebagai acuan dalam pemilihan analgesik pada operasi-operasi yang memiliki kecenderungan mengalami perdarahan durante dan setelah operasi

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan teori dalam menggambarkan pengaruh pemberian ketorolac dan tramadol sebagai analgesik pasca bedah terhadap gangguan koagulopati 3. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar pembanding bagi penelitian lebih lanjut dalam mengetahui mekanisme terjadinya gangguan koagulopati setelah pemberian ketorolac dan tramadol