BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Liani Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei kesehatan nasional pada tahun 2001 menunjukkan bahwa: 26,3% penyebab kematian adalah penyakit jantung dan pembuluh darah, kemudian diikuti oleh penyakit infeksi, pernafasan, pencernaan, neoplasma dan kecelakaan lalu lintas. Penyakit jantung dan pembuluh darah (cardiovascular) merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia maupun di Indonesia. Data dari WHO menunjukkan bahwa sekitar 1,5 juta orang pertahun di dunia meninggal karena penyakit jantung dan pembuluh darah. Di Indonesia belum ada angka yang tepat, tetapi data dari RS Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita rata-rata hampir sekitar pasien dirawat tiap harinya dan sekitar yang berobat ke poliklinik. Pasien yang dilakukan pemeriksaan kateterisasi sekitar pasien perhari, operasi bypass koroner rata-rata 4 pasien perhari, operasi katup jantung 2 pasien perhari, kelainan bawaan pada bayi/anak 2-4 pasien perhari nya (Joesoef, 2010). Penyakit jantung koroner merupakan masalah kesehatan yang paling penting yang mempengaruhi masyarakat usia produktif. Kematian karena penyakit jantung adalah salah satu penyebab utama kematian, meski semua pencegahan dan terapi dengan metode baru dikembangkan dalam bidang ini. Peningkatan jumlah pasien yang menderita jantung koroner diikuti peningkatan jumlah pasien yang menjalani intervensi diagnostik dan terapi dalam laboratorium kardiologi invasif. (Nuray, Umman, Arbal, Altok, Enuzun, Uysal, Ncekara, Ulusoy, & Baran, 2007). 1
2 2 Lebih dari 5 juta kateterisasi jantung diagnostik dan intervensi yang dilakukan setiap tahun di Pusat Kateterisasi Jantung. Di Amerika Serikat dianggap sebagai standar emas untuk diagnosis, evaluasi, dan pengobatan penyakit jantung. meskipun telah mengurangi morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular, prosedur invasif tersebut tidak bebas dari komplikasi-komplikasi (PA-PSRS, 2007). Menurut Turkish Society of Cardiology (2007) komplikasi PCI/PTCA yang timbul dibagi menjadi komplikasi mayor dan minor. Komplikasi mayor antara lain: reoklusi akut, miokard infark, disritmia, pendarahan hebat di selangkangan, diseksi aorta, tamponade jantung, gagal jantung akut, bahkan kematian. Sedangkan komplikasi minor antara lain: oklusi cabang pambuluh darah koroner, hipotensi, kehilangan darah, thrombus arteri, emboli koroner dan sistemik, dan penurunan fungsi ginjal karena media kontras (Nuray, Umman, Arbal, Altok, Enuzun, Uysal, Ncekara, Ulusoy, & Baran, 2007). Pengelolaan hemostasis di lokasi akses setelah kateterisasi jantung adalah penting untuk mengurangi komplikasi, meningkatkan kenyamanan pasien dan keselamatan, dan mengurangi waktu tinggal di rumah sakit. Pengelolaan akses situs arteri setelah kateterisasi diagnostik dan atau intervensi terus berkembang. Metode yang digunakan untuk memperoleh hemostasis pasca kateterisasi termasuk kompresi manual atau mekanis. Secara tradisional, kompresi manual atau mekanik selama 20 sampai 30 menit telah menjadi standar dari praktek setelah pengambilan selang kateter. Kompresi mekanik seefektif kompresi manual untuk hemostasis arteri femoralis setelah kateterisasi jantung. Kompresi manual yang digunakan antara lain menggunakan bantal pasir berbagai ukuran. Meskipun demikian kompresi manual dan alat-alat mekanis memiliki keterbatasan antara lain ketidaknyamanan pasien dan immobilisasi yang lama (Chair, Fernandez, Lui, Lopez dan Thompson, 2008). Immobilisasi yang terlalu lama juga
3 3 dapat menimbulkan rasa tidak nyaman (nyeri pinggang, nyeri punggung dan nyeri pada lipatan paha), serta bertambahnya hari rawat dan meningkatkan biaya perawatan (PA-PSRS Patient Safety Advisory, 2007). Ketidaknyamanan adalah kondisi yang berbanding terbalik dengan kenyamanan. Hal yang paling dicari setiap individu adalah kenyamanan. Gangguan kenyamanan atau ketidaknyamanan adalah suatu kondisi ketika individu mengalami sensasi yang tidak nyaman sebagai respon terhadap stimulus rangsang berbahaya. Batasan karakteristik dari ketidaknyamanan antara lain adanya laporan atau keluhan tidak nyaman sebagai batasan mayor. Adapun batasan minor antara lain adanya nyeri, mual dan muntah ( Carpenito, 2009). Berdasarkan data di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan September 2011 terdapat 74 tindakan angiografi koroner dan pada bulan Oktober 2011 terdapat 59 tindakan angiografi koroner yang dilakukan di Laboratorium Kateterisasi Jantung Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. Pengamatan dan observasi yang dilakukan pada pasien pasca kateterisasi jantung di ruang UPJ (Jantung Lama) Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang, setelah 6 jam dilakukan kompresi/penekanan menggunakan bantal pasir dan immobilisasi, pada umumnya pasien mengeluh kaki terasa pegal, nyeri pada lipatan paha dan nyeri pada pinggang serta kesulitan buang air kecil. Berdasarkan pengamatan dan observasi yang dilakukan pada pasien pasca keteterisasi jantung dapat diketahui bahwa setelah pencabutan femoral sheath pada tindakan angiografi koroner, maka dilakukan penekanan manual ± selama 15 menit dan kemudian dilakukan penekanan mekanik dengan menggunakan bantal pasir yang beratnya sekitar 2,1-2,5 kg. Penekanan mekanik dilakukan selama 6 jam setelah pencabutan femoral sheath, selain itu pasien juga
4 4 dianjurkan untuk immobilisasi kaki kanan (tempat penusukan femoral sheath) selama 6 jam selama tindakan tersebut. B. Rumusan Masalah Angiografi koroner dapat menimbulkan berbagai komplikasi, termasuk komplikasi pembuluh darah sebagai akses masuknya kateter. Tindakan keperawatan untuk meminimalkan komplikasi pembuluh darah (perdarahan) dapat dilakukan dengan penekanan secara manual dan mekanikal. Berdasarkan prosedur yang telah ada di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang setelah pencabutan femoral sheath juga dilakukan penekan manual maupun penekanan mekanik. Penekanan manual dilakukan ± selama 15 menit dan kemudian dilakukan penekanan mekanik dengan menggunakan bantal pasir yang beratnya sekitar 2,1-2,5 kg. Penekanan mekanik dilakukan selama 6 jam setelah pencabutan femoral sheath, selain itu pasien juga dianjurkan untuk immobilisasi selama 6 jam tersebut. Penekanan menggunakan bantal pasir dan immobilisasi yang terlalu lama dapat menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien antara lain keluhan kaki kebas/baal, kaki kesemutan, nyeri punggung, nyeri lipatan paha dan nyeri pinggang. Hal ini yang mendasari penelitian untuk mengetahui lebih lanjut tentang Pengaruh Penggunaan Bantal Pasir Terhadap Keluhan Ketidaknyamanan Pasien Pasca Percutaneous Coronary Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh penggunaan bantal pasir terhadap keluhan ketidaknyamanan pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary
5 5 Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik pasien yang dilakukan tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. b. Mendeskripsikan keluhan ketidaknyamanan nyeri lipatan paha tempat penusukan pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang c. Mendeskripsikan keluhan ketidaknyamanan nyeri punggung pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. d. Mendeskripsikan keluhan ketidaknyamanan nyeri pinggang pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. e. Mendeskripsikan keluhan ketidaknyamanan kaki kesemutan pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. f. Mendeskripsikan keluhan ketidaknyamanan kaki kebas/baal pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang. g. Menganalisis pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) terhadap keluhan ketidaknyamanan nyeri lipatan paha daerah penusukan pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA). h. Menganalisis pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA)
6 6 terhadap keluhan ketidaknyaman nyeri punggung pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA). i. Menganalisis pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) terhadap keluhan ketidaknyamanan nyeri pinggang pada pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA). j. Menganalisis pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) terhadap keluhan kaki kebas/ baal pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA). k. Menganalisis pengaruh penggunaan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA) terhadap keluhan kaki kesemutan pasien pasca tindakan Percutaneous Coronary Angiography (PCA). D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Keperawatan Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang dapat memodifikasi dan mengembangkan Standar Prosedur Operasional (SPO) Asuhan Keperawatan pasien pasca tindakan PCA untuk mencegah dan meminimalkan ketidaknyamanan dan komplikasi yang timbul, pasca tindakan PCA. 2. Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan perawat tentang penanganan ketidaknyamanan pasca tindakan PCA. 3. Penelitian Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar, pertimbangan serta rekomendasi penelitian lain terkait Asuhan Keperawatan pasien pasca tindakan PCA, guna memperkaya ilmu keperawatan serta
7 7 meningkatkan mutu dan kualitas Asuhan Keperawatan di masa yang akan datang. E. Bidang ilmu Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup penelitian Keperawatan Medikal Bedah F. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang hampir sama sudah pernah dilakukan, dengan variabel yang berbeda, tempat yang berbeda atau metode penelitian yang berbeda. Penelitian yang sudah dilakukan terkait penelitian ini adalah: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Yilmaz, Gurgun dan Dramali (2007) di Turki tentang efek menempatkan karung pasir di situs akses femoralis setelah prosedur invasif jantung dan mengubah posisi pasien di tempat tidur pada tingkat komplikasi pembuluh darah dan beratnya nyeri punggung yang berkaitan dengan masa istirahat setelah prosedur. Metode yang digunakan adalah penelitian terkontrol secara acak dengan sampel 169 pasien yang dibagi menjadi lima kelompok yang berbeda secara acak. Kelompok 1 pasien yang diterapkan 4,5 kg karung berisi pasir selama 30 menit dan Kelompok 2 pasien yang diterapkan 2,3 kg karung berisi pasir selama 2 jam di situs akses femoralis setelah prosedur. Kelompok 1 dan 2 posisi tubuh pasien itu diganti setiap awal jam dari jam kedua. Kelompok 3 pasien menerima penerapan 4,5 kg karung pasir selama 30 menit dan kelompok 4 pasien yang diterapkan 2,3 kg karung berisi pasir selama 2 jam di situs akses femoralis setelah prosedur dan posisi tubuh pasien 'tidak berubah setelah kateterisasi. Grup 5 pasien tetap dalam posisi terlentang tanpa mengubah posisi dan tidak memiliki penerapan sebuah karung pasir. Penelitian ini menghasilkan angka kejadian komplikasi vaskular tidak berbeda nyata pada kelompok dengan penerapan karung pasir bila
8 8 dibandingkan dengan kelompok tanpa penerapan karung pasir. Sakit punggung dilaporkan lebih sering pada pasien yang posisinya tidak berubah dan yang kepala tempat tidur tidak dibesarkan (p <0,05). Kesimpulannya karung pasir tidak efektif dalam mengurangi kejadian komplikasi vaskular setelah prosedur. 2. Penelitian Janno Sinaga (2009) tentang perbandingan efektifitas penekanan bantal pasir antara 2, 4 dan 6 jam terhadap komplikasi pada pasien paska kateterisasi jantung; a randomized controlled trial. Penelitian dilaksanakan di Jakarta Indonesia dengan sampel 90 orang. Variabel yang diteliti adalah pasien post kateterisasi jantung sebagai varibel bebas dan bantal pasir 2,3 kg sebagai variabel terikat. Metode yang digunakan adalah metode penelitian randomized controlled trial desain paralel tanpa matching, metode sampling randomisasi dengan random blok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien tidak memiliki perdarahan sebagai komplikasi prosedur, dan tidak ada perbedaan yang signifikan kejadian hematoma antara kelompok (p value = 0.866), namun ada perbedaan yang signifikan pasien mengalami ketidaknyamanan ditemukan setelah 4 jam menggunakan karung pasir 2,3 kg pada akses situs femoralis sebagai tekanan mekanik (p value = 0,003), dan setelah 6 jam (p value = 0,0005). 3. Penelitian Sek Ying Chair, Ritin N. Fernandez, May How-Lin Lui, Violeta Lopez dan David R. Thompson, (2008) The Clinical Effectiveness Of Length Of Bed Rest For Patients Recovering From Trans-Femoral Diagnostic Cardiac Catheterisation di Australia yang bertujuan mengatur pasien setelah kateterisasi jantung adalah untuk mengurangi risiko pengembangan komplikasi vaskular lokal atau berkepanjangan, perdarahan tertentu dan pembentukan hematoma pada tempat tusukan. Kriteria seleksi: Semua percobaan terkontrol acak dan
9 9 quasi-acak yang membandingkan efek dari panjang yang berbeda dari istirahat setelah trans-femoralis kateterisasi jantung diagnostik pada hasil pasien yang dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pemeriksaan. Hasil tujuh percobaan di antara 747 orang tidak ada perbedaan signifikan dalam kejadian perdarahan berikut enam atau kurang dari 6 jam istirahat di tempat tidur (OR 1,47, 95% CI 0,60, 3,64). Tidak ada perbedaan signifikan dalam kejadian perdarahan istirahat berikut pada periode waktu lainnya. Tidak ada perbedaan signifikan dalam kejadian pembentukan hematoma setelah 6 atau kurang dari 6 jam istirahat di tempat tidur (OR 0,82, 95% CI 0,59, 1,16). Pasien secara signifikan lebih sedikit acak kurang dari 6 jam bed rest mengeluh sakit punggung. Kemungkinan berkembangnya nyeri punggung di 4 (OR 24,60; 95% CI 1,29, 469) dan 24 jam (OR 2,47, 95% CI 1,16, 5,23) setelah kateterisasi koroner lebih tinggi secara bermakna di antara pasien acak 6 dibandingkan dengan 3 jam dari tempat tidur istirahat. Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan antara lain : 1. Varibel yang akan diteliti: Meliputi variabel bebas yaitu penggunaan bantal pasir dengan berat 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg sedangkan variabel terikatnya adalah ketidaknyamanan yang timbul akibat penekanan bantal pasir tersebut. 2. Metode penelitian yang digunakan dengan pemberian penekanan mekanikal dengan bantal pasir 2,1 kg, 2,3 kg dan 2,5 kg yang dilakukan pada pasien pasca pencabutan femoral sheath post PCA yang dilakukan observasi pada jam pertama penekanan, jam kedua penekanan dan jam ketiga penekanan bantal pasir sehingga muncul keluhan ketidaknyamanan. Keluhan ketidaknyamanan yang muncul saat itu kemudian dianalisa.
10 10 3. Desain penelitian yang digunakan menggunakan desain penelitian Uji Klinis Acak (Randomized Clinical Trial) dengan Design Paralel Matching Post Test yaitu pasien post PCA. 4. Sampel yang akan diteliti adalah pasien yang telah dilakukan PCA yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan peneliti. 5. Cara pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode acak. 6. Tingkat kemaknaan yang digunakan menggunakan tingkat kemaknaan (alpha) 0,05 atau 5 %. 7. Tempat penelitian akan dilaksanakan di Instalasi Jantung dan Pembuluh Darah RSUP Dr. Kariadi Semarang di ruang rawat kelas II dan III Jantung Lama.
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian pada orang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama
Lebih terperinciKata kunci: ketidaknyamanan, Percutaneous Coronary Angiography (PCA), bantal pasir.
PENGARUH PENGGUNAAN BANTAL PASIR TERHADAP KELUHAN KETIDAKNYAMANAN PASIEN PASCA PERCUTANEOUS CORONARY ANGIOGRAPHY (PCA) DI INSTALASI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG 1 Ari Kusumantoro*
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN BANTAL PASIR TERHADAP KELUHAN KETIDAKNYAMANAN PASIEN PASCA PERCUTANEOUS CORONARY ANGIOGRAPHY
PENGARUH PENGGUNAAN BANTAL PASIR TERHADAP KELUHAN KETIDAKNYAMANAN PASIEN PASCA PERCUTANEOUS CORONARY ANGIOGRAPHY (PCA) DI INSTALASI JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG Manuscript Oleh
Lebih terperinciPERBEDAAN BANTAL PASIR DAN COLD-PACK DALAM MENCEGAH KOMPLIKASI PASCA KATETERISASI JANTUNG. Marisa Junianti Manik
PERBEDAAN BANTAL PASIR DAN COLD-PACK DALAM MENCEGAH KOMPLIKASI PASCA KATETERISASI JANTUNG ABSTRACT Marisa Junianti Manik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Pelita Harapan Jl. Jendral Sudirman 15 Karawaci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Jantung merupakan suatu organ yang berfungsi memompa darah ke seluruh jaringan tubuh serta menarik darah kembali ke jantung. Ketidakmampuan jantung melakukan fungsinya
Lebih terperinciMahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung
Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelainan katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung. Katup jantung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Penyakit kardiovaskular merupakan gangguan pada jantung dan pembuluh darah termasuk penyakit jantung koroner, gagal jantung kongestif, infark miokardium, penyakit vaskular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut (IMA) yang dikenal sebagai serangan jantung, merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di negara maju dan penyebab tersering kematian
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Sepsis merupakan suatu respon sistemik yang dilakukan oleh tubuh ketika menerima sebuah serangan infeksi yang kemudian bisa berlanjut menjadi sepsis berat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization (WHO) melaporkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Percutaneous Coronary Angiography (PCA) 1. Pengertian Angiografi koroner adalah tindakan memasukkan kateter melalui arteri femoralis (Judkins) atau arteri brachialis (Sones)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara maju dan berkembang. Hasil penelitian Tim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangan jantung merupakan penyakit mematikan nomor satu di dunia. Banyak data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung menempati posisi pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. multiorgan, ini disebut septic shock. Sepsis merupakan SIRS (Systemic. tempat infeksi, maka ini disebut dengan sepsis berat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Infeksi serius dan kelainan lain yang bukan infeksi seperti pankreatitis, trauma dan pembedahan mayor pada abdomen dan kardiovaskular memicu terjadinya SIRS atau sepsis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu masalah penting
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi kasus terbanyak
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat kaitannya. Pasien dengan diabetes mellitus risiko menderita penyakit kardiovaskular meningkat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Profesor Shahryar A. Sheikh, MBBS dalam beberapa dasawarsa terakhir ancaman dari pembunuh nomor satu di dunia belum pernah surut. Tidak lagi orang tua yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi arteri serta penurunan volume aliran darah ke jantung.
Lebih terperinciPENEKANAN BANTAL PASIR EFEKTIF UNTUK KLIEN PASKA KATETERISASI JANTUNG DENGAN KOMPLIKASI: RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL
PENEKANAN BANTAL PASIR EFEKTIF UNTUK KLIEN PASKA KATETERISASI JANTUNG DENGAN KOMPLIKASI: RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL Janno Sinaga 1,2*, Elly Nurachmah 3, Dewi Gayatri 3 1. STIKES Mutiara Indonesia, Medan
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,
B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit kardiovaskular saat ini merupakan penyebab kematian tertinggi di negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut, penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama kematian di negara maju dan diperkirakan akan terjadi di negara berkembang pada tahun 2020 (Tunstall. 1994). Diantaranya,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu Australia (laki-laki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi mendadak akibat proses patofisiologi pembuluh darah. 1 Terdapat dua klasifikasi umum stroke yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fungsi aorta dan cabang arteri yang berada di perifer terutama yang memperdarahi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan vaskular yang disebabkan oleh proses aterosklerosis atau tromboemboli yang mengganggu struktur maupun fungsi aorta dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan tipe penyakit jantung yang paling banyak terjadi pada orang dewasa, salah satu manifestasi klinis penyakit jantung koroner
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian secara global. Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat
Lebih terperinciHIPERTENSI ARTERI PULMONAL IDIOPATIK
1 HIPERTENSI ARTERI PULMONAL IDIOPATIK Augustine Purnomowati Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung 2 Hipertensi Arteri Pulmonal Idiopatik Penerbit Departemen Kardiologi
Lebih terperincijantung dan stroke yang disebabkan oleh hipertensi mengalami penurunan (Pickering, 2008). Menurut data dan pengalaman sebelum adanya pengobatan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia saat ini adalah penyakit gagal jantung (Goodman and Gilman, 2011). Menurut data WHO 2013 pada tahun 2008,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan masyarakat ada beberapa kegiatan atau aktivitas fisik yang dapat menyebabkan terjadinya fraktur. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju. Penyakit Jantung Koroner ini amat berbahaya karena yang terkena adalah organ
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler yang sering terjadi dan merupakan problema kesehatan utama di negara maju. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003 mengklasifikasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus yang belum terselesaikan. Disisi lain juga telah terjadi peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini masalah kesejahteraan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada situasi beban ganda, dimana pada satu sisi penyakit menular masih merupakan masalah
Lebih terperinciModul Pencitraan Invasif- Kateterisasi Jantung dan Angiografi
5.2.2. Modul Pencitraan Invasif- Kateterisasi Jantung dan Angiografi I WAKTU Mengembangkan Kompetensi Sesi di dalam kelas Sesi dengan fasilitasi Pembimbing Sesi praktik dan pencapaian kompetensi Hari:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per per
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur femur memiliki insiden berkisar dari 9,5-18,9 per 100.000 per tahun. 1 Sekitar 250.000 kejadian fraktur femur terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) merupakan cabang ilmu kedokteran yang memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pasienpasien sakit kritis yang kerap membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup penduduk dunia membawa dampak terhadap pergeseran epidemiologi penyakit. Kecenderungan penyakit bergeser dari penyakit dominasi penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan harapan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama di mana setiap rumah sakit bertanggung jawab terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (dipengaruhi oleh susunan saraf otonom) (Syaifuddin, 2006). Pembuluh
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (dipengaruhi oleh susunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan
21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejarah epidemiologi bermula dengan penanganan masalah penyakit menular yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan sosioekonomi dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat Penelitian dilakukan di ICVCU Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode studi pre dan post, single blind dan randomized control trial (RCT). Pengambilan
Lebih terperincitahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser, et al,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah tindakan pembedahan di dunia sangat besar, hasil penelitian di 56 negara pada tahun 2004 diperkirakan jumlah tindakan pembedahan sekitar 234 juta per tahun (Weiser,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks (sekumpulan tanda dan gejala) akibat kelainan struktural dan fungsional jantung. Manifestasi gagal jantung yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam (TVD)/Deep Vein Thrombosis (DVT) dan pulmonary embolism (PE) merupakan penyakit yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan oleh adanya sumbatan pada arteri yang mendarahi lengan atau kaki. Arteri dalam kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kardiovaskuler secara cepat di negara maju dan negara berkembang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perubahan pola hidup yang terjadi meningkatkan prevalensi penyakit jantung dan berperan besar pada mortalitas serta morbiditas. Penyakit jantung diperkirakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan gaya hidup dan sosial ekonomi akibat urbanisasi dan modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab meningkatnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pre - post
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pre - post test with control group design, dimana pada kelompok pertama diberikan perlakuan terapi musik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO), di tahun 2008 tercatat 17,3 juta orang meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskuler, dan 7,3 juta diantaranya
Lebih terperinciPERAN ASPIRIN DI BIDANG KARDIOVASKULAR
PERAN ASPIRIN DI BIDANG KARDIOVASKULAR Augustine Purnomowati Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyebab utama kematian secara global. Data World Health Organization (WHO) (2015), menunjukkan bahwa pada tahun 2012, dari 56
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskuler
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang sangat menakutkan dan masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negera berkembang.penyakit Jantung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian terbanyak di negara-negara barat. Penyakit jantung koroner akan menyebabkan angka morbiditas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menjadi masalah besar disetiap negara didunia ini, baik karena meningkatnya angka mortalitas maupun angka morbiditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi insulin atau gangguan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar 60-75% kasus. Hipertensi mempunyai kontribusi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit jantung yang paling banyak dengan manifestasi klinis yang paling sering, dan merupakan penyebab kematian tertinggi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Peningkatan kadar kolesterol dalam darah menjadi faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut International Association for Study of Pain (IASP) dalam Potter & Perry
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan suatu rasa atau sensasi yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau bangun pagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke menyebabkan gangguan neurologis berdasar berat ringannya gangguan pembuluh darah. Pada stroke, gejala utama yang timbul adalah defisit neurologis mendadak, didahului
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular menempati urutan pertama penyebab kematian di seluruh dunia. Sebanyak 17.3 juta orang diperkirakan meninggal oleh karena penyakit kardiovaskular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskular yang semakin sering dijumpai. Telah diperkirakan bahwa pada tahun 1990-an stroke menyebabkan 4,4 juta kematian per tahun
Lebih terperinciPENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU
1 PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana Keperawatan Disusun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial (Brunner & Suddarth, 2005).
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah
GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Karya Tulis Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Contrast induced nephropathy (CIN) merupakan salah satu komplikasi serius akibat pemakaian zat kontras berbahan dasar iodium yang dipakai dalam tindakan radiologi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,
Lebih terperinciBAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Universitas Sumatera Utara
BAB I 1PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Nyeri merupakan masalah yang paling sering menyebabkan pasien mencari perawatan ke rumah sakit. Nyeri tidak melakukan diskriminasi terhadap manusia, nyeri tidak membeda-bedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu Kebidanan merupakan proses persalinan dimana janin dilahirkan melalui insisi pada dinding perut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paradigma. Pekerjaan perawat yang semula vokasional hendak digeser menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir dua dekade perawat Indonesia melakukan kampanye perubahan paradigma. Pekerjaan perawat yang semula vokasional hendak digeser menjadi pekerjaan profesional. Perawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Kasus ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan. cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembedahan merupakan suatu tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka dan menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu bentuk kanker pada perempuan yang paling mematikan di dunia tetapi paling mudah untuk dicegah ( World Health Organization,
Lebih terperinciTopik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : A.
Topik : Infark Miokard Akut Penyuluh : Rizki Taufikur R Kelompok Sasaran : Lansia Tanggal/Bln/Th : 25/04/2016 W a k t u : 09.30 A. LATAR BELAKANG Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan secara alamiah. Hal ini akan menimbulkan masalah fisik, mental, sosial, ekonomi dan psikologi. Perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Stroke adalah suatu disfungsi neurologis akut (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala - gejala dan tanda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30%
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia dan dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 30% dari seluruh kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data statistik organisasi WHO tahun 2011 menyebutkan Indonesia menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak setelah Amerika Serikat, China, India.
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Ruhyanudin, 2007). Gagal jantung
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik) atau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (defisit neurologik) akibat terhambatnya aliran darah ke otak. Secara sederhana stroke
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di
Lebih terperinci