BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan tentang gambaran objek penelitian yang berisi profil perusahaan, struktur organisasi dan personalia, serta produk jamu perusahaan yang menjadi objek penelitian. Bagian bab tiga ini juga berisi laporan hasil dari magang kerja dan pembahasan mengenai topik permasalahan yang diteliti. Pembahasan masalah ini terkait mengenai manajemen persediaan dengan Metode EOQ pada Perusahaan Jamu PT. Putro kinasih, Cemani. A. Gambaran Objek Magang Kerja 1. Profil Perusahaan PT. Putro Kinasih merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi dan distribusi produk-produk herbal dan merupakan salah satu industri obat tradisional yang berlokasi di Jl. Sidoluhur No.89, Dukuh Waringinrejo, Desa Cemani, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo. Perusahaan didirikan pada tahun 1998 dengan berbekal pengetahuan tentang meracik jamu maka para pendiri PT. Putro Kinasih mulai meracik jamu tradisional dengan masih menggunakan alatalat yang sangat tradisional saat itu. Seiring dengan diterimanya produk-produk dari PT. Putro Kinasih oleh masyarakat, perusahaan mulai berkembang dan membuat pada peningkatan permintaan produk jamu maka lama kelamaan pengerjaan jamu-jamu tersebut menggunakan mesin-mesin modern. Sampai saat ini produk yang telah dihasilkan perusahaan banyak diterima masyarakat di
berbagai pulau di Nusantara yaitu : Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, NTB, hingga Mancanegara. Perusahaan sendiri sudah memproduksi berbagai produk yang di kategorikan dalam 5 kategori, yaitu : man's vitality, woman healthy, beauty care, Diet slimming, general healthy. Perusahaan telah mendapat izin dari BPPOM maka produk yang dihasilkan sangat aman dikonsumsi dan 100% memakai bahan-bahan herbal alami dan tidak mengandung bahan-bahan kimia atau zat berbahaya dalam menjaga hak-hak konsumen. Visi dari PT.Putro Kinasih yaitu ikut meningkatkan kesehatan masyarakat dengan ramuan alami, yang diterima masyarakat luas dengan harga murah yang terjangkau setiap lapisan masyarakat dan aman dikonsumsi.pt. Putro Kinasih mengembangkan obat tradisional asli indonesia dengan meningkatkan mutu dan keamanan melalui penelitianpenelitian, riset dan terus berkembang sesuai dengan pasar. 2. Struktur Organisasi Perusahaan dan Personalia PT. Putro Kinasih saat ini Karyawan sebanyak 54 orang yang dibagi kedalam beberapa bagian. Karyawan-karyawan tersebut menempati suatu jabatan didalam struktur organisasi perusahaan yang memiliki tugas atau peran masing-masing didalam struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerja, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi (Hasibuan, 2011:128).
Dibawah ini adalah struktur organisasi Perusahaan Jamu PT. Putro Kinaih sebagai berikut. Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Putro Kinasih Keterangan gambar struktur organisasi : a. Komisaris: bertugas memberikan nasehat kepada Direksi dalam mengambil kebijakan, mengangkat dan memberhentikan direksi. b. Direktur Utama : bertugas memimpin perusahaan dalam menjalankan kegiatannya, menetapkan tujuan jangka panjang dan
jangka menengah dari perusahaan, memberikan persetujuan Budget untuk tahun yang akan datang, memberikan persetujuan terhadap langkah-langkah usaha yang akan diambil oleh manager dibawahnya. melakukan pengawasan dan pengendalian secara langsung terhadap kinerja setiap manager. c. Sekretaris : bertugas membantu Direktur dalam kegiatan berkaitan dengan perusahaan. d. Distributor Tunggal, Marketing : berperan sebagai media penjualan produk, yaitu bertugas menjual dan mempromosikan produk ke masyarakat luas. Departemen ini membawahi : 1) Keuangan, Akunting : bagian ini bertugas hanya membuat laporan keuangan penjualan untuk departemen distributor tunggal, marketing. 2) Gudang + coding : bagian ini bertugas mem- barcode tanggal kadaluarsa produk dan menata produk yang sudah di karton pada gudang untuk siap dijual. 3) Pembelian & penjualan, Promosi : bertugas menerima pembelian dan penjualan produk dari agen dan distributor dari beberapa daerah. e. Manager Produksi : berperan sebagai pengelola bagian produksi produk dan membawahi : 1) Mekanik : bagian yang menangani/memperbaiki/mengelola mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi.
2) Penjualan,HRD: bertugas menerima penjualan secara individu dari pelanggan khusus dan pengelola sumber daya manusia dibagian produksi. 3) OA, QC, R&D, Perijinan : bertugas membuat komposisi baru untuk inovasi produk jamu dan mengurus perijinan produk baru. 4) IT, Desain, Absensi : bertugas mendesaian kemasan pada produk dan mengelola daftar hadir karyawan. 5) Pengadaan barang primer/sekunder: bertugas pada pembelian bahan baku atau persediaan bahan baku dalam bentuk mentah maupun ekstrak. 6) Planning, PPIC : berperan dalam merencanakan atau mengontrol persediaan barang digudang produksi. Planning PPIC membawahi : a) Kepala produksi primer : mengawasi berlangsungnya proses produksi dari bahan mentah menjadi bahan setengah jadi dan mengelola kebutuhan yang diperlukan dalam produksi. b) Kepala produksi sekunder: mengawasi berlangsungnya proses finishing produk yaitu pengemasan dan pengepakan produk jamu. f. Keuangan, Akunting : membuat laporan keuangan perusahaan secara menyeluruh yang membawahi : Perpajakan yakni bertugas mengurus mengenai pajak-pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan dan Purchasing bertugas mengurusi tentang pembelianpembelian yang terkait dengan perusahaan.
3. Produk Perusahaan Produk perusahaan yang telah dihasilkan oleh Perusahaan Jamu PT. Putro Kinasih adalah sebagai berikut. No Tabel 3.1 Produk Jamu PT. Putro Kinasih Produk Jamu 1 Peluntur Lemak 2 Pepet Wangi 3 Raket Malem 4 Sepet Arum 5 Tumitku 6 Tangkur Putih 7 Tangkur Buaya 8 Tangkur Tribulus Sumber : Data PT. Putro Kinasih, 2016 B. Laporan Magang Kerja Kuliah Magang Kerja adalah kegiatan intra kurikuler yang berupa praktek kerja lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa pada institusi pemerintah atau swasta yang sesuai dengan bidang ilmu yang dipelajari. Kegiatan magang merupakan proses pembelajaran bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman pada dunia kerja. Program magang kerja diharapkan dapat melengkapi pengetahuan teoritis yang telah diperoleh mahasiswa di bangku perkuliahan. Sehingga, para mahasiswa tidak hanya memahami ilmu-ilmu ekonomi pada tataran teori belaka, melainkan juga dari sudut pandang yang lebih luas, yakni dari implementasinya pada tataran praktis.
Penulis melakukan kegiatan magang kerja pada PT. Putro Kinasih. Kegiatan magang kerja dilakukan selama satu bulan pada periode 04 Januari sampai04 Februari 2016. Magang kerja dilaksanakan dalam lima hari kerja dalam seminggu yaitu hari senin sampai jumat, dimulai dari jam 08.00-!4.00 WIB. Kegiatan magang dikelompokkan menjadi dua kelompok yang masingmasing berisi dua anggota dan ditempatkan dalam dua bagian/divisi yaitu bagian produksi dan penjualan. Penempatan kegiatan dilakukan selama dua minggu untuk masing-masing bagian dan adanya pergantian penempatan dalam kurun waktu tersebut. Dibawah ini tabel hasil laporan kegiatan magang kerja yang telah dilakukan. Tabel 3.2 Kegiatan magang kerja pada PT. Putro Kinasih No Minggu Kegiatan 1 Minggu I 1. Perkenalan dengan karyawan dan pembimbing magang yang telah ditentukan perusahaan. 2. Pengenalan tempat magang kerja. 3. Membantu kegiatan pengepakan pada bagian produksi. 4. Melakukan input data pada bagian packing. 2 Minggu II 1. Observasi pada kegiatan produksi. 2. Melakukan wawancara dengan kepala bagian produksi tentang proses produksi jamu. 3. Melakukan pengamatan pada operasi blister. 3 Minggu III 1. Pengenalan kerja pada bagian penjualan. 2. Melakukan kegiatan coding pada produk yang siap jual. 3. Melakukan wawancara dengan kepala penjualan mengenai pemasaran produk. 4 Minggu IV 1. Melakukan dokumen-dokumen perusahaan dan mengambil data yang dibutuhkan untuk penelitian. 2. Mengumpulkan data kebutuhan penyusunan tugas akhir. 3. Salam perpisahan dan terimakasih dengan seluruh karyawan yang telah membantu selama kegiatan magang kerja berlangsung.
C. Analisis Data 1. Pengadaan atau pembelian bahan baku jambe (Q) Perusahaan memperoleh bahan baku jambe dari pemasok dibeberapa daerah. Pemasok bahan baku jambe yaitu pemasok dari Caruban Jawa Timur, Pasar Gede Solo, Jati Srono Karanganyar dan Pucang sawit Surakarta. Perusahaan dalam pengadaan bahan baku masih belum optimal. Saat persediaan digudang masih cukup untuk proses produksi selanjutnya tetapi perusahaan tetap melakukan pembelian bahan baku pada saat itu yang membuat kelebihan persediaan atau over stock pada gudang penyimpanan. Hal itu membuat biaya penyimpanan yang besar pada gudang persediaan. Perusahaan perlu memperhatikan kuantitas pengadaan bahan baku yang optimal agar lebih ekonomis dalam biaya pemesanan dan penyimpanan bahan baku yang dapat mempengaruhi tingkat laba atau profit perusahaan. Berikut adalah tingkat penggunaan bahan baku jambe tahun 2015. Tabel 3.3 Tingkat Penggunaan Bahan Baku Jambe Tahun 2015 Pembelian bahan baku Periode (kg) 1 200 2 100 3 387,5 4 30 5 412,5 6 702,5 7 75 Jumlah 1907,5 Sumber: Data PT. Putro Kinasih, 2016
Dari data tingkat penggunaan diasumsikan bahwa Demand atau permintaan pesanan adalah stationer atau konstan, maka dari itu, didapat Jumlah pengadaan rata-rata bahan baku (Q) tahun 2015 pada PT. Putro Kinasih adalah Q = Jumlah penggunaan bahan baku tahun 2015 Frekuensi penggunaan bahan baku tahun 2015 = 1907,5 7 = 272,5 kg Jadi, pengadaan bahan baku jambe tahun 2015 oleh perusahaan PT. Putro Kinasih adalah sebanyak 272,5 kg 2. Biaya pesan (S) Biaya yang ditanggung perusahaan terkait dengan biaya-biaya yang timbul akibat pemesanan bahan baku adalah sebagai berikut : Tabel 3.4 Biaya-biaya pemesanan tahun 2015 o Je nis Biaya umlah Bi aya telepon p 2.400.000,- Bi aya transportasi p 6.000.000,- Ju mlah p 8.400.000,- Sumber: Data PT. Putro Kinasih, 2016 Maka, biaya sekali pesan untuk pengadaan bahan baku jambe adalah S = Total biaya pemesanan tahun 2015 Frekuensi penggunaan bahan baku tahun 2015 = Rp 8.400.000,- 7 = Rp 1.200.000,-
Jadi, besarnya biaya pesan untuk satu kali pemesanan bahan baku jambe adalah sebesar Rp 1.200.000,-. 3. Biaya Simpan (H) Dibawah ini adalah biaya penyimpanan yang ditanggung oleh perusahaan sebagai berikut. Tabel 3.5 Biaya-biaya Penyimpanan Tahun 2015 J o enis Biaya umlah B iaya Listrik p 19.200.000,- B iaya Tenaga Kerja p 24.000.000,- B iaya Penyusutan p 1.440.000,- B iaya Perawatan p 1.000.000,- Jum p 45.640.000,- Sumber : Data PT. Putro Kinasih, 2016 Berdasar tabel biaya penyimpanan diatas dapat diketahui biaya simpan (H) adalah sebagai berikut. H = Jumlah biaya Penyimpanan Jumlah penggunaan bahan baku = Rp 45.640.000,- 1907,5 = Rp 23,926,6,- Jadi, biaya simpan untuk 1 kg bahan baku jambe digudang persediaan perusahaan adalah sebesar Rp 23.926,6,-/kg.
4. Perhitungan Total Inventory Cost (TIC) dengan analisis kebijakan perusahaan Total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam kaitannya dengan persediaan adalah TIC = = =Rp 8.400.000 + Rp 3.259.999,25 = Rp 11.659.999,25 dibulatkan menjadi Rp 11.659.999,- Berdasarkan perhitungan TIC dengan kebijakan persahaan didapat hasil sebesar Rp 11.659.999,- untuk biaya total perusahaannya. 5. Perhitungan Total Inventory Cost (TIC) dengan analisis metode EOQ Analisis yang digunakan penulis dalam mengoptimalkan total biaya persediaan atau total inventory cost (TIC) adalah dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) yang bertujuan dalam meminimalkan biaya total. Perhitungannya sebagai berikut. Diketahui, Biaya pesan (S) = Rp 1.200.000 Biaya simpan (H)= Rp 23.926,6 Total pengadaan bahan baku (D) = 1907,5 kg Maka persediaan bahan baku yang optimal adalah : = 437,41
Jadi, kuantitas pemesanan bahan baku paling optimal untuk sekali pesan adalah sebesar 437,41 kg dan Frekuensi pengadaan bahan baku selama tahun 2015 paling ekonomis adalah = = 4,3 kali dibulatkan menjadi 4 kali Berdasarkan hasil perhitungan diatas, frekuensi pengadaan atau pembelian bahan baku paling ekonomis atau optimal dapat dilakukan dalam 4 kali pengadaan. Total Inventory Cost (TIC) atau Total Biaya Persediaannya adalah = = Rp 5.233.076,51 + Rp 5.233.747,42 = Rp 10.465.823,93,- dibulatkan menjadi Rp 10.465.824,- Berdasar perhitungan TIC dengan metode EOQ maka didapatkan hasil sebesar Rp 10.465.824,-untuk biaya total persediaan perusahaan. 6. Menentukan Safety Stock Persediaan pengaman (Safety stock) merupakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan kondisi persediaan yang selalu aman atau penuh pengamanan dengan harapan perusahaan tidak akan pernah mengalami kekurangan persediaan (Fahmi, 2012:121). Persediaan
pengaman penting untuk perusahaan untuk menghindari agar tidak terjadi adanya out of stock. Demikian jika terjadi kehabisan persediaan dapat mengakibatkan kekecewaan pada pelanggan sebab tidak dapat memenuhi permintaannya yang dapat menyebabkan pelanggan akan berpindah ke merek lain. Dibawah ini perhitungan untuk mendapatkan nilai safety stock yang optimal. Perhitungannya sebagai berikut. Tabel 3.6 Perhitungan Standar Deviasi Penggunaan bahan baku Periode (kg) 1 200 272,5-72,5 5256,25 2 100 272,5-172,5 29756,25 3 387,5 272,5 115 13225 4 30 272,5-242,5 58806,25 5 412,5 272,5 140 19600 6 702,5 272,5 430 184900 7 75 272,5 197,5 39006,25 Jumlah 350550 Berdasar tabel diatas, dapat dihitung standar deviasi (SD) yaitu = = 223,7 Dengan menggunakan perkiraan atau asumsi bahwa perusahaan memenuhi permintaan sebesar 95% dan persediaan cadangan 5% maka
diperoleh Z dengan tabel normal sebesar 1,65, dapat dihitung safety stock (ss) adalah ss = Z x SD = 1,65 x 223,7 = 369,1 Jadi, persediaan pengaman atau safety stock perusahaan yang optimal pada persediaan bahan baku jambe sebesar 369,1 kg. 7. Menentukan Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point) Diketahui lead time pada perusahaan jamu PT. Putro Kinasih adalah 5 hari, maka untuk menghitung penggunaan rata-rata per hari dengan asumsi bahwa setahun adalah 300 hari yaitu Penggunaan rata-rata per hari (d) = = = 6,35 Besarnya ROP (Reorder Point) adalah = 6,35 x 5 = 31,75 Jadi, persediaan bahan baku tepat pada jumlah 31,75 kg maka pesanan sebesar Q harus dilakukan oleh perusahaan.
8. Perbandingan analisis menggunakan kebijakan perusahaan dengan analisis menggunakan metode EOQ dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 3.7 Perbandingan antara Kebijakan perusahaan dengan Metode EOQ No Keterangan Kebijakan Perusahaan Metode EOQ 1 Pengadaan rata-rata bahan 272,5 kg 437,41 kg baku 2 Frekuensi pemesanan bahan 7 kali 4 kali baku 3 Total Inventory Cost (TIC) Rp 11659999,- Rp 10465824,- 4 Safety stock (ss) - 369,1 kg 5 ROP (Reorder Point) - 31,75 kg Berdasarkan tabel perbandingan antara kebijakan perusahaan dengan metode EOQ diatas maka, pengadaan rata-rata bahan baku (Q) jika dengan menggunakan kebijakan perusahaan didapat sebesar 272,5 kg dengan frekuensi pengadaan 7 kali. Pengeluaran perusahaan pada TIC atau Total Biaya Persediaan sebesar Rp 10465824,-. Sedangkan perusahaan jika menggunakan metode EOQ didapat pengadaan rata-rata bahan baku (Q ) sebanyak 437,41 kg dengan frekuensi pengadaan 4 kali yang membuat Total Biaya Persediaan (TIC) pada perusahaan yaitu Rp 10465824,- jadi dengan metode EOQ dapat menghemat biaya persediaan sebesar Rp 1194175,- pada perusahaan. Tidak hanya itu, dengan metode EOQ perusahaan juga dapat menentukan persediaan pengaman pada bahan baku jambe yaitu sebanyak 369,1 kg dan perusahaan dapat melakukan pengadaan bahan baku ulang sebesar 437,41 kg jika persediaan bahan baku tepat pada tingkat jumlah 31,75 kg.