BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Geodesi Fisis. Minggu II,III : Review Medan Gayaberat Bumi Metode Pengukuran Gayaberat. Isna Uswatun Khasanah

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Jurnal Geodesi Undip April 2015

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari buah

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

Gambar 1.1b Area Delta Mahakam

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS

Pertemuan 3. Penentuan posisi titik horizontal dan vertikal

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III METODE PENELITIAN

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

BAB I PENDAHULUAN I.1

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

Pemodelan Geoid Lokal D.I. Yogyakarta menggunakan Metode Fast Fourier Transformation dan Least Square Collocation

Home : tedyagungc.wordpress.com

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi Normal (G n )

BAB III METODE PENELITIAN

PRESENTASI TUGAS AKHIR

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

Momen Inersia. distribusinya. momen inersia. (karena. pengaruh. pengaruh torsi)

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB 2 DATA DAN METODA

Pembahasan Soal Gravitasi Newton Fisika SMA Kelas X

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

UNIVERSITAS INDONESIA APLIKASI DATA GAYABERAT UNTUK PEMETAAN GEOID DENGAN METODE REMOVE-RESTORE DI WILAYAH SELAT SUNDA DAN SEKITARNYA SKRIPSI

BENTUK BUMI DAN BIDANG REFERENSI

BAHAN AJAR FISIKA GRAVITASI

Jaring kontrol gayaberat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB IV ANALISIS Analisis Terhadap Jaring Kontrol Geodesi

r 21 F 2 F 1 m 2 Secara matematis hukum gravitasi umum Newton adalah: F 12 = G

BAB III METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data gayaberat daerah

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

BAB VI Usaha dan Energi

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI II.1 Sistem referensi koordinat

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

PEMODELAN GEOID KOTA SURABAYA MENGGUNAKAN DATA PENGUKURAN GAYABERAT TERESTRIS

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

ILMU UKUR TANAH II. Jurusan: Survei Dan Pemetaan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

MODUL FISIKA BUMI METODE GAYA BERAT

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

GRAVITASI B A B B A B

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang ditempuh dalam

FIsika USAHA DAN ENERGI

D. 12 N E. 18 N. D. pa = (M B /M A ). pb E.

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

Pengertian Pasang Surut

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 Fisika

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

Materi dan Soal : USAHA DAN ENERGI

Jenis Gaya gaya gesek. Hukum I Newton. jenis gaya gesek. 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik.

GAYA GESEK. Gaya Gesek Gaya Gesek Statis Gaya Gesek Kinetik

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

GRAVITASI. Gambar 1. Gaya gravitasi bekerja pada garis hubung kedua benda.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pengukuran geofisika adalah usaha untuk mendapatkan kuantitas parameterparameter

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Jadi huruf B yang memiliki garis kontur yang renggang menunjukkan kemiringan/daerahnya landai.

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran bentuk dan ukuran bumi termasuk medan gayaberat bumi. Bentuk bumi tidak teratur menyebabkan penentuan bentuk dan ukuran bumi sulit dilakukan. Oleh sebab itu, dibutuhkan model bumi yang dapat mewakili bentuk dan ukuran bumi secara fisis dan matematis yaitu, geoid. Geoid didefinisikan sebagai bidang ekipotensial gayaberat yang berimpit dengan muka laut rerata (mean sea level) yang tidak terganggu (Prihandhito, 011). Penentuan geoid dapat diturunkan dari data gayaberat, disebut geoid gravimetrik. Pemodelan geoid gravimetrik mensyaratkan adanya data gayaberat yang terdistribusi merata di seluruh permukaan bumi. Kenyataannya sulit mendapatkan kondisi tersebut, karena tidak setiap titik di permukaan bumi terdapat data gayaberat. Oleh sebab itu, dilakukan penentuan geoid lokal pada area terbatas. Penentuan geoid lokal teliti memerlukan kontribusi dari tiga komponen, yaitu komponen gelombang panjang (long wavelength), komponen gelombang menengah (medium wavelength) dan komponen geolombang pendek (short wavelength). Ketiga komponen tersebut memberi pengaruh terhadap ketelitian model geoid lokal yang dihasilkan. Komponen gelombang panjang diperoleh dari Model Geopotensial Global (MGG), komponen gelombang pendek diperoleh dari data terrain, sedangkan komponen gelombang menengah diperoleh dari data gayaberat. Data gayaberat untuk penentuan model geoid lokal dapat diperoleh melalui pengukuran terestris dan airbone gravimetry. Kerapatan data gayaberat akan mempengaruhi ketelitian model geoid lokal yang dihasilkan. Semakin rapat distribusi data gayaberat maka ketelitian geoid lokal semakin tinggi (Wardhani, 103) Tahun 009, PT. Pertamina melakukan pengukuran gayaberat terestris di wilayah kerjanya di Pulau Jawa. Pengukuran dilakukan dalam rangka eksplorasi sumber daya minyak bumi. Data gayaberat hasil pengukuran PT. Pertamina biasanya lebih rapat namun melingkupi wilayah yang relatif sempit, misalnya di Bekasi dan 1

Cirebon. Data gayaberat di Bekasi dan Cirebon memiliki karateristik yang berbeda dibandingkan wilayah lain. Distribusi data gayaberat pada kedua wilayah lebih rapat dan pada area yang relatif sempit. Area sempit didefinisikan sebagai area dengan luasan tidak lebih dari 30 km x 30 km. Kerapatan data di kedua wilayah mencapai 0,1 km sampai 0,6 km. Berdasarkan permasalahan tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi model geoid lokal wilayah kerja PT. Pertamina di Bekasi dan Cirebon. Evaluasi dilakukan berdasarkan pola dan ketelitian model geoid Bekasi dan Cirebon dibandingkan model geoid Pulau Jawa hasil penelitian Risdianto tahun 011. Idealnya model geoid dievaluasi terhadap data Global Positioning System-Sipat datar (GPS-Sipat datar). Data tersebut memberi informasi nilai undulasi yang disebut undulasi geoid geometrik. Nilai undulasi geoid geometrik biasanya digunakan sebagai kontrol kualitas terhadap model geoid gravimetrik. Kenyataannya, ketersediaan data GPS-Sipat datar pada kedua wilayah penelitian sangat terbatas, maka digunakan model geoid Pulau Jawa sebagai pembanding. Model geoid Pulau Jawa dianggap memiliki nilai yang benar. Cakupan wilayah Pulau Jawa yang relatif luas dibandingkan wilayah penelitian, dianggap mampu mempresentasikan kondisi Model Geopotensial Global. Model Geopotensial Global merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap pemodelan geoid lokal. Metode perhitungan undulasi geoid menggunakan Two Dimension Fast Fourier Transform (D FFT). Metode ini memiliki tingkat akurasi tinggi dan proses hitungan lebih cepat dibanding metode lain. I.. Rumusan Masalah Komponen yang berpengaruh dominan dalam pemodelan geoid adalah komponen gelombang panjang. Oleh sebab itu, model geoid lokal teliti diperoleh jika tersedia data gayaberat yang terdistribusi merata dan rapat pada cakupan area luas. Semakin rapat ketersediaan data gayaberat dan semakin luas cakupan area, maka semakin teliti model geoid lokal yang dihasilkan. Data gayaberat hasil

3 pengukuran PT. Pertamina di wilayah Cirebon dan Bekasi, memiliki distribusi data yang rapat namun hanya dilakukan pada area yang relatif sempit. Sebelumnya belum pernah dilakukan pemodelan geoid area sempit. Berdasarkan permasalahan tersebut maka pertanyaan penelitian adalah : 1. Bagaimana model geoid lokal pada area sempit di wilayah Bekasi dan Cirebon?. Bagaimana pola dan ketelitian model geoid lokal pada area sempit di wilayah Bekasi dan Cirebon dibandingkan model geoid lokal Pulau Jawa? I.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Membuat model geoid lokal pada area sempit di Bekasi dan Cirebon.. Mengevaluasi model geoid lokal pada area sempit di Bekasi dan Cirebon berdasarkan pola dan ketelitiannya dibandingkan dengan model geoid lokal Pulau Jawa. I.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini adalah diperoleh model geoid lokal wilayah Bekasi dan Cirebon. Model geoid lokal Bekasi dan Cirebon dapat digunakan sebagai bidang referensi tinggi orthometrik oleh PT. Pertamina yang sering memerlukan informasi tinggi secara teliti dalam menjalankan eksplorasinya, maupun oleh pihak lain yang memerlukan aplikasi ketinggian di wilayah Bekasi dan Cirebon. I.5. Cakupan Penelitian Pemodelan geoid lokal wilayah kerja PT.Pertamina di Bekasi dan Cirebon dilakukan pada cakupan area sempit dan distribusi data gayaberat yang rapat. Data gayaberat yang digunakan merupakan data sekunder dengan asumsi data tidak mengandung kesalahan. Model Geopotensial Global yang digunakan adalah EGM008 dengan degree minimal yaitu, 160. Data Digital Terrain Model (DTM) bersumber dari Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1:5.000. Metode perhitungan

4 undulasi geoid adalah D-FFT. Evaluasi dilakukan berdasarkan ketelitian dan pola model geoid yang dihasilkan dibandingkan terhadap model geoid lokal Pulau Jawa dan satu titik GPS-Sipat datar. Model geoid lokal Pulau Jawa dianggap memiliki nilai yang benar dengan ketelitian 0,655 m. I.6. Tinjauan Pustaka Yun (1999) melakukan evaluasi pemodelan geoid gravimerik di Teluk Korea. Model Geopotensial Global yang digunakan adalah EGM96 dengan degree 360. Data gayaberat yang digunakan lebih dari 69.900 titik baik di darat maupun di laut. Penentuan model geoid dilakukan dengan metode Two Dimentional Fast Fourier Tranform (D-FFT). Data pembanding yang digunakan adalah 78 titik GPS-Sipat datar. Hasil penelitian diperoleh standar deviasi sebesar 0,8 m. Rian (009) melakukan penelitian penentuan model geoid lokal untuk wilayah Cilacap dengan metode kolokasi. Interval grid yang digunakan sebesar 30, 1, 5 dan 10 pada setip prosesnya. Hasil yang diperoleh nilai undulasi geoid bernilai 16 m sampai dengan,6 m dan standar deviasi antara,8 cm sampai dengan 13,4 cm. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dengan interval titik yang lebih kecil akan menghasilkan ketelitian model geoid yang lebih tinggi. Oktoriwanda (011) melakukan evaluasi pengaruh ketersediaan gayaberat terhadap ketelitian model geoid di Pulau Jawa. Penelitian tersebut menggunakan seluruh data gayaberat di Pulau Jawa. Interval data digunakan 3 km, 5 km dan 7 km untuk melihat besar pengaruh besar interval data terhadap ketelitian geoid. Kemudian membuat blok blok area batas tambahan sejauh 10 km, 15 km dan 0 km dari luasan asal untuk mengetahui pengaruh adanya area batas tambahan terhadap ketelitian model geoid. Ketelitian maksimum undulasi diperoleh dari interval 3 km dengan beda rerata sebesar 0,69 m dan standar deviasi 0,59 m. Nilai undulasi regional blok dengan perluasan berbeda, ketelitian maksimum diperoleh blok dengan perluasan area 10 km sebesar 1,88 m dan ketelitian minimum dihasilkan dari blok dengan perluasan area 15 km sebesar 1,34 m. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa semakin kecil interval data yang digunakan semakin detail model geoid yang dihasilkan dan semakin luas area batas semakin detail geoid yang dihasilkan. 4

5 Odera, dkk. (01) melakukan penelitian mengenai penentuan geoid gravimetrik dari data EGM008 dan data gayaberat terestris di negara Jepang. Digital Elevation Model (DEM) yang digunakan bersumber dari peta topografi nasional Jepang. Interpolasi Kriging digunakan untuk mendapatkan nilai residual anomali gayaberat. Model geoid yang dijadikan acuan adalah model geoid Jepang hasil penelitian sebelumnya yaitu, JGEOID008. Hasil penelitian tersebut diperoleh peningkatan ketelitian model geoid gravimetrik dengan standar deviasi ±8,9 cm. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa diperlukan data gayaberat yang lebih detail untuk mendapatkan model geoid gravimetrik berketelitian tinggi. Wardhani (013), mengevaluasi geoid lokal Sumatera Selatan berdasarkan ketersediaan dan distribusi gayaberat terestris. Pemodelan geoid lokal menggunakan metode kolokasi kuadrat terkecil. Hasil penelitian menunjukkan residual undulasi maksimum berdasarkan intervalnya diperoleh pada interval 4 km dengan nilai 0,4 m. Berdasarkan blok area dihasilkan nilai minimumnya pada blok 30 km, dan ketelitian terbaik untuk interval km dengan nilai 0,04 m. Penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin kecil interval data gayaberat maka model geoid lokal yang dihasilkan semakin teliti. Penelitian ini, evaluasi model geoid lokal dilakukan di wilayah kerja PT. Pertamina di Bekasi dan Cirebon. Pada kedua wilayah tersebut, luas areanya relatif sempit yaitu tidak lebih dari 30 km x 30 km, namun tersedia data gayaberat dengan distribusi cukup rapat. Distribusi data gayaberat mencapai 0,1 km sampai 0,6 km. Model Geopotensial Global yang digunakan adalah EGM008. Komponen gelombang pendek bersumber dari Peta Rupa Bumi skala 1:5000. Hitungan geoid lokal menggunakan metode D FFT. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan pola dan ketelitian geoid lokal di wilayah penelitian terhadap model geoid lokal Pulau Jawa yang dikembangkan oleh Risdianto (011). 5

6 Peneliti dan Tahun Yun (1999) Rian (009) Tabel I.1. Perbandingan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya Judul Penelitian Bahan Utama Metode Tujuan Precision Geoid Data gayaberat sebanyak Determination by Spherical Mengevaluasi model geoid di Teluk 69.000 titik, EGM96, data D-FFT FFT in and Around The Korea DEM Korean Peninsula Data gayaberat terestris Model Geoid Lokal Cilacap sebanyak 876.064 titik, Menentukan model geoid Cilacap Dengan Metode Perataan Kolokasi Peta RBI skala 1:5.000, beserta ketelitiannya Kolokasi dan EGM008 Oktoriwanda (011) Evaluasi Ketersediaan Data Gayaberat Terhadap Geoid Lokal Pulau Jawa Data gayaberat terstris, data DEM dari SRTM- 30plus, EGM008 D-FFT Memperoleh model dan ketelitian geoid Pulau Jawa dengan interval dan batas data gayaberat berdeda A high-resolution 98.670 data gayaberat Odera, dkk. (01) Gravimetric Geoid Model for Japan from EGM008 and darat dan laut, EGM008, DTM dari peta topografi D-FFT Memperoleh Model geoid Jepang yang berketelitian tinggi Local Gravity Data nasional Jepang 6

7 Lanjutan Tabel I.1. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Bahan Utama Metode Tujuan Evaluasi Geoid Lokal Data gayaberat terstris Sumatera Selatan Sumatra Selatan Memperoleh model dan ketelitian geoid Wardhani Berdasarkan Ketersediaan sebanyak 1.603 titik, Kolokasi lokal Sumatra Selatan dengan interval (013) Dan Distribusi Gayaberat EGM008, SRTM- dan batas data gayaberat berdeda Terestris 30plus Evalusi Model Geoid Lokal Menentukan model geoid lokal di 1900 data gayaberat Penulis Wilayah Kerja Pertamina wilayah Cirebon dan Bekasi beserta terstris, Peta RBI skala D-FFT (014) (Studi Kasus: Bekasi dan ketelitiannya dievaluasi terhadap 1:5.000, dan EGM008 Cirebon) ketelitian geoid lokal Pulau Jawa 7

8 I.7. Landasan Teori I.7.1. Sistem tinggi Tinggi merupakan jarak vertikal suatu titik terhadap bidang referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol (Basuki, 006). Terdapat dua macam bidang referensi ketinggian, yaitu elipsoid dan geoid. Elipsoid adalah model matematis bumi berbentuk elips yang berputar pada sumbu pendeknya. Geoid adalah bidang ekipotensial gayaberat yang berimpit dengan muka laut rerata (mean sea level) yang tidak terganggu (Prihandhito, 011). Tinggi yang bereferensikan pada bidang elipsoid disebut tinggi geometrik, sedangkan tinggi yang bereferensikan pada geoid disebut tinggi orthometrik. Perbedaan nilai tinggi geometrik (h) dan tinggi orthometrik (H) disebut undulasi geoid (N). Hubungan antara tinggi ortometrik, tinggi geometrik dan undulasi geoid di ditunjukkan pada Gambar I.1. P surface ε : defleksi vertikal Gambar I.1. Hubungan tinggi geometrik, tinggi orthometrik dan undulasi geoid (modifikasi Heiskanen dan Moritz, 1967) Hubungan antara tinggi orthometrik, tinggi geometrik dan undulasi geoid, dapat dibuat rumus matematis yang ditunjukkan pada persamaan (I.1)(Kamguia, dkk., 007). H h N...(I.1) Tinggi orthometrik dapat diperoleh dari perbedaan potensial di geoid dengan titik di permukaan bumi. Hubungan matematis di tunjukkan pada persamaan (I.) (Kahar dan Purworahardjo, 008).

9 P Po gdh W p W po C...(I.) Keterangan persamaan (I.) : g : gayaberat C : bilangan geopotensial Wp o : potensial di geoid Wp : potensial di permukaan bumi Bilangan geopotensial C dinyatakan dalam geopotensial units (g.p.u) = 1kgal meter = 1000 gal meter. Nilai g 0,98 gal maka, C g H 0,98H. Bilangan geopotensial yang berada di atas bidang geoid bernilai positif dan bernilai negatif jika berada di bawah geoid. Bilangan geopotensial yang tepat di geoid bernilai nol. I.7.. Gayaberat Gayaberat adalah gaya yang bekerja pada suatu massa di permukaan bumi yang merupakan resultan gaya gravitasi dan gaya sentrifugal ( Holfmann dan Moritz, 005). Vektor gaya gravitasi menuju ke pusat massa bumi, sedangkan vektor gaya sentrifugal tegak lurus terhadap sumbu rotasi bumi. Gambar I.. menunjukkan hubungan vektor gaya gravitasi (G), gaya sentrifugal (f) dan gayaberat (g). Z(+) Elipsoid referensi Meridian Greenwich f ekuator X(+) G g Y(+) Gambar I.. Hubungan gaya gravitasi (G), gaya sentrifugal (f) dan gayaberat (g) (modifikasi dari Heiskanen dan Moritz, 1967)

10 Gayaberat suatu titik di permukaan bumi juga dipengaruhi oleh gaya tarik bulan, gaya tarik matahari dan benda benda luar angkasa lainnya namun pengaruhnya sangat kecil, sehinggga tidak diperhitungkan. Gayaberat di permukaan bumi dinyatakan pada persamaan (I.3). g G f...(i.3) Berdasarkan Hukum Gravitasi Newton, maka persamaan gaya gravitasi diuraikan menjadi persamaan matematis (I.4). M Em G K r o...(i.4) Keterangan persamaan (I.4) : K : konstanta gravitasi Newton = 6,67-11 Nm²/kg² M E m o r : massa bumi (kilogram) : massa unit tertentu : jarak M E dan m o (meter) Gaya sentrifugal didefinisikan sebagai gaya yang arahnya tegak lurus terhadap arah rotasi bumi. Besarnya gaya sentrifugal (f) dinyatakan pada persamaan (I.5). f d...( I.5) Katerangan persamaan (I.5) : : kecepatan sudut rotasi bumi d : jarak titik massa Subtitusi persamaan (I.5) dan (I.4), menghasilkan persamaan gayaberat yang ditunjukkan pada persamaan (I.6). M m g K r E o d...(i.6) Data gayaberat dapat diperoleh dengan pengukuran secara terestris menggunakan alat gravimeter dan teknik airbone gravimetry. Terdapat dua macam metode pengukuran gayaberat terestris yaitu, pengukuran metode absolut dan metode

11 relatif. Metode absolut digunakan untuk penentuan gayaberat teliti, yaitu sebagai titik ikat. Metode relatif digunakan untuk mengukur gayaberat yang beracuan pada titik ikat yang telah diketahui nilai gayaberatnya. Data gayaberat terestris harus dilakukan koreksi drift dan koreksi tide (pasang surut). Koreksi drift diberikan karena perubahan elastisitas pegas pada gravimeter. Koreksi tide diberikan untuk menghilangkan pengaruh gaya tarik bulan dan matahari. Data gayaberat hasil pengukuran harus direduksi ke bidang geoid agar dapat digunakan untuk penentuan geoid. Ada beberapa metode reduksi gayaberat, yaitu reduksi free-air, reduksi Bouguer dan reduksi Isostasi. Salah satu metode reduksi yang sering digunakan adalah reduksi free-air. Reduksi free-air hanya memperhitungkan ketinggian tanpa memperhitungkan massa batuan antara geoid dan topografi. Reduksi free-air dapat dirumuskan dengan persamaan (I.7) (Ewing, 1976). g o g 0, 3086H... (I.7) Keterangan persamaan (I.7) : H : tinggi orthometrik g o g : gayaberat di geoid : gayaberat di topografi I.7..1 Gayaberat normal. Gayaberat normal didefinisikan sebagai gayaberat yang beracuan pada bidang referensi elipsoid. Rumus umum gayaberat normal dinyatakan pada persamaan (I.8) (Heinskanen dan Moritz, 1967). 1 sin sin E Keterangan persamaan (I.8) : : gayaberat normal E 1 : gayaberat normal di ekuator : lintang...(i.8) β 1 dan β : konstanta yang besarnya berbeda untuk setiap lintang