BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang
|
|
- Adi Budiono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 Pendahuluan 1.1.Latar Belakang Perubahan vertikal muka air laut secara periodik pada sembarang tempat di pesisir atau di lautan merupakan fenomena alam yang dapat dikuantifikasi. Fenomena tersebut dikenal sebagai pasang surut (pasut) atau tide. Fenomena naik-turunnya muka air laut tersebut terjadi akibat adanya gaya tarik benda-benda luar angkasa, khususnya akibat gaya gravitasi bulan dan matahari yang bekerja terhadap bumi. Dasar pengertian ilmiah tentang pembangkitan pasut laut dikemukakan oleh Newton ( ). Ilmuwan besar dari Inggris ini berhasil menerangkan formulasi hukum gravitasi untuk menunjukkan mengapa terjadi dua kali bulan purnama dalam satu bulan serta menghasilkan ide teori pasut setimbang (equilibrium tide). Newton mengemukakan teori pasutnya, antara lain : bahwa matahari dan bulan membangkitkan medan gaya di sekeliling bumi, dimana arah dan besarnya gaya berubah-ubah secara periodik sesuai dengan posisi kedua benda langit itu terhadap bumi. Gaya-gaya inilah yang membangkitkan pasut laut dan disebut Gaya Pembangkit Pasut. Sekitar satu abad setelah penemuan Newton, pada tahun 1775, Marquis P.S. Laplace mempublikasikan konsep respon dinamik dari pasut laut yang diformulasikan dalam persamaan Laplace (Laplace Tidal Equation LTE). Laplace memisahkan gerakan pasut dalam beberapa jenis, yaitu gerakan harian ganda (semidiurnal), gerakan harian tunggal (diurnal), serta gerakan dengan periode panjang. Pada umumnya pengukuran pasut dilakukan di sepanjang pantai dengan menggunakan palem pasut (tide gauge). Data dari stasiun pasut ini umumnya hanya valid untuk wilayah sempit di sekitar lokasi pengamatan, sedangkan karakter pasut di luar wilayah tersebut biasanya diprediksi dengan menggunakan cotidal chart. Palem pasut memiliki distribusi yang tidak merata. Secara geografis distribusi lokasi pengamatan pasut terkonsentrasi di sepanjang pantai yang biasanya memiliki aktivitas komersil. Hal ini menyebabkan pengukuran pasut lokal tidak mencerminkan kondisi pasut di laut bebas karena jarang dilakukan di 1
2 laut lepas [Le Provost, 2001]. Salah satu cara untuk mendapatkan informasi pasut di laut terbuka adalah dengan melakukan ekspedisi dan memasang stasiun pelagic (deep-pressure recorder), namun ternyata hal ini tidak efisien dan hanya sedikit pengamatan yang bisa dilakukan di sebagian kecil lautan sementara sebagian besar lautan belum dapat teramati. Sekitar tahun 1970 muncul dan berkembang teknologi satelit altimetri sehingga menjadi alternatif pemecahan masalah kekurangan data pasut di lautan lepas, karena satelit ini didesain untuk mengamati dinamika laut dunia, termasuk pasut, sirkulasi arus global, dan lainnya. Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan satelit altimetri memiliki tingkat presisi dan akurasi yang cukup tinggi serta terdistribusi secara global. Oleh karena itu sangat memungkinkan untuk mengekstrak sinyal pasut dari satelit altimetri dengan menggunakan metode empirik. Sinyal pasut dari satelit altimetri pertama kali diekstrak dari Seasat dan pada saat itu mulailah dikembangkan model pasut dari data altimetri [Le Provost, 1983]. Berdasarkan data 2,5 tahun data altimetri GEOSAT Exact Repeat Mission, Cartwright dan Ray (1990) mendapatkan model pasut global pertama yang diturunkan dari satelit altimetri yang hasilnya lebih akurat dibandingkan dengan model Schwiderski (1980) yang diturunkan berdasarkan solusi model hidrodinamika dari persamaan Laplace. Sejak diluncurkannya satelit TOPEX/POSEIDON (T/P) yang memiliki resolusi temporal 10 hari dan resolusi spasial sepanjang lintasan satelit kira-kira 7 km dan jarak antar lintasan sekitar 3 0 atau sekitar 300 km pada ekuator [C.J. Koblinsky et al., 1992], munculah beberapa model pasut yang diturunkan dari data altimetri. Walaupun semua model pasut yang diturunkan dari satelit altimetri T/P memiliki akurasi 2-3 cm di lautan dalam, namun untuk area pesisir dan laut dangkal masih terdapat masalah yang cukup rumit [Schum et al., 1997, 2001]. Solusi model pasut global saat ini masih memiliki aspek keterbatasan, misalnya model pasut Schrama et al. (1994) dan Smith et al.(1995) yang hanya dibatasi untuk laut dengan kedalaman > 200 m sedangkan wilayah Indonesia memiliki wilayah perairan 2
3 dengan kedalaman < 200m. Hal ini tentu saja menyebabkan model global pasut tersebut kurang cocok untuk digunakan di wilayah ini. Di sisi lain, karena karakteristik wilayah pulau-pulau di Indonesia terpisah oleh lautan serta jumlah stasiun pasut yang masih terbatas, menyebabkan model pasut lokal belum banyak dapat ditentukan. Berdasarkan studi yang dilakukan mengenai penggunaan model global pasut di wilayah Indonesia, model Finite Element Solution 2002 (FES2002) maupun Global Ocean Tide2000 (GOT00.2) memberikan hasil yang baik pada wilayah lautan terbuka atau lautan lepas, seperti Samudera Hindia dan Samudera Pasifik sedangkan untuk wilayah studi di daerah perairan kepulauan (internal water), model pasut global memberikan hasil yang tidak begitu baik [Prijatna et al., 2005]. Dalam tesis ini, akan dibahas mengenai studi awal pemodelan pasut yang diturunkan dari satelit altimetri Topex dan Jason-1 untuk wilayah regional di perairan Indonesia. Pada tabel 1.1 terlihat bahwa perkiraan maksimum kesalahan penggunaan model pasut global pada misi satelit Topex adalah sebesar 3 cm. Diharapkan pemodelan pasut secara empirik dari satelit altimetri dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan model pasut global. Dengan demikian, diharapkan model pasut empirik ini dapat digunakan sebagai koreksi pasut untuk data satelit altimetri di perairan Indonesia. Tabel 1.1. Perkiraan maksimum kesalahan dan bias pada misi Topex [Scharoo, 2002] 3
4 Metode yang akan digunakan dalam pembahasan tesis ini adalah analisis harmonik dengan metode least square karena kita memiliki banyak data untuk menentukan beberapa konstanta pasut. Tujuan dari analisa harmonik adalah untuk menentukan amplitudo dan fase pada masing-masing konstanta pasang-surut berdasarkan frekuensi astronomi dari suatu perekaman data deret waktu (time series). 1.2.Perumusan Masalah Interval pencuplikan data pada satelit Topex dan Jason-1 jauh memiliki periode yang lebih besar dibandingkan dengan periode gelombang pasut, terutama untuk komponen semidiurnal dan diurnal menimbulkan adanya fenomena aliasing yaitu berubahnya nilai frekuensi asli komponen pasut menjadi frekuensi semu atau palsu. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana caranya menginvestigasi masalah tidal aliasing pada data pasut satelit altimetri Topex dan Jason-1 karena hasil frekuensi aliasing ini akan digunakan sebagai input dalam analisis harmonik. Tesis ini akan mencoba menjawab permasalahan tersebut. Data satelit altimetri masih mengandung kesalahan acak akibat kesalahan pada instrumen satelit, salah satunya adalah noise. Noise ini dapat menimbulkan suatu sinyal baru yang mempengaruhi sinyal pasut. Oleh karena itu pada proses ekstraksi komponen pasut harus dipilih metode pengolahan data yang optimal, salah satunya dengan memaksimalkan penggunaan metode least squares. Pertanyaan yang kemudian muncul, apakah algoritma least square dengan pembobotan dapat memberikan hasil yang optimal dalam mengidentifikasi komponen-komponen pasut yang mempunyai kontribusi signifikan dalam pembentukan gelombang pasut?tesis ini akan mencoba menjawab pertanyaan ini. Pemodelan pasut regional di wilayah perairan Indonesia masih belum baik terutama untuk karena 4
5 Penggunaan model pasut global belum sesuai jika digunakan di wilayah regional Indonesia seperti di wilayah laut dangkal dan wilayah perairan tertutup Pertanyaan yang kemudian muncul, bagaimana kita mendapatkan model yang sesuai? Pemodelan pasut dari data altimetri mungkin dapat menjawabnya. Tesis ini akan mencoba membuat pemodelan pasut dari data altimetri untuk wilayah Indonesia. 1.3.Pembatasan Masalah Wilayah kajian dalam tesis ini adalah perairan Indonesia dan sekitarnya dengan dengan cakupan LU sampai 19 0 LS, dan 85 0 BT sampai BT yaitu berjumlah 151 titik crossover. Pengekstrakan sinyal pasut dilakukan hanya pada titik-titik crossover, yaitu titik perpotongan antara lintasan naik (ascending) dan lintasan turun (descending) satelit altimetri Topex dan Jason-1 selama kurun waktu 31 Desember Desember Tabel 1.1 Sumber data altimetri misi Topex dan Jason-1 Misi Satelit Sumber Cycle Waktu Topex RADS-TU DELFT Desember Agustus 2002 Jason-1 RADS-TU DELFT RADS-TU DELFT (online) Agustus Juni Juni Desember
6 Gambar 1.1 Daerah kajian wilayah perairan Indonesia dan sekitarnya (garis merah menunjukkan lintasan satelit Topex naik dan turun) 1.4.Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam tesis ini adalah sebagai berikut : Studi literatur, dari buku-buku yang berkaitan, penelitian yang pernah dilakukan maupun dari situs internet. Pengumpulan data altimetri Topex dan Jason-1 di wilayah kajian dari basis data RADS (Radar Altimetri Database System)dan menggabungkan data dari kedua misi satelit tersebut. Melakukan koreksi dan reduksi pada data satelit altimetri meliputi koreksi instrumen, koreksi efek atmosfer, koreksi efek geofisika, dan koreksi antar muka laut-udara kecuali koreksi terhadap pasut laut sehingga dihasilkan data altimetri masih memiliki sinyal pasut, yang disebut data RSS (residual sea surface). Menganalisis time-series data RSS menggunakan analisis harmonik dengan metode least square disertai pembobotan dan uji statistik terhadap 6
7 komponen pasut yang mempunyai kontribusi yang signifikan dalam pembentukan gelombang pasut. Sebagai verifikasi dilakukan dengan cara membandingkan nilai SLA (sea level anomaly) yang didapat dari RSS setelah dikoreksikan model pasut dari Topex dan Jason-1 dengan model pasut global yang sudah ada dalam basis data RADS yaitu FES2004. Penarikan kesimpulan dan rekomendasi mengenai penelitian ini untuk studi lebih lanjut. 1.5.Manfaat Penelitian Pada mulanya fenomena pasut menarik untuk dipelajari karena informasi yang diperoleh dari pemrosesan data pasang surut (pasut) memiliki manfaat yang besar untuk keperluan aktivitas perdagangan, namun seiring berkembangnya ilmu dan teknologi saat ini, tujuan dan kegunaan studi tentang pasut juga sangat bermanfaat untuk berbagai bidang diantaranya untuk keperluan navigasi, geodesi dan oseanografi. Manfaat penelitian dalam tesis ini secara keilmuan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan teknologi satelit altimetri pada studi awal pemodelan pasut regional di wilayah Indonesia. Model pasut yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pengkoreksian pasut untuk data altimetri itu sendiri. Dengan penggunaan algoritma pada metode analisis harmonik least square dengan pembobotan diharapkan dapat memberikan hasil yang optimal pada proses ekstraksi komponen pasut. 7
8 1.6.Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam tesis ini tersusun atas lima bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini akan diuraikan mengenai pokok-pokok pemikiran penulisan tugas akhir yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan masalah, metodologi penelitian dan struktur sistematika pembahasan. BAB II TEORI HARMONIK DAN TEKNIK ANALISIS HARMONIK PASANG SURUT LAUT Bab ini menjelaskan tentang teori harmonik dan teknik analisis pasang surut laut. Dalam bab ini pula dijelaskan mengenai potensial gaya pembangkit pasut, pasut setimbang, komponen harmonik pasut serta tata cara perhitungan analisis harmonik metode least square. BAB III SATELIT ALTIMERI DAN PEMODELAN PASUT Dalam bab ini akan diuraikan mengenai prinsip pengukuran satelit altimetri, pengoreksian data untuk pemodelan pasut, serta beberapa metode pemodelan pasut termasuk didalamnya masalah tidal aliasing pada data pasut satelit altimetri. BAB IV PEMROSESAN DATA DAN ANALISIS Dalam bab ini akan diuraikan mengenai karakteristik data satelit altimetri dan algoritma pengolahan data, hasil penelitian serta analisisnya. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini serta rekomendasi berupa hal-hal yang perlu untuk pengembangan studi pemodelan pasut regional lebih lanjut di perairan Indonesia. 8
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laut merupakan massa air yang menutupi sebagian besar dari permukaan Bumi dan memiliki karakteristik fisik yang bersifat dinamis. Karakteristik fisik laut yang bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi satelit altimetri pertama kali diperkenalkan oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) pada tahun 1973. Saat ini, satelit altimetri mempunyai
Lebih terperinciBab IV Pengolahan Data dan Analisis
Bab IV Pengolahan Data dan Analisis Kualitas data yang dihasilkan dari suatu pengukuran sangat tergantung pada tingkat kesuksesan pereduksian dan pengeliminasian dari kesalahan dan bias yang mengkontaminasi
Lebih terperinciBab III Satelit Altimetri dan Pemodelan Pasut
Bab III Satelit Altimetri dan Pemodelan Pasut III.1 Satelit Altimetri Sebelum adanya satelit altimetri, stasiun pasut (tide gauge) merupakan sumber data utama untuk memperoleh nilai pasut. Pengukuran yang
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Penentapan Kriteria Data Topex/ Poseidon Data pengamatan satelit altimetri bersumber dari basis data RADS (Radar Altimeter Database System). Data altimetri yang
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DATA DAN HASIL
BAB III PENGOLAHAN DATA DAN HASIL Kualitas hasil sebuah pengolahan data sangat bergantung pada kualitas data ukuran yang terlibat di dalam proses pengolahan data dan strategi dari pengolahan data itu sendiri.
Lebih terperinciPerbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square
1 Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square Miftakhul Ulum dan Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Informasi pasang surut (pasut) laut dibutuhkan bagi Indonesia sebagai salah satu negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah perairan yang cukup luas. Luas laut
Lebih terperinciPROSES DAN TIPE PASANG SURUT
PROSES DAN TIPE PASANG SURUT MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN METODA
BAB 2 DATA DAN METODA 2.1 Pasut Laut Peristiwa pasang surut laut (pasut laut) adalah fenomena alami naik turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi bendabenda-benda
Lebih terperinciPROSES DAN TIPE PASANG SURUT
MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian Pasang Surut Pasang surut
Lebih terperinciTabel 4.1 Perbandingan parameter hasil pengolahan data dengan dan tanpa menggunakan moving average
BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis terhadap Moving average Hasil pengolahan data menunjukan bahwa proses moving average tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap nilai konstanta pasut laut yang dihasilkan
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2016
ANALISIS HARMONIK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KUADRAT TERKECIL UNTUK PENENTUAN KOMPONEN-KOMPONEN PASUT DI WILAYAH LAUT SELATAN PULAU JAWA DARI SATELIT ALTIMETRI TOPEX/POSEIDON DAN JASON-1 Jaka Gumelar, Bandi
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA Pas Pa ang Surut Teor 1 Te Pembentukan Pasut a. Teor i Kesetimbangan
4 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pasang Surut Pasang surut selanjutnya disebut pasut adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda benda langit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Penelitian Kecamatan Muara Gembong merupakan daerah pesisir di Kabupaten Bekasi yang berada pada zona 48 M (5 0 59 12,8 LS ; 107 0 02 43,36 BT), dikelilingi oleh perairan
Lebih terperinciBAB III PENGAMBILAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB III PEGAMBILA DA PEGOLAHA DATA Pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi dua aspek, yaitu pengamatan data muka air dan pengolahan data muka air, yang akan dibahas dibawah ini sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian II.1.1 Kondisi Geografi Gambar 2.1. Daerah Penelitian Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS. Berdasarkan
Lebih terperinciPENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H
PENGANTAR OCEANOGRAFI Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H21114307 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar 2014 Kondisi Pasang Surut di Makassar Kota
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Perairan Pantai Pemaron merupakan salah satu daerah yang terletak di pesisir Bali utara. Kawasan pesisir sepanjang perairan Pemaron merupakan kawasan pantai wisata
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Oseanografi Perairan Teluk Bone Letak geografis Perairan Teluk Bone berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di sebelah Barat dan Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara di
Lebih terperinciIII-11. Gambar III.13 Pengukuran arus transek pada kondisi menuju surut
Hasil pengukuran arus transek saat kondisi menuju surut dapat dilihat pada Gambar III.13. Terlihat bahwa kecepatan arus berkurang terhadap kedalaman. Arus permukaan dapat mencapai 2m/s. Hal ini kemungkinan
Lebih terperinciPENENTUAN KOMPONEN KOMPONEN PASANG SURUT DARI DATA SATELIT JASON DENGAN ANALISIS HARMONIK METODE KUADRAT TERKECIL
PENENTUAN KOMPONEN KOMPONEN PASANG SURUT DARI DATA SATELIT JASON DENGAN ANALISIS HARMONIK METODE KUADRAT TERKECIL Bernadet Srimurniati Ningsih, Ir.Sutomo Kahar,M.Si *, LM Sabri, ST., M.T * Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat dua jenis perairan di dunia ini, yaitu perairan laut dan perairan kedalaman atau yang juga disebut inland water. Perairan kedalaman dapat diklasifikasikan
Lebih terperinciGambar 1. Pola sirkulasi arus global. (www.namce8081.wordpress.com)
Arus Geostropik Peristiwa air yang mulai bergerak akibat gradien tekanan, maka pada saat itu pula gaya coriolis mulai bekerja. Pada saat pembelokan mencapai 90 derajat, maka arah gerak partikel akan sejajar
Lebih terperinciBab II Teori Harmonik Pasang Surut Laut
Bab II Teori Harmonik Pasang Surut Laut Fenomena pasang surut dihasilkan oleh adanya gaya tarik menarik bulan dan matahari yang berpengaruh terhadap bumi. Meskipun gejala pasut ini sudah diketahui sejak
Lebih terperinciSPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
SPESIFIKASI PEKERJAAN SURVEI HIDROGRAFI Jurusan Survei dan Pemetaan UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Spesifikasi Pekerjaan Dalam pekerjaan survey hidrografi, spesifikasi pekerjaan sangat diperlukan dan
Lebih terperinciPuncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.
PASANG SURUT Untuk apa data pasang surut Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Mengingat
Lebih terperinci2 BAB II LANDASAN TEORI DAN DATA
2 BAB II LANDASAN TEORI DAN DATA 2.1 Pasut Laut Fenomena pasang dan surutnya muka air laut biasa disebut sebagai pasut laut (ocean tide). Pasut terjadi dikarenakan oleh perbedaan gaya gravitasi dari pergantian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satelit altimetri merupakan satelit yang berfungsi untuk mengamati topografi dan dinamika permukaan laut. Sistem satelit ini terdiri dari radar altimeter yang memiliki
Lebih terperinciBAB II TEKNOLOGI SATELIT ALTIMETRI DAN PASUT LAUT
BAB II TEKNOLOGI SATELIT ALTIMETRI DAN PASUT LAUT Satelit altimetri merupakan salah satu metode penginderaan jauh yang misi utamanya adalah mengukur jarak vertikal muka air laut terhadap bidang referensi
Lebih terperinciPasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino
Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino G181 Iva Ayu Rinjani dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl.
Lebih terperinciII. KAJIAN PUSTAKA. mengkaji penelitian/skripsi sebelumnya yang sama dengan kajian penelitian
5 II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Untuk menghindari pengulangan topik atau kajian penelitian, seorang peneliti harus mengkaji penelitian/skripsi sebelumnya yang sama dengan kajian penelitian
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Pasang surut air laut timbul terutama karena gaya tarik menarik gravitasi
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori pasang surut Pasang surut air laut timbul terutama karena gaya tarik menarik gravitasi bumi terhadap bulan dan matahari, sedang kontribusi gaya tarik menarik planetplanet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang antara 95 o BT 141 o BT dan 6 o LU 11 o LS (Bakosurtanal, 2007) dengan luas wilayah yang
Lebih terperinciBAB II SATELIT ALTIMETRI
BAB II SATELIT ALTIMETRI Teknologi satelit altimetri merupakan salah satu teknologi penginderaan jauh yang digunakan untuk mengamati dinamika topografi permukaan laut yang tereferensi terhadap suatu bidang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI SUNGAI DAN PASANG SURUT
BAB II LANDASAN TEORI SUNGAI DAN PASANG SURUT 2.1 Sungai Sungai merupakan air larian alami yang terbentuk akibat siklus hidrologi. Sungai mengalir secara alami dari tempat yang tinggi menuju tempat yang
Lebih terperinciTEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).
III. TEORI DASAR 3.1. Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah salah satu metode geofisika yang didasarkan pada pengukuran medan gravitasi. Pengukuran ini dapat dilakukan di permukaan bumi, di kapal maupun
Lebih terperinciPengertian Pasang Surut
Pengertian Pasang Surut Pasang surut adalah fluktuasi (gerakan naik turunnya) muka air laut secara berirama karena adanya gaya tarik benda-benda di lagit, terutama bulan dan matahari terhadap massa air
Lebih terperinciAnalisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga
nalisis Harmonik Pasang Surut untuk Menghitung Nilai Muka Surutan Peta (Chart Datum) Stasiun Pasut Sibolga I. U. KHSNH 1*, S. WIRDINT 2 dan Q. GUVIL 3 1,3 Tenaga Pengajar Teknik Geodesi, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pasang surut laut (pasut) merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya
Lebih terperinciPERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE
Sidang Tugas Akhir PERBANDINGAN AKURASI PREDIKSI PASANG SURUT ANTARA METODE ADMIRALTY DAN METODE LEAST SQUARE Miftakhul Ulum 350710021 Pendahuluan 2 Latar Belakang Pasut fenomena periodik dapat diprediksi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Beda Tinggi Antara Bench Mark Dengan Palem Dari hasil pengukuran beda tinggi dengan metode sipat datar didapatkan beda tinggi antara palem dan benchmark
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Validasi Data Pasang surut merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk melakukan validasi model. Validasi data pada model ini ditunjukkan dengan grafik serta
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Studi Kecamatan Muara Gembong merupakan kecamatan di Kabupaten Bekasi yang terletak pada posisi 06 0 00 06 0 05 lintang selatan dan 106 0 57-107 0 02 bujur timur. Secara
Lebih terperinciDefinisi Arus. Pergerakkan horizontal massa air. Penyebab
Definisi Arus Pergerakkan horizontal massa air Penyebab Fakfor Penggerak (Angin) Perbedaan Gradien Tekanan Perubahan Densitas Pengaruh Pasang Surut Air Laut Karakteristik Arus Aliran putaran yang besar
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP
KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP Mifroul Tina Khotip 1, Aries Dwi Siswanto 2, Insafitri 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo
Lebih terperinciSATELIT ALTIMETRI DAN APLIKASINYA DALAM BIDANG KELAUTAN
SATELIT ALTIMETRI DAN APLIKASINYA DALAM BIDANG KELAUTAN Eko Yuli Handoko Program Studi Teknik Geodesi, FTSP-ITS ekoyh@geodesy.its.ac.id Abstrak Satelit altimetri merupakan suatu teknologi penginderaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan berada pada 6 o LU hingga 11 o LS serta pada 95 o BT hingga 141 o BT. Berdasarkan data dari Badan Informasi
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Metodologi Penelitian Minggu 6 dan 7 1 Penelitian di bidang Geodesi Difokuskan pada aspek-aspek penerapan teknologi Geodesi dan Geomatika. Sesuai dengan sifat dan lingkup materi Kajian, kegiatan profesional
Lebih terperinciSTUDI SEA LEVEL RISE (SLR) MENGGUNAKAN DATA MULTI SATELIT ALTIMETRI K. SAHA ASWINA D., EKO YULI HANDOKO, M. TAUFIK
STUDI SEA LEVEL RISE (SLR) MENGGUNAKAN K. SAHA ASWINA D., EKO YULI HANDOKO, M. TAUFIK Program Studi Teknik Geomatika FTSP - ITS Sukolilo, Surabaya Email : sahaaswina@yahoo.com Abstrak Pemantauan dan pemahaman
Lebih terperinciSTUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)
Studi Penentuan Draft dan Lebar Ideal Kapal Terhadap Alur Pelayaran STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN Putu Angga Bujana, Yuwono Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus
Lebih terperinciOleh: Ikhsan Dwi Affandi
ANALISA PERUBAHAN NILAI MUKA AIR LAUT (SEA LEVEL RISE) TERKAIT DENGAN FENOMENA PEMANASAN GLOBAL (GLOBAL WARMING) ( Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ) Oleh: Ikhsan Dwi Affandi 35 08 100 060
Lebih terperinciSimulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa
G174 Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa Muhammad Ghilman Minarrohman, dan Danar Guruh Pratomo Departemen Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciPembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi
G186 Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi Muhammad Didi Darmawan, Khomsin Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Januari 2016
ANALISIS SEA LEVEL RISE DAN KOMPONEN PASANG SURUT DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-2 Yosevel Lyhardo Sidabutar, Bandi Sasmito, Fauzi Janu Amarrohman *) Program Studi Teknik Geodesi Fakultas
Lebih terperinciBAB III 3. METODOLOGI
BAB III 3. METODOLOGI 3.1. Pasang Surut Pasang surut pada umumnya dikaitkan dengan proses naik turunnya muka laut dan gerak horizontal dari massa air secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik
Lebih terperinciSEA SURFACE VARIABILITY OF INDONESIAN SEAS FROM SATELLITE ALTIMETRY
SEA SURFACE VARIABILITY OF INDONESIAN SEAS FROM SATELLITE ALTIMETRY Eko Yuli Handoko 1) & K. Saha Aswina 1) 1) Teknik Geomatika, FTSP-ITS Abstract Indonesia, which is an archipelago, has nearly 17,000
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Hasil Model dengan DISHIDROS Komponen gelombang pasang surut M2 dan K1 yang dipilih untuk dianalisis lebih lanjut, disebabkan kedua komponen ini yang paling dominan
Lebih terperinciOleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh. Program Studi Teknik Geomatika ITS Sukolilo, Surabaya
PENENTUAN HWS (HIGH WATER SPRING) DENGAN MENGGUNAKAN KOMPONEN PASUT UNTUK PENENTUAN ELEVASI DERMAGA (Studi Kasus: Rencana Pembangunan Pelabuhan Teluk Lamong) Oleh : Ida Ayu Rachmayanti, Yuwono, Danar Guruh
Lebih terperinciPraktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :
Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. 2. 3. Nilai PASANG SURUT Nama : NIM : Oleh JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA 2015 MODUL 5. PASANG SURUT TUJUAN
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :
Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program
Lebih terperinciB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satelit altimetri adalah sebuah teknologi dalam bidang geodesi satelit dengan manfaat yang cukup besar dalam pemantauan muka laut global dalam jangka waktu panjang.
Lebih terperinciIII HASIL DAN DISKUSI
III HASIL DAN DISKUSI Sistem hidrolika estuari didominasi oleh aliran sungai, pasut dan gelombang (McDowell et al., 1977). Pernyataan tersebut mendeskripsikan kondisi perairan estuari daerah studi dengan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kota Semarang berada pada koordinat LS s.d LS dan
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Semarang berada pada koordinat 6 0 55 34 LS s.d. 7 0 07 04 LS dan 110 0 16 20 BT s.d. 110 0 30 29 BT memiliki wilayah pesisir di bagian utara dengan garis pantai
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri =( )/2 (2.1)
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri Pengukuran pada satelit altimetri adalah pengukuran jarak dari altimeter satelit ke permukaan laut. Pengukuran jarak dilakukan dengan memanfaatkan
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Bone, Perairan Sulawesi dan sekitarnya, Indonesia (Gambar 6). Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Teluk Bone,
Lebih terperinciSimulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6 No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-172 Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa Muhammad Ghilman Minarrohman, dan Danar Guruh
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Satelit Altimetri
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Konsep Dasar Satelit Altimetri Satelit altimetri adalah wahana untuk mengukur ketinggian suatu titik terhadap referensi tertentu. Satelit altimetri terdiri atas tiga komponen utama
Lebih terperinciPERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 2, Tahun 2015, Halaman 508-515 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose PERAMALAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PELABUHAN KUALA STABAS, KRUI, LAMPUNG BARAT
Lebih terperinciANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO
Bangun Muljo Sukojo 1, Iva Ayu Rinjani 1 1 Departemen Teknik Geomatika, FTSLK-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail: 1 bangun_ms@geodesy.its.ac.id Abstrak Pengaruh fenomena El Nino
Lebih terperinciBAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI
BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI Lokasi pada lepas pantai yang teridentifikasi memiliki potensi kandungan minyak bumi perlu dieksplorasi lebih lanjut supaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki laut yang lebih luas daripada daratan, untuk itu pengetahuan mengenai kelautan menjadi sangat penting
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Foto stasiun pengamatan pasut di Kecamatan Muara Gembong
BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pasut Dalam pengambilan data pasut, ada dua cara pengukuran yang dapat dilakukan, yitu pengukuran secara manual dan otomatis. Pengukuran manual menggunakan alat palem, sementara dalam
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Agustus 2013
PEMBUATAN APLIKASI PENGOLAH KOMPONEN PASUT METODE PERATAAN KUADRAT TERKECIL BERBASIS WEB Agung Setiawan 1), Andri Suprayogi, ST., MT 2), Arief Laila Nugraha, ST., M.Eng 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas
Lebih terperinciTERBATAS 1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI. Tabel 1. Daftar Standard Minimum untuk Survei Hidrografi
1 BAB II KETENTUAN SURVEI HIDROGRAFI 1. Perhitungan Ketelitian Ketelitian dari semua pekerjaan penentuan posisi maupun pekerjaan pemeruman selama survei dihitung dengan menggunakan metoda statistik tertentu
Lebih terperinciPEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1
PEMODELAN POLA ARUS LAUT PERMUKAAN DI PERAIRAN INDONESIA MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1 RAHMA WIDYASTUTI(3506 100 005) TEKNIK GEOMATIKA ITS - SURABAYA Pembimbing : Eko Yuli Handoko,ST.MT Ir.
Lebih terperinciSimulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004
Simulasi Pola Arus Dua Dimensi Di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu Pada Bulan September 2004 R. Bambang Adhitya Nugraha 1, Heron Surbakti 2 1 Pusat Riset Teknologi Kelautan-Badan (PRTK), Badan Riset Kelautan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis dan mempunyai karakteristik yang beragam pada setiap wilayah di kabupaten/kota. Wilayah pesisir itu sendiri merupakan
Lebih terperinciKONSTANTA PASUT PERAIRAN LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SANGIHE
KONSTANTA PASUT PERAIRAN LAUT DI SEKITAR KEPULAUAN SANGIHE (Tidal Constant of Marine Waters Around The Sangihe Archipelago) Sutrian A. Malo 1*, Gybert E. Mamuaya 1, Royke M. Rampengan 1 1. Program Studi
Lebih terperinciIV HASIL DAN PEMBAHASAN
30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Peta co-tidal Perairan Indonesia Arah rambatan konstanta Pasut ditentukan dengan menganalisis kontur waktu air tinggi (satuan jam) suatu perairan. Jika kontur waktu air
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pasang Surut Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2013
Analisis Sea Level Rise Menggunakan Data Satelit Altimetri Jason-2 Periode 2008-1012 (Studi Kasus: Laut Utara Jawa dan Laut Selatan Jawa) Yugi Limantara 1) Ir. Bambang Sudarsono, MS 2) Bandi Sasmito, ST.,
Lebih terperinciSTUDI PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1
STUDI PASANG SURUT DI PERAIRAN INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT ALTIMETRI JASON-1 Lukman Raharjanto 3508100050 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA,DESS JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi penyusunan basis data, pemodelan dan simulasi pola sebaran suhu air buangan
Lebih terperinciKOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER
KOMPARASI HASIL PENGAMATAN PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU PRAMUKA DAN KABUPATEN PATI DENGAN PREDIKSI PASANG SURUT TIDE MODEL DRIVER Muhammad Ramdhan 1) 1) Peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sea Level Rise atau yang biasa disebut SLR merupakan fenomena peningkatan volume air laut yang diakibatkan karena beberapa hal kompleks. Pada mulanya, SLR merupakan
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perbandingan Hasil Pemodelan dengan Data Lapang 4.1.1 Angin Angin pada bulan September 2008 terdiri dari dua jenis data yaitu data angin dari ECMWF sebagai masukan model dan
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip APRIL 2015
APLIKASI SATELIT ALTIMETRI DALAM PENENTUAN SEA SURFACE TOPOGRAPHY (SST) MENGGUNAKAN DATA JASON-2 PERIODE 2011 (STUDI KASUS : LAUT UTARA JAWA) Alvian Danu Wicaksono, Bambang Darmo Yuwono, Yudo Prasetyo
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI
MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI Modul Pengolahan Data Rata-rata Tunggang Pasut Disusun oleh : Asyari Adisaputra 2010 Pendahuluan Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teori Pasut Laut
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Teori Pasut Laut Pasut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet, bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda angkasa dan luar materi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sedimen merupakan unsur pembentuk dasar perairan. Interaksi antara arus dengan dasar perairan berpengaruh terhadap laju angkutan sedimen. Laju angkutan sedimen tersebut
Lebih terperinciANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant
: 48-55 ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI Musrifin 1) 1) Staf Pengajar Fakultas Perikanan dan Ilmu Universitas Raiu Diterima : 5 April 2011 Disetujui : 14 April 2011 ABSTRACT Tidal
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial
BAB II DASAR TEORI 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial Dalam konteks aktivitas, ruang lingkup pekerjaan ilmu geodesi umumnya mencakup tahapan pengumpulan data, pengolahan dan manipulasi data,
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA PASUT DAN ARUS DI KAWASAN PESISIT KECAMATAN MUARA GEMBONG, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT. TUGAS AKHIR Karya tulis ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:
AMPLITUDO KONSTANTA PASANG SURUT M2, S2, K1, DAN O1 DI PERAIRAN SEKITAR KOTA BITUNG SULAWESI UTARA Amplitude of the Tidal Harmonic Constituents M2, S2, K1, and O1 in Waters Around the City of Bitung in
Lebih terperinci3. METODOLOGI. Penelitian tentang Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut
3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan waktu pengamatan Penelitian tentang Kinerja OTT PS 1 Sebagai Alat Pengukur Pasang Surut Air Laut dilaksanakan di Muara Binuangeun yang terletak pada 06º50 35.88 LS dan 105º53
Lebih terperinciStudi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah
Buletin Oseanografi Marina April 03. vol. 6-67 Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara, Jawa Tengah Lucy Amellia Lisnawati *), Baskoro Rochaddi *), Dwi Haryo Ismunarti *) *)
Lebih terperinciBAB IV PASANG SURUT AIR LAUT TIPE MIXED TIDES PREVAILING DIURNAL (PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG) UNTUK PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH
BAB IV PASANG SURUT AIR LAUT TIPE MIXED TIDES PREVAILING DIURNAL (PELABUHAN TANJUNG MAS SEMARANG) UNTUK PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH A. Validitas Data Pasang Surut Air Laut Dari Tiga Sumber Berbeda Penelitian
Lebih terperinciJURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 214-220 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose Studi Tipe Pasang Surut di Pulau Parang Kepulauan Karimunjawa Jepara Jawa Tengah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. I.2 Tujuan
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Ongkosongo (1989), pengetahuan mengenai pasang surut secara umum dapat memberikan informasi yang beraneka macam, baik untuk kepentingan ilmiah, maupun untuk pemanfaatan
Lebih terperinci