BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL. Universitas Kristen Satya Wacana. Oleh. Maria Meilinda PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Surakarta pada kelas X Semester II

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh akan diolah dengan menggunakan teknik kuantitatif yaitu

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MAN Tebing Tinggi Tahun Pelajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan peneliti adalah penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi peneliti yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mempermudah pembahasan, terlebih dahulu akan diuraikan definisi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Adapun desain yang dipilih adalah pre-experimental designs (nondesign). Desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah PTK atau Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Jean Me Niff di kutip dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

(Luhut Panggabean, 1996: 31)

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang terpenting bagi kehidupan

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

Kelas Eksperimen : O X O

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENDEKATAN PENELITIAN

O 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Masih dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan rancangan penelitian yang dianggap relevan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandarlampung yang terletak di Jl.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif, jenis deskriptif dengan model korelasional. Penelitian

III. METODE PENELITIAN. oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode dan jenis penelitian

III. METODE PENELITIAN. Shot Case Study (Sugiono 2010: 110) menjelaskan bahwa terdapat suatu

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini menggunakan 8 langkah yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pengembangan, yakni penelitian pendahuluan, mengembangkan perencanaan pembelajaran, uji coba lapang permulaan, revisi produk utama, uji lapang utama, revisi produk operasional, uji lapang operasional dan revisi produk akhir. 4.1.1 Studi Pendahuluan Tahap studi pendahuluan dilakukan dengan obervasi dan pengamatan terhadap cara menilai sikap siswa serta alat penilaian yang digunakan oleh guru. Studi pendahuluan melibatkan tiga sekolah dasar di Salatiga sebagai subjek penelitian. Studi pendahuluan dilakukan di SDN Blotongan 01 menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran adalah kurikulum KTSP, kurikulum yang dipakai nampak dari RPP serta silabus yang digunakan guru, serta pengamatan yang telah dilakukan saat guru mengajar dalam kelas. Guru belum nampak menggunakan penilaian sikap saat mengajar, dengan belum adanya instrumen yang dipakai untuk mengukur aspek sikap terutama sikap sosial. Guru kelas mengungkapakan hanya menggunakan perkiraan dan mengamati siswa saat mengajar saja. Mengamati keseharian siswa saja sudah dianggap sebagai suatu proses penilaian yang dapat dimasukkkan dalam laporan akhir semester siswa. Studi pendahuluan selanjutnya dilakukan di SDN Kumpulrejo 03, menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan adalah KTSP, kurikulum tersebut diketahui dari wawancara dengan guru kelas. Pengukuran sikap belum terlihat dari proses pembelajaran selama observasi dilakukan. Guru kelas menuturkan mengalami kesulitan dalam melakukan pengukuran sikap siswa. Belum adanya instrumen yang sesuai menjadi hambatan dalam 38

melakukan penilaian sikap terutama sikap sosial. Studi pendahuluan selanjutnya dilakukan di SDN Salatiga 05, menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013, kurikulum tersebut nampak dari RPP dan silabus yang digunakan guru serta terlihat dari proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas. Penggunaan kurikulum 2013 pada SDN Salatiga 05 telah mencantumkan nilai karakter serta telah berupaya melakukan penilaian sikap terutama sikap sosial. Belum ada instrumen penilaian yang dikembangkan oleh guru, namun hanya berpedoman pada buku guru dan buku siswa yang telah disediakan oleh pemerintah sebagai acuan, sehingga penilaian sikap yang dilakukan oleh guru belum sesuai. Fenomena yang terjadi pada sekolah dasar di Salatiga didapatkan informasi bahwa penilaian afektif sikap sosial tetap dilakukan yaitu dengan pengamatan dan tugas-tugas. Pengamatan dilakukan saat pembelajaran berlangsung di dalam kelas, sedangkan tugas-tugas diberikan sebagai pekerjaan rumah yaitu dengan merangkum materi atau mencari materi tambahan serta mengerjakan soal latihan yang terdapat di dalam buku lembar kerja siswa. Penilaian afektif ini diberikan setiap pertengahan semester, jika tugas-tugas dikumpulkan siswa sudah lengkap maka siswa akan diberikan nilai B (Baik). Daftar nilai siswa kelas 4 terdapat dua aspek yang harus dinilai oleh guru, yaitu pengetahuan dan sikap. Penilaian pengetahuan siswa dapat dilakukan pada setiap kompetensi dasar yang meliputi penilaian nilai ulangan harian dan tugas, sedangkan penilaian sikap dilakukan tiga kali dalam waktu satu semester. Penilaian kognitif menggunakan angka bulat (10-100) sedangkan penilaian sikap menggunakan huruf (A-D). Untuk daftar nilai kognitif dan afektif siswa lebih jelas dalam lampiran 3. Pada daftar nilai juga dapat dilihat bahwa semua siswa mendapatkan nilai B pada penilaian sikap. Hal ini kurang mencerminkan sikap siswa yang sebenarnya, karena penilaian terhadap siswa hanya digeneralisasikan. Dilihat dari cara penilaian yang dilakukan guru siswa mendapatkan nilai dibawah KKM yaitu 39

75 maupun siswa yang mendapatkan nilai maksimal diatas KKM mendapatkan nilai afektif yang sama. Didapatkan pula informasi guru mendapat pelatihan pembuatan alat evaluasi untuk penilaian domain kognitif yaitu dengan tes yang berupa pilihan ganda dan uraian. Domain afektif dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain pengamatan, pemberian angket atau inventori, namun dalam pelaksanaanya untuk menilaian sikap sosial siswa, guru hanya melakukan pengamatan terhadap tugas-tugas siswa. Penilaian afektif tidak bisa jika hanya dilakukan dengan pengamatan atau pemberian tugas saja, perlu alat evaluasi afektif yang tepat sesuai dengan panduan penyusunan instrumen penilaian sikap dari Depdiknas (2008). Berdasarkan penelitian pendahuluan tersebut disimpulkan bahwa penilaian afektif yang dilakukan belum sesuai dengan instrumen penilaian domain afektif yang berkualitas, karena tidak dikembangkan dengan menggunakan instrumen yang tepat, tidak dibuat indikator penilaian sesuai KKO ranah afektif dan tidak dapat berfungsi untuk mengukur seluruh karakteristik penilaian domain afektif. Oleh karena itu, dikembangkan instrumen penilaian domain afektif khususnya sikap sosial siswa dengan memperhatikan kaidah penulisan instrumen non tes dan akan diujikan untuk mengetahui kualitas instrumen secara teoritik dan empris. Pembuatan kisikisi menggunakan tingkatan ranah afektif dari kata kerja operasional (KKO) pada taksonomi afektif Krathwohl yang meliputi menerima (A1), menanggapi (A2), menilai (A3), mengelola (A4), menghayati (A5). 4.1.2 Pengembangan Produk Berdasarkan penelitian pendahuluan diatas dapat diketahui bahwa guru tidak memiliki instrumen penilain domain afektif yang tepat dan sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar dari Depdiknas. Diperlukan perencanaan pembelajaran yang mendukung dalam pelaksanaan penilaian sikap terutama penilaian sikap sosial. Perencanaan pembelajaran dituangkan dengan menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), RPP dapat 40

dilihat pada lampiran 2. Tema yang digunakan adalah lingkungan tempat tinggalku. Instrumen penilaian domain afketif ini dikatakan berkualitas kerana penilaainnya mencakup seluruh kriteria penilaian afektif terutama sikap sosial. Panduan pengembangan parangkat penilaain afketif yang dikeluarkan oleh Depdiknas tahun 2008, dalam penyusunan penilaian domain afektif mengacu pada tingkatan ranah afektif yang terbagi menjadi lima yaitu menerima (A1), menanggapi (A2), menilain (A3), mengelola (A4) dan menghayati (A5). Pengembangan indikator penilaian dalam instrumen penilaian domain afektif disusun sesuai dengan kata kerja operasional (KKO) ranah afektif dan materi tema 8 subtema 2 kelas 4, tentang lingkungan tempat tinggalku subtema 2 keunikan daerah tempat tinggalku. Sesuai dengan ketentuan dalam pengembangan instrumen penilaian non tes, indikator penilaian, butir pernyataan, nomor butir pernyataan dan skala penilaain sebelum disusun menjadi instrumen dibuat terlebih dahulu dalam bentuk kisi-kisi, kisi-kisi dapat dilihat dalam lampiran 1. Berdasarkan uraian diatas instrumen penilaain doamin afektif yang dikembangkan ini akan lebih sesuai untuk menilai domain afektif siswa yang sebenarnya. Penilaian dilakukan dengan alat evaluasi yang tepat dan cara yang tepat yaitu dengan skala guttman yang merupakan alat evaluasi untuk penilaain non tes. Pengembangan draf awal instrumen penilaian domain afektif dapat dilihat pada lampiran. Draf awal insturmen mengembangkan 30 item pernyataan dari 6 indikator sikap sosial yang dikembangkan dalam pernyataan. Untuk menghasilkan instrumen penilaian domain afektif yang berkualitas, instrumen ini melalui beberapa tahap. Tahap yang pertama melalui uji validitas dan reabilitas setelah melakukan pengujian awal produk kepada 15 responden siswa yang dipilih secara acak. Hasil yang didapat dari uji validitas berada dalam tabel di bawah ini: 41

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Skala Guttman dalam Uji Coba No r n Kriteria Nomer Presentase Jumlah Item (%) 1. > 0,300 Valid 1, 2, 3, 4, 20 66,67 7, 8, 9, 10, 12, 13, 15, 16, 19, 21, 22, 23, 24, 26, 29, 30 2. < 0,300 Tidak Valid 5, 6, 11, 10 33,33 14, 17, 18, 20, 25, 27, 28 Jumlah 30 100 Hasil uji validitas terhadap instrumen penilaian domain sikap sosial menggunakan skala guttman menggunakan r hit 0,300. Setelah dilakukan uji coba terdapat 10 (33,33%) butir pernyataan dinyatakan tidak valid dengan r hit < 0,300, dan 20 (66,67%) butir pernyataan dinyatakan valid dengan r hit > 0,300. Pernyataan yang dinyatakan tidak valid antara lain pernyataan yang terdapat pada nomer 5, 6, 11, 14, 17, 18, 20, 25, 27, dan 28. Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Skala Guttman dalam Uji Coba Cronbach's Alpha N of Items.864 30 Indeks keandalan instrumen penilaian domain sikap sosial menggunakan skala guttman sudah baik. Analisis reliabilitas 30 butir pernyataan menunjukkan hasil r n = 0,864. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian uji coba instrumen reliabel. Berdasarkan hasil analisis validitas dan reabilitas, instrumen draf 1 penilaian domain sikap sosial masih terdapat 42

pernyataan yang tidak valid karena hanya berbekal pengalaman teoritik. Masih terdapat item penyataan yang kurang tepat dan sesuai dalam penyusunannya, baik dari segi kalimat dan kenyataan dalam lapangan. Untuk menghasilkan instrumen domain sikap sosial yang lebih baik, dilakukan revisi terhadap draf 1 instrumen sikap sosial untuk intem pernyataan yang tidak valid dan memiliki daya beda yang kecil. Hasil perbaikan instumen sikap sosial draf 1 digunakan untuk mebngembangkan draf II instrumen penilain domain sikap sosial. 4.1.3 Revisi Instrumen Penilaian Domain Sikap Sosial Revisi instrumen penilaian sikap sosial didasarkan pada hasil penelitian uji coba yang dilakukan sebelum uji lapang. Hasil analisis uji coba menunjukkan masih adanya 10 item pernyataan yang tidak valid, yaitu pernyataan nomer 5, 6, 11, 14, 17, 18, 20, 25, 27, dan 28. Dilakukan perbaikan pada pernyataan-pernyataan atau item yang memiliki daya beda kecil dan tidak valid. Perbaikan dilakukan dengan cara meninjau ulang setiap item pernyataan yang tidak valid, selanjutnya mengacu pada masukan-masukan serta meninjau kembali indikator pernyataan, KKO yang digunakan, keterkaitan dengan materi, kontruksi kalimat, penyusunan kalimat serta tata bahasa. Butir pernyataan yang tidak valid biasanya karena kalimat yang terlalu panjang, sehingga pemahaman siswa terhadap pernyataan kurang baik. Revisi intrumen juga dilakukan dengan menghubungkan pernyataan dengan materi yang telah disampaikan, sehingga ingatan siswa serta kondisi siswa menjadi sesuai dengan apa yang dialami ketika dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Kegiatan-kegiatan pembelajaran yang telah dirancang untuk mengkondisikan siswa beradsa dalam sikap sosial yang diharapkan guru. Hasil revisi dari instrumen sikap sosial draf 1 akan digunakan dalam pelaksanaan pelaksanaan pengukuran lapangan dan dapat dilihat dalam instrumen sikap sosial draf II dalam lampiran. 43

4.1.4 Uji Lapang Instrumen Sikap Sosial Pelaksanaan pengukuran uji lapangan dalam pengembangan instrumen sikap sosial melibatkan 35 siswa kelas 4 dari tiga sekolah dasar yang berbeda dengan pembagian uji lapang kelas kecil, kelas sedang dan kelas besar. Jumlah dari kelas kecil 5 siswa, kelas sedang 10 siswa dan kelas besar 20 siswa. Pelaksanaan uji lapang akan dilakukan secra bertahap yang dimulai dari kelas kecil, lalu kelas sedang dan dilanjutkan kelas besar. Ujicoba kelas kecil dilakukan di kelas 4 pada tanggal 09 Mei 2016 di SDN Kumpulrejo 03, uji lapang kelas sedang pada tanggal 11 Mei 2016 di SDN Salatiga 05 dan uji lapang kelas besar dilakukian pada tanggal 20 Mei 2016 di SDN Blotongan 01. a. Kelas Kecil Hasil uji validitas instrumen terhadap domain sikap sosial dalam tahap uji lapang produk kelas kecil menunjukkan r hit > 3,00 terhadap 5 siswa adalah 30 (100%) butir pernyataan valid. Tahap uji lapang produk kelas kecil terdapat 1 (20%) siswa memperoleh nilai A dengan skor sikap antara 23 30 dan 4 (80%) siswa memperoleh nilai B dengan skor sikap antara 15 22. b. Kelas sedang Hasil uji validitas instrumen terhadap domain sikap sosial dalam tahap uji lapang produk kelas sedang menunjukkan r hit > 3,00 terhadap 10 siswa adalah 30 (100%) butir pernyataan valid. Tahap uji lapang produk kelas kecil terdapat 3 (30%) siswa memperoleh nilai A dengan skor sikap antara 23 30 dan 7 (70%) siswa memperoleh nilai B dengan skor sikap antara 15 22. c. Kelas besar Hasil uji validitas instrumen terhadap domain sikap sosial dalam tahap uji lapang produk kelas kecil menunjukkan r hit > 3,00 terhadap 44

20 siswa adalah 30 (100%) butir pernyataan valid. Tahap uji lapang produk kelas kecil terdapat 12 (60%) siswa memperoleh nilai A dengan skor sikap antara 23 30 dan 8 (40%) siswa memperoleh nilai B dengan skor sikap antara 15 22. Hasil uji validitas terhadap instrumen domain sikap sosial dalam uji lapang sesungguhnya terhadap 35 siswa menunjukkan r hit > 3,00 adalah 30 (100%) butir pernyataan valid. Hasil dari analisis uji lapang seluruhnya valid dan tidak mendapat revisi lagi. Analisis dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16. Analisis reabilitas instrumen dapat dilihat dalam tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Skal guttman dalam Uji Lapang Indeks keandalan instrumen penilaian domain sikap sosial menggunakan skala guttman sudah baik. Analisis reabilitas menunjukkan hasil r n = 0,947. Dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian uji lapang instrumen reliabel. Hasil penilaian domain sikap sosial siswa siswa kelas 4 dianalisis berdasarkan skor tiap pernyataan ranah afektif sikap sosial. Skor total atau gabungan dari seluruh karakteristik penilaian afektif sikap sosial diperoleh dari hasil uji lapang dengan menggunakan draf II instrumen penilaian sikap sosial. Hasil peniliaian sikap sosial siswa berdasarkan instrumen sikap sosial dapat dilihat pada tabel 4.4. Cronbach's Alpha N of Items.947 30 45

Tabel 4.4 Hasil Nilai Siswa Uji Lapang Kelas Kecil Kelas Sedang Kelas Besar Nilai Frekuensi Persentase Presentase Frekuensi Frekuensi Presentase % % % A 1 20 3 30 12 60 B 4 80 7 70 8 40 Keterangan: A: Sangat Baik (Skor sikap 23 30) B: Baik (Skor sikap 15 22) C: Cukup (Skor sikap 7 14) D: Kurang (Skor sikap 0 6) Berdasarkan hasil penilaian dalam tabel 4.5 dapat diketahui nilai afektif 35 siswa kelas 4 dalam uji lapang untuk kategori penilaian sikap sosial. Terdapat 15 siswa memperoleh nilai A dan 20 siswa mendapat nilai B. Skor rata-rata hasil penilaian sikap sosial sudah baik,l dengan perolehan rata-rata seluruhnya pada skor 21 yang berarti mendapat nilai B. Perolehan nilai tertinggi adalah A dengan skor tertinggi 27. Nilai terendah B dengan skor perolehan 16 dan rata-rata berada pada nilai B dengan skor perolehan rata-rata 21. 4.2 Pembahasan Evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu, Wardani (2012:51). Evaluasi ini tidak cukup hanya dilakukan dengan menggunakan tes, karena tes hanya dapat digunakan mengukur aspek kognitif saja, sedangkan dalam penilaian juga perlu adanya pengukuran terhadap aspek afektif dan psikomotorik. Penilaian yang dilakukan oleh guru sekolah dasar khususnya siswa kelas 4 dilakukan oleh guru adalah dari aspek kognitif dan afektif. Untuk aspek kognitif dilakukan dengan menggunakan tes, sedangkan penilaian efektif dengan pengamatan atau tugas-tugas. Cara menilai 46

domain afektif dengan pengamatan atau tugas-tugas sebenarnya tidak salah, tapi cara ini kurang relevan untuk menilai domain afektif. Dengan cara ini guru hanya menggeneralisasikan penilaiannya terhadap semua siswa, jadi setiap siswa memiliki nilai afektif yang sama. Oleh karena itu untuk mengetahui nilai afektif yang sebenarnya dari siswa, penelitian ini mencoba mengembangkan instrumen penilian sikap spiritual dengan teknik penilaian non tes menggunakan skala guttman sebagai alat untuk menilai sikap sosial siswa. Penilaian afektif dengan menggunakan alat evaluasi non tes ini dirasa lebih relevan karena berdasarkan tanggapan siswa atas apa yang mereka rasakan saat pembelajaran berlangsung. Instrumen penilaian domain afektif sikap sosial yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari 30 butir pernyataan. Pengembangan instrumen disesuaikan dengan standar kompetensi (SK) dari tema 8 tempat tinggalku subtema 2 keunikan daerah tempat tinggalku. Karena instrumen penilaian domain afektif ini berfungsi untuk menilai sikap siswa, yang merupakan bagian dari proses pembelajaran maka instrumen penilaian domain afektif ini disusun dengan mempehatikan tingkatan penilaian ranah afektif yang terdiri dari lima tingkatan yaitu menerima (A1), menanggapi (A2), menilai (A3), mengelola (A4) dan menghayati (A5). Kata kerja operasional (KKO) dalam tingkatan ranah afektif digunakan untuk menyususn indikator penilaian yang tertera dalam kisi-kisi instrumen. Instrumen penilaian domain afektif di buat dengan menggunakan skala guttman. Hasil dari analisis validitas dan reliabilitas dijadikan acuan untuk memperbaiki instrumen setelah pelaksanaan uji coba. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto 2006:144). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut mampu mengukur kemampuan dalam bidang yang ingin diukur atau sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Salah satu indikator terpenting dalam analisis suatu instrumen adalah indeks keandalan atau yang biasa dikenal dengan reliabilitas. Reliabilitas berfungsi untuk mengetahui sejauh mana alat penilaian dapat dipercaya sebagai alat ukur yang dapat menggambarkan kemampuan reponden yang diukur. Batas indeks reliabilitas minimal adalah 0,700. Bila indeks ini lebih kecil dari 0,700 47

maka kesalahan akan melenihi batas, maka diusahakan indeks keandalan instrumen minimal 0,700. Tahap uji lapang produk setelah analisis dan revisi instrumen dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama dilakukan pada kelas kecil, kelas sedang dan yang terakhir kelas besar. Setelah ketiga tahap uji lapang selesai dan telah dilakukan revisi terhadap instrumen, maka akan diperoleh instrumen penilaian sikap sosial yang baik. 48