PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERILAKU SELAMAT DAN KECELAKAAN KERJA DI PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN PERILAKU AMAN PEKERJA BAGIAN PRODUKSI DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA, CEPER, KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesusilaan dan perlakuan yang sesuai harkat dan martabat manusia serta nilainilai

HUBUNGAN KEPATUHAN INSTRUKSI KERJA DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA BAGIAN PRODUKSI DI PT. ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. eksis. Masalah utama yang selalu berkaitan dan melekat dengan dunia kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan angka ketergantungan (Kementrian Kesehatan Republik

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan permasalahan yang dipandang sangat diperhatikan berbagai organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran aspek..., Aldo Zaendar, FKM UI, 2009

PENILAIAN SAFETY CLIMATE PEKERJA TERHADAP STATUS KARYAWAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN. (Studi Kasus pada Pekerja Workshop Di PT PAL Indonesia)

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2008

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

BAB 5 : PEMBAHASAN. 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjamin keutuhan dan kesempatan baik jasmani maupun rohani. Keselamatn

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PRAKTIK TENTANG STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifkan antara tingkat pengetahuan perawat dengan kepatuhan perawat dalam pelaksanaan SOP pemasangan urin.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

: Minor injury, knowledge, attitude, obedience, fatigue, PPE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan yang berkualitas bagi suatu organisasi harus ada kinerja yang

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

Laboratorium 7 orang petugas, dan Instalasi Gizi 11 orang petugas. Setiap

MASA KERJA, SIKAP KERJA DAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT SURYA BESINDO SAKTI SERANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan teknologi maju tidak dapat dielakkan, banyak perusahaan yang

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

RUS DIANA NOVIANTI J

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : DESI RATNASARI J

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BAB IV HASIL telah berubah lagi menjadi PT. Indo Acidatama Tbk. Indonesia di bawah supervisi dari Krup Industri Teknik GMBH Jerman Barat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

VOLUME I No 3 Juli 2013 Halaman Hubungan Faktor Internal Dengan Kinerja Pegawai Di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol. 4 No. 2, Agustus

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN

Yane Liswanti 1Program Studi DIII Analis KesehatanSTIKes BTH Tasikmalaya *Coresponding author : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

PENDAHULUAN Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

HUBUNGAN PERILAKU DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA PETERNAK AYAM RAS DI KECAMATAN TILATANG KAMANG KABUPATEN AGAM TAHUN 2011 SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) MAHASISWI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN SOSIAL DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI-LAKI DI SMA X KABUPATEN KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari K3 menurut Suma mur (1995), bahwa hygiene perusahaan. produktif. Suardi (2007) K3 mempunyai tujuan pokok dalam upaya

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

EVALUASI UNSAFE ACT, UNSAFE CONDITION, DAN FAKTOR MANAJEMEN DENGAN METODE BEHAVIOR BASED SAFETY PADA PROYEK APARTEMEN. Patricia 1, David 2 and Andi 3

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (2) 2017, Available online at

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. upaya dan keselamatan kerja (K3) dalam pemakaian alat medis, untuk

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Yuda Rizky, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA DI PT ANEKA ADHILOGAM KARYA CEPER KLATEN

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB V PEMBAHASAN. Hal ini dimungkinkan karena di PT. Pertamina (Persero) RU V selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dalam kesehariannya disibukkan dengan berbagai macam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pendekatannya, penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan kerja merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan oleh berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

KARAKTERISTIK PERAWAT DAN PERILAKU KESELAMATAN KERJA PERAWAT DI RSUD DEPOK.

ANALISIS PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG MATA PADA PEKERJA LAS

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

71 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. ISSN (elektronik) PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

Transkripsi:

PENERAPAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERILAKU SELAMAT DAN KECELAKAAN KERJA DI PABRIK GULA TASIKMADU KARANGANYAR Ria Andani 1, Widodo Hariyono 2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Kota Yogyakarta, DIY E-mail: 1 riaandani03@gmail.com, 2 widodohariyono@gmail.com Abstrak Latar Belakang: Pekerjaan membutuhkan suatu petunjuk sebagai pegangan bagi petugas untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan. Kecelakaan kerja industri secara umum disebabkan oleh perilaku kerja yang berbahaya dan kondisi yang berbahaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penerapan standar operasional prosedur dan perilaku selamat dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Metode: Analitik observasional dan rancangan cross sectional. Sampel berjumlah 50 pekerja. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan uji statistik chi-square. Hasil: Hasil uji bivariat didapatkan tidak ada hubungan signifikan antara penerapan standar operasional prosedur dengan kejadian kecelakaan kerja (P Value 1,000), ada hubungan signifikan antara perilaku selamat dengan kejadian kecelakaan kerja (P Value 0,034). Kesimpulan: Tidak ada hubungan signifikan antara penerapan standar operasional prosedur dengan kejadian kecelakaan kerja, ada hubungan signifikan antara perilaku selamat dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu. Kata Kunci: Standar operasional prosedur, perilaku, kecelakaan. 1. PENDAHULUAN Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan dimana penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Dalam upaya mencapai visi tersebut ditetapkan programprogram unggulan, salah satunya adalah program kesehatan dan keselamatan kerja [1]. Prosedur kerja yang sistematis dalam pelakasanaan tugas di tempat kerja merupakan faktor yang terpenting dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh. Suatu pekerjaan membutuhkan adanya suatu petunjuk sebagai pegangan bagi petugas untuk mengurangi risiko terjadinya kecelakaan. Setiap pekerja perlu mengikuti prosedur kerja yang ditetapkan. Prosedur tersebut biasanya dituangkan dalam bentuk Standar Operasional Prosedur (SOP) [2]. Kecelakaan kerja industri secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafe human act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe conditions). Hasil penelitian Riyadina menunjukkan bahwa faktor manusia memegang peranan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia [3]. 181

Pabrik Gula Tasikmadu merupakan salah satu pabrik gula yang ada di daerah jawa tengah, Pabrik gula Tasikmadu adalah salah satu peninggalan masa mangkunegaran IV yang masih eksis hingga kini dan mampu menghidupi masyarakat sekitarnya. Pabrik gula Tasikmadu hingga sekarang masih beroperasi. Jumlah karyawan yang ada di PG. Tasikmadu pada bagian gilingan terdapat 102 karyawan, yang mana terbagi menjadi karyawan tetap, pekerja musiman, dan pekerja kontrak waktu tertentu. Berdasarkan hasil wawancara lanjutan dan data Balai Pengobatan PG. Tasikmadu dapat terlihat bahwa kecelakaan akibat kerja tertinggi pada bagian instalasi dan tepatnya pada instalasi gilingan yaitu sebesar 12 kasus kecelakaan kerja. Stasiun giling adalah stasiun penggilingan yang berfungsi untuk memisahkan nira (air perahan tebu) dari ampasnya yang dilakukan dengan cara pemerahan. Tujuan dari proses pemerahan adalah untuk mengambil nira sebanyak-banyaknya dari batang tebu, dengan menekan kehilangan nira dalam ampas sesedikit mungkin. Berdasarkan wawancara tersebut didapatkan masalah yang ada di PG. Tasikmadu, antara lain : (1) Standar Operasional Prosedur sudah ada, tapi belum semua menerapkan, (2) Kesadaran untuk berperilaku aman masih kurang, (3) Kecelakaan kerja yang terjadi masih ada setiap tahunnya. 2. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional, cross sectional disebut studi potong lintang karena pada pelaksanaannya mengambil sebuah sampel dari populasi dalam suatu waktu, lantas memeriksa sebab dan akibat pada titik waktu yang sama [4]. Pengambilan sampel pada penelitian ini diambil menggunakan teknik Sampling Insidental yaitu pengambilan sampel secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber [5]. Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin dan didapatkan sebanyak 50 pekerja yang telah dipilih menurut kriteria inklusi dan eksklusi [6]. Instrumen penelitian yang digunakan adalah Kuesioner untuk memperolah data umum subyek penelitian seperti nama, usia, tingkat pendidikan, masa kerja, dan memperoleh data khusus tentang penerapan standar operasional prosedur, perilaku selamat, dan kecelakaan kerja. Analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat untuk melihat karakteristik responden dan distribusi frekuensi masing-masing variabel. Analisis bivariat menggunakan uji Chi square untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (penerapan standar operasional prosedur dan perilaku selamat) dengan variabel terikat yaitu kecelakaan kerja pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. 3. HASIL 3.1. Karakteristik Responden Berdasarkan jumlah responden yaitu 50 orang, distribusi frekuensi karakteristik responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: 182

Tabel 1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan masa kerja pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Variabel Frekuensi Persentase (%) Jenis kelamin Laki-laki 50 100 Usia 18-40 tahun 16 32 41-60 tahun 34 68 Tingkat pendidikan SMP 2 4 SMA/SMK 47 94 D3 1 2 Masa kerja 10 tahun 9 18 11-25 tahun 35 70 >25 tahun 6 12 Jumlah 50 100 Sumber: Data Primer 2016. Berdasarkan tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa semua responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 50 responden (100%). Karakteristik responden berdasarkan usia dapat diketahui bahwa usia responden yang paling banyak adalah kisaran 41-60 tahun yaitu sebanyak 34 responden (68%), sedangkan usia responden yang paling sedikit adalah kisaran 18-40 tahun yaitu 16 responden (32%). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah SMA/SMK yaitu 47 responden (94%), sedangkan yang paling sedikit adalah D3 yaitu 1 responden (2%). Karakteristik responden berdasarkan masa kerja dapat diketahui bahwa masa kerja responden yang paling banyak adalah kisaran 11-25 tahun yaitu sebanyak 35 responden (70%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah responden dengan masa kerja > 25 tahun yaitu 6 responden (12%). 3.2. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk melihat gambaran umum dari tiaptiap variabel penelitian. Tabel berikut ini adalah hasil analisis univariat berdasarkan distribusi frekuensi dan persentase tiap variabel dalam penelitian Tabel 2. Klasifikasi penerapan standar operasional prosedur pada pekerja bagian gilingan Pabrik Gula Tasikmadu Variabel Frekuensi Persentase (%) Penerapan SOP Baik Tidak baik 35 15 70 30 Perilaku Selamat Selamat 22 44 Tidak selamat 28 56 183

Kecelakaan Kerja Pernah Tidak pernah 32 18 64 36 Jumlah 50 100 Sumber: Data Primer, 2016 Berdasarkan tabel 2 tersebut dapat diketahui bahwa responden yang menerapkan standar operasional prosedur dengan baik berjumlah 35 responden (70%), sedangkan responden yang menerapkan standar operasional prosedur tidak baik berjumlah 15 responden (30%). Klasifikasi berdasarkan perilaku selamat dapat diketahui bahwa responden yang berperilaku dengan baik berjumlah 22 responden (44%), sedangkan yang berperilaku tidak baik berjumlah 28 responden (56%). Klasifikasi berdasarkan kecelakaan kerja dapat diketahui bahwa responden yang pernah mengalami kecelakaan kerja berjumlah 32 responden (64%), sedangkan yang tidak pernah mengalami kecelakaan kerja 18 responden (36%). 3.3. Analisis Bivariat Hasil analisis bivariat pada penelitian tentang hubungan antara masing-masing variabel bebas (penerapan standar operasional prosedur dan perilaku selamat) dengan variabel terikat (kecelakaan kerja) pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 3. Analisis Bivariat Kecelakaan Kerja Total Variabel Pernah Tidak Pernah N % N % N % Penerapan SOP Tidak baik 10 20 5 10 15 30 Baik 22 44 13 26 35 70 Perilaku selamat Tidak Selamat 22 44 6 12 18 56 Selamat 10 20 12 24 32 44 Jumlah 32 64 18 36 50 100 Sumber: Data Primer 2016 p- value RP (95% CI) 1,000 1,061 (0,684-1,646) 0,034 1,729 (1,052-2,841) Berdasarkan tabel 3 tersebut hasil dari uji Chi Square bahwa nilai bahwa nilai P value > 0,05 (1,000) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara penerapan standar operasional prosedur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Analisis bivariat berdasarkan berdasarkan nilai RP (risk prevalence) yaitu sebesar 1,061 yang berarti bahwa responden yang menerapkan standar operasional prosedur tidak baik 1,061 kali berisiko mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan seseorang yang menerapkan standar operasional prosedur dengan baik. Kemudian hasil dari uji Chi Square P value < 0,05 (0,034) yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara perilaku selamat dengan kejadian kecelakaan kerja 184

pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula tasikmadu Karanganyar. Sedangkan berdasarkan nilai RP (risk prevalence) yaitu sebesar (1,729) yang berarti bahwa seseorang yang berperilaku tidak selamat 1,729 kali berisiko mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan seseorang yang berperilaku selamat. 4. PEMBAHASAN 1.1. Hubungan penerapan standar operasional prosedur dengan kejadian kecelakaan kerja di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Berdasarkan hasil analisis bivariat 50 responden yang bekerja pada bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar yang menerapkan standar operasional prosedur tidak baik dan pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 10 orang (20%), sedangkan pekerja yang menerapkan standar operasional prosedur tidak baik tetapi tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 5 orang (10%). Pekerja yang menerapkan standar operasional prosedur dengan baik dan pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 orang (44%), sedangkan pekerja yang menerapkan standar operasional prosedur dengan baik tetapi tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 13 orang (26%). Hasil pada uji statistik chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara penerapan standar operasional prosedur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian gilingan PG. Tasikmadu, dengan nilai P value (1,000) > 0,05. Nilai RP pada penelitian ini sebesar 1,061 artinya bahwa responden yang menerapkan standar operasional prosedur tidak baik 1,061 kali berisiko mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan seseorang yang menerapkan standar operasional prosedur yang baik. Nilai CI 0,684-1,646, yaitu mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan penerapan standar operasional prosedur belum tentu merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Hal ini dikarenakan standar operasional prosedur yang diterapkan hanya pada pekerjaan tertentu saja, tidak semua pekerjaan yang ada di bagian giling terdapat prosedurnya, sehingga standar operasional prosedur tidak berhubungan langsung dengan kejadian kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan kerja merupakan catatan penting mengenai kecelakaan kerja karyawan selama bekerja. Survei yang didapatkan dilapangan bahwa masih banyak pekerja yang tidak mematuhi peraturan yang ada dan menganggap bahwa dengan mematuhi peraturan yang ada tidak menutup kemungkinan untuk terjadi kecelakaan kerja. Pekerja pada bagian gilingan mengetahui adanya standar operasional prosedur yang sudah ditetapkan, tetapi dalam penerapannya masih sangatlah kurang, hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dari para pekerja akan pentingnya menerapkan standar operasional prosedur dalam bekerja, kurangnya pengetahuan pekerja akan bahaya yang dapat muncul bila bekerja tidak sesuai dengan SOP, dan masih kurangnya pengawasan dari pimpinan dan instansi terkait, serta belum adanya sanksi terhadap pekerja yang tidak menerapkan standar operasional prosedur pada saat bekerja. Pekerja merasa bahwa prosedur hanya akan membebani dan menjadikan pekerjaan menjadi lebih lama selesai. Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa ada hubungan antara praktik penerapan SOP 185

dengan kejadian kecelakaan kerja pada perawat bagian unit perinatologi di RSUD Tugurejo Semarang dengan nilai P value 0,002 < 0,05. SOP adalah tata cara yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang atau bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan tertentu sehingga kegiatan diselesaikan efektif efisien. Kecelakaan kerja pada perawat yaitu terkena jarum suntik, sehingga perlu diupayakan untuk meningkatkan pematuhan SOP dan pemakaian APD pada saat bekerja diantaranya mengedepankan keamanan dalam bekerja dengan selalu menggunakan APD sesuai SOP yang ada [7]. Berdasarkan teori Heinrich menyebutkan bahwa ketidak patuhan terhadap standar program termasuk ke dalam 5 faktor penyebab kecelakaan, namun berdasarkan hasil penelitian pekerja yang menerapkan standar operasional prosedur dengan baik lebih banyak pernah mengalami kecelakaan kerja yaitu sebanyak 19 responden (38%). Hal ini menunjukkan bahwa penerapan standar operasional prosedur tidak berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan kerja [8]. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dahulu yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitian diketahui P value 0,000 (P < 0,005) yang artinya ada hubungan yang bermakna antara kepatuhan SOP dengan kecelakaan ringan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tidak patuh responden maka akan semakin tinggi kecelakaan ringan dan begitu juga sebaliknya semakin patuh responden maka akan semakin rendah kecelakaan ringan [9]. Kebijakan merupakan pernayataan tertulis yang dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil dari tenaga kerja yang memuat keseluruhan visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekat dalam melaksanakan K3, serta kerangka dan program kerja perusahaan yang bersifat umum dan operasional ditanda tangani oleh pengusaha dan pengurus [10]. 1.2. Hubungan perilaku selamat dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Berdasarkan hasil analisis bivariat dengan uji chi square diperoleh nilai P value (0,034) < α (0,05) sehingga ada hubungan yang bermakna antara perilaku selamat dengan kejadian kecelakaan kerja di Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar. Nilai RP pada penelitian ini sebesar 1,729, artinya bahwa responden yang berperilaku tidak selamat 1,729 kali berisiko mengalami kecelakaan kerja dibandingkan dengan seseorang yang berperilaku selamat. Nilai CI 1,052-2,841, yaitu tidak mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan bahwa pekerja yang berperilaku tidak selamat merupakan faktor risiko terjadinya kecelakaan kerja dibandingkan pekerja yang berperilaku selamat. Hasil analisis bivariat tabel 10 menunjukkan bahwa responden yang berperilaku tidak selamat dan pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 22 orang (44%), sedangkan pekerja yang berperilaku tidak selamat tetapi tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 10 orang (20%). Pekerja yang berperilaku selamat dan pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 6 orang (12%), sedangkan pekerja yang berperilaku selamat tetapi tidak pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 12 orang (24%). 186

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang bermakna antara perilaku dengan kejadian kecelakaan kerja. Perilaku adalah suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, tujuan baik disadari maupun tidak. Penelitian ini melihat perilaku yang dilakukan oleh pekerja, yaitu selamat dan tidak selamat. Pekerja yang berperilaku selamat akan bekerja mengutamakan keselamatan dan mencegah resiko kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja, begitu juga sebaliknya pekerja yang berperilaku tidak selamat bekerja tanpa mengutamakan keselamatan, seperti tidak pernah menggunakan APD, dan tindakannya yang sering melanggar atasan ataupun standar prosedur kerja sehingga resiko terjadinya kecelakaan lebih tinggi. Berdasarkan teori Domino (Henrich) mengatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja adalah perilaku tidak aman unsafe action dan unsafe condition. Berdasarkan teori domino mengatakan bahwa perilaku tidak aman unsafe action atau yang disebabkan oleh manusia lebih besar yaitu 80-85% dan sisanya perilaku unsafe condition (lingkungan) [11]. Perilaku pekerja yang aman akan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja, dan sebaliknya apabila perilaku pekerja tidak aman risiko kecelakaan kerja akan semakin tinggi. Berdasarkan penelitian terdapat perilaku tidak selamat yang sering dilakukan pekerja, yaitu banyak pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja karena merasa tidak nyaman dan mengganggu proses kerja yang ada, hal ini juga dikarenakan ketersediaan alat pelindung diri juga masih kurang, tidak mematuhi safety sign pada saat bekerja, banyak pekerja yang merokok pada saat bekerja, dan mereka merasa lebih tau seluk beluk pekerjaan sehingga menurut mereka tidak perlu adanya alat pelindung diri yang digunakan pada saat bekerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa berdasarkan uji Rank Spearman diperoleh hasil p value 0,045 dengan nilai signifikasi 5% menunjukkan ada hubungan antara perilaku berbahaya dengan kejadian kecelakaan kerja. Perilaku adalah salah satu di antara faktor individual yang mempengaruhi tingkat kecelakaan. Walaupun manusianya telah berhati-hati, apabila lingkungannya tidak menunjang (tidak aman) maka kecelakaan bisa saja terjadi, begitu pula sebaliknya. Perilaku akan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kecelakaan. Tergesa-gesa selalu dapat mendatangkan kecelakaan, karena cenderung tidak menghiraukan bahaya yang ada di sekitarnya maupun peraturan yang ada. Begitu juga sebaliknya jika bekerja dengan penuh kehati-hatian, maka potensi untuk terjadinya kecelakaan kerja sangatlah kecil [12]. Aturan-aturan yang diberlakukan oleh manajemen dalam lingkungan kerja merupakan salah satu faktor eksternal atau stimulus yang diberikan untuk dipatuhi agar dapat merubah perilaku tertutup dalam diri seseorang [13]. Dalam hal ini pekerja belum mampu memberikan nilai yang positif terhadap aturan yang ada (stimulus), baik untuk mengajak, mempengaruhi maupun menganjurkan orang lain untuk meresponnya sehingga aturan tersebut masih tidak dipatuhi secara maksimal. Pekerja mematuhi peraturan dengan tidak dilandasi oleh kesadaran pada dirinya sendiri, sehingga perilaku yang tidak disadari oleh dirinya sendiri tidak akan berlangsung lama, meskipun dengan kekuasaan atau kekuatan berupa peraturan dan undangundang yang harus dipatuhi dapat menghasilkan perubahan perilaku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku tidak berdasarkan kesadaran pada diri sendiri. 187

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan (bermakna) antara unsafe action dengan kecelakaan kerja pada perawat di RSPW Malang dengan nilai signifikasi sebesar 0,231 (P > 0,05). Hal ini terjadi dimungkinkan karena tidak ditentukannya periode waktu penelitian yang spesifik, sehingga menyulitkan peneliti dalam mendapatkan gambaran yang jelas apakah waktu bekerja mempengaruhi terbentuknya unsafe action pada perawat dengan proses terjadinya kecelakaan kerja [14]. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa berdasarkan hasil penelitian mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan kejadian kecelakaan kerja dengan nilai p value 0,201 (P>0,05). Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja dengan hanya memperhatikan perilaku tidak aman pekerja tidak dapat untuk mengetahui akar dari penyebab kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja berakar dari faktor organisasi yang membentuk jalur tindakan tidak aman, dimana faktor organisasi secara tidak langsung menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja dengan mencipatakan faktor lingkungan kerja yang memicu pekerjaan untuk melakukan tindakan tidak aman [15]. Persepsi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja penting bagi karyawan untuk menghindarkan diri dari tindakan yang tidak aman dan merupakan sebab kecelakaan. Hasil yang tidak aman itu seperti: tidak mengamankan peralatan, tidak menggunakan pakaian pelindung atau peralatan pelindung tubuh, bekerja dengan kecepatan yang tidak aman, menggunakan peralatan yang tidak aman atau menggunakan peralatan dengan ceroboh, dan lain-lain [16]. Komitmen manajemen, peraturan dan prosedur, komunikasi, kompetensi, keterlibatan pekerja dalam K3 serta lingkungan sosial pekerja dengan safety behavior. Objek dalam penelitain tersebut adalah pekerja unit hull construction PT Dok dan Perkapalan Surabaya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan komunikasi dan lingkungan sosial pekerja berpengaruh positif terhadap safety behavior [17]. Perilaku pekerja digolongkan menjadi dua, yaitu selamat dan tidak selamat. Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pekerja pada bagian gilingan banyak yang masih berperilaku tidak selamat. Hal tersebut dapat dilihat dari tindakan pekerja yang tidak selamat, yaitu masih banyak pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, tidak mematuhi safety line atau jalur keselamatan pada saat berada di wilayah workshop. Akibatnya terjadi peristiwa yang tidak di inginkan yaitu berupa kecelakaan dalam bekerja, mulai dari terjepit, terbentur, terkena percikan api, dan potensi bahaya lainnya. Hal ini harus di minimalisir yaitu dengan berperilaku selamat sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditetapkan agar resiko kecelakaan dalam bekerja dapat di minimalisir. 5. SIMPULAN DAN SARAN 1.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan penerapan standar operasional prosedur dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar dan ada hubungan yang 188

bermakna antara perilaku selamat dengan kejadian kecelakaan kerja pada pekerja bagian gilingan di Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. 1.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peneliti memberikan saran sebagai bahan masukan sebagai berikut: 1.2.1. Bagi pekerja pada bagian gilingan a. Sebaiknya para pekerja menerapkan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan, untuk mencegah dan mengurangi resiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi setiap tahunnya, bahkan hingga zero accident. b. Diharapkan pekerja dapat meningkatkan untuk berperilaku selamat dalam bekerja, untuk menjaga keselamatan diri dan rekan kerja 1.2.2. Bagi Pabrik Gula Tasikmadu Kabupaten Karanganyar Sebaiknya pimpinan dan instansi terkait lebih mengawasi tentang penerapan standar operasional prosedur dalam bekerja,serta meningkatkan kesadaran para pekerja untuk perlahan-lahan menghilangkan kebiasaan yang buruk menjadi hal yang lebih baik, seperti berperilaku tidak selamat menjadi perilaku selamat. 1.2.3. Bagi penelitian selanjutnya Diharapkan dapat meneliti lebih dalam lagi tentang penerapan standar operasional prosedur ditempat kerja dan menambahkan variabel lain yang juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja. DAFTAR PUSTAKA [1]. Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2003. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat: Jakarta. Hal. 21. [2]. Suci, R., Restuatuti, T., Fatmawati. 2012. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas Laboratorium Patologi Klinik Terhadap Penerapan Standar Operating Procedure (SOP) Penanganan Bahan Infeksius di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Jom Fakultas Kedokteran. Vol. 1. No. 2. Hal. 1-11. [3]. Riyadina, W. 2007. Kecelakaan Kerja dan Cedera yang Dialami Oleh Pekerja Indistri di Kawasan Industri Pulogadung Jakarta. Jurnal Makara, kesehatan. Vol. 11. No. 1. Hal. 25-31. [4]. Susilani, A.T., dan Trisno, A.W. 2015. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Graha Cendekia. Hal. 107-109. [5]. Sugiyono.2014. Metode Penelitan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung : Alfabeta. Hal. 126 [6]. Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta. Hal. 25. [7]. Kurniawati, W., Supriyono, A., Nurjanah. 2016. Hubungan Praktik Penerapan Standart Operating Prosedure (SOP) Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri (Apd) Dengan KejadianKecelakaan Kerja Pada Perawat Unit Perinatologi Di RSUD Tugurejo Semarang. Skripsi. Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang. [8]. Tarwaka. 2012. Dasar-Dasar Keselamatan Kerja Serta Pencegahan Kecelakaan Di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Press. Hal 20-45. 189

[9]. Sari, D. I. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kecelakaan Ringan di PT. Aqua Golden Mississippi Bekasi Tahun 2014. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. [10]. Rinanda, F dan Paskarini, I. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Selamat Pada Pengemudi Pengangkut Bahan Kimia Berbahaya Pt Aneka Gas Industri, Sidoarjo. The Indonesian Journal Of Occupational Safety and Health. Vol. 3. N0. 1. Hal. 58-70. [11]. Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta. Graha Ilmu. Hal. 89-97. [12]. Widiatmoko, M, N., Yuantari, MG, C., Mahawati, E. 2013. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja Pengangkut Kayu di Pengrajin Kayu Jepara 2013. Skripsi. Universitas Dian Nuswantoro Semarang. [13]. Harito. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Aman (Safe Behavior) Pada Pekerja Bagian Instalasi Stasiun Gilingan PT. Madu Baru Yogyakarta Tahun 2015. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. [14]. Maria, S, P., Joko, W., Erlisa, C. 2015. Kejadian Kecelakaan Kerja Perawat Berdasarkan Tindakan Tidak Aman. Jurnal Care. Vol. 3 No. 2. Hal. 9-17. [15]. Pertiwi, P. 2016. Hubungan Antara Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja Pada Pekerja di PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper Klaten. Publikasi Ilmiah. Fakultas Ilmu kesehatan. Universitas muhammadiyah Surakarta. [16]. Maywati, S dan Novianti, S. 2015. Peranan Persepsi Keselamatan Kerja Dalam Mewujudkan Perilaku Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Studi Pada Pekerja Bagian Produksi PT X Bandung, Indonesia). Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia. Vol. 11 No. 1. Hal. 1-8. [17]. Suyono, K. Z., dan Nawawinetu, E. D., 2013. Hubungan Antara Faktor Pembentuk Budaya Keselamatan Kerja dengan Safety Behaviour di PT. Dok dan Perkapalan Surabaya Unit Hull Construction, The Indonesian Journal Of Occupational Safety and Healthy. Vol. 13. No 5. Hal 1-8. 190