Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai

Juniarti Program Studi Akuntansi STIE Widya Dharma Pontianak

SKRIPSI PERLAKUAN AKUNTANSI KREDIT BERMASALAH (NONPERFORMING LOAN) KESESUAIANNYA SEBELUM DAN SESUDAH PERNYATAAN

D.D. Palangngan., J.J. Tinangon., N.S. Budiarso. Analisis Penyajian...

EVALUASI PENERAPAN PSAK 50 DAN PSAK 55 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI (STUDI KASUS PADA PT. BANK NTB)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI KREDIT BERMASALAH (NONPERFORMING LOAN) SEBELUM DAN SESUDAH PSAK NOMOR 31 EFEKTIF DICABUT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun di luar negeri. Hal ini dikarenakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

WAWANCARA. pertanyaan kepada dua orang narasumber, yaitu: : Dicky Frandhika Gutama. pada PT. Bank Sumut Cabang Koordinator Medan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Berdirinya Bank Tabungan Negara

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENDAPATAN DARI KREDIT PT. BPD X KANTOR CABANG UTAMA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Investasi Stock. Pertemuan ke 7

LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

DAFTAR PUSTAKA. Gunawan Wibisono. (2003). Riset Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. diakses pada 1 Januari 2014

PENGGUNAAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA


SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA. Perihal: Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

PERKEMBANGAN TERKINI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/19/PBI/2006 TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DAN PEMBENTUKAN PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF

DAFTAR ISI. LAPORAN KEUANGAN - Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017, terdiri dari: - Laporan Posisi Keuangan i - ii

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

PERBANDINGAN PENERAPAN SAK-ETAP DAN PSAK 50 DAN 55 ATAS PENURUNAN NILAI (IMPAIRMENT) PIUTANG PADA PT. BPR MILLENIA

LAPORAN POSISI KEUANGAN

PT BANK DIPO INTERNASIONAL NERACA 31 Desember 2008 dan 2007 (Disajikan dalam Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

Investasi Stock. Akuntansi Keuangan 2 - Pertemuan 7. Slide OCW Universitas Indonesia Oleh : Nurul Husnah dan Dwi Martani Departemen Akuntansi FEUI

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 31 MARET 2012 DAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkannya kembali kepada masyarakat, pengusaha (enterpreneur) untuk

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF EFEK BERAGUN ASET DANAREKSA BTN03 KPR BTN

No. 15/28/DPNP Jakarta, 31 Juli 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan secara keseluruhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Strategi Mengatasi Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) dalam

ANALISIS PEMBENTUKAN CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI DI BANK BTN

PENILAIAN TINGKAT PEMBERIAN KREDIT TERHADAP KESEHATAN BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR Oleh :

PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 55 (REVISI 2006) INSTRUMEN KEUANGAN: PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

EKUITAS LAPORAN LABA RUGI. Ekuitas

PENERAPAN PSAK 50, 55, DAN 60 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PIUTANG PADA PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA Tbk

Laporan Keuangan Laporan Posisi Keuangan 1 Laporan Aktivitas 2 Laporan Arus Kas 3 Catatan atas Laporan Keuangan 4-15

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan terutama untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, memfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara untuk memenuhi

PT DANASUPRA ERAPACIFIC TBK. LAPORAN KEUANGAN. Per 30 Juni 2014 dan 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan bagi pembangunan di Indonesia. Peranan bank sebagai agen

Ekshibit E 1. U M U M. a. Pendirian dan Informasi Umum

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/14/PBI/2011 TENTANG PENILAIAN KUALITAS AKTIVA BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran 1. Neraca Konsolidasi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

Implementasi Psak No. 31 Tentang Akuntansi Perbankan Untuk Pengakuan Pendapatan Dan Beban Bunga Pada PT. Bank Bjb Kantor Cabang Majalengka

Oleh: Made Andri Rismayani I Gusti Ayu Puspawati Ida Bagus Putu Sutama. Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEDOMAN PENCATATAN TRANSAKSI KEUANGAN PESANTREN. Priyo Hartono Tim Perumus Pedoman Akuntansi Pesantren

REKSA DANA SCHRODER PRESTASI GEBYAR INDONESIA II DAFTAR ISI. Halaman. Laporan Auditor Independen 1

PT CAPITAL FINANCIAL INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK

REKSA DANA TERPROTEKSI LIPPO TERPROTEKSI III LAPORAN KEUANGAN Untuk periode terhitung tanggal 4 April 2016 sampai dengan 31 Desember 2016 Beserta

Yth: 1. Direksi Bank Umum Syariah 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah di tempat

Laporan Keuangan - Pada tanggal 31 Desember 2008 dan untuk periode sejak 8 April 2008 (tanggal efektif) sampai dengan 31 Desember 2008

LIMITED HEARING. PSAK 50 (Revisi( 2006): Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan. 14 November 2006 PUBLIC HEARING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

UNIT PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN (PKBL) PT KAWASAN BERIKAT NUSANTARA (PERSERO)

[JURNAL ECOBISMA] Vol. 1 No. 2 Juni 2014 ANALISIS LIKUIDITAS BANK MANDIRI TAHUN Oleh

PT BANK WINDU KENTJANA INTERNATIONAL, Tbk

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan yang mengajak orang lain untuk membeli barang dan jasa yang ditawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAPORAN TAHUNAN DAN LAPORAN KEUANGAN PUBLIKASI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat suku

PT DANASUPRA ERAPACIFIC TBK. LAPORAN KEUANGAN. Per 30 JUNI 2013 dan 2012

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 31 MARET 2013 DAN 31 MARET 2012 (MATA UANG INDONESIA)

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT

KERANGKA PEMIKIRAN III.

LAPORAN KEUANGAN TRIWULAN III. PT BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL, Tbk. Per 30 September 2009 dan

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PT YULIE SEKURINDO Tbk LAPORAN KEUANGAN (TIDAK DIAUDIT) 30 SEPTEMBER 2011 DAN 30 SEPTEMBER 2010 (MATA UANG INDONESIA)

PT FORTUNE INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 30 JUNI 2012 DAN 2011

PT DANASUPRA ERAPACIFIC Tbk. LAPORAN KEUANGAN 30 SEPTEMBER 2012 DAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut dengan intermediasi (Maretha, 2015). Menyalurkan suatu dana

REKSA DANA TERPROTEKSI LIPPO TERPROTEKSI II LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir tanggal 31 Desember 2016 Beserta LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Nadifatul Fuadiyah Dwiatmanto Nila Firdausi Nuzula Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

FINANCIAL INSTRUMENT

PT ALKINDO NARATAMA TBK

ANALISIS PENGAKUAN PENDAPATAN DAN BEBAN BUNGA PADA PD. BPR ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

PENYESUAIAN PEDOMAN AKUNTANSI PERBANKAN INDONESIA (PAPI) 2008

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

Transkripsi:

PERLAKUAN AKUNTANSI PSAK NO.55 (Revisi 2011) TERHADAP KREDIT BERMASALAH DALAM RUANG LINGKUP MIKRO PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk CABANG PINRANG Oleh : ATRI JAYANTI Email : atrijayanti@gmail.com Pembimbing I : FARIDAH Email : Faridah_ku@yahoo.co.id Pembimbing II : ARIFUDDIN MANE Email : manearifuddin@yahoo.com Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bosowa ABSTRACT Atri Jayanti Kamaruddin, (2015) "PSAK 55 Accounting Treatment Against NPL Micro Scope PT BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk Branch Pinrang" (Mentoring Mrs. Faridah, SE., M.Si,.AK,.CA as mentors I and Mr. Dr. H. A. Arifuddin Mane, SE., M.Si., SH., MH as mentors II) Accounting Department. Faculty of Economics. Bosowa University. The research was conducted from July to November 2015 in the town Pinrang considering PT Bank Rakyat Indonesia has participated actively in lending to the public or business sector that financing comes from funds raised from the public itself. In channeling funds to communities usually have problems in terms of repayment of the loan to the bank, then the risks posed on the unpaid bad credit loans back either partially or wholly. Is the accounting treatment of non-performing loans within the scope of micro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Office Pinrang Salo unit in accordance with PSAK 55 (revised 2011)?. The research objective was to determine how the accounting treatment of nonperforming loans within the scope of micro PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Office Unit Salo Pinrang. The analytical method used is: a comparative analysis that compares the accounting treatment of non-performing loans within the scope of micro applied by PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Pinrang the accounting treatment of PSAK 55 (revised 2011). The results showed that the accounting treatment applied by PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Branch Pinrang for non-performing loans in accordance with PSAK 55 (revised 2011) ----------------------- Keywords: NPL, Recognition, Measurement, Value Allowance for Losses Decline, Restructuring, Credit-offs. 148

PENDAHULUAN Ekonomi global saat ini masih tetap lemah, setelah beberapa tahun mengalami krisis global. Bank Dunia menghimbau bahwa negara-negara berkembang perlu meningkatkan potensi pertumbuhan ekonomi yang mereka miliki. Bank berfungsi untuk menjembatani kedua kelompok masyarakat yang saling membutuhkan. Masyarakat yang memiliki kelebihan dana dapat menyimpan uang mereka dalam bentuk tabungan, deposito atau giro pada bank, sedangkan masyarakat yang membutuhkan dana untuk modal usaha atau untuk memenuhi kebutuhan lainnya dapat memperoleh pinjaman dalam bentuk kredit yang disalurkan oleh bank. Pendapatan terbesar bank berasal dari bunga, imbalan atau pembagian hasil usaha atas kredit yang disalurkan. Semakin banyak jumlah kredit yang disalurkan berarti potensi pendapatan semakin besar. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya tidak semua dana yang dihimpun dari masyarakat bisa disalurkan dengan baik sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan dan penyaluran kredit kepada masyarakat biasanya mengalami hambatan dalam hal pengembalian pinjaman kepada pihak bank dan nyaris semua bank yang beroperasi di Indonesia mengalami kredit bermasalah. Kredit bermasalah atau kredit macet memberi dampak yang kurang baik bagi negara, masyarakat, dan perbankan Indonesia. Kemudian risiko yang ditimbulkan atas kredit macet yakni tidak terbayarnya kembali kredit yang diberikan baik sebagian maupun seluruhnya. Semakin besar kredit macet yang dihadapi, maka makin menurun pula tingkat kesehatan bank tersebut atau menurunnya profitabilitas yang diharapkan. Hal ini mempengaruhi kepercayaaan terhadap nasabah. Semakin besar jumlah kredit bermasalah, makin besar pula jumlah cadangan yang harus disediakan serta makin besar pula tanggungan bank untuk mengadakan dana cadangan tersebut karena kerugian bank akan mengurangi modal sendiri. Salah satu ruang lingkup kegiatan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. adalah memberikan fasilitas kredit ke berbagai sektor usaha dimana kredit 149

tersebut bersumber dari dana yang dihimpun dari giro, deposito, dan tabungan. Dalam menjalankan fungsinya sebagai bank umum, kebijaksanaan perkreditan PT Bank Rakyat Indonesia senantiasa diarahkan pada semua sektor usaha dengan pemberian kredit jangka pendek dan menengah serta prioritas sektorsektor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Untuk tujuan perkreditan tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia telah ikut serta secara aktif dalam menyalurkan kredit kepada masyarakat atau sektor usaha yang pembiayaannya bersumber dari dana yang dihimpun dari masyarakat itu sendiri. Dalam penyaluran dana kepada masyarakat biasanya mengalami hambatan dalam hal pengembalian pinjaman kepada pihak bank, Kemudian risiko yang ditimbulkan atas kredit macet yakni tidak terbayarnya kembali kredit yang diberikan baik sebagian maupun seluruhnya. TABEL 1 KATEGORI GOLONGAN BERDASARKAN TUNGGAKAN ANGSURAN BULANAN KREDIT Golongan Lama tunggakan Angsuran Kategori Golongan I 0 hari Lancar Golongan II 1-90 hari Dalam perhatian khusus Golongan III 91-180 hari Kurang lancar Golongan IV 181-270 hari Diragukan Golongan V Lebih 270 hari Macet Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, 2015 Kategori kredit pada Bank Rakyat Indonesia berdasarkan tunggakan angsurannya dibagi atas 5 golongan. Golongan I kredit lancar yaitu kredit yang tidak terdapat tunggakan. Setiap tanggal jatuh tempo angsuran, debitur dapat membayar pinjaman pokok danbunga, Golongan II Kredit dalam perhatian khusus adalah penggolongan kredit yang tertunggak baik angsuran, pinjaman pokok dan pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari (tidak melebihi 90 hari kalender). Golongan III kredit kurang lancar terjadi bila 150

debitur tidak dapat membayar angsuran pokok dan/atau bunga antara 91 hari sampai dengan 180 hari. Golongan IV Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau pembayaran bunga antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Golongan V kredit macet yang Kredit macet terjadi bila debitur tidak mampu membayar berturut-turut setelah 270 hari. Kredit bermasalah atau NPL diakui pada saat tunggakan angsuran masuk Golongan III dan seterusnya atau lebih dari 91 hari. Sedangkan untuk Golongan I dan II merupakan Performing Loan. Apabila terjadi perubahan kualitas suatu kredit atau perubahan golongan kredit yang diakibatkan adanya keterlambatan pembayaran angsuran bunga dan pokok yang tidak sesuai dengan jadwal angsuran. Perubahan tersebut dalam pemberian kredit disebut dengan perubahan kolektibitas kredit. Di dalam PT Bank Rakyat Indonesi (Persero) Tbk Cabang Pinrang terdapat program kredit mikro seperti KURT (Kredit usaha rakyat), KUPER (Kupedes rakyat), Kupedes Briguna/GBT (Golongan berpenghasilan tetap), dan Kupedes Komersil (Kupedes rakyat yang memiliki agunan). PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Salo Kantor Cabang Pinrang yang berlokasi di jalan Baronang Kelurahan Penrang Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan, merupakan salah satu Unit BRI yang memiliki debitur NPL tertinggi di tahun 2013-2014. Sejak 4 Oktober 2011 Dewan Standar Akuntansi Keuangan menyetujui bahwa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.55 (revisi 2011) Instrumen Keuangan: Pengakuan dan pengukuran, berisi persyaratan PSAK No.55 (revisi 2011) instrumen keuangan: Pengakuan dan pengukuran, berisi persyaratan pengakuan dan penghentian pengakuan, pengukuran awal, pengukuran selanjutnya, reklasifikasi, penurunan nilai, dan lindung nilai, yang diterapkan secara prospektif pada tanggal 1 Januari 2012 Berdasarkan uraian diatas, maka penulis memilih judul : Perlakuan akuntansi PSAK No.55 terhadap kredit bermasalah (Nonperforming Loan) dalam ruang lingkup mikro pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Pinrang 151

TINJAUAN PUSTAKA Definis Kredit Kata Kredit berasal dari kata Romawi yaitu Credere yang artinya percaya. Sedangkan dalam bahasa Belanda istilahnya Vertrouwen, dalam bahasa Inggris yaitu Believe atau trust or confidence yang artinya sama yaitu kepercayaan. Dengan kata lain, kredit mengandung pengertian adanya suatu perkataan dari seseorang atau badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Menurut Pasal 1 angka 11 Undang -undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang perbankan bahwa kredit adalah penyediaan uang dan tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Dari pengertian di atas dapatlah dijelaskan bahwa kredit atau pembiayaan dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang, misalnya bank membiayai kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur) bahwa mereka sepakat sesuai dengan perjanjian yang telah dibuat. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan bersama. Demikian pula dengan masalah sanksi apabila debitur mengingkari janji yang telah dibuat bersama. Kredit Bermasalah Menurut Tryusnita (2010) (http://tryusnita.wordpress.com): Dalam penyaluran kredit, bank harus siap menghadapi resiko yang menyebabkan kredit tersebut menjadi bermasalah. Untuk itu,bank harus melakukan perencanaan dan analisis kredit agar bisa mendeteksi kemungkinan terjadinya resiko kredit atau kredit bermasalah. 152

Dikutip dari Artikel Ayu nitasari (2015) (http://ayuntsr.blogspot.com.2015/04): Kredit macet dapat disebabkan oleh beberapa faktor ekstern, kredit macet yang terjadi pada suatu bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara makro sedangkan faktor intern yang dapat mangakibatkan timbulnya kasus kredit macet adalah pemisahan wewenang dari para pegawai yang tidak tegas, prosedur pemberian kredit yang tidak jelas, pegawai yang tidak kompoten, lemahnya sistem pengawasan dan lainlain. Dari kutipan di atas penyebab kredit macet pada suatu bank dipengaruhi oleh kondisi ekonomi secara makro dan faktor intern. 1) Penyelesaian Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Menurut Hariyani (2010:41): apabila penyelamatan kredit yang dilakukan oleh bank ternyata tidak berhasil, maka bank dapat melakukan tindakan lanjutan berupa penyelesaian kredit macet melalui program penghapusan kredit macet (write-off). Penghapusan kredit macet terbagi dalam dua tahap yaitu hapus buku atau penghapusan secara bersyarat atau conditional writeoff, dan hapus tagih atau penghapusan secara mutlak atau absolute write-off. Jika kemudian program hapus buku dan hapus tagih juga belum berhasil mengembalikan dana kredit yang disalurkan kepada debitur, maka bank dapat menyelesaikan portofolio kredit macet tersebut melalui jalur litigasi (proses peradilan) maupun jalur non litigasi (diluar proses peradilan). 2) Restrukturisasi Kredit Restrukturisasi kredit diberikan kepada debitur yang tidak dapat memenuhi kewajibannya atau debitur yang diperkirakan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga sesuai dengan jadwal yang diperjanjikan. Bank melakukan restrukturisasi kredit kepada debitur berdasarkan pertimbangan ekonomi dan hukum yang pemberiannya terbatas pada adanya kesulitan keuangan debitur sehingga perlu dibantu oleh bank dalam menyelesaikannya. Bank memiliki keyakinan bahwa dengan dilakukan 153

restrukturisasi kredit kepada debitur, maka kondisi keuangan debitur akan menjadi lebih baik, sehingga kualitas kredit debitur meningkat. Menurut Ismail (2010:228) restrukturisasi kredit dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain; modifikasi syarat-syarat kredit, penambahan fasilitas kredit, pengambilalihan agunan/aset, konversi kredit. 1. Modifikasi persyaratan kredit Restrukturisasi kredit yang paling umum dilakukan oleh bank adalah dengan melakukan modifikasi persyaratan kredit. Persyaratan kredit yang perlu diperbaharui dalam rangka restrukturisasi adalah penurunan suku bunga kredit, perpanjangan jangka waktu kredit, pengurangan tunggakan bunga kredit, pengurangan jumlah pokok kredit. Dengan melakukan kombinasi atas perubahan persyaratan kredit, diharapkan kondisi keuangan debitur menjadi lebih baik dan pada akhirnya debitur mampu memenuhi kewajiban pembayaran pokok kredit maupun bunga. Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001), perhitungan nilai tunai penerimaan kas masa depan dan kerugian restrukturisasi kredit yang dilakukan dengan mengubah/memodifikasi persyaratan kredit adalah sebagai berikut: a. Bila nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru sama dengan nilai tercatat kredit, maka bank mencatat dampak restrukturisasi secara prospektif, dan tidak mengubah nilai tercatat kredit pada tanggal restrukturisasi karena bank tidak mengalami kerugian restrukturisasi. b. Bila nilai tunai penerimaan kas masa depan yang ditentukan dalam persyaratan baru lebih kecil dari nilai tercatat kredit maka bank mengakui kerugian restrukturisasi sebesar selisih antara nilai tercatat kredit dengan nilai tunai penerimaan pokok dan bunga. c. Faktor pendiskonto yang digunakan dalam perhitungan nilai tunai penerimaan kas masa depan atas kredit yang direstrukturisasi adalah tingkat suku bunga pasar, yaitu tingkat bunga efektif dari kredit 154

sebelum direstrukturisasi. Tingkat bunga tersebut dilakukan evaluasi secara triwulanan sesuai dengan tingkat bunga pasar. d. Dalam penentuan kerugian restrukturisasi, jumlah pembayaran kontingen dari debitur (misalnya peningkatan pembayaran angsuran dimasa depan sesuai dengan perbaikan usaha debitur) dapat diperhitungkan sebagai bagian dari nilai tunai penerimaan kas masa depan, hanya jika njumlah kontingen tersebut lebih besar kemungkinannya untuk dapat direalisasi (probable) dan jumlahnya dapat ditentukan secara wajar serta telah diperjanjikan sebelumnya. kerugian restrukturisasi kredit perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Pengurangan pokok dan/atau bunga secara absolut, maka perngurangan pokok kredit dibebankan ke penyisihan kerugian kredit. Pengurangan bunga dilakukan dengan melakukan jurnal balik atas tagihan kontijensi dan tidak mengakui kerugian. b. Pengurangan pokok dan/atau bunga secara kontijen/bersyarat, pengurangan pokok kredit dibebankan ke penyisihan kerugian kredit dan bank mengakui tagihan kontijensi pokok. Pengurangan bunga dilakukan dengan melakukan jurnal balik atas tagihan kontijensi dan bank tidak mengakui kerugian. 2. Penambahan fasilitas kredit Dalam kasus tertentu, debitur bermasalah justru akan mendapat tambahan kredit dengan tujuan agar usahanya menjadi lancar dan dapat mengembalikan kewajibannya. Tambahan kredit ini diberikan untuk debitur yang memperoleh kredit investasi dan/atau kredit modal kerja.misalnya usaha debitur tidak dapat berjalan bila tidak diikuti dengan investasi peralatan baru atau ditambah modal kerja. Bank dapat memberikan tambahan kredit untuk investasi dan/atau modal kerja. 3. Pengambilalihan agunan/aset debitur Pengambilalihan agunan kredit/aset debitur dilakukan bila debitur sudah tidak sanggup membayar kewajibannya dengan menyerahkan agunannya. Agunan yang dimiliki oleh bank adalah berupa surat/bukti kepemilikan, 155

sementara fisik aset yang diagunkan masih dikuasai oleh debitur. Dalam hal penguasaan bisa dilakukan bila debitur kooperatif dan ikut membantu menyelesaikan kreditnya. Restrukturisasi kredit dengan pengambilalihan agunan/aset debitur dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Agunan kredit atau aset lain yang diambil alih seperti tanah, bangunan, dan surat berharga diakui sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu nilai wajar agunan/aset setelah dikurangi estimasi biaya untuk menjual agunan/aset tersebut. b. Sisa kredit setelah dikurangi nilai bersih agunan/aset lain yang diambil alih merupakan kredit yang direstrukturisasi yang perlakuannya sebagaimana diatur dalam restrukturisasi dengan modifikasi persyaratan. 4. Konversi Kredit Konversi kredit merupakan konversi pinjaman dalam bentuk penyertaan modal pada perusahaan debitur. Dengan dilakukannya konversi kredit, maka outstanding kredit debitur yang telah dikonversi dikurangkan dari akun kredit. Konversi kredit dilakukan dengan mendapat saham perusahaan debitur. METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penulisan ini dilakukan penelitian yang bertempat pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Salo Kantor Cabang Pinrang yang berlokasi di jalan Baronang Kelurahan Penrang Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Penelitian ini dilksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Data kualitatif, yaitu data yang terdiri dari kumpulan data non angka yang sifatnya deskriptif. Data kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka yang diperoleh dari laporan keuangan tahun yang telah diaudit selama periode 2013-2014. 2. Sumber Data 156

1. Data primer Data yang diperoleh langsung dari perusahaan/instansi terkait melalui hasil wawancara dengan pegawai yang bertugas pada divisi kredit khususnya yang menangani masalah kredit. 2. Data Sekunder Data yang diperoleh dari luar PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yaitu data yang dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. Metode analisis yang digunakan adalah: analisis komperatif yaitu membandingkan antara perlakuan Akuntansi kredit bermasalah dalam ruang lingkup mikro yang diterapkan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Salo dengan perlakuan Akuntansi PSAK No.55 (revisi 2011). HASIL DAN ANALISIS Perlakuan akuntansi PSAK No.55 terhadap kredit bermasalah (Nonperforming Loan) dalam ruang lingkup mikro pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Pinrang akan menekankan pengakuan, pengukuran penyisihan cadangan kerugian nilai, restrukturisasi kredit, penghapus bukuan kredit. Untuk mengevaluasi sejauh mana kesesuaiannya dengan Pedoman akuntansi yang berlaku umum. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dapat dilihat dari penerapan kebijakan akuntansi Bank Rakyat Indonesia yang berdasarkan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Pengakuan Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Kategori kredit pada Bank Rakyat Indonesia berdasarkan tunggakan angsurannya dibagi atas 5 golongan. Golongan I kredit lancar yaitu kredit yang tidak terdapat tunggakan. Setiap tanggal jatuh tempo angsuran, debitur dapat membayar pinjaman pokok danbunga, Golongan II Kredit dalam perhatian khusus adalah penggolongan kredit yang tertunggak baik angsuran, pinjaman pokok dan pembayaran bunga, akan tetapi tunggakannya sampai dengan 90 hari (tidak melebihi 90 hari kalender). Golongan III kredit kurang lancar terjadi bila 157

debitur tidak dapat membayar angsuran pokok dan/atau bunga antara 91 hari sampai dengan 180 hari. Golongan IV Kredit diragukan terjadi dalam hal debitur tidak dapat membayar angsuran pinjaman pokok dan/atau pembayaran bunga antara 181 hari sampai dengan 270 hari. Golongan V kredit macet yang Kredit macet terjadi bila debitur tidak mampu membayar berturut-turut setelah 270 hari. Kredit bermasalah atau NPL diakui pada saat tunggakan angsuran masuk Golongan III dan seterusnya atau lebih dari 91 hari. Sedangkan untuk Golongan I dan II merupakan Performing Loan. Apabila terjadi perubahan kualitas suatu kredit atau perubahan golongan kredit yang diakibatkan adanya keterlambatan pembayaran angsuran bunga dan pokok yang tidak sesuai dengan jadwal angsuran. Perubahan tersebut dalam pemberian kredit disebut dengan perubahan kolektibitas kredit. Pengukuran Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Sebelum 1 Januari 2010, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. menggunakan dasar pengukuran kredit bermasalah dengan konsep historical cost, dimana aset dicatat sebesar pengeluaran kas (cash basis) yang dibayar atau sebesar nilai wajar yang dibayar atau sebesar nilai wajar imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut pada saat perolehan. Penurunan nilai atas kredit yang diberikan dicatat pada biaya perolehan diamortisasi kemudian jumlah kerugian tersebut diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset dengan nilai kini estimasi arus kas masa depan (tidak termasuk kerugian kredit di masa depan yang belum terjadi) yang didiskontokan menggunakan suku bunga efektif dari aset yang dihitung pada saat pengakuan awal. Nilai aset tersebut dikurangi baik secara langsung maupun menggunakan pos cadangan. Akan tetapi cash basis tidak dihilangkan pada PSAK Nomor 55 (revisi 2011) melainkan cash basis disempurnakan dengan konsep penurunan nilai, sehingga bila terjadi kerugian ataupun inflasi tetap dapat diperhitungkan. Pengukuran tentang kredit bermasalah pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. tersebut telah sesuai dengan PSAK Nomor 55 (Revisi 2011) tentang pengakuan dan pengukuran instrumren keuangan paragraf 70. 158

Pengakuan Pendapatan Bunga Untuk aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat kerugian penurunan nilai, maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas masa datang dalam menghitung kerugian penurunan nilai. Pengakuan ini sesuai dengan PSAK Nomor 55 (revisi 2011) dimana pendapatan dan beban bunga diakui pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pengakuan untuk pendapatan bunga yang setelah pengakuan mengalami penurunan nilai juga sesuai dengan PA 109 PSAK Nomor 55 (revisi 2011). Pengukuran Pendapatan Bunga Pengukuran pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima. Jika arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, maka nilai wajar dari imbalan tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal kas yang diterima atau dapat diterima. Penerimaan antara nilai wajar dengan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Dengan demikian PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. dalam pengukuran pendapatan bunga telah sesuai dengan PSAK Nomor 55 (revisi 2011) dimana dalam pengukuran aset maupun liabilitas lebih menekankan dengan menggunakan nilai wajar. Perlakuan Penyisihan Kerugian Penurunan nilai Perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai tercatat (biaya perolehan amortisasi). Kerugian penurunan nilai atas aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi diukur sebesar selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset keuangan tersebut. Untuk kredit yang diberikan maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak. Bank membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) berdasarkan data kerugian kredit yang telah terjadi (incured loss) yang diambil dari data tiga tahun sebelumnya, bank pada setiap tanggal neraca, bank 159

mengevaluasi apakah terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan yang tidak dicatat pada nilai wajar melalui laporan laba rugi telah mengalami penurunan nilai. Aset keuangan mengalami nilai jika bukti objektif menunjukkan bahwa peristiwa yang merugikan telah terjadi setelah pengakuan awal aset keuangan dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas masa datang atas aset keuangan yang dapat diestimasi secara handal. Kriteria yang digunakan untuk menentukan bukti objektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut: a. Kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam; b. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga. c. Pihak pemberi pinjaman dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami oleh pihak peminjam, memberikan keringanan pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut. d. Terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya. e. Hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan. f. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud, meskipun penurunannya belum dapat diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut termasuk: 1. Memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok tersebut, dan 2. Kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan wanprestasi atas aset dalam kelompok tersebut. Bank pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang signifikan secara individual atau kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual. Jika bank 160

menentukan tidak terdapat bukti objektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset tersebut signifikan atau tidak, maka bank memasukkan aset tersebut kedalam kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok tersebut secara kolektif. Aset keuangan yang penurunan nilainya dilakukan secara individual, dan untuk itu kerugian penurunan nilai telah diakui atau tetap diakui tidak termasuk dalam penilaian penurunan nilai secara kolektif. Bank menetapkan kredit yang harus dievaluasi penurunan nilainya secara individual, jika memenuhi salah satu kriteria dibawah ini: a. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan dan memiliki bukti objektif penurunan nilai. b. Kredit yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan. c. Kredit yang direstrukturisasi yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan. Perlakuan penyisihan kerugian penurunan nilai pada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. sudah sesuai dengan PSAK Nomor 55 (revisi2011) dimana perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai tercatat menggunakan biaya perolehan amortisasi dan untuk pendapatan bunga atas aset keuangan yang mengalami penurunan nilai diakui atas dasar suku bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa datang dalam pengukuran kerugian penuruan nilai. Perlakuan Restrukturisasi Kredit Kemampuan Bank Rakyat Indonesia dalam merestrukturisasi kredit berdampak kepada tingkat dan hasil operasi Bank Rakyat Indonesia. Bank Rakyat Indonesia memiliki restrukturisasi kredit yang dapat disesuaikan untuk debitur berdasarkan negosiasi dan perjanjian antara debitur dan Bank Rakyat Indonesia. Untuk kredit-kredit berjumlah besar, Bank Rakyat Indonesia dapat menggunakan jasa konsultan internasional atau pihak ketiga yang ahli dalam melakukan due-dilligence atas kinerja keuangan, bisnis dan operasional debitur dan membuat laporan rekomendasi skema pembayaran kredit oleh debitur tersebut. Setelah strategi restrukturisasi telah disetujui, maka Bank Rakyat 161

Indonesia akan mempersiapkan dokumen-dokumen untuk mengimplementasikan restrukturisasi tersebut. Saat persyaratan kredit telah dinegosiasi ulang atau dimodifikasi (kredit restrukturisasi), penurunan nilai yang ada diukur dengan menggunakan suku bunga efektif awal yang digunakan sebelum persyaratan diubah dan kredit tidak lagi diperhitungkan sebagai menunggak. Manajemen secara berkelanjutan mereview kredit yang dinegosiasi ulang untuk meyakinkan terpenuhinya seluruh kriteria dan pembayaran di masa depan. Jika pada periode berikutnya jumlah penurunan kerugian nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan secara objektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui seperti meningkatnya peringkat kredit debitur, maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan dengan menyesuaikan akun cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi konsolidasian. Pernyataan tersebut sesuai dengan paragraf 70 PSAK Nomor 55 (revisi 2011) dimana penurunan nilai atas pinjamanyang diberikan diukur dengan suku bunga efektif awal dari aset tersebut yaitu suku bunga efektif yang dihitung pada saat pengakuan awal. Penghapusbukuan Kredit Dari seluruh kredit yang disalurkan oleh bank kepada debitur, tidak semuanya lancar. Pada umumnya sebagian besar kredit yang diberikan oleh Bank masuk dalam golongan kredit lancar, dan sebagian kecil masuk dalam golongan kredit macet. Kredit yang telah digolongkan dalam kolektibilitas macet pada waktunya atas pertimbangan tertentu dapat dihapusbukukan. Bank dapat melakukan penghapusbukuan atas kredit macet. Pinjaman yang diberikan dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian pinjaman atau hubungan normal antara Bank Rakyat Indonesi dan debitur telah berakhir. Penghapusbukuan terhadap kredit macet pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sesuai dengan penyesuaian PSAK Nomor 55 (Revisi 2011) tentang penghentian pengakuan terhadap pinjaman yang diberikan atau aset keuangan lain yang dihapusbukukan. Kredit yang tidak dapat dilunasi 162

dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kemudian atas kredit yang telah dihapusbukukan sebelumnya, jika pada periode berjalan dikreditkan ke dalam akun penyisihan kerugian penurunan nilai atas kredit yang diberikan di laporan posisi keuangan, sedangkan jika setelah tanggal laporan posisi keuangan dikreditkan sebagai pendapatan operasional lainnya. Pinjaman yang diberikan dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek penerimaan yang realistis mengenai pengembalian pinjaman atau hubungan normal antara bank dan debitur telah berakhir. Pinjaman yang tidak dapat dilunasi tersebut dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian nilai. Penerimaan kembali atas aset keuangan yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada tahun berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan akun penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kembali atas pinjaman yang diberikan yang telah dihapusbukukan pada tahun-tahun sebelumnya dicatat sebagai pendapatan operasional selain bunga. Kredit yang dihapusbukukan bukan berarti dihapus tagihkan, bank tetap mempunyai kewajiban untuk melakukan tagihan kredit macet kepada debitur. Kredit yang telah dihapus buku, tetap dicatat secara extracomptable agar kewajiban debitur dapat diketahui setiap saat dalam rangka penagihan/pembuktian kepada debitur. Pencatatan secara extracomptable atas kredit yang dihapus buku dapat dihentikan apabila dalam jangka waktu tertentu tidak diperoleh pembayaran setelah dilakukan usaha-usaha penagihan dan mendapat keputusan manajemen. 163

Kesimpulan Perlakuan akuntansi yang diterapkan oleh Bank Rakyat Indonesia untuk kredit bermasalah (Nonperforming loan) telah sesuai dengan PSAK dimana kredit tersebut menggunakan cash basis, namun disempurnakan dengan konsep penurunan nilai, sehingga bila terjadi kerugian ataupun inflasi tetap dapat diperhitungkan.. Perlakuan akuntansi dalam hal Penyisihan kerugian penurunan nilai yang telah dilakukan bank baik dalam aktivitas pemberian dan penyaluran kredit maupun dalam aktivitas penurunan nilai dan penghapusbukuan terhadap pendapatan dari kredit bermasalah telah sesuai dengan ketentuan yaitu PSAK No.55 dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI). Bank telah menggunakan sistem komputer dalam aktivitasnya khususnya secara akuntansi sehingga untuk keseluruhan perlakuan akuntansi akan sama secara keseluruhan (pusat maupun cabang) karena telah disusun sesuai PSAK dan PAPI yang berlaku serta selalu diperbaharui sistemnya, namun seringkali yang menjadi masalah adalah human error dimana terdapat kemungkinan salah memasukan data, baik nilai plafon kreditnya, pengklasifikasian kredit, besarnya bunga, atau jangka waktunya. Dari kesalahan memasukkan data dapat mengakibatkan kesalahan dalam perlakuan akuntansi baik itu pengakuan, pengukuran, definisi pos, dan juga penyajian dan pengungkapan. Dan diketahui bank telah melakukan beberapa tindakan untuk mengurangi kesalahan yang dapat terjadi akibat human error yaitu salah satunya mengotorisasi setiap persetujuan yang diberikan atas permohonan kredit yang dilakukan oleh kepala cabang. 164

DAFTAR PUSTAKA Bastian, Indra dan Suharjono. 2006. Akuntansi Perbankan. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Empat Dunia, Firdaus A. 2013. Pengantar Akuntansi. Edisi 4 Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI Harahap, Sofyan Syafri. 2012. Teori Akuntansi. Edisi revisi 2011. Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada Hariyani, Iswi. 2010. Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Revisi 2000. Jakarta: Diterbitkan atas kerja sama dengan Bank Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2008. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Jakarta: Diterbitkan atas kerjasama dengan Bank Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia. 2010. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat Ismail. 2010. Akuntansi Bank. Jakarta : Penerbit Kencana Jayanti. 2012. Perlakuan Akuntansi Kredit Bermasalah (Nonperforming Loan) Kesesuainya sebelum dan setelah Pernyataan Standar Akuntansi No.31 Efektif dicabut pada PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk. Universitas Hasanuddin, Makassar Kusnadi, dkk. 2000. Pengantar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Grafindo Mulyono, Teguh Pudjo. 2002. Aplikasi Akuntansi Manajemen: Dalam Praktik Perbankan. Edisi 3. Yogyakarta : BPFE Maria, Evi. 2010. Akuntansi untuk Perusahaan Jasa. Yogyakarta : Gava media Ayu, Nitasari. 2015. Kasus Kredit Macet BRI cabang jambi 2010. Jambi ayuntsr.blogspot.com.2015/04 Pembinaan Nasabah dan Pengelolaan Kredit Bermasalah. 2011. Pelatihan Pembekalan Mantri BRI, Makassar Pembinaan Nasabah dan Pengelolaan Kredit Bermasalah. 2013. Pelatihan Pembekalan Mantri BRI, Makassar 165