PRINSIP- PRINSIP TEORI BEBAN KOGNITIF DALAM MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF UNTUK MEMBANGUN PEMAHAMAN KONSEP GARIS SINGGUNG PERSEKUTUAN DUA LINGKARAN

258 Jurnal Pendidikan Sains, Volume 1, Nomor 3, September 2013, Halaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aditiarana, 2014

Jurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Juni 2017, Vol. 2, No.1. ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Multimedia telah banyak digunakan dalam

Pembelajaran dengan Multimedia

Kata kunci: Peningkatan, Pemahaman, Berbantuan The multimedia, Teori Beban Kognitif, Teorema Pythagoras.

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari mengenai materi,

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada tingkat SMP berdasarkan Kurikulum 2006, salah satunya

PROSIDING ISSN: PM-23 PROSES KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN BERMAKNA

EFEK REDUNDANSI: DESAIN PESAN MULTIMEDIA DAN TEORI PEMROSESAN INFORMASI

Prinsip-Prinsip Kognitif Pembelajaran Multimedia: Peran Modality dan Contiguity Terhadap Peningkatan Hasil Belajar

Prinsip 1: Lebih efektif menggunakan katakata dan Gambar dibanding hanya kata-kata semata. 8 Prinsip Multimedia Pembelajaran 11/8/2011

DESAIN PESAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN DALAM TEORI PEMROSESAN INFORMASI. Oleh Isniatun Munawaroh

Penerapan Pembelajaran Statistika 2 Mengacu Pada Teori Beban Kognitif Pada Mahasiswa Matematika Universitas Kaltara Tahun Ajaran 2015/2016

2014 PENGUKURAN COGNITIVE LOAD MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN ANATOMI TUMBUHAN YANG BERBASIS QUANTITATIVE LITERACY

EFEKTIVITAS PRINSIP REDUNDANSI DALAM PRESENTASI PERKULIAHAN

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MULTIMEDIA BERDASARKAN COGNITIVE LOAD THEORY PADA PELAJARAN MATEMATIKA SD. Rissa Prima Kurniawati *

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Implikasi Teori Beban Kognitif dalam Merancang Pembelajaran Matematika Bermakna

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Media pembelajaran matematika berbasis edutainment berupa Android mobile

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Efek Cognitive Load Theory dalam Mendesain Bahan Ajar Geometri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PEMBELAJARAN BERBANTUAN MULTIMEDIA BERDASARKAN TEORI BEBAN KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rosinta Septiana, 2015

ISBN: ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LECTORA INSPIRE PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK SISWA KELAS XI SMAN 4 KOTA JAMBI

PEMBELAJARAN KONSEP IKATAN KIMIA DENGAN ANIMASI TERINTEGRASI LCD PROJECTOR LAYAR SENTUH (LOW COST MULTI TOUCH WHITE BOARD

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BERDASARKAN TEORI BEBAN KOGNITIF

Keterbatasan Memori dan Implikasinya dalam Mendesain Metode Pembelajaran Matematika

2015 PROFIL BEBAN KOGNITIF SISWA SMA WILAYAH BANDUNG PADA PEMBELAJARAN KONSEP SYARAF

2015 REDUKSI DIDAKTIK BAHAN AJAR SPERMATOPHYTA SEBAGAI UPAYA MENGENDALIKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA SESUAI GAYA BELAJAR

Pembelajaran memiliki tujuan utama, yaitu mengubah tingkah laku seseorang agar menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari sains yang menekankan pembelajaran yang

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peran Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di PGSD.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kiki Santriana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. tugas-tugas di dalam kelas saja, melainkan proses terjadinya interaksi antara guru,

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS EDUTAINMENT BERUPA ANDROID MOBILE GAME UNTUK SISWA SMP KELAS VII PADA MATERI SEGI EMPAT

2015 BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA BERBASIS PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERSTANDAR NCTM BERNUANSA COGNITIVE LOAD THEORY UNTUK SMK KELAS X

2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran biologi penguasaan konsep-konsep biologi sangat

Petunjuk Pemuatan Artikel (Bagi Calon Penulis)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tempat yang digunakan untuk penelitian tindakan kelas ini adalah SMP

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, keterampilan berpikir kritis telah lama menjadi topik

PENGEMBANGAN ALAT PERAGA MATEMATIKA VIRTUAL BERBASIS COGNITIVE LOAD THEORY 1 Oleh: Sugiman, R. Rosnawati, & Endah Retnowati 2

BAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Septiandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Rahdian Raksabrata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. serta menghindari terjadinya verbalisme yang terus-menerus. Penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. penelitian dengan kajian pustaka yang telah diterangkan pada bab sebelumnya. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. dan alat penyampaian pesan-pesan penerangan, bukan didesain untuk tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dalam melakukan pengajaran di dalam kelas. Oleh sebab, itu guru harus

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yang

2015 PENGEMBANGAN COURSEWARE MULTIMED IA INTERAKTIF D ENGAN TAHAPAN PEMBELAJARAN 5M PAD A MATERI PENGGOLONGAN D AN TATA NAMA SENYAWA HID ROKARBON

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF KETERAMPILAN DASAR DI LABORATORIUM BERBASIS VIDEO PADA BIDANG KIMIA SMA

Kata Kunci: Media Powerpoint, STAD, Hasil Belajar Siswa

Pendidikan Berorientasi Lingkungan: Pergeseran Peran Bahan Alam Sebagai Media Pembelajaran Kimia * Oleh ** Sukisman Purtadi

p4tkmatematika.org Fenomena Hilangnya Tahap Melukis Garis Singgung Persekutuan Dua Lingkaran Pada Geometri SMP ditulis oleh Puji Iryanti

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat saat. ini telah banyak memberikan banyak manfaat dan kemudahan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Desain Worked Example untuk Mengajarkan Matematika pada Siswa Disabilitas Netra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 2. Landasan Teori. Menurut Mathias dan Habein (Mathias & Habein, 2000:15), mempelajari huruf kanji

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi perkembangan

Perkembangan Multimedia dalam Bidang Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya kumpulan fakta-fakta dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. sistem komputer tersusun atas tiga elemen, yaitu. 1. Hardware (Perangkat Keras), merupakan rangkaian elektronika

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Penelitian ini mempelajari efektivitas pembelajaran kesebangunan dalam. teori yang relevan antara lain belajar dan pembelajaran matematika, pemecahan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

PEMANFAATAN TEKNOLOGI MULTIMEDIA INTERAKTIF GAMBIRO (GAME BILANGAN ROMAWI) UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

MANFAAT TIK DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan sebuah interaksi antara komponenkomponen

Microsoft Power Point

Bagaimana Membuat Slide Presentasi yang Menarik

Siti Nurlailiyah 1, H. Winarto 2, Sugiyanto 3

IV. HASIL PEMBAHASAN. bermuatan nilai ketuhanan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan Adobe

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PRINSIP- PRINSIP TEORI BEBAN KOGNITIF DALAM MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Vivin Nur Afidah Guru SMP Negeri 1 Lumajang email: vivin.afida@gmail.com Abstrak: Media pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa dan dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Media pembelajaran interaktif merupakan salah satu jenis media pembelajaran. Dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif perlu mempertimbangkan beban kognitif siswa. Teori yang membicarakan beban kognitif adalah Cognitive Load. Berdasarkan teori beban kognitif (cognitive load theory), agar tercapai pembelajaran yang efektif, pengembangan media interaktif harus dapat mengurangi pemrosesan beban kognitif extraneous, mengatur pemrosesan beban kognitif intrinsic, dan membantu mengembangkan pemrosesan beban kognitif germane. Kata Kunci: teori beban kognitif, media pembelajaran matematika PENDAHULUAN Kurikulum 2013 dilaksanakan serentak di beberapa sekolah pada tahun pelajaran 2015/2016. Pada pembelajaran matematika, kurikulum 2013 menekankan proses pembelajaran yang berbasis pemecahan masalah, mendorong dan menginspirasi siswa untuk berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentikasi masalah, serta mendorong siswa untuk mampu mengaplikasikan materi pembelajaran. Pendekatan yang dgunakan dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah dalam pembelajaran meliputi kegiatan 5M yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan membentuk jejaring. (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 186-189) Guru dituntut untuk mampu melaksanakan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Misalnya pada tahap kegiatan mengamati yang ada pada pendekatan ilmiah, menuntut guru untuk menampilkan/ menyajikan media obyek secara nyata. Penyajian objek bisa dalam slide power point atau media pembelajaran multimedia. Selain itu pendekatan ilmiah menuntut guru untuk Media Pembelajaran Matematika 72

kreatif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran baik dalam pemilihan stategi pembelajaran, metode pembelajaran maupun media pembelajaran yang relevan. Media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media pembelajaran adalah komponen integral dari sistem pembelajaran (Daryanto, 2011:6). Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam memahami sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkrit. Media pembelajaran interaktif merupakan salah satu jenis media pembelajaran Menurut Prastowo (2011: 329) sekarang ini, sudah mulai banyak orang yang memanfaatkan bahan ajar interaktif karena di samping menarik, bahan ajar ini juga memudahkan bagi penggunanya dalam mempelajari materi. Bahan ajar interaktif adalah bahan ajar yang mengkombinasikan media pembelajaran (audio, video, teks, atau grafik) yang oleh penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dari suatu presentasi. Dalam merancang media pembelajaran, seringkali guru menampilkan gambar animasi yang bertujuan untuk menarik perhatian siswa, selain itu terkadang guru manampilkan gambar tokoh atau artis yang sedang ngetren untuk menarik perhatian siswa. Guru kurang memperhatikan proses pengolahan informasi di dalam memori (otak). Banyak guru yang belum memahami bahwa tayangan ataupun isi dalam media pembelajaran mengaruhi beban kognitif siswa. Dalam mengembangkan media pembelajaran interaktif perlu mempertimbangkan beban kognitif siswa. Teori yang membicarakan beban kognitif adalah Cognitive Load Theory (CLT) yang dikemukakan oleh John Sweller. Teori ini didasarkan pada susunan kognitif (cognitive architecture) yang berisi memori kerja ( working memory) terbatas dengan unit pengolahan yang terbagi menjadi dua yaitu pengolahan informasi visual dan pengelohan informasi audio. Sweller membedakan sumber-sumber beban kognitif dalam memori kerja menjadi 3 yaitu 1) beban kognitif intrinsic (intrinsic cognitive load), 2) beban kognitif extraneous (extraneous cognitive load), dan 3) Media Pembelajaran Matematika 73

beban kognitif germane (germane cognitive load) (Sweller, 2010: 40). Agar tercapai pembelajaran yang efektif, pengembangan media interaktif harus dapat mengurangi pemrosesan beban kognitif extraneous, mengatur pemrosesan beban kognitif intrinsic, dan membantu mengembangkan pemrosesan beban kognitif germane (Mayer& Moreno, 2010: 134). Sweller membedakan sumbersumber beban kognitif dalam memori kerja menjadi 3 yaitu 1) beban kognitif intrinsic (intrinsic cognitive load), 2) beban kognitif extraneous (extraneous cognitive load), dan 3) beban kognitif germane (germane cognitive load) (Sweller, 2010: 40). 1. Beban Kognitif Intrinsic (Intrinsic Cognitive Load) Beban kognitif intrinsic bergantung pada tingkat kekompleksan materi yaitu seberapa banyak unsur yang ada dan bagaimana unsur -unsur tersebut saling terkait. Jika ada banyak unsur dalam materi tersebut dan saling terkait dengan cara yang rumit maka beban kognitif intrinsic-nya tinggi. Sebaliknya, beban kognitif intrinsic rendah jika materinya tidak rumit yakni masing-masing unsur dalam materi tersebut bisa dipelajari secara terpisah dan gampang (Mayer, 2009: 73). 2. Beban kognitif Extraneous (Extraneous Cognitive Load) Beban kognitif extraneous bergantung pada cara penyajian materi yang akan dipelajari. Penataan dan penyajian materi yang baik dapat menurunkan beban kognitif extraneous. Jika penyajian materi tidak dirancang dengan baik maka terjadi pemrosesan kognitif yang tidak relevan dan efisien (Mayer, 2009: 74). 3. Beban Kognitif Germane (Germae Cognitive Load) Proses kognitif germane tersebut terjadi secara otomatis jika memang ada muatan di working memory yang kosong akibat dari minimalnya beban kognitif intrinsic dan ekstrinsik. (Sweller, 2010: 44). Tetapi, proses tersebut dapat dipengaruhi oleh motivasi dan sikap siswa terhadap materi yang dipelajari (Mayer& Moreno, 2010: 133). Tujuan merancang media pembelajaran multimedia adalah untuk mengurangi pemrosesan beban kognitif extraneous, mengatur pemrosesan beban kognitif intrinsic, dan membantu mengembangkan pemrosesan beban kognitif germane (Mayer & Moreno, 2010: 134). 1. Mengurangi Pemrosesan Beban Kognitif Extraneous Multimedia harus dapat meminimalkan banyaknya pemrosesan beban kognitif Media Pembelajaran Matematika 74

extraneous yang tidak mendukung proses belajar dan diperlukan siswa. Cara untuk meminimalkan pemrosesan beban kognitif extraneous adalah dengan menerapkan 5 prinsip dalam mendesain multimedia. Prinsip-prinsip tersebut antara lain koherensi, redundansi, signaling, temporal contiguity, spatial dan contiguity. a. Prinsip koherensi yaitu siswa bisa belajar lebih baik jika materi ekstra disisihkan daripada dimasukkan. Prinsip koherensi dipecah menjadi 3 versi yang saling melengkapi. Versi pertama adalah pembelajaran terganggu jika kata-kata dan gambar- gambar menarik, namun tidak relevan ditambahkan ke presentasi multimedia. Versi kedua adalah pembelajaran terganggu jika suara dan musik menarik, namun tidak relevan ditambahkan pada presentasi multimedia. Versi ketiga adalah pembelajaran menjadi meningkat jika kata-kata yang tidak diperlukan disingkirkan dari presentasi multimedia. (Mayer, 2009: 167) Berikut contoh prinsip koherensi pada pembelajaran matematika materi fungsi: (1a) (1b) Gambar 1a slide tanpa menggunakan prinsip koherensi yaitu adanya gambar dan tulisan yang tidak revelan dengan materi fungsi. Gambar 1b slide menggunakan prinsip koherensi b. Prinsip redundansi yaitu redundant (pengulangan) teks pada layar yang menghasilkan pemrosesan extraneous. Hal ini dikarenakan siswa berusaha untuk mencocokkan dua aliran sumber verbal yang datang (adanya suara dan teks yang sama) dan mengamati animasi untuk menemukan hubungan antar elemen kata pada bawah layar. Jika redundant teks pada layar dihilangkan maka siswa melakukan sedikit pemrosesan extraneous. (Mayer& Moreno, 2010: 139) c. Prinsip signaling yaitu ketika beban kognitif extraneous terdapat dalam pelajaran, siswa terlibat dalam Media Pembelajaran Matematika 75

pemrosesan beban extraneous tersebut. Sinyal seperti garis besar (outline), judul dan ikhtisar dapat membawa secara langsung perhatian siswa terhadap beban intrinsic sehingga dapat menurunkan beban extraneous. Hal ini menyisahkan lebih banyak kapasitas untuk pemrosesan intrinsic dan germane sehingga pembelajaran lebih bermakna. (Mayer& Moreno, 2010: 140) Gambar 2. Penggunaan Prinsip Signaling pada Media Pembelajaran Garis Singgung Lingkaran d. Prinsip temporal contiguity yaitu menyajikan kata-kata (narasi) dan gambar pada waktu yang sama. Siswa bisa belajar lebih baik jika kata-kata dan gambar yang berhubungan disajikan secara berbarengan (pada waktu yang sama) daripada secara bergantian. (Mayer& Moreno, 2010: 141) e. Prinsip spatial contiguity yaitu menyajikan kata-kata dan gambar yang terkait secara berdekatan. Siswa bisa belajar lebih baik pada saat kata-kata dan gambar yang terkait disajikan berdekatan daripada disajikan berjauhan dalam halaman atau layar (Mayer, 2009: 119). Berikut salah satu contohnya: Gambar 3. Penggunaan Prinsip Spatial Contiguity pada Media Pembelajaran Interaktif 2. Mengatur Pemrosesan Beban Kognitif Intrinsic Pembelajaran dengan multimedia seharusnya membantu siswa dalam mengatur pemrosesan beban kognitif intrinsic sehingga tidak terjadi kelebihan beban kognitif (overload) pada sistem kognitif siswa. Jika dalam sistem kognitif berhasil meminimalkan beban kognitif extraneous dan tampilan yang tak diperlukan dalam pembelajaran, maka siswa tidak membuang-buang kapasitas kognitifnya untuk pemrosesan beban kognitif extraneous. Sehingga siswa dapat menggunakan kapasitas kognitif untuk pemrosesan beban kognitif intrinsic, mengorganisasi beban kognitif intrinsic dan mengintegrasikan dengan pengetahuan sebelumnya. Meskipun dalam beberapa situasi, permintaan pemrosesan beban kognitif intrinsic Media Pembelajaran Matematika 76

melebihi kapasitas kognitif siswa yang menghasilkan kelebihan beban kognitif intrinsic (Mayer& Moreno, 2010: 135). Kelebihan beban intrinsic terjadi ketika materi intrinsic bersifat komplek, tidak dikenal, atau disajikan dengan cepat. Materi bersifat komplek yaitu materi berisi beberapa komponen yang saling berkaitan. Materi tidak dikenal ketika kurang relevan dengan pengetahuan sebelumnya. Materi yang disajikan lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan siswa untuk menggambarkan materi tersebut. Cara untuk mengatur pemrosesan beban kognitif intrinsic adalah dengan menerapkan 3 prinsip dalam mendesain multimedia. Prinsip-prinsip tersebut antara lain segmenting, pretraining, dan modalitas. a. Prinsip segmenting yaitu jika siswa memiliki sedikit pengetahuan prasyarat (pengetahuan sebelumnya) untuk membantu mengorganisasikan pengetahuan yang baru, mereka cenderung mengalami kelebihan beban kognitif dalam menggambarkan pengetahuan tersebut. Untuk mengatasi kelebihan beban kognitif dengan cara memecah penjelasan materi ke dalam potongan potongan yang presentasinya dikontrol oleh siswa. Cara ini disebut segmenting. Dengan cara tersebut, secara mental siswa dapat menggambarkan satu bagian dari sistem sebelum berpindah ke bagian selanjutnya (Mayer& Moreno, 2010: 143). Berikut contoh media pembelajaran garis singgung lingkaran yang menerapkan prinsip segmenting dengan membagi materi garis singgung lingkaran menjadi beberapa sub materi: Gambar 3. Penggunaan Prinsip Segmenting pada Media Pembelajaran Interaktif b. Prinsip pretraining yaitu menyediakan materi prasyarat (materi sebelumnya) yang dibutuhkan dalam memproses pengetahuan baru (pengetahuan yang masuk) (Mayer& Moreno, 2010: 145). Dari gambar 3 di atas, media pembelajaran menyajikan materi teorema Pythagoras sebagai materi prasyarat garis singgung lingkaran. c. Prinsip modalitas (modality principle) yaitu menyajikan materi dalam bentuk animasi dan narasi (kata-kata terucap) daripada animasi dan kata-kata pada layar (kata-kata tertulis) (Mayer, 2009: 197). Penggunaan animasi dan Media Pembelajaran Matematika 77

narasi didasarkan pada teori dual coding yaitu pemrosesan animasi pada saluran visual dan pemrosesan narasi (kata-kata terucap) pada saluran audio. Apabila materi disajikan dalam animasi dan katakata pada layar (kata-kata tertulis) maka pemrosesan hanya terjadi pada saluran visual sehingga terjadi kelebihan beban (overload) pada saluran visual (Mayer, 2009: 203). Penggunaan animasi gambar dan narasi dalam media pembelajaran interaktif merupakan salah satu penggunaan prinsip modalitas. Berdasarkan hasil riset yang menyatakan bahwa dengan menambahkan animasi pada narasi dapat membantu siswa lebih memahami materi atau penjelasan yang disajikan (Mayer, 2009: 116). Selain itu berdasarkan teori dual-coding (saluran ganda) yang mendasari teori kognitif tentang multimedia learning yaitu manusia memiliki saluran terpisah untuk memproses informasi visual dan informasi auditori (Mayer, 2009: 64). Animasi gambar diproses dalam saluran visual dan narasi diproses dalam saluran auditori. Berikut disajikan gambar saluran pemrosesan informasi: (b) Sumber: (Mayer, 2009 : 69) Gambar 4. a (atas) saluran verbal/ auditori. b (bawah) saluran visual / pictorial 3. Membantu Mengembangkan Pemrosesan Beban Kognitif Germane. Seandainya pembelajaran dengan multimedia dipresentasikan dengan cara mengurangi pemrosesan beban kognitif extraneous dan mengatur pemrosesan beban kognitif intrinsic maka siswa mempunyai kapasitas yang ada digunakan dalam pemrosesan beban kognitif germane. Untuk meningkatkan pemrosesan beban kognitif germane dapat menggunakan 5 prinsip yaitu multimedia, personalization, kegiatan terarah (guided activity), umpan balik dan refleksi. Pemberian umpan balik berupa respon benar atau salah terhadap jawaban yang dituliskan siswa pada media pembelajaran interaktif. Sedangkan pemberian motivasi dengan memberikan penguatan positif. Berikut penerapan pemberian motivasi dalam media pembelajaran interaktif : (a) Media Pembelajaran Matematika 78

Gambar 5. Pemberian Motivasi pada Media Pembelajaran Interaktif DAFTAR RUJUKAN Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: SatuNusa Mayer, R.E & Anderson, R.B. 1992. The instructive animations: Helping students build connections between words and pictures in multimedia learning. Journal of Educational Psychology, 84, 444-452 Mayer, Richard E. 2001. Multimedia Learning: Prinsip-Prinsip dan Aplikasi. Terjemahan Teguh Wahyu Utomo.2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Mayer, Richard E & Moreno, Roxana. 2010. Cognitive Load Theory: Technique That Reduce Extraneous Cognitive Load and Manage Intrinsic Cognitive Load during Multimedia Learning. United State of America : Cambridge University Press Mayer, Richard E & Moreno, Roxana. 2010. Cognitive Load Theory: Techniques That Increase Generative Processing in Multimedia Learning: Open Questions for Cognitive Load Research. United State of America : Cambridge University Press Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Penerbit DIVA (Anggota IKAPI) Pribadi, B. A&Katrin, Y. 2004. Media Teknologi. Jakarta: Universitas Terbuka Sweller, John. 2010. Cognitive Load Theory: Recent Theoretical Advances. United State of America : Cambridge University Press Media Pembelajaran Matematika 79