2015 BEBAN KOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA BERBASIS PESANTREN
|
|
- Hadian Pranoto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Biologi seringkali dianggap sebagai mata pelajaran hafalan. Dimana siswa-siswa hanya sekedar menghafal materi-materi biologi. Hal itu membuat para siswa cenderung merasa berat dalam mempelajari biologi. Dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran perlu diterapkan untuk memfasilitasi siswa dalam proses pembelajaran, khususnya pelajaran biologi dengan memberikan pengalaman belajar yang inovatif dan bermakna. Namun, terkadang siswa kesulitan dalam mencerna berbagai macam mata pelajaran yang diterimanya karena terlalu banyak informasi yang mereka dapatkan dari setiap pembelajarannya. Dalam hal ini, strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi sangatlah dibutuhkan dalam proses pembelajaran agar siswa mampu menganalisis informasi yang disampaikan guru hingga pada akhirnya siswa tidak menggunakan usaha berat lain untuk memperoleh informasi yang diperlukannya. Strategi pembelajaran yang demikian dapat menurunkan beban kognitif para siswa karena faktor kerja memori tiap individu yang terbatas. Pada dasarnya, kemampuan kerja memori atau kemampuan kognitif setiap orang berbeda-beda, memori setiap orang memiliki kapasitas penerimaan informasi yang terbatas. Keterbatasan ini merupakan beban bagi seseorang ketika menghadapi kerja otak yang berlebih. Sebagaimana dijelaskan de Jong (2010) dalam artikelnya bahwa kapasitas kognitif dalam memori kerja terbatas, sehingga jika tugas belajar melebihi kapasitas, pembelajaran akan terhambat. Cowan, 2001; Miller, 1956 (dalam de Jong, 2010) mengemukakan bahwa terdapat dua macam memori yaitu memori jangka panjang (long term memory) dan memori jangka pendek (short term memory). Memori jangka panjang merupakan bagian dari memori di mana sejumlah besar informasi disimpan (semi-) permanen sedangkan memori jangka pendek merupakan 1
2 2 sistem memori di mana hanya sejumlah kecil informasi yang disimpan. Hal ini perlu diketahui oleh para pendidik untuk memastikan siswanya tidak mengalami beban kognitif diakibatkan oleh tugas belajar yang melebihi kapasitas pada proses pembelajarannya. Beban kognitif yang terbatas itu perlu distabilkan dalam proses kerja memori dalam pembelajaran khususnya pembelajaran sains. Terdapat tiga komponen beban kognitif yang terjadi dalam memori kerja selama belajar, yaitu (1) Intrinsic Cognitive Load (ICL), (2) Extraneous Cognitive Load (ECL), (3) Germane Cognitive Load (GCL). Intrinsic Cognitive Load (ICL) berhubungan dengan karakteristik yang melekat pada isi yang harus dipelajari dan berhubungan pula dengan kesulitan terhadap permasalahan materi pelajaran (Cooper, 1998; Sweller dan Chandler, 1994; de Jong, 2010) Extraneous Cognitive Load (ECL) merupakan beban kognitif yang ditimbulkan oleh bahan instruksional dan tidak langsung berkontribusi terhadap pembelajaran (de Jong, 2010). Sedangkan Germane Cognitive Load (GCL) erat mengacu pada beban yang dikenakan oleh hasil belajar (de Jong, 2010). Beban kognitif yang dimiliki oleh siswa sangat berpengaruh terhadap proses belajarnya. Semakin besar beban kognitifnya (overload) maka semakin terhambat proses belajarnya. Kondisi kognitif seseorang (siswa) seharusnya dapat mencapai tingkat ICL yang cukup, mampu menurunkan ECL dan mampu meningkatkan GCL (Meissner & Bogner, 2013). Sesuai dengan pernyataan De Jong (2010) bahwa ICL (MMI) siswa disesuaikan dengan sedikit banyaknya pengetahuan tentang materi yang akan dipelajari. Intrinsic Cognitive Load (ICL) tinggi (MMI rendah) jika pengetahuan siswa sedikit terhadap materi yang akan diajarkan dan ICL rendah (MMI tinggi) ketika siswa mampu menguasai materi yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang mereka miliki. Ketika ICL rendah (MMI tinggi), maka ECL siswa akan rendah (UM rendah) karena usaha siswa dalam memahami pelajaran sedikit begitu pula sebaliknya saat ICL siswa tinggi (MMI rendah), maka ECL siswa akan tinggi (UM tinggi) dikarenakan siswa harus berusaha keras untuk memahami pelajaran yang sedang siswa pelajari. GCL akan sangat dipengaruhi oleh ICL dan ECL. GCL (HB) akan lebih baik saat MMI lebih
3 3 tinggi dibandingkan dengan UM. Dimana hal itu menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa sudah mencukupi kapasitas memorinya sehingga usaha yang dilakukan untuk memahami materi yang sedang dipelajari sangat kecil, dengan demikian beban kognitif yang dirasakan siswa kecil. Beban dikatakan rendah apabila MMI lebih tinggi dibandingkan UM, MMI dan HB berbanding lurus (di dalam grafik meningkat). Berdasarkan uraian mengenai teori beban kognitif yang telah disebutkan di atas, kemungkinan besar siswa memiliki beban kognitif dalam proses belajar di sekolah umum dan kemungkinan besar pula terjadi pada siswa di lingkungan pesantren. Siswa-siswa yang hidup di lingkungan pesantren memiliki perbedaan dengan siswa yang bersekolah di sekolah umum. Menurut Chirzin (1974) penyusunan kurikulum pesantren berdasarkan pemikiran akan kebutuhan anak didik dan masyarakat. Kebanyakan pondok pesantren telah memakai sistem madrasi sebagai basis pendidikannya. Sistem madrasi dalam dunia pendidikan modern disebut juga sistem klasikal (Qomar, 1996). Sistem pendidikan klasikal adalah sebuah model pengajaran yang bersifat formalistik. Sistem madrasi disebut juga dengan pendidikan konvensional dengan strategi pengajaran umumnya menggunakan ceramah. Orientasi pendidikan dan pengajarannya terumuskan secara teratur dan prosedural, baik meliputi kurikulum, tingkatan dan kegiatan-kegiatannya (Tim Ponpes Langitan, 2011). Salah satu contoh pesantren yang memakai sistem ini adalah Pondok Modern Gontor, Jawa Timur. Pesantren dan sekolah umum pada umumnya memiliki jumlah mata pelajaran umum yang sama. Sekolah berbasis pesantren memiliki kurikulum yang berbeda yaitu ditambah dengan mata pelajaran bidang keagamaan. Berdasarkan kurikulum yang disesuaikan pada pondok pesantren, kurikulum terbagi ke dalam empat kajian utama yang dipelajari siswa, yaitu (1) Kajian Agama Islam (Dirosah Islamiyah) yang mencakup Al-Qur an, Al-Hadits, Aqidah & Akhlak, Al-Fiqih, At-Tauhid, dan Tariikhul Islam (Sejarah Kebudayaan Islam). (2) Ilmu Bahasa yang mencakup Bahasa Arab, Bahasa
4 4 Inggris dan Bahasa Indonesia. (3) Sains dan Teknologi (bagi siswa yang mengambil jurusan IPA) yang mencakup Matematika, Teknologi dan Ilmu Komputer, Kimia, Fisika dan Biologi. (4) Ilmu Pengetahuan Sosial (bagi siswa yang mengambil jurusan IPS) yang mencakup Ekonomi, Geografi, Sosiologi, Akuntansi, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Sejarah (Tim Ponpes Al-Basyariyah, 2013). Menurut paparan di atas, siswa pesantren menerima materi pelajaran lebih banyak berupa mata pelajaran bidang keagamaan dan mata pelajaran umum. Menurut Soedarso (2010) komposisi materi bidang keagamaan dan mata pelajaran umum pada sekolah berbasis pesantren dibuat seimbang dengan materi pendidikan umum yang diperkaya dengan nilai-nilai agama. Materimateri tersebut setiap harinya harus dipelajari siswa dan sebagian materi bersifat hafalan. Kondisi ini menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya. Keadaan seperti itu didukung kembali oleh strategi pembelajaran yang lebih menekankan kepada metode ceramah dibanding metode praktikum. Dilihat dari banyaknya materi yang harus dipelajari serta strategi pembelajaran yang monoton pada setiap proses pembelajaran dimungkinkan dapat menimbulkan beban kognitif siswa. Siswa yang mengenyam pendidikan di lingkungan pesantren diperkirakan memiliki tingkat beban kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan siswa yang mengenyam pendidikan di sekolah umum. Beban kognitif yang dialami siswa dimungkinkan karena adanya keterkaitan dengan strategi belajar yang digunakan oleh guru untuk mengajar di kelas. Strategi belajar sangat berpengaruh terhadap penguasaan konsep siswa khususnya pada mata pelajaran umum yang dimana siswa sudah memiliki beban kognitif yang sangat berat pada mata pelajaran bidang keagamaan yang hampir keseluruhannya berupa hafalan. Oleh karena itu, siswa secara tidak langsung dituntut untuk mampu mengingat semua hal yang dipelajari dengan kemampuan kerja memori yang terbatas. Disamping itu, pengaruh media informasi sangat besar terhadap tingkat usaha mental siswa (ECL). Walaupun pesantren modern merupakan lembaga
5 5 kependidikan yang telah menggunakan program terpadu sesuai dengan tuntutan era modernisasi zaman ini, pesantren memiliki aturan kedisiplinan dalam hal penggunaan barang-barang elektronik seperti handphone, laptop, dan sumber infomasi digital lainnya seperti internet dan media sosial. Hal tersebut diberlakukan dengan tujuan agar para siswa tidak terpengaruh dengan kebiasaan dunia luar dan dapat konsentrasi penuh dalam belajar. Semua informasi mengenai dunia luar dan bahan pelajaran umumnya hanya diperoleh dari guru, buku-buku perpustakaan dan koran. Khoirunnas (2008) mengatakan bahwa surat kabar atau biasa disebut koran sangat penting bagi para santri karena merupakan satu-satunya alat media informasi bagi para santri di pondok pesantren untuk mengetahui tentang berita teraktual dari dunia luar pesantren. Khoirunnas (2008) menyatakan hal tersebut dikarenakan semua alat elektronik dilarang untuk dibawa sebagaimana aturan dan disiplin pondok pesantren. Keterbatasan-keterbatasan para santri (siswasiswa) itulah yang memungkinkan munculnya beban kognitif pada siswa SMA berbasis pesantren. Biologi merupakan salah satu kelompok mata pelajaran umum yang wajib dipelajari siswa di sekolah berbasis pesantren. Mata pelajaran Biologi termasuk ke dalam kajian Sains dan Teknologi (Tim Ponpes Al-Basyariyah, 2013). Salah satu materi biologi yang dianggap siswa sulit adalah sistem saraf. Kesulitan materi sistem saraf disebabkan oleh karakteristik materi yang bersifat abstrak, terdapat konsep-konsep fisiologis serta adanya mekanisme fisika dan kimiawi yang komplek (Mulyani, 2009). Kesulitan lain yang mungkin dialami siswa di sekolah berbasis pesantren adalah adanya penambahan nilai-nilai agama selama proses pembelajaran. Sehingga keadaan tersebut dimungkinkan dapat mempengaruhi tingkat beban kognitif siswa SMA berbasis pesantren. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis memandang perlu untuk melakukan penelitian dengan mengukur beban kognitif siswa-siswa SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi dan memperbaharui strategi pembelajaran yang dilakukan guru di dalam kelas. Pada penelitian ini, ICL yang diukur adalah Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI),
6 6 ECL yang diukur merupakan Usaha Mental (UM), dan GCL yang diukur yaitu Hasil Belajar (HB). Hasil yang akan diukur berdasarkan MMI, UM, dan HB. Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI) nilainya berbanding terbalik dengan ICL, Usaha Mental (UM) nilainya akan berbanding lurus dengan ECL, sedangkan Hasil Belajar (HB) nilainya akan berbanding terbalik dengan GCL dimana besar kecilnya nilai sangat bergantung pada ICL dan ECL. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian berjudul Beban Kognitif Siswa pada Pembelajaran Biologi di SMA Berbasis Pesantren. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana beban kognitif (cognitive load) siswa di SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi?. Untuk lebih memperjelas permasalahan di atas, rumusan masalah tersebut dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut: 1. Bagaimana Kemampuan Menerima dan Mengolah Informasi (MMI) siswa SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi? 2. Bagaimana Usaha Mental (UM) siswa SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi? 3. Bagaimana Hasil Belajar (HB) siswa SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi? 4. Bagaimana korelasi antara MMI, UM, dan HB pada siswa SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi? C. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki batasan-batasan tertentu agar lebih mudah mengarah pada tujuan dan rumusan masalah yang ditentukan. Berikut batasan masalah pada penelitian ini:
7 7 1. Pada penelitian ini, beban kognitif siswa diukur pada saat mempelajari materi tentang sistem saraf di pembelajaran biologi. 2. Siswa pada kelas XI SMA IPA putri berbasis pesantren. Pesantren yang diambil berupa pesantren di Bandung yang memiliki sistem wajib tinggal di asrama bagi siswa-siswanya. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan profil beban kognitif (cognitive load) pada siswa kelas XI di SMA berbasis pesantren dalam pembelajaran biologi. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti-peneliti Lain Melalui penelitian ini, para peneliti mendapatkan informasi mengenai tingkat beban kognitif siswa SMA berbasis pesantren dengan melakukan pengukuran beban kognitif siswa SMA berbasis pesantren dalam mempelajari materi biologi. Selain itu para peneliti dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk referensi apabila ingin melanjutkan penelitian dalam bentuk eksperimen terhadap siswa-siswa pesantren. 2. Guru Penelitian ini bermanfaat bagi guru untuk dijadikan referensi dalam memperbaiki strategi pembelajaran khususnya pada sekolah di SMA- SMA berbasis pesantren. F. Organisasi Penulisan Skripsi Gambaran lebih jelas tentang isi dari keseluruhan skripsi ini disajikan dalam organisasi penulisan skripsi berikut dengan pembahasannya. Adapun sistematika yang digunakan dalam skripsi ini berdasarkan pedoman karya tulis ilmiah Univesitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun Organisasi penulisan skripsi disusun sebagai berikut:
8 8 1. Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan bagian awal dari skripsi yang menguraikan latar belakang penelitian ini yang berkaitan dengan teori beban kognitif (Cognitive Load Theory), strategi pembelajaran dan sekolah berbasis pesantren. Kemudian diuraikan pula rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan organisasi penulisan skripsi. 2. Bab II Teori Beban Kognitif: ICL, ECL, dan GCL Siswa di Sekolah Berbasis Pesantren pada Pembelajaran Biologi Bab II berisi tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya Beban Kognitif (Cognitive Load) yang mencakup Intrinsic Cognitive Load (ICL), Extraneous Cognitive Load (ECL), dan Germane Cognitive Load (GCL); Sekolah berbasis pesantren; karakteristik materi sistem saraf; serta penelitian-penelitian yang relevan. 3. Bab III Metodologi Penelitian Bab III berisi tentang deksripsi mengenai definisi operasional, populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, jenis penelitian, waktu dan lokasi penelitian, instrumen penelitian, alur penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan analisis data. 4. Bab IV Hasil Temuan dan Pembahasan Bab IV ini mengemukakan tentang hasil penelitian yang telah dicapai berdasarkan temuan yang mengacu pada bab III meliputi hasil penelitian serta pembahasan yang mengacu pada bab II. 5. Bab V Simpulan dan Rekomendasi Bab V menyajikan simpulan terhadap hasil analisis temuan dari penelitian, serta rekomendasi penulis yang didasarkan pada kelemahankelemahan yang ditemukan sebagai upaya perbaikan untuk kedepannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi antar siswa, antar siswa dan guru, dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Pada lingkungan belajar yang menjadi tujuan utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN B. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan usaha sengaja, terarah dan
Lebih terperinci2015 REDUKSI DIDAKTIK BAHAN AJAR SPERMATOPHYTA SEBAGAI UPAYA MENGENDALIKAN BEBAN KOGNITIF SISWA SMA SESUAI GAYA BELAJAR
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara tropis dimana di dalamnya begitu beranekaragam makhluk hidup. Sebetulnya ini akan sangat memudahkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional adalah penjelasan definisi dari variabel yang telah dipilih oleh peneliti. Berikut definisi operasional dalam penelitian ini: 1. Beban
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah sangat sulit dihindarkan maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rosinta Septiana, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keinggintahuan manusia tentang dirinya, lingkungannya dan kelestarian jenisnya. Dalam pembelajaran biologi sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Rahdian Raksabrata, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebelum memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMA, siswa SMP telah memiliki pengetahuan awal tentang beberapa gejala-gejala kehidupan yang mereka
Lebih terperinci2015 PROFIL BEBAN KOGNITIF SISWA SMA WILAYAH BANDUNG PADA PEMBELAJARAN KONSEP SYARAF
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para penganut teori belajar kognitif berpendapat bahwa perilaku yang tidak dapat diamati pun dapat dipelajari secara ilmiah. Salah satu dari teori tersebut adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang paling penting dalam mewujudkan sumber daya manusia supaya memiliki kompetensi yang dinginkan, salah satu kegiatan yang paling
Lebih terperinci2014 PEMBELAJARAN FISIOLOGI TUMBUHAN TERINTEGRASI STRUKTUR TUMBUHAN BERBASIS KERANGKA INSTRUKSIONAL MARZANO UNTUK MENURUNKAN BEBAN KOGNITIF MAHASISWA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan untuk mendapatkan mutu sumber daya manusia sesuai dengan tuntutan kebutuhan pembangunan. Pendukung utama terlaksananya sasaran pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kiki Santriana, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya ini untuk kita pelajari dan kita pelihara. Dalam mempelajari bumi beserta isinya kita diharuskan untuk belajar.
Lebih terperinci2014 PENGUKURAN COGNITIVE LOAD MAHASISWA BIOLOGI PADA PERKULIAHAN ANATOMI TUMBUHAN YANG BERBASIS QUANTITATIVE LITERACY
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Biologi ialah ilmu alam tentang makhluk hidup atau kajian saintifik tentang kehidupan. Sebagai ilmu, biologi mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia Pemerintah telah menerapkan kurikulum pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan di dunia pendidikan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab
BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren
Lebih terperinciSTRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU
STRUKTUR DAN MUATAN KURIKULUM SMA PATRA MANDIRI 1 PLAJU a. Struktur Kurikulum 1. Kelas x Peminatan MIPA (kurikulum 2013) 1.1 Mata Pelajaran a) Kelompok A (wajib) : 6 Mata Pelajaran b) Kelompok B (wajib)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk memberikan arahan pada siswa agar siswa dapat menerapkan keterampilan dan pengetahuan dalam kehidupannya dengan
Lebih terperinciBEBAN KOGNITIF SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI INTERDISIPLIN BERBASIS DIMENSI BELAJAR.
Prosiding BEBAN Mathematics KOGNITIF and SISWA Sciences Forum SMA 2014 PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI... ISBN 978-602-0960-00-5 475 BEBAN KOGNITIF SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI INTERDISIPLIN BERBASIS
Lebih terperinciJADWAL PELAJARAN KELAS X-MIPA T.P. 2017/2018
putusan tua Badan Akreditasi Sekolah Provinsi Jawa Timur JADWAL PELAJARAN KELAS X-MIPA 1 PPKn Matematika Fisika Sejarah Indonesia Matematika IPA Olahraga 2 PPKn Matematika Fisika Sejarah Indonesia Matematika
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aditiarana, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran, banyak kendala yang dialami guru ataupun siswa sehingga dapat menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara optimal. Seiring
Lebih terperinciDISTRIBUSI MATA KULIAH PRODI PENDIDIKAN GURU MI FITK TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STATUS MATA KULIAH
STRUKTUR KURIKULUM DISTRIBUSI A KULIAH PRODI PENDIDIKAN GURU MI FITK TAHUN AKADEMIK 2011/2012 NO. KODE MK A KULIAH 1 PKN350001 2 SAG 310001 Kewarganegaraan KLP KOMPE- TENSI STATUS A KULIAH SEMESTER 1 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena yang berupa alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat menyimpulkan :
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil paparan penyajian data hasil penelitian mengenai Implementasi kurikulum Pendidikan Agama Islam berbasis Pesantren di Sekolah Dasar Al- Ahmadi Surabaya peneliti dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia zaman modern dihadapkan pada perkembangan pengetahuan yang begitu pesat akibat kemampuan berpikir dan penelitian para ahli. Pengetahuan tidak dapat dimiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains di Indonesia dewasa ini kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, uraian tersebut berdasarkan pada informasi diagnostik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kemajuan teknologi. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya informasi yang serba cepat pula.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin memudahkan hidup manusia dalam berbagai bidang. Hal ini sering kali menjadi alasan sangat dibutuhkannya
Lebih terperinciPERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGINGAT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : TRI WULANDARI F 100 030 247 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga manusia mempunyai keterampilan dan keahlian khusus yang dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Profil beban kognitif siswa SMA wilayah Bandung merupakan deskripsi hasil pengukuran tiga komponen beban kognitif. Komponen beban kognitif terdiri dari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pendidikannya (Rusman, 2012 : 93). kegiatan belajar mengajar, salah satunya adalah pengorganisasian mata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah keahlian dasar yang akan mendukung kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya, artinya tinggi rendahnya motivasi seorang guru akan terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan manusia. Tanpa pendidikan dunia ini tidak ada apa-apanya, karena semua berasal dari pendidikan. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan
Lebih terperinci2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu fisika merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang fenomena alam sehingga dalam pembelajarannya diperlukan kegiatan yang dapat mengarahkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
25 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang akan dilakukan merupakan penelitian deskriptif dan merupakan penelitian dengan menggunakan metode atau pendekatan studi kasus (Arikunto,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum memiliki peranan penting dalam pendidikan. Istilah kurikulum menunjukkan beberapa dimensi pengertian, setiap dimensi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pendidikan mengalami perubahan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Perubahan paradigma dalam dunia pendidikan menuntut adanya perubahan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam dunia pendidikan merupakan salah satu ilmu dasar yang dapat digunakan untuk menunjang ilmu-ilmu lain seperti ilmu fisika, kimia, komputer, dan
Lebih terperinciJurnal Silogisme: Kajian Ilmu Matematika dan Pembelajarannya Juni 2017, Vol. 2, No.1. ISSN:
BEBAN KOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL DENGAN KOEFISIEN LINIER DI IKIP PGRI BOJONEGORO TAHUN AJARAN 2016/2017 Novi Mayasari IKIP PGRI Bojonegoro mahiraprimagrafika@gmail.com Abstract
Lebih terperinci2014 ANALISIS KESIAPAN UJIAN NASIONAL SISWA SMA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era modern ini pendidikan menjadi kunci dari perubahan dan perkembangan zaman, karena pendidikan yang menjadi penentu dan tolak ukur dari kemajuan era saat ini. Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dibutuhkan ketepatan dalam memilih teknik mengajar. Disamping penguasaan materi, seorang guru dituntut memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka di bawah ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan dari penelitian
Lebih terperinciEFEKTIVITAS METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SRAGEN TAHUN AJARAN 2006/2007
EFEKTIVITAS METODE TUTOR SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SRAGEN TAHUN AJARAN 2006/2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia harus dilaksanakan dengan efektif agar mampu menimbulkan minat dan perhatian peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Saddam Juhendi, 2015 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN PRAKTIKUM DI LABORATORIUM DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FPTK UPI
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Praktikum menjadi bagian integral dalam kurikulum pendidikan teknik sipil. Hal ini menjadi petunjuk pentingnya peranan praktikum dalam pencapaian tujuantujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu mata pelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Mengah Atas (SMA). Geografi juga masuk dalam mata pelajaran yang diujikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. studi, menemukan dan mengembangkan produk produk sains, dan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia tingkat pendidikan formal diawali dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)
Lebih terperinciBAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH
BAB V TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH, MADRASAH TSANAWIYAH, DAN MADRASAH ALIYAH I. TABEL STRUKTUR KURIKULUM MADRASAH IBTIDAIYAH Komponen Kelas dan I II III a. Al-Qur'an-Hadis 2 b. Akidah-Akhlak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan masalah serius di negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Menurut Sanjaya (2010), salah satu masalah yang dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih, semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih kualitasnya (Tilaar, 1997). Di sisi lain, berdasarkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bahan Ajar 2.1.1 Pengertian Bahan Ajar Hamdani (2011:218) mengemukakan beberapa pengertian tentang bahan ajar, yaitu sebagai berikut: a. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran kimia diarahkan pada pendekatan saintifik dimana ketrampilan proses sains dilakukan melalui percobaan untuk membuktikan sebuah kebenaran sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah RahmaAditya M Kurnia,2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat menjadikan siswa untuk mencapai tujuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ya Hedi Saputra, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di dalam kelas diarahkan pada kemampuan siswa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan tersebut adalah pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi yang saat ini tengah berlangsung, banyak sekali memunculkan masalah bagi manusia. Manusia dituntut untuk meningkatkan kualitas dirinya agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sains termasuk kimia, dalam konteks global, telah melakukan berbagai reformasi untuk memenuhi tuntutan zaman selama kurun waktu 40 tahun. Namun, walaupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an adalah petunjuk nyata bagi seluruh umat manusia yang kemurniannya terjaga sampai akhir zaman. Salah satu cara menjadi bagian dari orang-orang yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah,
I. PENDAHULUAN Secara umum pada Bab I ini akan di bahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Hal lain yang perlu dibahas pada bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kekuatan yang dinamis dalam menyiapkan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung sepanjang hayat dan dalam segala lingkungan. Pendidikan dapat mempengaruhi perkembangan manusia
Lebih terperinciModel Penyelenggaraan Peminatan Kurikulum 2013 di SMA KATA PENGANTAR. 2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah ii
KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 3 C. Ruang Lingkup... 3 BAB II JUDUL BAB II... 4 A. Pengertian Peminatan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Pendidikan yang berkualitas akan melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di bangku sekolah dasar. Hal tersebut secara jelas tertuang dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dan mendasar dalam kehidupan kita. Apalagi di era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang bertujuan untuk mendidik siswanya menjadi warga negara yang baik. Pendidikan Kewarganegaraan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abdul Latip, 2015
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang gejala alam. IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ingatan adalah salah satu bagian dalam kognisi. Kata ingatan merupakan alih bahasa dari memori meskipun tidak sedikit yang menggunakan kata memori ini sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Model Conceptual Change Model Conceptual Change dalam penelitian ini berupa model perubahan konseptual (Novics model) yang digunakan dalam setiap satuan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Desain yang menggambarkan jalannya penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif deskriptif noneksperimen studi kasus. Studi kasus pada penelitian ini termasuk kedalam penelitian
Lebih terperinciPRINSIP- PRINSIP TEORI BEBAN KOGNITIF DALAM MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PRINSIP- PRINSIP TEORI BEBAN KOGNITIF DALAM MERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Vivin Nur Afidah Guru SMP Negeri 1 Lumajang email: vivin.afida@gmail.com Abstrak: Media pembelajaran merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi dan teknologi informasi. Pendidikan merupakan sarana penting untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains memiliki potensi besar dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era globalisasi dan teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan hendaknya mampu mendukung pembangunan di masa mendatang. Oleh karena itu, pendidikan harus mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka mampu
Lebih terperinciISBN: ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
ANALISIS BEBAN KOGNITIF DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Aries Tejamukti STKIP PGRI Tulungagung Email: ariestejam@gmail.com Abstrak Teori beban kognitif merupakan teori yang digunakan untuk mempelajari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (selanjutnya disebut IPA) diartikan oleh Conant (Pusat Kurikulum, 2007: 8) sebagai serangkaian konsep yang saling berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada yang tinggi,sedang dan rendah. Jika prestasi belajar siswa tinggi menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting, sebab pendidikan merupakan salah satu sarana untuk dapat membentuk karakter manusia. Pendidikan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BERDASARKAN TEORI BEBAN KOGNITIF
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI BERDASARKAN TEORI BEBAN KOGNITIF Restu Ria Wantika Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya resturiawantika89@gmail.com ABSTRACT The purpose
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan institusi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) merupakan institusi pendidikan untuk menghasilkan calon guru yang memiliki kualifikasi akademik dan kompeten. Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aa Juhanda, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah serius yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah sistem pendidikan yang terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar di kelas masih memiliki kendala dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar di kelas masih memiliki kendala dalam mengembangkan potensi berpikir siswa. Kecenderungan umum yang hadir di kelas sekolah bersifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi yang terjadi antara guru dan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial, seperti facebook, twitter maupun instagram (data Puskakom UI).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai angka 88,1 juta dan 87% diantaranya menggunakan internet dengan alasan utama untuk mengakses jejaring
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Tim Peneliti. iii
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah kami sampaikan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pemetaan dan Pengembangan Mutu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpatisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Belajar bukan sekedar mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. IPA (sains) pada hakekatnya terdiri atas tiga komponen, yaitu produk,
1 BAB I PENDAHULUAN IPA (sains) pada hakekatnya terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. IPA tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dipahami bahwa rendahnya mutu Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa Indonesia saat ini adalah akibat rendahnya mutu pendidikan (Tjalla, 2007).
Lebih terperinci