PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM

dokumen-dokumen yang mirip
METODELOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

UJI TANTANG DENGAN VIRUS IBD ISOLAT LAPANG PADA AYAM YANG MENDAPATKAN VAKSIN IBD AKTIF DAN INAKTIF KOMERSIL

HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKSI ANTIBODI POLIKLONAL ANTI H5N1 PADA MARMOT (Cavia porcellus) YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA H5N1 DAN H5N2 KUNTO WIDYASMORO

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

GAMBARAN TITER ANTIBODI ANTI H5 PADA SERUM DAN KUNING TELUR AYAM SINGLE COMB BROWN LEGHORN YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN INAKTIF H5N2 WA ODE YUSRAN

Deteksi Respon Antibodi dengan Uji Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avian Influenza Subtipe H5N1

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE ENZYME-LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA) PADA SERUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1 NOVIYANTI

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS)

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

RESPON TITER ANTIBODI PASCAVAKSINASI AVIAN INFLUENZA PADA AYAM YANG DIBERI EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.)

GAMBARAN RESPON VAKSINASI IBD MENGGUNAKAN VAKSIN IBD INAKTIF PADA AYAM PEDAGING KOMERSIAL DEVA PUTRI ATTIKASARI

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 MATERI DAN METODA Vaksin ND ( Newcastle Diseases ) Vaksin ND yang dipergunakan terdiri dari a Ga

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP INFECTIOUS BURSAL DISEASE

KEMAMPUAN NETRALISASI ANTIBODI SPESIFIK AVIAN INFLUENZA H5 TERHADAP BEBERAPA VIRUS H5N1 ISOLAT LAPANG 1)

DETEKSI ANTIBODI ANTI- Escherichia coli K99 DI DALAM SERUM INDUK SAPI FRIESIAN HOLSTEIN BUNTING POST VAKSINASI E. coli DENGAN TEKNIK ELISA

PROFIL TITER ANTIBODI Avian Influenza (AI) dan Newcastle Disease (ND) PADA ITIK PEJANTAN DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI VIRUS Avian influenza ASAL BEBEK

AHMAD MAIZIR, SYAEFURROSAD, ERNES A, NENENG A, N M RIA ISRIYANTHI. Unit Uji Bakteriologi

SEROEPIDEMIOLOGI PASCA VAKSINASI NEWCASTLE DISEASE (ND) DENGAN 2 STRAIN ANTIGEN

ABSTRAK. Kata Kunci : Bursa Fabrisius, Infectious Bursal Disease (IBD), Ayam pedaging

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

PENGKAJIAN KUALITAS VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS (IB) AKTIF di BEBERAPA PROVINSI di INDONESIA EMILIA, YUNI YUPIANA, NENI NURYANI, YATI SURYATI

1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 3

Perbandingan Titer Antibodi Newcastle Disease pada Ayam Petelur Fase Layer I dan II

Tingkat Perlindungan Vaksin Komersial AI H5N1 Clade terhadap Virus AI H5N1 clade Asal Itik pada Ayam SPF dalam Kondisi Laboratorium

RINGKASAN. Kata kunci : Titer antibodi ND, Newcastle Disease, Ayam Petelur, Fase layer I, Fase Layer II

UJI BANDING ANTAR LABORATORIUM TERHADAP TITER ANTIBODI AYAM PASCA VAKSINASI CORYZA DENGAN METODE HI (Haemaglutination Inhibition)

TEKNIK PENGUJIAN DAYA HIDUP VIRUS VAKSIN ND (NEWCASTLE DISEASE) YANG TELAH DIENCERKAN DALAM WAKTU PENYIMPANAN YANG BERBEDA RINGKASAN

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Penelitian 3.2 Metode Penelitian Persiapan dan Pemeliharaan Kelinci sebagai Hewan Coba

EVALUASI HASIL PENGUJIAN UJI KEAMANAN VAKSIN GUMBORO AKTIF DI BBPMSOH TAHUN

SERODETEKSI PENYAKIT TETELO PADA AYAM DI TIMOR LESTE Muhammad Ulqiya Syukron 1, I Nyoman Suartha 2, Nyoman Sadra Dharmawan 3.

PENGKAJIAN MUTU VAKSIN AVIAN INFLUENZA (AI) PADA BEBERAPA PROVINSI DI INDONESIA EMILIA, RAMLAH, RAHAJENG S, YATI SURYATI

RESPON ANTIBODI DAN PROTEKSI VAKSIN INAKTIF INFECTIOUS BRONCHITIS ISOLAT LOKAL PADA AYAM PETELUR

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metodologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PROFIL TITER ANTIBODI Newcastle Disease (ND) dan Avian Influenza (AI) PADA ITIK PETELUR FASE STARTER DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

Pengembangan Prototipe Vaksin Inaktif Avian Influenza (AI) H5N1 Isolat Lokal dan Aplikasinya pada Hewan Coba di Tingkat Laboratoium

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

PENGUJIAN POTENSI VAKSIN AI INAKTIF CLADE DAN CLADE TAHUN Ramlah, Emilia, Yati Suryati, Ketut Karuni N. Natih

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

BAB 3 METODE PENELITIAN

KAJIAN VAKSINASI AVIAN INFLUENZA SUBTIPE H5N1 PADA BURUNG PUTER (Stretopelia bitorquata) DAN MERPATI (Columba Livia)

Respons Antibodi Sekunder Terhadap Penyakit Tetelo pada Ayam Petelur Pascavaksinasi Ulangan dengan Vaksin Tetelo Aktif

MATERI DAN METODE. Materi

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK

GAMBARAN ANTIBODI ANTI AVIAN INFLUENZA H5 PADA AYAM PETELUR YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AI H5N1 INAKTIF ISOLAT TAHUN 2007 AYU AZRIANI AZHARI

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

EVALUASI HASIL VAKSINASI AVIAN INFLUENZA (AI) DI KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG ANI SITI NURFITRIANI

PERBANDINGAN GAMBARAN TITER ANTIBODI PASCA VAKSINASI ANTRAKS DENGAN MENGGUNAKAN 2 VAKSIN PRODUKSI DALAM NEGERI

BAHAN DAN METODE. Materi Penelitian

Identifikasi Secara Serologi Galur Virus Flu Burung Subtipe H5N1 Clade dan Clade pada Ayam Petelur

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN VAKSIN INFECTIOUS BRONCHITIS INAKTIF ISOLAT LOKAL

TAHUN Nur Khusni Hidayanto, Ramlah, Ferry Ardiawan dan Yati Suryati

Maulana Ar Raniri Putra

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 25 September 17 Oktober 2012 di unit kandang

DETEKSI KEBERADAAN ANTIBODI ANTI H5N1 MENGGUNAKAN METODE HEMAGLUTINASI INHIBISI (HI) PADA KOLOSTRUM SAPI YANG DIVAKSINASI H5N1

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan post test only control group design. Penelitian

Risa Indriani 1 & NLP Indi Dharmayanti 1 1

The Effectiveness of Avian subtype H5NI Flu Vaccine on Native Chicken

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tetelo yang merupakan salah satu penyakit penting pada unggas. Penyakit ini

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI REAL TIME PCR VIRUS INFLUENZA A ANTARA METODE GUANIDIUM,-THIOCYANATE-PHENOL- CHLOROFORM DAN METODE SPIN KOLOM

HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN RESPON KEBAL TERHADAP VIRUS Avian Influenza (AI) H5 PADA AYAM PETELUR YANG DIVAKSINASI DENGAN VAKSIN AI-ND INAKTIF EKA MARTTIANA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

Respon Imun Primer Ayam Petelur Pasca Vaksinasi Egg Drop Syndrome

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang

Vaksin Kombinasi Newcastle Disease dengan Avian Influenza Memicu Imunitas Protektif pada Ayam Petelur terhadap Penyakit Tetelo dan Flu Burung

(Biopotency Test of Monoclonal Antibody Anti Pregnant Mare Serum Gonadotropin in Dairy Cattle)

PROFIL TITER ANTIBODI Newcastle Disease (ND) dan Avian Influenza (AI) PADA ITIK PETELUR FASE GROWER DI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

TINJAUAN PUSTAKA Newcastle Disease (ND)

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

KEMAMPUAN NETRALISASI ANTIBODI SPESIFIK AVIAN INFLUENZA H5 TERHADAP BEBERAPA VIRUS H5N1 ISOLAT LAPANG ANDRIJANTO HAUFERSON ANGI

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN VAKSIN AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS DELIN NOFIFTA B

Respon Antibodi dan Protektivitas pada Ayam Pasca Vaksinasi Menggunakan Vaksin Nd Aktif Lv12

Transkripsi:

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, April 2012, hlm. 41-47 ISSN 0853 4217 Vol. 17 No.1 PEMBUATAN DAN STANDARISASI ANTIGEN AI H5N1 KOMERSIAL UNTUK MONITORING TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI AI DI INDUSTRI PETERNAKAN AYAM (PREPARATION AND STANDARDIZATION OF A COMMERCIAL H5N1 AI ANTIGEN FOR MONITORING ANTIBODY TITER AI VACCINATION RESULTS IN POULTRY INDUSTRY) Retno D. Soejoedono 1,*), Sri Murtini 1), Kamalludin Zarkasie 2) ABSTRACT Vaccination is one of the chosen strategy for controling AI H5N1 in Indonesia. Vaccination able to induce protective antibodies against AI but unable to inhibit viral infection. Determination of antibody titers in the serum from bird vaccinated with AI-H5N1 vaccine consisting of 2 or 3 different AI virus isolates difficult to be meassured if the antigen for HI test is uncalibrated yet. Furthermore, the determination of a minimum protective antibody titer against the challenge of AI virus circulating in the field at this time needs to be done. This study aims to determine the H5N1 AI virus antigen for standart HI test and the minimum titre of antibodies that able neutralize virus infection. As much as 55 chickens were divided into 11 groups, 10 groups vaccinated with commercial AI vaccine and AI H5N1 field isolat antigen. Four types of commercial vaccines were veccinated to one group and seven other groups vaccinated with the antigen AI Legok 2004, Nagrak Ag 2009, Ag Lawang 2010, as well as polyvalent Ag combination of these three types of antigen. After third vaccinations, the presence of antibodieswere meassured by HI test. Serum with a titer test 2 6-2 8 were tested for the capability of virus neutralizationin using virus neutralization test against three different H5N1 AI virus field isolates. The test results showed that the H5N1 subtype AI virus antigen representative as standart antigen for HI test is antigen Legok 2004 and the minimum titer which able neutralize H5N1 AI virus field isolates 2 8. Keywords: H5N1, HI test, Serum Netralisation test. ABSTRAK Vaksinasi adalah strategi yang dipilih pemerintah sebagai salah satu cara pengendalaian AI di Indonesia. Vaksinasi mampu menginduksi antibodi protektif terhadap virus AI namun tidak dapat menghambat infeksi virus AI. Penentuan titer antibodi di dalam serum hasil vaksinasi menggunakan vaksin AI H5N1 yang terdiri atas 2 atau 3 isolat virus AI yang berbeda sulit dimaknai apabila antigen yang digunakan dalam uji HI belum dikalibarasi antigenisitasnya terhadap beberapa isolat virus yang beredar saat ini. Selanjutnya penentuan titer antibodi protektif minimal terhadap tantangan virus AI yang beredar di lapangan pada saat ini perlu dilakukan sehingga diketahui antibody protektif yang dapat menghambat infeksi virus AI. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan antigen virus AI subtipe H5N1 yang representatif digunakan pada uji HI dan titer antibodi minimal yang dapat menahan infeksi virus AI H5N1 isolat lapang. Sebanyak 55 ekor ayam dibagi dalam 11 kelompok, 10 kelompok divaksin dengan vaksin AI komersial. Empat jenis vaksin komersial di vaksinasikan masing-masing pada satu kelompok dan tujuh kelompok lainnya divaksin dengan antigen AI Legok 2004,Ag Nagrak 2009, Ag Lawang 2010, serta Ag polivalen kombinasi diantara ketiga jenis antigen tersebut. Setelah tiga kali vaksinasi serum diperiksa keberadaan antibodinya dengan uji HI. Serum dengan titer 2 6-2 8 di uji kemampuannya dalam menetralisasi virus AI H5 N1 galur asal lapang menggunakan uji serum netralisasi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Antigen virus AI subtipe H5N1 yang representatif digunakan pada uji HI adalah antigen Legok 2004. Titer antibodi minimal yang dapat menahan virus AI H5N1 isolat lapang menggunakan uji serum netralisasi adalah 2 8. Kata kunci: Antigen AI H5N1, uji HI, uji Serum netralisasi. 1) Dep. Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 2) PT Shigeta, Institut Pertanian Bogor. Jl. Agatis, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 * Penulis korespondensi: 08129554242, retnod@ipb.ac.id PENDAHULUAN Vaksinasi adalah strategi yang dipilih pemerintah sebagai salah satu cara pengendalaian AI di Indonesia [DITJENNAK 2007; 2008) vaksinasi mampu menginduksi antibodi protektif terhadap virus AI penantang yang homolog (Capua dan Marangon,

42 Vol. 17 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia 2007; Nugroho et al.2010; Okti et al. 2011). Perubahan virus AI sejak tahun 2003 hingga tahun 2011 mengarah kepada perubahan sifat biologis yang sangat nyata (Susanti et al. 2008), sehingga vaksin AI yang beredar secara komersial di Indonesia telah dibuat dalam bentuk cocktail atau polivalen. Sampai saat ini Fakultas Kedokteran Hewan IPB bekerja sama dengan IPB-Shigeta telah berhasil mengumpulkan beberapa isolat AI H5N1 dari lapangan antara lain dari Nagrak 2009 Sukabumi Jawa Barat dan dari Lawang 2010, Malang Jawa Timur. Karakterisasi kedua isolat tersebut telah dilakukan secara molekuler dan biologis kedua isolat tersebut menunjukkan karakter yang berbeda dengan isolat virus AI-H5N1 Legok/2004 (Wibawan dan Karuni, 2010). Penentuan titer antibodi di dalam serum akibat vaksinasi menggunakan vaksin AI-H5N1 yang terdiri dari 2 atau 3 isolat virus AI yang berbeda sulit dimaknai apabila antigen yang digunakan dalam uji HI belum dikalibarasi antigenisitasnya terhadap beberapa isolat virus yang beredar saat ini. Kalibrasi antigenisitas beberapa antigen virus AI sangat penting dan harus dilakukan untuk dapat memaknai gambaran titer antibodi di dalam serum dari kelompok ayam yang terdapat di dalam kandang. Selanjutnya penentuan titer antibodi protektif minimal terhadap tantangan virus AI yang beredar di lapangan pada saat ini perlu dilakukan menggunakan uji serum netralisasi (SN-Test). Nilai ini digunakan sebagai dasar untuk melakukan evaluasi dan monitoring keberhasilan vaksinasi. Tujuan penelitian ini adalah: 1) menentukan antigen virus AI H5N1 yang representatif untuk digunakan dalam uji HI yang terkalibrasi antigenitasnya terhadap isolat virus AI H5N1 lainnya. 2) menentukan titer antibodi protektif minimal yang mampu menahan tantangan virus AI H5N1 lapang yang beredar saat ini menggunakan SN-test. METODE PENELITIAN Pada tahap awal penelitian ini diperlukan kandang ayam untuk 55 ekor ayam petelur jenis Isa Brown, yang dibagi dalam 5 kelompok ayam termasuk untuk ayam kontrol. Ayam petelur sudah siap untuk bertelur dan berumur 23 minggu. Sebelumnya kandang ayam tersebut dilakukan desinfeksi kandang dengan menggunakan Formalin dan Kalium permanganat. Setelah itu kandang dikosongkan selama kurang lebih 3 minggu, sambil menunggu kedatangan ayam petelur Pemesanan telur tertunas umur 9 hari (Cleanegg) Jumlah mahasiswa yang terlibat 1 orang mahasiswa S2. Disain Penelitian: A. Uji Hemaglutinasi dan uji Hemaglutinasi Hambatan Uji Haemaglutinasi (HA Test) dengan teknik mikro. Prosedur: Duapuluh lima 25 μl NaCl fisiologis steril atau PBS steril ph 7,4 diisikan dalam microwell (mikroplat) lubang pertama sampai 12 menggunakan mkiropipet 25 μl. Dengan mikropipet 25 μl diambil 25 μl suspensi virus AI atau antigen AI H5N1 dan di masukkan kedalam lubang atau sumur pertama. Dengan mikropipet 25 μl lakukan pencampuran suspensi virus dengan NaCl pada lubang atau sumur pertama dengan cara menghisap dan meneteskan cairan tersebut, lakukan cara ini paling tidak lima kali. Duspuluh lima μl dari lubang pertama kemudian pindahkan kelubang kedua dan lakukan pencampuran seperti no. 3. Selanjutnya dipindahkan 25 μl ke lubang 3, begitu seterusnya sampai lubang ke 11. Dari lubang ke-11 diambil 25 μl dan dibuang. Pada lubang atau sumur ke 12 sebagai kontrol negatif hanya berisi NaCl fisiologis saja. Penambahan 100 μl suspensi sel darah merah 1% ke dalam seluruh lubang. Dihomogenkan dengan cara menggoyangkan microwell (mikroplat). Pembacaan hasil: Pembacaan hasil uji dapat dilakukan apabila sel darah merah 1% pada lubang atau sumur kontrol telah mengendap ke dasar lubang. Lubang no. 12 tidak terjadi aglutinasi. Hasil dikatakan positif bila terjadi aglutinasi yang komplit dari sel darah merah, yang terlihat bentuk kasar seperti pasir pada pinggir dasar lubang. Batas nilai dari titrasi adalah pengenceran tertinggi dari antigen yang masih menghasilkan aglutinasi komplit. Prosedur uji HA karena mengunakan mikroplat dasar V maka untuk pembacaan di mikroplat bila aglutinasi berbentuk pasir sedang bila mengendap berbentuk airmata menetes (TEARS). B. Uji Hemaglutinasi Hambatan Prosedur (HI Test mikro titrasi): Duapuluh lima μl NaCl fisiologis atau PBS pada lubang diisikan pada lubang 1 sampai 12 menggunakan miropipet 25 μl Dengan mikropipet 25 μl ambil 25 μl suspensi virus AI H5N1 dan masukkan kedalam lubang atau sumur pertama. Setelah itu

Vol. 17 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia 43 diambil 25 μl serum kebal AI dan dimasukkan kedalam lubang pertama. Selanjutnya dilakukan pencampuran suspensi virus dengan NaCl pada lubang pertama dengan cara menghisap dan menetes cairan tersebut, lakukan cara ini paling tidak lima kali. Duapuluh lima μl diambil dari lubang pertama kemudia pindahkan ke lubang kedua dan lakukan pencampuran seperti no. 3. Selanjutnya pindahkan 25 μl ke lubang 3, begitu seterusnya sampai lubang ke 10. Dari lubang atau sumur ke-10 diambil 25 μl dan dibuang. Pada lubang ke 11 sebagai kontrol serum jadi hanya berisi NaCl fisiologis atau PBS dan serum saja serta lubang 12 sebagai kontrol virus : yang berisi NaCl fisiologis atau PBS dan virus. Penambahkan 25 μl virus standar 4 HAU kedalam semua lubang, kecuali lubang ke-11 kemudian diinkubasikan selama 15 menit. Setelah inkubasi tambahkan 100 ul suspensi sel darah merah 1% ke dalam seluruh lubang mikroplat. Homogenkan suspensi dalam lubang dengan menggoyanggoyangkan mikroplat kemudian diinkubasikan pada suhu ruang selama 30-60 menit, kemudian dibaca hasilnya. Pembacaan hasil: Pembacaan hasil uji dapat dilakukan apabila sel darah merah 1% atau eritrosit pada lubang kontrol telah mengendap ke dasar lubang atau sumur. Lubang no. 11 tidak terjadi aglutinasi sedangkan pada lubang 12 terjadi aglutinasi. Hasil dikatakan positif bila tidak terjadi aglutinasi sel darah merah, yang terlihat bentuk tetes airmata dilubang. Batas nilai dari titrasi adalah pengenceran tertinggi dari antibodi yang masih dapat menghambat aglutinasi dikalikan titer virus standarnya. C. Uji Netralisasi Prosedur: Metode Netralisasi α (alpha) Pada metode ini menggunakan serum yang tidak diencerkan (konstan) sedangkan pada virus dilakukan pengenceran. Biasanya menggunakan serum standar. Sistem indikator telur tertunas. Kedalam rak diletakan tabung reaksi ( ukuran 3 ml) sebanyak 12 tabung Pada tabung 1-8 diisi pelarut (Na Cl fisiologis) 1,8 ml. Tabung 1 diisi dengan 0,2 ml virus, kemudian lakukan pengenceran seri Pindahkan 0,5 ml virus setiap pengenceran ke rak lubang atau sumur 2 dan 3I sesuai dengan nomor urut tabung reaksi. Biarkan pada suhu 37 0 C selama 30 menit atau suhu kamar 40 menit. Suntikan masing-masing pengenceran (0,2 ml) pada 3 butir telur tertunas, kemudian diamati setiap hari sampai hari ke-4. Pelarut yang digunakan untuk pengenceran virus, sebelumnya ditambahkan campuran 10.000 Penesilin IU dan Streptomisin (ug) per ml pelarut. Pemupukan pada Telur Tertunas Prosedur: Dalam rak diletakan tabung reaksi ( ukuran 3 ml) sebanyak 12 tabung rak I, dimasukan serum X sebanyak 0,2 ml dan pelarut sebanyak 1,8 ml kemudian dihomogenkan. Pengenceran seri dengan mengambil 0,2 ml dari tabung reaksi satu dan dimasukan ke tabung reaksi 2, dan seterusnya. Tabung reaksi rak II, lakukan pengenceran serum positif (10-1, 10-2,...dst). Tabung reaksi rak III berisi 0,5 ml virus A (kontrol). Pindahkan sebanyak 0,2 ml virus A ke tabung reaksi I dan 0,2 ml ke tabung rak II sesuai dengan nomor urut tabung reaksi. Biarkan pada suhu kamar, 30-40 menit. Nol koma dua (0,2 ml) dari setiap pengenceran suspensi dari rak I dan II diinokulasikan kemasing-masing 3 butir telur. Tahap Proses Pelaksanaan Penelitian: Hasil titrasi ayam sebelum divaksinasi adalah 2 3,60 Setelah ayam petelur diistirahatkan selama 2 (dua) hari dilakukan penyuntikan antigen AI dengan jadwal sebagai beirkut: Penyuntikan pertama, semua vaksin dalam bentuk inaktif 1. Vaksin C (V-C) dosis 0,3 ml subkutan pada 5 ekor ayam, 2. Vaksin S (V-S) dosis 0,5 ml subkutan pada 5 ekor ayam 3. Vaksin M (V-M) dosis 0,5 ml subkutan pada 5 ekor ayam 4. Vaksin V (V-V) dosis 0,5 ml subkutan pada 5 ekor ayam Ag AI Legok 2004 pada 5 ekor intravena 0,2 ml (1024 HAU) Ag Nagrak 2009, dosis 0,2 ml (1024 HAU) intravena Ag Lawang 2010, dosis 0,05 ml (104 HAU), intravena dan

44 Vol. 17 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia Ag polivalen (Legok 2004, Nagrak 2009 dan Lawang 2010) dosis 0,5 ml, adjuvant, subkutan masing masing disuntikan pada 5 ekor ayam Ag polivalen (Legok 2004, Lawang 2010) dosis 0,5 ml, adjuvant, subkutan masing masing disuntikan pada 5 ekor ayam Ag polivalen (Legok 2004 dan Nagrak 2009) dosis 0,5 ml, adjuvant, subkutan masing masing disuntikan pada 5 ekor ayam Ag polivalen (Lawang 2010 dan Nagrak 2009) dosis 0,5 ml, adjuvant, subkutan masing masing disuntikan pada 5 ekor ayam 5. Penyuntikan kedua dengan selang 3-4 minggu 6. Penyuntikan ketiga dengan selang 3-4 minggu. 7. Pengambilan serum darah ayam 4 minggu setelah penyuntikan terakhir Setelah penyuntikan terakhir maka masingmasing kelompok ayam diambil darahnya untuk dilakukan uji HI terhadap antigen subtipe Legok 2004, Nagrak 2009 dan Lawang 2010, dan Pusvetma 2010. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini vaksinasi dengan menggunakan vaksin V-M, V-C, V-V, V-S, Legok 2004, Nagrak 2009, Lawang 2010 dan vaksin polivalen kecuali yang mengadung antigen Lawang 2010 bila terpapar dengan virus Legok akan menghasilkan titer antibodi protektif dibandingkan dengan virus selain Legok 2004 (Tabel 1). Tabel 1 Hasil uji Hemaglutinasi Antigen AI H5N1 Serum Kebal Legok Nagrak Lawang Pusvetma Ayam 2004 2009 2010 2010 V-M 7,80 7,80 6,80 6,40 V-C 7,40 7,60 6,20 6,00 V-V 8,00 8,00 7,40 5,60 V-S 8,00 5,60 6,60 5,80 Legok 2004 8,00 7,80 4,80 4,80 Nagrak 2009 7,20 7,60 6,60 5,80 Lawang 2010 7,80 5,40 8,00 5,00 Legok 04 + Nagrak 09 8,00 8,00 6,30 2,40 Nagrak 09 + Lawang 10 1,30 4,67 8,00 5,30 Legok 04 + Lawang 10 8,00 7,30 8,00 3,67 Legok 04 + Nagrak 09 + Lawang 10 4,00 8,00 6,60 5,80 Sedangkan hasil pengamatan dari uji kalibrasi (Tabel 2) menyatakan bahwa bila vaksin AI H5N1 yang digunakan berasal dari Legok 2004, Nagrak 2009 dan Lawang 2010 maka bila paparan lapang dengan virus lapang ke 3 ternyata masih menghasilkan kekebalan yang cukup protektif. Kemudian dilanjutkan dengan uji netralisasi pada telur tertunas umur 9-10 hari. Yang diawali dengan tiitrasi antigen untuk digunakan pada uji netralisasi serum ayam yang diambil dari kelompok ayam yang masing-masing divaksinasi dengan vaksin komersial (V-S, V-V, V- C, V- M). Setelah ayam divaksinasi ke tiga, dengan selang waktu 4 minggu maka diambil serum yang mengandung antibodi terhadap masing-masing vaksin komersial. Pengamatan pada kelompok ayam yang masing-masing divaksinasi dengan vaksin komersial kode V-S ; V-V ; V-C dan V-M, dan hasil vaksinasi I bila dilakukan uji HI dengan menggunakan Ag Lawang didapatkan nilai titer Ab masing-masing sebesar 2 1,0 ; 2 0,8 ; 2 0, dan 2 0 yang dapat diasumsikan bila terkena paparan lapang maka ayam tsb tidak dapat menahan infeksi karena Ab ayam dengan paparan virus isolat lapang berbeda. Vaksinasi ke 2 didapatkan nilai titer Ab masingmasing sebesar 2 4,8 ; 2 4,8 ; 2 7,8, dan 2 0 yang artinya bila terkena paparan lapang maka ayam kelompok yang divaksinasi dengan V-M tsb tidak dapat menahan infeksi karena Ab ayam dengan paparan virus isolat lapang sedangkan kelompok sisanya mampu menahan infeksi lapang dengan konsentrasi titer virus cukup protektif dengan nilai titer Ab 2 4,8 (menurut FOHI, 2008). Dan hasil Tabel 2 Hasil kalibrasi dengan uji HA-HI Tabel 3 Titer antibodi ayam yang divaksinasi dengan vaksin komersial terhadap antigen Lawang 2010 (Uji Hemaglutinasi) Vaksin Komersial Antigen AI-H5N1 Serum Kebal Legok 2004 Nagrak 2009 Lawang 2010 Ayam Legok 2004 8,0 7,8 4,8 Nagrak 2009 7,2 7,6 3,8 Lawang 2010 7,8 5,4 8,0 Vaksinasi I Titer Antibodi Vaksinasi II Vaksinasi III V- S 2 1,0 2 4,8 2 6,6 V- V 2 0,8 2 4,8 2 7,4 V- C 2 0 2 7,8 2 6,2 V- M 2 0 2 0 2 6,8

Vol. 17 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia 45 vaksinasi ke 3 menunjukkan titer Ab cukup protektif dengan nilai titer Ab 2 4,8 sehingga vaksinasi dengan empat (4) vaksin komersial pada hanya dengan vaksinasi ke 2 ayam masih protektif namun tidak dengan V-M sehingga dapat disarankan dengan vaksin komersial minimal dilakukan ulangan (booster) sebanyak 3 kali ulangan. Pengamatan pada kelompok ayam (Tabel 4) yang masing-masing divaksinasi dengan vaksin komersial kode V-S; V-V; V-C dan V-M, dan hasil vaksinasi I bila dilakukan uji HI dengan menggunakan Ag Legok 2004 didapatkan nilai titer Ab masing-masing sebesar 2 7,0 ; 2 2,6 ; 2 0, dan 2 2,9 yang dapat diasumsikan bila terkena paparan lapang virus legok maka ayam yang divaksinasi pertama dengan V-Sh dapat menahan infeksi tidak dengan vaksin komersial lainnya. Vaksinasi ke 2 didapatkan nilai titer Ab masing-masing sebesar 2 4,8 ; 2 2,6 ; 2 0,0, dan 2 2,8 yang artinya bila terkena paparan lapang maka ayam kelompok yang divaksinasi dengan V-V; VC dan V-M tsb tidak dapat menahan infeksi paparan virus isolat lapang karena titer Ab yang dihasilkan 2 2,8 sedangkan kelompok sisanya mampu menahan infeksi lapang dengan konsentrasi titer antibodi cukup protektif dengan nilai titer Ab 2 4,0 (menurut FOHI, 2008). Dan hasil vaksinasi ke 3 menunjukkan titer Ab cukup protektif dengan nilai titer Ab 2 6,2 sehingga vaksinasi dengan empat (4) vaksin komersial disarankan minimal dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan pada kelompok ayam (Tabel 5) yang masing-masing divaksinasi dengan vaksin komersial kode V-S; V-V; V-C, dan V-M; dan hasil vaksinasi I bila dilakukan uji HI dengan menggunakan Ag Nagrak didapatkan nilai titer Ab masing-masing sebesar 2 4,8 ; 2 2,8 ; 2 4,8, dan 2 2,8 yang dapat dikatakan bila terkena paparan lapang virus Nagrak maka ayam yang divaksinasi pertama dengan V-S dan V-C dapat menahan infeksi namun tidak dengan vaksin komersial lainnya. Vaksinasi ke 2 didapatkan nilai titer Ab masing-masing sebesar 2 2,2 ; 2 4,4 ; 2 2,2, dan 2 4,4 yang artinya bila terkena paparan lapang maka ayam kelompok yang divaksinasi dengan V-S; V-C tsb tidak dapat menahan infeksi paparan virus isolat lapang karena titer Ab yang dihasilkan 2 2,2 sedangkan kelompok sisanya mampu menahan infeksi lapang dengan konsentrasi titer virus cukup protektif dengan nilai titer Ab 2 4,9 (menurut FOHI, 2008). Dan hasil vaksinasi ke 3 menunjukkan titer Ab cukup protektif dengan nilai titer Ab 2 8,0 sehingga vaksinasi dengan empat (4) vaksin komersial disarankan minimal dilakukan ulangan sebanyak 3 kali. Pengamatan yang didapat dari indeks netralisasi untuk untuk vaksin V-M yang menunjukkan bahwa bila paparan lapang dengan virus asal Lawang maka kelompok ayam yang mendapatkan vaksin V-M akan mampu menahan infeksi; hal ini ditunjukkan bahwa hasil indeks netralisasi > 1.50-1,90, sedangkan vaksin V-S, V-V dan V-C tidak protektif. Pada titer antibodi (uji HI) dengan menggunakan antigen Nagrak 2009 terhadap serum ayam yang divaksinasi vaksin V-V (2 7 ), vaksin V-M (2 7 ), vaksin V-C (2 0 ) dan vaksin V-S (2 0 ). Sehingga didapat indeks netralisasi untuk vaksin V-M, V-S, V-V, dan V-C yang menunjukkan bahwa bila paparan lapang dengan virus asal Nagrak 2009 maka kelompok ayam yang mendapatkan masing- masing vaksinv-m, V-S,V-V, dan V-C akan mampu menahan infeksi. Hal ini ditunjukkan bahwa hasil indeks netralisasi >1.50 1,90, sehingga bersifat protektif. Tabel 6 Hasil uji Netralisasi dengan antigen Lawang 2010 50% endpoint netralization index Indeks Netralisasi = (50% endpoint netralzation index Serum normal Serum sampel) Serum normal 10 3,7 Serum terhadap: V-M = 10 1,5 V-M = 3,70 1,50 = 2,20 V-S = 10 3,25 V-S = 3,70 3,25 = 0,45 V-V = 10 4,6 V-V = 3,70 4,60 = -0,90 V-C = 10 3,5 V-C = 3,70 3,50 = 0,20 Tabel 4 Titer antibodi ayam yang divaksinasi dengan vaksin komersial terhadap antigen Legok 2004 (Uji Hemaglutinasi) Vaksin Komersial Vaksinasi I Titer Antibodi Vaksinasi II Vaksinasi III V-S 2 7,0 2 4,8 2 5,6 V-V 2 2,6 2 2,6 2 8,0 V-C 2 0 2 0 2 7,4 V-M 2 2,8 2 2,8 2 7,8 Tabel 5 Titer antibodi ayam yang divaksinasi dengan vaksin komersial terhadap antigen Nagrak 2009 (Uji Hemaglutinasi) Vaksin Komersial Vaksinasi I Titer Antibodi Vaksinasi II Vaksinasi III V- S 2 4,8 2 2,2 2 8 V- V 2 2,8 2 4,4 2 8 V- C 2 4,8 2 2,2 2 8 V- M 2 2,8 2 4,4 2 8

46 Vol. 17 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia Pada titer antibodi (uji HI) dengan menggunakan antigen Nagrak 2004 terhadap serum ayam yang divaksinasi vaksin V-V (2 5 ), vaksin V-M (2 7 ), vaksin V-C (2 7 ) dan vaksin V-S (2 4 ). Indeks netralisasi untuk untuk vaksin V-M, V-S dan V-C yang menunjukkan bahwa bila paparan lapang dengan virus asal Legok 2004 maka kelompok ayam yang mendapatkan masing- masing vaksin V-M, V-S, dan V-C akan mampu menahan infeksi Hal ini ditunjukkan bahwa hasil indeks netralisasi >1.50 1,90, sehingga bersifat protektif. Sedangkan vaksinasi dengan V-V ternyata mampu menahan paparan lapang virus Legok 2004. Dari keseluruhan hasil dapat dikatakan bahwa penggunaan vaksin V-M, V-S, V-V, dan V-C hanya dapat digunakan pada daerah yang paparan lapang adalah virus Legok 2004 dan Nagrak 2009. Meski hanya pada daerah yang menggunakan vaksin V-V tidak dapat menahan paparan lapang virus Legok 2004. Sedangkan untuk daerah dengan paparan lapang virus Lawang 2010 maka vaksinasi dengan vaksin vaksin V-M, V-S, V-V, dan V-C tidak menimbulkan kekebalan yang protektif. Dari hasil penelitian ini maka dapat dijelaskan bahwa melakukan uji hemaglutinasi untuk mengetahui titer antibodi atau kekebalan tubuh setelah divaksinasi maka uji tersebut hanya dapat menggunakan antigen uji HA tertentu sesuai dengan paparan virus lapang sesuai dengan daerahnya. Seperti penggunaan vaksinasi V-M, V-S, V-V, dan V-C dapat menghasilkan kekebalan protektif bagi ayam Tabel 7 Hasil uji Netralisasi dengan antigen Nagrak 2009 50% endpoint netralization index Tabel 8 Hasil uji Netralisasi dengan antigen Legok 2004 50 % endpoint netralization index Indeks Netralisasi = (50% endpoint netralization index. Serum normal Serum sampel) Serum normal 10 6.0 Serum terhadap: V-M = 10 2,55 V- M = 6,00 2,55 = 3,45 V-S = 10 2,50 V- S = 6,00 2,50 = 3,50 V-V = 10 2,75 V-V = 6,00 2,75 = 3,25 V-C = 10 3,50 V-C = 6,00 3,50 = 2,50 Indeks Netralisasi = (50 % endpoint netralization index. Serum normal Serum sampel) Serum Normal = 10 9,0 Serum terhadap V-M = 10 6,75 V- M = 9,00 6,75 = 2,25 V-S = 10 6,50 V- S = 9,00 6,50 = 2,50 V-V = 10 8,00 V-V = 9,00 8,0 = 1,00 V-C = 10 7,00 V-C = 9,00 7,00= 2,00 bila didaerah peternakan ayam tsb mendapat paparan lapang virus Legok 2004 dan Nagrak 2009 dan tidak ada kekebalan tubuh ayam setelah divaksinasi dengan V-M, V-S, V-V, dan V-C bila mendapat serangan virus lapang Lawang 2010. Sehingga dapat dikatakan bahwa vaksinasi dengan H5N1 harus menggunakan vaksin yang sesuai dengan virus lapang. Selain itu vaksinasi terhadap virus AI H5N1 dengan vaksin komersial disarankan terutama untuk ayam petelur yang mendapatkan vaksinasi minimal ulangan senyak 3 kali akan menghasilkan titer Ab yang cukup protektif dengan paparan lapang virus Legok 2004, Nagrak 2009 dan Lawang 2010. KESIMPULAN Antigen virus AI subtipe H5N1 yang representatif digunakan pada uji HI adalah antigen Legok 2004 dibandingkan antigen Nagrak 2009 dan antigen Lawang 2010 dan antigen Pusvetma 2010. Titer antibodi minimal yang dapat menahan virus AI H5N1 isolat lapang menggunakan uji serum netralisasi adalah 2 8. UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan terimakasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, IPB yang telah membantu pendanaan penelitian ini dan PT. IPB Shigeta Animal Phamaceutical yang memfasilitasi antigen Legok 2004 dan Lawang 2010. DAFTAR PUSTAKA Capua I, Marangon S. 2007. Control and prevention of avian influenza in an evolving scenario. Vaccine 25:5645-5652. [DITJENNAK] Direktorat Jendral Peternakan. 2007. Farmakope Obat Hewan Indonesia. Jilid I (Sediaan Biologik). Ed ke-3. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI. [DITJENNAK] Direktorat Jendral Peternakan. 2008. Prosedur Operasional Standar Pengendalian Penyakit Avian Influenza. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. [DITJENNAK] Direktorat Jendral Peternakan. 2009. Rekomendasi kebijakan vaksin dan strategi

Vol. 17 No. 1 J.Ilmu Pert. Indonesia 47 vaksinasi AI. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian. Maas R, Tacken M, Zoelen D, Oie H. 2007. Dose response effects of Avian Influenza (H7N7) vaccination of chickens: serology, clinical protection and reduction of virus excretion. Vaccine 27:3592-3597. Nugroho E, RD Soejoedono, T.Purnawarman, C.Basri, P Hermans, AT Muljono, AJ Neil. 2010. Antibody responses to Avian Influenzae vaccination in Broiler chickens in Indonesia. 2010. Proceeding The first Conggres of SEAVSA [OIE] Office International des Epizooties. 2004. OIE Manual of Standard for Diagnostic Test and Vaccines. Ed ke-4. Paris: OIE. [OIE] Office International des Epizooties. 2005. Avian Influenza. Chapter 2.7.12. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animals. Paris: OIE. ON Putri, A Bouman, I Claassen, G Koch, R.D Soejoedono,JA Stegeman, M Van Boven. 2011. A single vaccination of commercial broilers does not reduce trasmission of H5N1 HPAI. Veterinary Research, 42:74 (IF: 3,765) Susanti R, Soejoedono RD, Mahardika IGNK, Wibawan IWT, Suhartono MT. 2008. Filogenetik dan struktur antigenik virus Avian Influenza subtipe H5N1 isolat unggas air. J Vet 9: 99-106. [WHO] World Health Organization. 2002. WHO Manual on Animal Influenza. Diagnosis and Surveillance. Geneva: WHO. Wibawan I.W.T, Karuni N K, 2010. Preparasi dan Aplikasi Vaksin Polivalen Avian Influenza H5N1 pada Unggas Menggunakan Prinsip Antibodi Anti-Idiotipe : Efikasi Vaksin terhadap Berbagai Strain Virus AI H5N1 di Indonesia.