BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEORI PILIHAN KONSUMEN

MIKROEKONOMI RESUME TEORI KESEIMBANGAN KONSUMEN

Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa Menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai

TEORI PERILAKU KONSUMEN. Pertemuan 4 & 5 Izzani Ulfi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

Teori Perilaku Konsumen (lanjutan) Bab IV Model Kurva Indiferens

Teori Ekonomi Mikro. Teori Permintaan Konsumen: Analisis Kurva Kepuasan Sama. (Indifference Curve)

ekonomi Kelas X TEORI PERILAKU PRODUSEN DAN KONSUMEN KTSP & K-13 A. POLA PERILAKU KONSUMEN a. Konsep Dasar Konsumsi

PERILAKU KONSUMEN DENGAN PENDEKATAN ORDINAL

BAB IV TEORI PERILAKU KONSUMEN

TEORI KONSUMSI (PERILAKU KONSUMEN)

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) EKONOMI KEGIATAN EKONOMI DAN PELAKUNYA KEGIATAN PRODUKSI:

Pertemuan Ke 4. Teori Tingkah Laku Konsumen

Teori Perilaku Konsumen MILA SARTIKA, SEI MSI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Model Utilitas Kardinal dan teori permintaan

Jumlah total komoditas yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga disebut. jumlah yang diminta (quantity demanded) untuk komoditas tersebut.

Pengantar Ekonomi Mikro

Modul 4. Teori Perilaku Konsumen

TEORI PERILAKU KONSUMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

L/O/G/O TEORI PERILAKU KONSUMEN

Teori Konsumsi dan Utilitas. Copyright 2004 South-Western

a. Koefisien regresi dari persamaan Y = a + b1 X1 + b2 X2 adalah sebagai berikut :

EKONOMI & MANAJEMEN 2 BAB 4 PERILAKU KONSUMEN

Modul ke: Perilaku Konsumen. Fakultas EKONOMI. Triwahyono SE.MM. Program Studi Manajemen.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

Template Standar Powerpoint

TUGAS PENGANTAR EKONOMI KELOMPOK 6 : 1. Alvin Kharisma Catra ( ) 2. Annisa Widiyanti ( ) 3. Merry Inriama ( )

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan masyarakat yang sering mengunjungi mall atau plaza serta melakukan

IV. TEORI PERILAKU KONSUMEN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

a t e r i 1 MATAKULIAH : Teori Ekonomi Mikro POKOK BAHASAN : TEORI PERILAKU KONSUMEN SUB BAHASAN : 1. Pendekatan Kurva Indeferens

HOUSEHOLD EQUILIBRIUM

Teori Perilaku Konsumen Ordinal Utility

Qx TUx MUx

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. daerah. Menurut UU No 5 tahun 1962, perusahaan daerah air minum (PDAM),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU KONSUMEN Pendekatan Guna Batas

N I N A N U R H A S A N A H, S E, M M - U N I V E R S I T A S E S A U N G G U L

KULIAH KE - 4 TEORI PERILAKU INDIVIDUAL

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 07FEB. Teori Prilaku Konsumen (Ordinal Approach) Fakultas. Desmizar, S.E., M.M. Program Studi Manajemen

PERILAKU KONSUMEN. A. Pengertian Konsumen dan Perilaku Konsumen

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. atau kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang dapat berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 7FEB. Review Bab 1-6. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 - TEORI PERILAKU KONSUMEN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

A. Pendekatan Utilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengantar Ekonomi Mikro

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penduduk maka semakin besar pula tuntutan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar merupakan tempat bertemunya antara penjual dan pembeli.

Pengantar Ekonomi Mikro PENDEKATAN PENDEKATAN DALAM PERILAKU KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kerja merupakan faktor yang sangat penting, karena tenaga kerja tersebut

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEORI PRILAKU KONSUMEN. Dr. Syafrizal Chan, SE, M.Si Dosen Fakultas Ekonomi

PERMINTAAN DAN PENAWARAN PASAR

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

TEORI KEPUASAN KONSUMEN FEB Manajemen S-1

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

Teori Tingkah Laku Konsumen dan Teori Nilai Guna (Utility) Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

PENERAPAN KONSEP ELASTISITAS DALAM PERMINTAAN DAN PENAWARAN.

PERILAKU KONSUMEN. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen ada dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dijual disini memiliki variasi jenis yang beragam. Selain menyediakan

PENERAPAN PENDEKATAN EKOLOGI TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN PASAR UJUNG BERUNG KOTA BANDUNG 1

BAB I PENDAHULUAN. yang lain (Kotler dan Amstrong, 2008:5). Dalam definisi manajerial, banyak

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BEBERAPA VARIABEL YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI SEPATU DAN SANDAL DI WEDORO SIDOARJO SKRIPSI. Oleh : META AROZA WIDJAYANTI

Elastisitas Permintaan dan Penawaran. Pengantar Ilmu Ekonomi TIP FTP UB

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin berbelanja dengan mudah dan nyaman. Meningkatnya retail modern

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

III. KERANGKA TEORITIS

pada strategi pemasaran untuk mencapai hasil yang lebih baik. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, perkembangan teknologi dan perekonomian telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

RINGKASAN. Dalam penelitian ditemukan bahwa 70 % konsumen berumur tahun. Dari

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Perilaku Konsumen Perilaku konsumen menurut Kotler(2007) dapat didefinisikan bahwa seluruh individu dan rumah tangga yang dapat membeli atau dapat memperoleh barang dan jasa agar dapat dikonsumsi secara pribadi. Perilaku konsumen dapat dikatakan sebagai tindakan individu atau pengambilan keputusan yang dipengaruhi oleh evaluasi barang dan jasa, cara memperoleh barang dan jasa, bisa mempergunakan barang dan jasa atau tidak. Konsep dasar perilaku konsumen menyatakan bahwa konsumen selalu berusaha untuk mencapai kegunaan maksimal dalam pemakaian barang atau jasa yang dikonsumsinya. Menurut Sudarsono(1984) perilaku konsumen memiliki dua pendekatan yang dapat digunakan, adalah sebagai berikut: a. Pendekatan Nilai Guna Adanya dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mempelajari perilaku konsumen, yaitu pendekatan nilai guna kardinal dan nilai guna ordinal. 9

10 1. Pendekatan Nilai Guna Kardinal Pendekatan nilai guna kardinal menganggap bahwa manfaat atau kenikmatan yang diperoleh konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Dalam pendekatan ini, berlaku hukum Gossen I yang menyatakan apabila tingkat kepuasan konsumen dari menggunakan barang atau jasa dapat diukur dengan jumlah. Jika semakin besar jumlah barang atau jasa yang dikonsumsi maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan dari seorang konsumen. Ketika konsumen mengambil keputusan, mereka memiliki sifat yang rasional yaitu konsumen akan berusaha untuk memaksimalkan kepuasan yang ada dalam diri setiap individu dengan tingkat pendapatan yang dimilikinya. 2. Pendekatan Nilia Guna Ordinal Pendekatan nilai guna ordinal menganggap bahwa kepuasan konsumen dari mengonsumsi barang tidak dapat dinyatakan secara kuantitatif. Pendekatan ordinal dapat dipahami melalui asumsi apabila konsumen dapat membuat peringkat atau urutan kombinasi dari barang atau jasa yang diinginkan berdasarkan tingkat kepuasan yang akan diperoleh tanpa harus menyebutkan nilai secara absolut. b. Kurva Indiferen (Indifferent Curve) Kurva indiferen yaitu kurva yang menggambarkan suatu tingkat kepuasan yang sama terhadap kombinasi dua jenis barang yang akan

11 dikonsumsi. Dalam kurva indiferen memiliki tingkat substitusi marginal (marginal rate of substitution-mrs), yaitu besarnya kemiringan disetiap titik kurva indiferen sama dengan tingkat dimana konsumen bersedia untuk mengganti barang yang satu dengan barang lainnya. Konsumen lebih senang untuk mengonsumsi lebih banyak barang atau jasa, maka konsumen lebih menyukai kurva indiferen yang letaknya lebih tinggi dalam grafik. Terdapat empat sifat karakterisitik yang dapat menjelaskan kurva indiferen, yaitu: 1) Kurva indiferen yang lebih tinggi lebih banyak disukai oleh konsumen daripada kurva indiferen yang lebih rendah. Konsumen lebih senang untuk mengonsumsi lebih banyak barang atau jasa, maka konsumen lebih menyukai kurva indiferen yang letaknya lebih tinggi. 2) Kurva indiferen selalu miring kebawah atau memiliki kemiringan negatif, hal ini menggambarkan tingkatan dimana konsumen bersedia untuk mengurangi konsumsi barang yang satu dengan asumsi apabila ia menambah jumlah barang yang lain. 3) Kurva indiferen cembung ke arah titik origin, hal ini menggambarkan bahwa setiap konsumen lebih bersedia menukarkan barang yang mereka miliki dalam jumlah

12 banyak dan enggan menukarkan barang yang mereka miliki yang jumlahnya sedikit. 4) Kurva indiferen tidak saling berpotongan, dalam kurva indiferen tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferen yang berbeda. Sehubungan dengan penjelasan diatas, kurva indiferen yang lebih tinggi menggambarkan kepuasan yang maksimal sehingga kombinasi yang terbaik yaitu kombinasi pada kurva indiferen yang paling tinggi. Namun pada dasarnya, konsumen dibatasi oleh besar anggaran dana yang dimiliki sehingga pilihan optimal konsumen yaitu kombinasi dimana tidak melebihi batas anggaran. Hal ini dapat diperjelas dengan kurva sebagai berikut: Jumlah. Barang Y Batas Anggaran Jumlah Barang X Sumber: Mankiw, 2006. Gambar 2.1 Kurva Titik Optimum Konsumen

13 Dari gambar 2.1 dapat dikatakan bahwa kurva indiferen yang dapat dicapai oleh konsumen yaitu pada kurva IC 2. Namun, konsumen lebih menyukai kombinasi konsumen pada kurva IC 3 tetapi tidak dapat terpenuhi karena kombinasi barang dan jasa tersebut melebihi batas anggaran. Letak kurva IC 1, merupakan kurva terendah sehingga konsumen tidak memilih kombinasi ini. Menurut setiadi(2003), perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sebagai berikut: a. Faktor Budaya Faktor yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan yaitu budaya sekitar karena pada dasarnya budaya yang ada di Indonesia mulai terpengaruh dengan budaya barat karena adanya globalisasi. Hal ini mengakibatkan masyarakat Indonesia dalam mengambil keputusan ditentukan oleh bagaimana nilai produk tersebut, apakah mengikuti trend pada budaya yang tertanam saat ini. b. Faktor Pribadi Faktor kedua yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengembalian keputusan yaitu faktor pribadi karena masing-masing individu mempunyai karakteristik sifat serta pribadi yang berbedabeda, karakteristik yang pertama ditentukan oleh adanya pengaruh usia, antara usia muda dengan usia tua karena pengaruh usia dapat

14 digunakan untuk melihat apakah usia muda dengan usia tua dalam memilih produk mempunyai perbedaan atau memiliki kesamaan. Kedua adanya pengaruh pekerjaan, apabila seseorang yang sedang bekerja apabila dibandingkan dengan seseorang yang tidak bekerja maka akan terlihat adanya perbedaan gaya hidup yang mewah dengan gaya hidup yang serba kekurangan pada masing-masing individu. c. Faktor Sosial Faktor ketiga yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan yaitu faktor sosial, misalnya interaksi sosial setiap individu yang berbeda-beda, bagaimana kondisi keluarga, status sosial yang terbagi karena jabatan seseorang, tingkat pendidikan antara seseorang yang dapat melanjutkan pendidikannya hingga jenjang Stratra-1 (S-1) berbeda dengan seseorang yang tidak dapat melanjutkan pendidikannya dan hanya memiliki ijazah SD maupun SMP hal ini dikarenakan faktor biaya sekolah yang semakin mahal, kekayaan seseorang ndividu dengan individu yang lain, politik, keturunan, agama dan kelas sosial yang menimbulkan perbedaan pada masing-masing individu. d. Faktor Ekonomi Faktor keempat yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan yaitu faktor ekonomi atau kondisi ekonomi seseorang, hal ini ditentukan oleh tingkat upah atau gaji yang

15 diterima oleh setiap individu yang bekerja sehingga mendapatkan upah atau gaji sesuai pekerjaan yang dilakukan serta tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang dari membuka usaha. Tingkat upah dan tingkat pendapatan yang tinggi dapat mempengaruhi bagaimana kondisi tabungan darisetiap individu, apabila seseorang yang memiliki pendapatan tinggi tidak perlu berada di kondisi dengan beberapa pilihan karena dapat membeli produk tersebut tanpa berfikir panjang, sedangkan untuk individu yang memiliki pendapatan rendah atau berkecukupan harus dapat memilih kebutuhan mana yang harus didahulukan atau yang dibeli terlebih dahulu. e. Faktor Psikologis Faktor kelima yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan yaitu faktor psikologis. Setiap konsumen dalam membeli sesuatu ditentukan oleh motivasi atau dorongan untuk memilih suatu hal yang dianggap penting atau harus didahulukan. Konsumen dalam membeli suatu produk barang dan jasa juga dilandasi keyakinan akan produk tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik atau tidak. Apabila produk barang dan jasa tidak baik maka konsumen akan memiliki perasaan tidak puas. 2. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam pengambilan keputusan maka konsumen akan dihadapkan dengan beberapa tahapan.

16 Untuk urutan kejadian yang mempengaruhi keputusan konsumen dapat digambarkan sebagai berikut: Pengenalan Kebutuhan Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan untuk Membeli Perilaku Sesudah Pembelian Sumber: Setiadi, 2003. Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian Dari gambar 2.2 dapat dikatakan bahwa konsumen dalam proses untuk pengambilan keputusan melalui lima tahap seperti gambar diatas. Lima tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Pengenalan Kebutuhan Pengenalan kebutuhan merupakan dasar dari konsumen untuk pengambilan keputusan dalam membeli barang maupun jasa. Kebutuhan dapat disebabkan oleh dua faktor, faktor pertama yaitu faktor internal atau kebutuhan normal yang dilakukan sehari-hari, faktor kedua yaitu faktor eksternal kebutuhan ini hanya mengikuti barang dan jasa yang sedang ramai dibicarakan. Kedua faktor tersebut yang menjadi dorongan untuk setiap individu dalam membeli barang. b. Pencarian Informasi Seorang individu atau konsumen yang mulai timbul minat terhadap barang atau jasa maka dapat memiliki dorongan untuk

17 mencari tahu lebih banyak informasi dari barang dan jasa tersebut. Sumber informasi yang diperoleh konsumen dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih barang atau jasa yang akan dibeli. c. Evaluasi Alternatif Pengambilan keputusan juga dipengaruhi oleh evaluasi alternatif yang dilakukan konsumen dengan melihat bagaimana kekurangan dan kelebihan produk yang akan dibeli dengan keadaan yang sadar dan rasional. Konsumen juga merupakan pemberi nilai terhadap produk yang dipasarkan. d. Keputusan untuk Membeli Keputusan untuk membeli dipengaruhi beberapa faktor. Faktor pertama yaitu sikap orang lain, ketika orang lain memandang negatif dari pilihan yang akan dibeli maka konsumen akan berfikir kembali untuk memutuskan apakah membeli barang tersebut atau tidak. Faktor kedua adalah keadaan yang tidak terduga atau terjadi begitu saja, ketika konsumen membeli barang yang bukan merupakan kebutuhan dan hanya sebagai pelengkap kebutuhan yang diinginkan konsumen. e. Perilaku sesudah Pembelian Perilaku konsumen setelah untuk membeli barang yang diinginkan, konsumen akan dihadapkan dengan kondisi merasa puas atau tidak puas. Ketika konsumen merasa puas apabila produk

18 yang dibeli tidak terdapat cacat fisik dan sesuai dengan kriteria barang. Konsumen yang tidak merasa puas dengan produk yang telah dibeli maka akan mengurangi rasa ketidakpuasan tersebut karena manusia menciptakan keserasian dan keselarasan pendapat serta nilai-nilai pada dirinya sendiri. 3. Preferensi Konsumen Preferensi menurut kamus besar Bahasa Indonesia yaitu sebagai pilihan atau disebut juga dengan selera, dari pengertian tersebut apabila dihubungkan dengan ekonomi maka preferensi dapat didefinisikan suatu pilihan yang dibuat oleh konsumen karena adanya faktor pendorong dari produk-produk yang ditawarkan oleh produsen yang dikemas dengan sangat menarik. Preferensi pada masyarakat dapat menjadi suatu kecenderungan pada seseorang untuk memprioritaskan sesuatu hal dari banyaknya pilihan yang ada. Sedangkan untuk memilih sesuatu yang akan menjadi prioritas dibutuhkan banyak pertimbangan dari beberapa faktor serta hal apakah yang harus lebih didahulukan. Untuk pengambilan keputusan maka seseorang individu harus berada pada dua pilihan yaitu antara membeli atau tidak membeli, produk yang dibeli seperti apa serta manfaat dari produk tersebut, dimana untuk membeli produk tersebut, bagaimana keadaan serta dampak dari produk tersebut.

19 Menurut Kotler (2007) preferensi yaitu sebagai dua pilihan bagi seseorang yang digambarkan dengan perasaan suka atau tidak suka terhadap produk barang atau jasa yang dikonsumsi. yaitu: Menurut Nicholson (2001), preferensi memiliki tiga sifat dasar, a. Kelengkapan Ketika seseorang dihadapkan oleh dua kondisi atau dua pilihan antara produk A dengan produk B maka konsumen harus dapat menentukan pilihan diantara dua alternatif produk yang ditawarkan. b. Transitivitas Transitivitas yaitu pilihan konsumen yang akan membeli produk yang terbaik dai beberapa pilihan yang ada. Ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang mengatakan bahwa dia sangat suka produk A daripada produk B, kemudian sangat suka produk B daripada produk C, namun pada akhirnya dia membeli produk A. Asumsi ini merupakan pilihan individu yang memiliki sifat konsisten terhadap produk yang akan dibeli atau yang sangat disukai. c. Kontinuitas Ketika seorang merasa lebih menyukai produk A daripada produk B, maka keadaan yang mirip dengan produk A harus lebih

20 disukai dari produk B. Asumsi ini menjelaskan bahwa setiap orang harus dapat bersifat konsisten untuk menetapkan pilihan yang akan diambilnya. Dari tiga sifat dasar preferensi konsumen maka dapat diartikan bahwa setiap individu dapat memberikan peringkat terhadap produk barang atau jasa yang paling disukai atau yang paling dibutuhkan hingga produk yang tidak disukai atau tidak terlalu dibutuhkan. Seorang individu lebih suka untuk memaksimalkan tingkat kepuasannya. 4. Teori Permintaan Permintaan yaitu jumlah produk barang dan jasa yang dapat dibeli sesuai harga produk barang dan jasa selama waktu tertentu. Permintaan selalu berhubungan dengan keinginan konsumen untuk memperoleh produk barang dan jasa yang dikehendaki. Permintaan konsumen atas produk barang dan jasa cenderung tidak terbatas. Jumlah permintaan produk barang dan jasa memiliki hubungan secara negatif terhadap harga, karena permintaan akan rendah seiring naiknya harga dan permintaan meningkat seiring rendahnya harga. Hubungan yang dimiliki harga produk barang dan jasa dengan permintaan berlaku untuk segala jenis barang dan jasa dalam perekonomian, faktanya hal ini disebut dengan hukum permintaan(law of demand) yang mengatakan apabila jika semua hal dibiarkan sama, ketika kondisi harga suatu produk barang dan jasa bertambah, maka jumlah

21 permintaan konsumen akan menurun, dan ketika kondisi harga suatu produk barang dan jasa menurun, maka jumlah permintaan konsumen akan meningkat. Teori permintaan dapat juga dijelaskan dengan kurva sebagai berikut: Harga(P) P2 P1 a b 0 Q2 Q1 Kuantitas(Q) Sumber : Mankiw, 2006. Gambar 2.3 Kurva Permintaan Gambar 2.3 menjelaskan hubungan antara harga produk barang dan jasa dengan jumlah komoditas yang diminta konsumen memiliki hubungan yang berlawanan arah atau negatif, hal ini menyebabkan kurva permintaan suatu komoditas bersudut negatif terhadap sumbu horizontal. Titik a menggambarkan kondisi harga produk barang dan jasa berada di P1 dengan jumlah produk barang dan jasa yang diminta konsumen sebesar Q1. Titik b menggambarkan kondisi harga produk barang dan jasa berada di P2 dengan jumlah produk barang dan jasa yang diminta

22 konsumen menurun menjadi sebesar Q2. Nilai suatu variabel naik maka akan diikuti oleh turunnya nilai variabel yang lainnya, sehingga kurva permintaan secara umum menurun dari arah kiri atas ke arah kanan bawah. Terdapat beberapa variabel yang dapat menggeser kurva permintaan, dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Pendapatan Menurut Nazir(2010), pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima oleh seseorang dari tempat ia bekerja dengan bentuk berupa gaji, sewa, bunga, laba, dan beragam tunjangan seperti dana kesehatan dan uang pesangon pensiun. Pendapatan juga dapat dikatakan sebagai balas jasa atas apa yang telah ia kerjakan sesuai intansi tempat bekerja. Apabila pendapatan yang rendah maka seorang individu akan mengurangi beberapa daftar belanjaan. Adapun dua jenis produk barang yang dipengaruhi oleh pendapatan. Pertama, barang normal (normal good) yaitu apabila permintaan suatu produk berkurang ketika pendapatan juga berkurang. Kedua, barang inferior (inferior good) yaitu apabila permintaan suatu produk bertambah ketika pendapatan berkurang.

23 b. Harga Barang Terkait Harga barang sangat berpengaruh dengan jenis barang yang dikonsumsi. Harga barang yang berkaitan juga memiliki dua macam jenis barang. Pertama, barang substitusi yaitu ketika harga suatu produk menurun maka dapat menyebabkan permintaan akan barang lain juga menurun, barang substitusi merupakan pasanganpasangan barang yang dipakai sebagai pengganti satu sama lain atau dapat dikatakan suatu pasangan barang yang apabila salah satu barang mengalami peningkatan permintaan, maka permintaan yang lainnya juga akan meningkat. Kedua, barang komplementer yaitu ketika harga suatu produk barang mengalami penurunan namun permintaan akan barang lain meningkat, barang komplementer merupakan pasangan barang yang saling melengkapi satu sama lain dan digunakan secara bersama-sama. c. Selera Apabila produk barang atau jasa sedang naik, maka permintaan atas produk barang atau jasa tersebut juga akan bertambah. Permintaan dapat meningkat dan menurun dikarenakan selera atau kebiasaan dari setiap individu. Selera konsumen memiliki sifat yang subjektif, sehingga setiap individu dalam membeli suatu produk barang dan jasa sesuai dengan penilaian terhadap produk barang atau jasa tersebut. Para ekonom tidak dapat menjelaskan selera konsumen yang kadang aneh dan berbeda-beda,

24 selera didasarkan naluri yang ada disetiap individu yang berada diluar lingkungan ilmu ekonomi. d. Harapan Harapan konsumen merupakan perkiraan yang telah ditetapkan untuk kemudian hari atas pendapatan atau gaji yang diterima. Perkiraan untuk harga dimasa yang akan datang sangat mempengaruhi jumlah permintaan. Ketika pendapatan atau gaji meningkat, maka seorang individu akan rela membelanjakan suatu produk barang atau jasa dalam jumlah yang banyak. e. Jumlah Pembeli Jumlah pembeli memiliki pengaruh terhadap permintaan atas produk barang atau jasa. Apabila jumlah pembeli di suatu wilayah bertambah banyak, maka permintaan atas produk barang atau jasa juga akan meningkat. Permintaan juga dipengaruhi oleh seorang individu, sehingga permintaan sangat bergantung dengan semua faktor yang menentukan keinginan individu. Jumlah pembeli merupakan individu yang dalam membeli produk barang atau jasa dipengaruhi pendapatan, harga barang terkait, selera, dan harapan sehingga semua faktor permintaan saling memiliki hubungan. 5. Shopping Mall Shopping mall merupakan tempat terjadinya kegiatan perekonomian karena adanya beberapa penjual dan banyak pembeli yang

25 ingin melakukan transaksi jual beli, shopping juga disebut dengan pusat perbelanjaan modern. Barang yang diperjualkan ada berbagai macam menurut kebutuhan sehari-hari, dapat berupa bahan mentah atau bahan jadi. Shopping mall bukan hanya tempat untuk berbelanja, namun sekarang ini shopping mall dapat berubah kegunaan untuk wisata sederhana bersama keluarga, rekan kerja, dan teman. Shopping mall merupakan tempat dimana antara penjual dan pembeli tidak saling berinteraksi satu sama lain, walaupun di setiap shopping mall terdapat pramuniaga yang di khususkan untuk melayani pembeli namun tidak berinteraksi secara penuh karena di dalam shopping mall barang yang diperdagangkan sudah ditata rapi pada rak-rak barang atau digantung yang disesuaikan dengan kategori produk yang diperjualkan. Pada pusat perbelanjaan modern konsumen bebas mengambil atau dapat memilih sendiri barang yang akan dikehendaki atau yang telah diinginkan, sedangkan harga sudah tercantum dalam label pada barang tersebut sehingga tidak adanya sistem tawar menawar karena sudah menjadi harga yang pasti. Oleh karena itu fungsi pramuniaga untuk menarik minat pembeli dan membantu pembeli mencarikan barang, ukuran, serta keterangan apakah barang yang di kehendaki ada atau tidak ada.

26 Sistem pengelolaan pusat perbelanjaan modern dijamin oleh manajer maka dari itu barang yang diperjualkan bukan hanya produk lokal tetapi juga ada produk impor yang telah di seleksi terlebih dahulu sehingga barang yang rusak dan tidak sesuai klarifikasi dengan mutu serta kualitas yang standar nasional maupun standar internasional maka barang itu tidak layak diperjual belikan. 6. Hubungan antara Variabel Bebas dengan Preferensi Masyarakat a. Hubungan Lokasi dengan Preferensi Lokasi merupakan posisi atau letak suatu toko yang berdiri di daerah yang strategis sehingga mendapatkan laba yang maksimum (Swasta, 2003). Lokasi yang dekat dengan rumah, strategis dan mudah untuk dijangkau dengan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi maka akan semakin besar minat masyarakat untuk berbelanja ditempat tersebut. Preferensi yaitu pilihan atau selera masyarakat yang menjadi kecenderungan bagi seseorang untuk memprioritaskan suatu hal dari banyaknya pilihan yang ada. Lokasi yang dimaksud dalam penelitian yaitu seberapa jauh jarak yang akan ditempuh oleh konsumen dari tempat tinggal hingga ke Ambarukmo Plaza. Jadi, hubungan antara variabel lokasi dengan preferensi masyarakat Yogyakarta dapat dikatakan bagaimana minat konsumen untuk mencapai Ambarukmo Plaza dengan penuh pertimbangan jarak lokasi yang akan ditempuh.

27 b. Hubungan Harga dengan Preferensi Harga merupakan suatu nilai tukar yang ditetapkan oleh seseorang untuk menggambarkan manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa tersebut. Harga memberikan dampak ekonomi dan psikologis bagi para konsumen, untuk dampak ekonomi yaitu berkaitan dengan daya beli karena harga merupakan biaya atau jumlah yang dibebankan bagi para konsumen, untuk dampak psikologis bagi konsumen yaitu apabila semakin tinggi harga maka semakin sedikit minat konsumen untuk membeli produk tersebut sedangkan sebaliknya apabila semakin rendah harga maka minat konsumen untuk membeli produk tersebut akan meningkat (Simamora, 2001). Preferensi konsumen merupakan suatu hal yang cenderung diprioritaskan atau diutamakan oleh konsumen untuk memilih dan dapat menggunakan produk tersebut. Jadi, hubungan antara variabel harga dengan preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza adalah tergantung dari nilai produk barang atau jasa dan tinggi rendahnya harga produk tersebut. c. Hubungan Kualitas Produk dengan Preferensi Produk merupakan suatu barang atau jasa yang dibuat oleh produsen perusahaan yang telah ditambah nilai kegunaanya dalam proses produksi sehingga mendapatkan hasil akhir dari terjadinya proses selama produksi itu berjalan (Kamus Besar Bahasa

28 Indonesia). Preferensi konsumen yaitu pilihan, minat atau selera konsumen terhadap suatu hal sehingga akan menjadi prioritas konsumen untuk mendapatkan produk tersebut. Jadi, hubungan variabel produk dengan preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza tergantung oleh merk dan kualitas produk. d. Hubungan Jam Operasional dengan Preferensi Jam operasional yaitu lamanya waktu buka yang telah ditentukan oleh pengelola shopping mall tersebut, pengelola juga menentukan jam kerja bagi para karyawan yang disesuaikan waktu operasional shopping mall buka dengan imbalan berupa upah atau gaji. Preferensi merupakan sebuah pilihan atau selera konsumen dari beberapa pilihan yang diprioritaskan. Jadi, hubungan antara variabel jam operasional dengan preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza yaitu menyesuaikan jam kerja dengan jam operasional Ambarukmo Plaza, sehingga konsumen yang bekerja ketika pagi hingga sore tidak perlu merasa khawatir karena jam operasional yang tinggi. e. Hubungan Fasilitas dengan Preferensi Fasilitas dapat diartikan sebagai sarana untuk memudahkan atau melancarkan pelaksanaan fungsi. Konsumen untuk menentukan tempat ketika berbelanja selalu memperhatikan fasilitas yang tersedia seperti tingkat keamanan, tingkat kebersihan

29 dan tingkat kenyamanan. Jadi, hubungan antara variabel fasilitas dengan preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza yaitu jika fasilitas yang disediakan semakin baik dari hari ke hari maka konsumen akan sangat puas dengan berbelanja di Ambarukmo Plaza.

30 B. Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Matriks Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Teknik Analisa Variabel Kesimpulan 1. Lia Natalia Analisis Faktor Presepsi yang Mempengaruhi Minat Konsumen untuk Berbelanja di Giant Hypermarket Bekasi Regresi Linear Berganda 2. Shara Noor W Analisis Faktor-Faktor yang Mempengatuhi Konsumen dalam Pengambilan Keputusan Berbelanja di Pasar Tradisional di Semarang Teknik Analisa Regresi Berganda 1. Lokasi, 2. Kelengkapan Produk 3. Kualitas Produk 4. Harga Produk 5. Pelayanan, 6. Kenyamanan Berbelanja 7. Promosi 1. Budaya 2. Psikologi 3. Pribadi 4. Sosial 1. Variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga produk, dan promosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat konsumen untuk berbelanja di Giant Hypermarket. 2. Untuk variabel pelayanan dan kenyamanan berbelanja tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap minat konsumen untuk belanja di Giant Hypermarket. Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap keputusan konsumen dalam berbelanja di Pasar Tradisional di Semarang.

31 No. Nama Peneliti Judul Penelitian Teknik Analisa Variabel Kesimpulan 3. Ade Nurhayati Pengaruh Harga, Analisis Regresi 1. Harga 1. Harga memiliki pengaruh Kualitas, Kondisi Berganda 2. Kualitas signifikan negatif sehingga Pasar, dan Lokasi 3. Kondisi semakin rendah harga semakin Pasar terhadap Pasar banyak konsumen untuk Preferensi Konsumen dalam Berbelanja di Pasar Tradisional 4. Lokasi Pasar berbelanja 2. Untuk variabel Kualitas, Kondisi Pasar, memiliki pengaruh signifikan positif terhadap minat konsumen untuk berbelanja. 3. Lokasi pasar memiliki pengaruh yang positif karena jauhnya pasar tidak menjadi masalah bagi konsumen, lokasi yang dimaksud dalam penelitian yaitu akses jalan 4. Rahmad Rezki Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Lokasi, dan Promosi Terhadap Keputusan Pembelian di Padang Analisa Regresi Linear Berganda 1. Kualitas Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi yang mudah, visibilitas 1. Kualitas produk dan harga memiliki pengaruh signifikan positif terhadap keputusan pembelian 2. Lokasi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap keputusan pembelian 3. Promosi memiliki pengaruh signifikan positif terhadap keputusan pembelian.

32 No. Nama Peneliti Judul Penelitian Teknik Analisa Variabel Kesimpulan 5. Devi Nurmalasari Analisis Faktor yang Mempengaruhi Daya Saing dan Preferensi Analisis Statistik Regresi Binary Masyarakat dalam Berbelanja di Pasar Tradisional 1. Pendapatan 2. intensitas belanja 3. kualitas 4. kebersihan 5. kenyamanan 1. Variabel pendapatan berpengaruh positif terhadap preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional 2. Variabel intensitas belanja berpengaruh positif terhadap preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional 3. Variabel kualitas berpengaruh positif terhadap preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional 4. Variabel kebersihan berpengaruh positif terhadap preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional 5. Variabel kenyamanan berpengaruh positif terhadap preferensi masyarakat dalam berbelanja di pasar tradisional

33 No. Nama Peneliti Judul Penelitian Teknik Analisa Variabel Kesimpulan 6. Ahmad Qusyairi, Analisa Faktor-Faktor Metode teknik 1. Harga barang 1. Tidak ada perbedaan harga antara 2016 yang Mempengaruhi analisa data 2. kualitas pasar ngasem dan beringharjo Preferensi Masyarakat dalam Memilih Pasar Tradisional Yogyakarta menggunakan Uji Beda t-test barang 3. fasilitas 4. lokasi 5. jam kerja 2. Adanya perbedaan kualitas antara pasar ngasem dan pasar beringharjo 3. Adanya perbedaan fasilitas terhadap pasar ngasem dan pasar beringharjo 4. Tidak adanya perbedaan lokasi yang mempengaruhi preferensi masyarakat 5. Tidak adanya perbedaan jam kerja yang mempengaruhi preferensi masyarakat

34 C. Kerangka Penelitian Setiap individu yang ada membutuhkan produk barang atau jasa untuk dikonsumsi, produk yang diperoleh bukan untuk dijual atau diproses kembali namun sudah layak dipakai, digunakan dan dikonsumsi. Setiap individu dapat memperoleh produk ketika berbelanja di shopping mall. Shopping mall memiliki beberapa karakteristik untuk menarik perhatian konsumen. Pertama, lokasi dapat menjadi tolak ukur untuk konsumen ketika ingin berbelanja, dengan mempertimbangkan jarak rumah ke shopping mall atau mudah diakses dengan transportasi umum. Kedua, harga merupakan hal terpenting yang menjadi dasar pertimbangan konsumen untuk berbelanja karena apabila harga produk murah maka konsumen akan memilih produk tersebut untuk dibeli. Ketiga, kualitas produk ketika produk di shopping mall lengkap, memiliki variasi, dan produk dengan jumlah yang banyak maka konsumen dapat memilih produk yang akan dibeli. Keempat, jam operasional hal ini menjadi pertimbangan konsumen untuk berbelanja karena sebagian konsumen memiliki pekerjaan dan terikat dengan insntansi dinas maupun perusahaan maka jam buka shopping mall sangat penting untuk menjadi bahan pertimbangan. Kelima, fasilitas merupakan penentu bagi konsumen untuk mengunjungi shopping mall karena konsumen dapat merasa nyaman untuk berbelanja apabila fasilitas yang disediakan dapat membantu dengan baik.

35 Konsumen dalam memilih tempat untuk berbelanja dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada di shopping mall yang dikehendaki, sehingga hal ini dapat digambarkan sebagai berikut: Lokasi Harga Kualitas Produk Jam Operasional - - + + + Preferensi Masyarakat untuk Berbelanja di Ambarukmo Fasilitas Gambar 2.4 Skema Kerangka Penelitian Tingkat preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza dipengaruhi oleh beberapa faktor variabel diantaranya lokasi, harga, kualitas produk, jam operasional dan fasilitas.

36 D. Hipotesis Sehubungan dengan latar belakang pada penelitian ini maka dapat ditarik suatu hipotesis atau dugaan sementara sebagai berikut : 1. Diduga terdapat pengaruh negatif antara variabel lokasi terhadap preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza. 2. Diduga terdapat pengaruh negatif antara variabel harga produk terhadap preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza. 3. Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel kualitas produk terhadap preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza. 4. Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel jam operasional terhadap preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza. 5. Diduga terdapat pengaruh positif antara variabel fasilitas terhadap preferensi masyarakat Yogyakarta untuk berbelanja di Ambarukmo Plaza.