I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

DENDENG PENGASAPAN Dendeng adalah irisan daging yang dikeringkan dan ditambah bumbu. Pembuatan dendeng untuk memperoleh cita rasa khas adalah mengguna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

Pengeringan Untuk Pengawetan

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: Latar belakang, Identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5)

PENDAHULUAN. yaitu kerupuk berbahan baku pangan nabati (kerupuk singkong, kerupuk aci,

Karakteristik mutu daging

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

KAJIAN PENGOLAHAN CUMI-CUMI (Loligo sp.) SIAP SAJI

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

Pengolahan dengan suhu tinggi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

PENDAHULUAN. kandungan gizi tinggi, akan tetapi mudah mengalami kerusakan (perishable food).

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

TEKNIK PENGERINGAN HASIL PERTANIAN ( SMTR VII)

EVALUASI KUALITAS DENDENG YANG BEREDAR DI PASARAN KABUPATEN PEMEKASAN DENGAN METODA UJI SENSORIS

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengasapan Ikan. Pengasapan adalah salah satu teknik dehidrasi (pengeringan) yang dilakukan

BAB X PENGAWASAN MUTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

Pengaruh Perlakuan Terhadap Kadar Asam Sianida (HCN) Kulit Ubi Kayu Sebagai Pakan Alternatif. Oleh : Sri Purwanti *)

PENGARUH TEKNIK PENGERINGAN TERHADAP KADAR GIZI DAN MUTU ORGANOLEPTIK SALE PISANG (Musa paradisiaca L.) Fery Indradewi A

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

Analisa Kadar Air (Moisture Determination) Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. iklim dan aktivitas fisik (Almatsier 2004). pangan untuk dikonsumsi. Selain dari faktor pengetahuan dan faktor

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING DAN IKAN

Transkripsi:

I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk pengawetan daging tradisional di Indonesia adalah dendeng, yang diproduksi secara meluas serta dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat. Dendeng ini diolah dengan cara daging diiris maupun dihancurkan dengan ukuran tertentu dan diberikan bumbu rempah-rempah yang kemudian dijemur pada sinar matahari dan disajikan dengan cara digoreng. Perlakuan penggorengan sesaat sebelum dendeng dikonsumsi dapat membuat protein mengalami kerusakan seperti penggumpalan protein dan pengerutan. Hal ini demikian menyebabkan mutu dendeng berkurang. Produk dendeng sebelum dikonsumsi harus dimasak terlebih dahulu, akibat panas tinggi komposisi bahan akan berubah dan ada perubahan ke arah kerusakan serta penurunan mutu bahan pangan (Azman, 2006) Namun seiring dengan perkembangan zaman, kini dendeng dapat dikeringkan dan dimasak menggunakan oven sekaligus, sehingga dapat menghasilkan dendeng siap makan. Hal ini dapat memberikan peluang bagi industri-industri rumah tangga maupun menengah untuk mengembangkan usaha dendeng sapi tradisional siap makan. Pemanggangan dendeng dilakukan sebagai bentuk diversifikasi makanan siap saji. Dendeng panggang merupakan bentuk dari pengolahan bahan pangan yang

ditujukan untuk mempermudah dalam konsumsi dendeng agar tidak perlu digoreng menjadi siap makan sehingga dapat meningkatkan daya jual dendeng dan diharapkan dapat memperluas rantai pemasaran (Novitasari, 2014) Menurut Pratama (2013) pemanggangan merupakan proses pematangan bahan menjadi bahan yang diinginkan, dan menimbulkan aroma yang khas. Tujuan dari proses pemanggangan yaitu untuk meningkatkan sifat sensori dan memperbaiki cita rasa dari bahan pangan. Pemanggangan dapat menghancurkan mikroorganisme serta menurunkan aktivitas air (aw) sehingga dapat mengawetkan makanan. Suhu pemanggangan harus diperhatikan karena jika tidak dendeng yang dihasilkan cenderung mengalami case hardening, dimana kondisi ini diakibatkan oleh panas yang berlebihan mengakibatkan bagian permukaan dendeng menjadi keriput dan keras, sedangkan air terperangkap didalamnya dengan kondisi bagian dalam dendeng masih basah, sehingga rasa dendeng sapi yang di oven tidak matang sempurna dan daya simpan produk singkat (Umiyasih dan Wardhani, 1989). Dendeng yang sudah lazim dibuat adalah dengan menggunakan daging sapi, padahal dendeng dapat dibuat dari berbagai jenis daging. Pemanfaatan daging lain untuk dendeng dapat meningkatkan diversifikasi produk jenis daging, meningkatkan penyediaan daging untuk konsumsi dan dapat mendorong dinamika peternakan selain sapi yang pada gilirannya mampu mensuplai sumber protein hewani secara memadai (Suharyanto, 2009) Jenis daging lain yang dapat dijadikan bahan pembuatan dendeng adalah daging kambing, daging ayam dan daging kelinci. Berdasarkan data statistik produksi

daging nasional tahun 2015, produksi daging sapi sebesar 523.927 ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 5,28% dari tahun 2014. Produksi daging kelinci sebesar 554 ton dengan tingkat kenaikan 16,26% dari tahun 2014. Produksi daging kambing sebesar 65.851 ton dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,09% dari tahun 2014. Produksi daging ayam ras petelur sebesar 95. 646 ton dengan adanya penurunan produksi sebesar 1,59% dari tahun 2014 (Departemen Peternakan, 2016) Berdasarkan latar belakang, maka dilakukan penelitian mengenai pengaruh suhu pemanggangan dan jenis daging terhadap karakteristik dendeng panggang. 1.2. Identifikasi Masalah Masalah yang dapat diidentifikasikan berdasarkan latar belakang permasalahan diatas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh suhu pemanggangan terhadap karakteristik dendeng panggang? 2. Bagaimana pengaruh jenis daging terhadap karakteristik dendeng panggang? 3. Bagaimana pengaruh interaksi antara suhu pemanggangan dan jenis daging berpengaruh terhadap karakteristik dendeng panggang? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan dendeng panggang siap makan yang memiliki karakteristik yang baik dan sebagai upaya diversifikasi produk olahan pangan dendeng dengan menggunakan daging sapi, daging kambing, daging ayam, dan daging kelinci.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari sejauh mana pengaruh suhu pemanggangan dan jenis daging terhadap karakteristik dendeng panggang sehingga dapat menghasilkan produk dendeng panggang yang paling baik. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Menghasilkan produk dendeng panggang siap makan yang bermutu dapat dan aman dikonsumsi dilihat dari sifat kimia dan organoleptik 2. Memberikan alternatif dalam penganekaragaman produk olahan daging yang ada di Indonesia dan meningkatkan konsumsi daging di Indonesia. 3. Memberikan informasi mengenai jenis daging dan suhu pemanggangan yang terbaik untuk pembuatan dendeng panggang 4. Menambah jenis penganekaragaman produk olahan daging tidak hanya dari daging-daging yang sudah biasa dikonsumsi 5. Meningkatkan daya simpan atau masa simpan dari produk olahan daging 1.5. Kerangka Pemikiran Dendeng sapi menurut SNI 01-2908-1992 (Dewan Standardisasi Nasional, 1992) adalah produk makanan berbentuk lempeng yang terbentuk dari irisan atau gilingan daging sapi segar berasal dari sapi sehat yang telah diberi bumbu dan dikeringkan. Dendeng termasuk makanan yang dibuat dengan cara pengeringan dan digolongkan dalam golongan Intermediate Moisture Food (IMF), yaitu suatu

makanan yang mempunyai kadar air antara 15 50%, bersifat plastis & tidak kering (Soputan, 2004). Dendeng sangat populer di Indonesia karena merupakan makanan setengah basah (intermediate moisture food). Berbagai jenis daging dapat diolah menjadi dendeng, namun demikian hanya dendeng daging sapi yang beredar luas dipasaran. Jenis daging seperti daging kambing, daging ayam, dan daging kelinci dapat diolah menjadi dendeng (Soputan, 2004). Menurut Efrizon (1993) bahwa proses pemasakan atau penggorengan dapat menurunkan mutu dendeng, penurunan yang lebih nyata terlihat pada kadar air. Hasil tersebut disebabkan karena panas yang tinggi dari proses pemasakan, sehingga sebagian air yang terdapat dalam dendeng menguap. Demikian juga halnya protein, dimana pengaruh pemasakan menggunakan suhu tinggi dapat menyebabkan rusaknya protein. Kadar protein dendeng sapi sebelum dimasak 54,28% dan setelah proses pemasakan (penggorengan) kadar protein berkurang menjadi 51,86%. Dari data tersebut terlihat bahwa dendeng sapi mengalami kerusakan protein dengan rata-rata 2,42% setelah dilakukan pemasakan. Menurut Cici (2009) dendeng hasil pengeringan dengan sinar matahari, oven 40 o C dan oven 55 o C sama-sama disukai oleh panelis, tetapi dendeng yang dibuat dengan menggunakan oven pengering pada suhu 70 o C adalah lebih disukai oleh panelis karena warnanya yang kemerah-merahan. Tekstur dan aroma dendeng tidak mempengaruhi kesukaan panelis.

Hasil penelitian Azman (2006) mengenai studi beberapa metode pengeringan dendeng sapi, menunjukkan bahwa metode pengovenan memiliki mutu kimia, fisik maupun organoleptik yang memenuhi persyaratan mutu SNI. Hasil penelitian Paratama (2013) juga menunjukkan bahwa dendeng yang dioven pada suhu 135 C selama 10 menit menggunakan oven skala rumah tangga (HOCK) menghasilkan dendeng sapi tradisional siap makan dengan kadar air memenuhi standar menurut Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan RI tahun 1981, kadar protein memenuhi syarat mutu II SNI 01-2908-1992, penerimaan warna, aroma, rasa dan tekstur diterima secara oraganoleptik, serta memenuhi standar keamanan mikrobiologis sehingga aman untuk dikonsumsi. Namun masa simpan produk dendeng sapi ini hanya selama 7 minggu, hal ini dikarenakan suhu selama pengovenan tidak terkontrol, selama pengovenan dengan waktu selama beberapa menit suhu oven mengalami kenaikan mencapai 150 C sehingga dendeng yang dihasilkan mengalami kematangan yang kurang sempurna (case hardening). Akibat dari kondisi dendeng yang tidak matang dengan sempurna, kandungan atau kadar air dendeng tidak memenuhi persyaratan mutu, sehingga dendeng mudah ditumbuhi mikroorganisme seperti jamur. Menurut Suparno (2005), penelitian yang telah dilakukan, digunakan suhu untuk pemanggangan yaitu 150 o C dan suhu internal daging setelah dikeluarkan dari microwave sekitar 80 o C. Lama pemanggangan yang paling baik untuk memperoleh tekstur baik yaitu T10 (10 menit) atau dalam istilah steak dinamakan Well Down. Temperatur pemasakan sampai suhu bagian dalam daging 80 o C adalah temperatur

yang ideal dan popular untuk pemasakan, karena sampel menjadi cukup tepat kekerasannya untuk dipotong-potong menjadi sub sampel dalam pengujian kualitas fisik. Menurut Vasanthi, dan Dushyanthan (2006), lama pemanggangan daging akan mempengaruhi nilai tenderness dan juiciness daging. Pada penelitian yang dilakukan pada literatur, digunakan suhu 80 o C dengan lama pemasakan 30 menit dan 60 menit dan didapatkan nilai tekstur yang semakin meningkat. Hal ini menunjukan bahwa semakin bertambahnya lama pemasakan akan menaikan nilai tekstur daging. Menurut Badan Standardisasi Nasional (1992) kadar air dendeng daging sapi maksimal 12% dan menurut Hadiwiyoto (1994) kadar air dendeng dengan pengeringan 70 o C adalah 18,23%. Kadar air dendeng hasil penelitian tidak sesuai dengan Badan Standardisasi Nasional. Suhu pengeringan yang digunakan saat penelitian adalah 69 o C selama 5 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan dendeng mempengaruhi kadar airnya (P<0,05). Kadar air mengalami peningkatan selama penyimpanan hal ini dipengaruhi salah satunya proses pengeringan yang kurang optimal. Proses pengeringan ini dipengaruhi oleh waktu dan suhu yang digunakan. Suhu yang lebih rendah dengan waktu pengeringan yang lebih lama akan menghasilkan dendeng dengan kadar air yang lebih stabil (Hadiwiyoto, 1994). Dendeng dikeringkan dengan suhu tinggi dan waktu yang relatif cepat sehingga masih banyak uap air yang terkandung di dalam dendeng. Winarno (1992) menjelaskan bahwa kadar air dalam bahan makanan menjadi salah satu penentu

kesegaran dan daya awet bahan makanan tersebut. Kadar air pada minggu ketiga penyimpanan mengalami peningkatan. Kadar air yang semakin meningkat mampu meningkatkan reaksi hidrolisis dan aktivitas enzim. Menurut hasil penelitian Azman (2006) dendeng yang menggunakan tenda pengering dengan suhu 54 o C menghasilkan produk dendeng dengan kadar protein 40,00%, kadar air 10,20%, tekstur sebelum disimpan agak empuk dan tekstur setelah disimpan agak keras. 1.6. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran maka didapat hipotesa bahwa a. Diduga suhu pemanggangan berpengaruh terhadap karakteristik dendeng panggang b. Diduga jenis daging berpengaruh terhadap karakteristik dendeng panggang c. Diduga adanya interaksi antara suhu pemanggangan dan jenis daging terhadap karakteristik dendeng panggang 1.7. Waktu dan Tempat Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Juli 2016 sampai dengan Agustus 2016.