METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

dokumen-dokumen yang mirip
ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

KERUGIAN SOSIAL DAN EKONOMI PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT ADANYA KEMACETAN

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

P11 AHP. A. Sidiq P.

BAB II LANDASAN TEORI

KERANGKA PEMIKIRAN Metode Penghasilan yang Hilang (Loss of Earnings Methods) Menurut Hufscmidt, et al., (1992), Metode penghasilan yang hilang

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB III METODE KAJIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

PERANCANGAN MODEL SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PROSES PEMILIHAN ADOPSI ANAK DENGAN METODE AHP

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

KERUGIAN SOSIAL EKONOMI DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN DI SEPANJANG JALAN CICURUG- PARUNGKUDA, KABUPATEN SUKABUMI

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI. Cicurug memiliki luas sebesar hektar. Kecamatan Cicurug terletak pada

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN ANALYTIC HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN SCOOTER MATIC

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Pembelian Rumah Di Kota Semarang Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process

BAB 2 LANDASAN TEORI

METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam buku Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (2009, p2) yang dibuat

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI PROPERTI

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMILIHAN TYPE SEPEDA MOTOR YAMAHA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Penentuan Sampel

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat selama 3 (tiga)

Penyebaran Kuisioner

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

III. METODOLOGI KAJIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

METODE KAJIAN. 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

BAB VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI. oleh perusahaan. Pengidentifikasian faktor-faktor eksternal dan internal dilakukan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan akan transportasi dan merangsang perkembangan suatu wilayah atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI KAJIAN. deskriptif dengan survey. Menurut Whitney (1960) dalam Natsir (1999), metode

Gambar 2. Lokasi Penelitian

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

Pengertian Metode AHP

3.1. Kerangka Pemikiran III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

TINJAUAN PUSTAKA. mengangkut dari suatu tempat ke tempat lain. Sementara menurut Papacostas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

K U E S I O N E R. Intensitas Pentingnya

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

PEMILIHAN RANGE PLAFOND PEMBIAYAAN TERBAIK BMT DENGAN METODE AHP. Dwi Yuniarto, S.Sos., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika STMIK Sumedang

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Transkripsi:

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan: (1) Kecamatan Cicurug dan Parungkuda merupakan wilayah Kabupaten Sukabumi Bagian Utara yang menjadi lokasi strategis untuk kawasan industri sehingga memungkinkan banyaknya aktivitas ekonomi yang menjadi penyebab kemacetan, (2) Daerah sepanjang jalan Cicurug- Parungkuda merupakan salah satu daerah di Kabupaten Sukabumi Bagian Utara yang memiliki tingkat kemacetan lalu lintas yang tinggi sepanjang waktu yaitu memiliki V/C rasio sebesar 0,9 dibanding dengan Kecamatan Cibadak yang hanya memiliki V/C rasio 0,8, (3) Adanya kesesuaian data yag diharapkan dapat mendukung dan mewujudkan tujuan penelitian yang diajukan. Penelitian ini merupakan studi lapang yang dilakukan pada bulan Mei 2011 hingga Juni 2011. 4.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer, data sekunder dan didukung dengan pendekatan kualitatif. Data primer didapatkan dengan cara memberikan kuesioner kepada pengguna kendaraan bermotor dan melakukan pengamatan langsung di lokasi penelitian dan pada para decision maker yang bersangkutan. Jenis data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diambil dari berbagai instansi yang terkait dengan objek penelitian seperti BPS Kabupaten Sukabumi, DLLAJ Kabupaten Sukabumi, Dinas Perhubungan Kabupaten Sukabumi, Dinas PU Kabupaten Sukabumi, 28

perpustakaan, internet serta berbagai penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. 4.3. Penentuan Jumlah Responden Teknik pengambilan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability sampling method (tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi tiap unsur responden) karena jumlah populasi pengguna jalan tidak diketahui secara pasti. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Istilah purposive sampling berarti mengambil orang-orang oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sampel itu. Pertimbangan bagi responden adalah mereka yang mengalami perjalanan dan melewati jalan Cicurug-Parungkuda dan pernah mengalami kemacetan. Jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak10 persen dari total kendaraan yang melewati daerah tersebut pada peak hour yaitu pukul 06.00-07.00 WIB sebanyak kurang lebih 2.539 kendaraan yang ditemui dalam waktu satu jam yaitu kurang lebih 240 orang, jumlah tersebut sudah dapat memenuhi kaidah ekonometrika dimana jumlah responden minimal 30 orang untuk sebaran normal. Menurut Gay dan Diehl (1992), untuk penelitian deskriptif jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 10 persen dari populasi. Selain itu, tiga stakeholder yang dipilih untuk estimasi kebijakan pemerintah yaitu Kepala Satuan Lalu lintas Kabupaten Sukabumi, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi (Dishubkominfo) Kabupaten Sukabumi, dan Kepala Dinas PU Kabupaten Sukabumi. 29

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk melihat dampak sosial dari kemacetan lalu lintas melalui kuesioner. Metode kuantitatif menggunakan metode Loss of Earnings (LoE) dan metode AHP (Analisis Hirarki Proses) yang akan diolah dengan menggunakan Microsoft excell 2007 dan Expert Choice 2000. Tabel 5. Metode Pengolahan Data No Tujuan Penelitian Alat Analisis 1 Mengkaji kerugian sosial dan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat akibat dari kemacetan 2 Menganalisis besarnya kerugian masyarakat akibat adanya kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi 3 Menganalisis alternatif kebijakan pemerintah dalam mengatasi kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi Sumber : Penulis, 2011 Deskriptifkualitatif Kuantitatif dengan Microsoft excel 2007 AHP (Analisis Hirarki Proses) dengan expert choice 2000 Teknik Responden Pengumpulan data Kuesioner N= 240 (116 supir, 65 pegawai swasta, 13 pelajar atau mahasiswa, 15 orang PNS, 31 orang wiraswasta) Kuesioner N= 240 (116 supir, 65 pegawai swasta, 13 pelajar atau mahasiswa, 15 orang PNS, 31 orang wiraswasta) Kuesioner dan interview. N= 3 (Kepala Satuan Lalu Lintas, Kepala Dinas Perhubungan, Kepala Dinas PU) 4.4.1. Kerugian Sosial dan Ekonomi Kemacetan Data yang diperlukan untuk mengkaji kemacetan ini meliputi dampak yang dirasakan oleh responden ketika mengalami kemacetan lalu lintas. Dampak 30

yang dialami bisa berupa stress, waktu yang terbuang, kehilangan bahan bakar, dan lain-lain. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. 4.4.2. Analisis Kerugian Ekonomi Pengguna Kendaraan Bermotor akibat Adanya Kemacetan Data yang diperlukan untuk dalam penelitian ini adalah data mengenai penggunaan BBM saat kendaraan melaju normal dan saat terkena macet. Selain itu, data mengenai rata-rata penghasilan yang didapat dari responden juga diperlukan untuk menghitung penghasilan yang hilang akibat adanya kemacetan. Perhitungan ini menggunakan perhitungan rata-rata contoh. Rata-rata merupakan suatu nilai pusat data bila data itu dijumlahkan kemudian dibagi oleh banyaknya sampel yang ada. Rata-rata contoh untuk menghitung pengeluaran BBM adalah sebagai berikut (Walpole, 1993) : Ave C = n i=1 Ci n Ave C* = n i=1 Ci* n Dimana : Ave C = Rata-rata pengeluaran biaya BBM dalam keadaan lalu lintas normal Ave C* = Rata-rata pengeluaran biaya BBM dalam keadaan lalu lintas macet Ci = Pengeluaran biaya BBM saat kondisi normal Ci* = Pengeluaran biaya BBM saat kondisi macet n = Jumlah responden Selain itu, perhitungan penghasilan yang hilang juga menggunakan perhitungan rata-rata contoh. Rata-rata contoh untuk menghitung penghasilan yang hilang (loss of earnings) adalah sebagai berikut (Walpole, 1993) : Ave i = n i=1 i i Ave t = n i=1 t i Ave E = Ave i n n Ave t Dimana : Ave i = Rata-rata pendapatan responden i i = Pendapatan responden Ave t = Rata-rata durasi kemacetan t i = Durasi kemacetan Ave E = Rata-rata penghasilan yang hilang n = Jumlah responden 31

4.4.3. Analisis Hirarki Proses (AHP) Analisis Hirarki Proses (AHP) merupakan metode diaplikasikan dengan menggunakan beberapa langkah. Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi : 1. Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki. 2. Penilaian kriteria dan alternatif. Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Keterangan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbanganpertimbangan yang berdekatan Sumber : Saaty (1980) Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan 32

dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar matriks di bawah ini : Tabel 7. Contoh matriks perbandingan berpasangan A1 A2 A3 A1 1 - - A2-1 - A3 - - 1 Sumber : Saaty, 1993 Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 6. Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya. Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya. Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif. 3. Penentuan Prioritas. Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif. Kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan 33

prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan. Adapun tahapan-tahapannya yaitu sebagai berikut: 1. Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan. 2. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks. 3. Konsistensi Logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut (Suryadi dan Ramdhani, 1998): Hubungan kardinal Hubungan ordinal : a ij. a jk = a ik : A i > A j, A j > A k maka A i > A k Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut : a. dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang. b. dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang. Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 34

a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris. c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λ maks. e. Indeks Konsistensi (CI) = (λ maks-n) / (n-1) f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio konsistensi 0,1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan. Analisis Hirarki Proses (AHP) memiliki berbagai kelebihan. Adapun kelebihan AHP yaitu : 1. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. 2. AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang fleksibel dan mudah dipahami. 3. Hasil yang didapat lebih rinci, karena dapat dilihat pembobotan untuk tiap alternatif. 4. AHP memberikan penilaian terhadap konsistensi logis dari pertimbanganpertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas. 5. Dapat melihat perbandingan tiap kriteria untuk masing-masing alternatif. 6. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 7. Digunakan pada pembobotan global. 8. Hanya memerlukan satu langkah metode saja untuk mencari suatu alternatif. 35

Analisis Hirarki Proses (AHP) juga memiliki kekurangan seperti metode lainnya. Adapun kekurangan metode AHP yaitu: 1. Pengisian kuesioner sulit, karena responden diminta untuk membandingkan satu per satu tiap kriteria dengan range penilaian yang sangat luas dan memerlukan ketelitian dalam mengisi kuesioner. 2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk. 3. Metode AHP tidak disertai dengan kekurangan serta kelebihan dari masingmasing alternatif. 4. Untuk melakukan perbaikan keputusan, harus dimulai lagi dari tahap awal. 4.4.4. Perbedaan SWOT dengan AHP Pada umumnya setiap metode mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menjawab tujuan penelitian yang digunakan oleh setiap penulis, namun mempunyai perbedaan-perbedaan mendasar dari setiap metode tersebut. Begitu pula halnya dengan metode AHP dan SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threats). Adapun perbedaan dari kedua metode ini yaitu sebagai berikut : 1. SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strengths), kelemahan (Weaknesses), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis dan hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah sedangkan AHP merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mencari alternatif strategi atau memecahkan masalah dari 36

masalah yang kompleks disusun menjadi hirarki-hirarki yang berkesinambungan. 2. Analisis SWOT adalah tahap pertama dari perencanaan dan membantu pengambil keputusan untuk berfokus pada isu-isu kunci dan tahap selanjutnya dapat menggunakan metode QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) sedangkan AHP hanya membutuhkan satu langkah metode untuk mendapatkan suatu pengambilan keputusan. 4.4.5. Klarifikasi dan Justifikasi setiap Peubah dalam AHP Analisis Hirarki Proses digunakan untuk menyusun strategi solusi permasalahan kemacetan di sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda. Analisis AHP ditentukan terlebih dahulu peubah-peubah yang diduga sebagai peubah penyusun strategi. Berdasarkan hasil identifikasi dari peubah-peubah yang ada, penelitian ini berusaha untuk mengetahui urutan prioritas dari kegiatan penyusunan alternatif strategi dalam mengatasi permasalahan kemacetan di sepanjang Jalan Cicurug- Parungkuda. Analisis faktor dan tujuan penyusun alternatif strategi untuk mengatasi permasalahan kemacetan dilakukan dengan menyusun model struktur hierarki keputusan dengan empat tingkatan, yaitu tingkatan peubah faktor yang berpengaruh, tingkatan peubah aktor yang berperan, tingkatan peubah solusi yang ingin dicapai dan peubah strategi alternatif kebijakan dalam mengurangi permasalahan kemacetan. Berikut adalah uraian dari masing-masing tingkatan tersebut. 37

Hirarki pertama adalah peubah faktor, yaitu identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan kemacetan di sepanjang Jalan Cicurug-Parungkuda. Faktor-faktor itu terdiri dari tiga, yaitu : 1. Aspek sosial budaya. Sosial budaya menjadi penyebab adanya kemacetan. Tingkah laku pengguna jalan yang tidak mentaati peraturan dapat menyebabkan kemacetan. 2. Aspek ekonomi. Aspek ekonomi berupa semua aktivitas ekonomi yang terjadi di sepanjang jalan tersebut. Semua aktivitas ekonomi tersebut dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, namun aktivitas ini pula yang menjadi penyebab adanya kemacetan. Kemacetan dapat mengurangi manfaat ekonomi yang dirasakan masyarakat. 3. Aspek manajemen. Aspek manajemen meliputi semua pengelolaan dalam menunjang sistem transportasi. Manajemen yang kurang baik dapat menjadi penyebab adanya kemacetan. Hirarki Kedua adalah peubah aktor, yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung di dalam kegiatan lalu lintas di sepanjang jalan Cicurug- Parungkuda. Peubah ini terdiri dari empat aktor yang terlibat, yaitu : 1. Satlantas. Satlantas merupakan aktor yang berperan dalam mengatur dan mengelola lalu lintas semua jenis kendaraan di sepanjang jalan Cicurug- Parungkuda. 2. Dinas Perhubungan. Dinas perhubungan merupakan aktor yang berperan dalam mengatur dan mengelola transportasi khususnya angkutan umum dan kendaraan barang di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. 38

3. Dinas PU. Dinas PU merupakan salah satu decision maker dalam mengelola kualitas jalan raya serta aksesorisnya seperti trotoar dan saluran air. 4. Perusahaan. Perusahaan merupakan aktor yang mempunyai andil dalam permasalahan kemacetan. Perusahaan-perusahaan di sepanjang jalan Cicurug Parungkuda memiliki tenaga kerja dengan jumlah yang banyak. Pengelolaan yang baik di dalam perusahaan dapat mengurangi tingkat kemacetan. Hirarki ketiga, yaitu peubah solusi yang ingin dicapai. Dalam hal ini, terdapat beberapa solusi yang ingin dicapai dalam mengatasi permasalahan kemacetan, yaitu terdiri dari tiga yaitu : 1. Efisien waktu. Banyak waktu terbuang karena terjebak dalam kemacetan yang seharusnya waktu tersebut dapat digunakan untuk aktivitas lain. Efisien waktu menjadi solusi yang ingin dicapai dalam penyusunan strategi AHP karena hal tersebut dapat meningkatkan produktivitas serta dapat menggunakan waktunya untuk kegiatan lain yang lebih bermanfaat. 2. Peningkatan penghasilan. Kemacetan dapat mengurangi penghasilan bagi sebagian besar masyarakat terutama yang bekerja dengan memanfaatkan barang publik seperti jalan raya seperti supir. Pengurangan kemacetan dapat menstimulus masyarakat untuk meningkatkan penghasilan mereka. 3. Peningkatan jumlah kunjungan wisata. Kemacetan juga akan menghambat pariwisata. Selama ini obyek wisata di daerah Kabupaten Sukabumi masih terkendala oleh masalah teknis. Oleh karena itu, pemecahan masalah kemacetan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan terhadap obyek wisata yang ada di Kabupaten Sukabumi. 39

Hirarki keempat, yaitu peubah alternatif strategi yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan kemacetan. Alternatif strategi tersebut adalah: 1. Pengoptimalan jalur alternatif. Keuntungan dari alternatif ini yaitu dapat menghemat waktu perjalanan bagi para pengguna kendaraan bermotor tanpa harus melewati lokasi-lokasi rawan macet. Mobil pribadi dan angkutan umum Sukabumi-Bogor dapat melewati jalur alternatif ini sehingga dapat menghemat waktu perjalanan. Pengaruh pengoptimalan jalur alternatif terhadap pengurangan kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda ini yaitu dapat mengurangi jumlah kendaraan yang melewati lokasi-lokasi rawan macet sehingga kepadatan lalu lintas dapat berkurang. 2. Membatasi jumlah kendaraan. Hal ini dilakukan dengan melihat usia kendaraan, pembenahan angkutan umum (kondisi fisik, jumlah maupun trayeknya), serta bekerja sama dengan perusahaan perakit kendaraan untuk membatasi jumlah kendaraan. Cara ini tidak mudah dalam pelaksanaannya. Untuk mengetahui tahun pembuatan kendaraan bermotor, perlu dilihat Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian, dan ini berarti harus menghentikan kendaraan untuk memeriksanya. Hal ini akan sulit dalam pelaksanaannya, di samping akibat yang akan timbul berupa antrian kendaraan, yang selanjutnya berakibat dengan terjadinya kemacetan lalu lintas, khususnya pada jalur-jalur jalan yang padat lalu lintas. Pembenahan angkutan umum sulit dilakukan mengingat tujuan jangka panjang transportasi yaitu memaksimalkan peran transportasi publik. Kerjasama antar dinas dengan perusahaan perakit mobil juga dapat menimbulkan multiplier effect dimana hal ini merugikan perusahaan serta tenaga kerja di dalamnya. 40

Pembatasan jumlah kendaraan tanpa diikuti dengan aturan yang berlaku dapat menimbulkan dampak negatif. 3. Usaha yang lebih berjangka panjang dengan menambah jaringan jalan dan pembuatan jalan-jalan layang (fly overs) atau underpass untuk menghindari persimpangan-persimpangan sebidang, yang berarti mengurangi kemacetan lalu lintas. Tetapi cara ini membutuhkan biaya yang sangat besar, dan bila tidak diimbangi dengan pembatasan produksi (impor) kendaraan bermotor, pada suatu saat akan timbul kembali masalah kepadatan lalu lintas. 4. Pelebaran jalan. Ruas sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda yang sempit menjadi salah satu penyebab adanya kemacetan karena jumlah kendaraan tidak sebanding dengan lebar jalan yang mengakibatkan adanya penumpukan kendaraaan. Pelebaran jalan dinilai menjadi alternatif yang efektif bila diimbangi dengan perilaku pengguna jalan yang taat aturan. 5. Pengaturan jadwal keluar masuk mobil container perusahaan. Mobil container perusahaan yang berukuran panjang dan besar dapat menjadi penyebab adanya kemacetan di sepanjang jalan tersebut karena mobil tersebut berjalan dengan kecepatan yang rendah sehingga memperlambat pergerakan kendaraan lain di belakangnya. Jadwal keluar masuk mobil container diharapkan pada malam hari karena pada saat itu volume kendaraan jauh lebih sedikit dibanding siang hari sehingga tidak mengganggu jalannya lalu lintas. 6. Pengaturan jadwal keluar masuk buruh pabrik-pabrik industri. Jam-jam keluar masuk tersebut bertepatan dengan aktivitas para pekerja lain diluar pabrik sehingga terjadi penumpukan kendaraan. Pengaturan ulang jadwal masuk buruh diharapkan dapat mengurangi kemacetan. 41

Tujuan Utama Alternatif Kebijakan dalam Mengatasi Permasalahan Kemacetan Faktor Aspek Ekonomi Aspek Sosial Budaya Aspek Manajemen Aktor SATLANTAS Dinas Perhubungan Perusahaan Dinas PU Solusi Efisien Waktu Peningkatan penghasilan Peningkatan jumlah kunjungan wisata Alternatif Strategi Pengoptimalan jalur alternatif Pelebaran jalan Pembuatan fly over dan underpass Pengaturan jadwal keluar masuk mobil container perusahaan pengaturan jadwal keluar masuk buruh pabrik Pembatasan jumlah kendaraan Gambar 4. Skema hierarki AHP untuk analisis kemacetan di sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda. 42 38