BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian eksperimental telah dilakukan pada penderita rinosinusitis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran serta polusi. Pada tahun 2013 industri tekstil di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September sampai dengan. Desember 2013 di beberapa SMP yang ada di Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. saluran nafas yang menyebabkan gangguan kesehatan saat partikel tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

* Merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan pekerja di suatu perusahaan penting karena menjadi salah

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher, dan bagian. Semarang pada bulan Maret sampai Mei 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. waktu pengukuran atau observasi data dalam satu kali pada satu waktu yang

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN di RS PKU Muhammadiyah Gamping yang merupakan salah satu. Yogyakarta. RS PKU Muhammadiyah Gamping

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE DAN PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik THT-KL RSUD Dr. Moewardi

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL RSUD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Kampung Batik Semarang 16. Pengumpulan data dilakukan pada Maret 2015

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Yang bertanda tangan di bawah ini saya mahasiswa Fakultas Ilnu Kesehatan,

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini bidang neuroscience mencakup

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) Tahun 2005

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebiasaan lain, perubahan-perubahan pada umumnya menimbulkan beberapa

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kiat Atasi Gangguan Pernapasan Akibat Polusi Udara

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang fisiologi dan ergonomi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan


BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB 4 METODE PENELITIAN. 3. Ruang lingkup waktu adalah bulan Maret-selesai.

BAB IV METODE PENELITIAN

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak pabrik yang mengolah bahan mentah. menjadi bahan yang siap digunakan oleh konsumen. Banyaknya pabrik ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 23 April Penelitian dilakukan pada saat pagi hari yaitu pada jam

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN DEBU KAYU DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA KAYU DI KECAMATAN KELAPA LIMA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2008). Infeksi saluran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

LAMPIRAN. Tabel Distribusi Frekuensi Frequency Table

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4-5 Sekolah Dasar Negeri di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. WHO menunjukkan jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat ketiga

ABSTRAK RESIKO KEJADIAN ISPA PADA PEROKOK PASIF DAN PENGGUNA KAYU BAKAR DI RUMAH TANGGA

LAPORAN KASUS (CASE REPORT)

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Penyakit Dalam.

ANALISIS PERUBAHAN WAKTU TRANSPORTASI MUKOSILIAR HIDUNG PENDERITA SINUSITIS KRONIS PADA PENGOBATAN GURAH JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari - hari pekerjaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB IV METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU. RSUP. H. Adam Malik, Medan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan design study potong lintang (crossectional study). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. GGS Medan dan dilakukan dalam waktu 1 bulan sejak proposal ini disetujui. Peneliti memilih tempat ini karena PT. GGS Medan merupakan perusahan yang bergerak di bidang peleburan besi. Dan peneliti juga menjadwalkan pengambilan sampel dalam kurun 2 minggu dikarenakan dalam pengambilan sampel tidak bisa melibatkan seluruh karyawan secara bersamaan, dikarenakan dapat mengganggu rotasi kerja para karyawan (sampel). 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik yang bekerja pada proses peleburan besi berjumlah 322 orang (sumber : data karyawan PT. GGS Medan). 3.3.2 Sampel dan teknik pengambilan sampel Sampel penelitian adalah pekerja pabrik yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dimana bagian dari inklusi didasarkan pada teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi transportasi mukosiliar hidung, Dengan demikian besarnya jumlah sampel sebanyak yang memenuhi kriteria sebagai berikut : Kriteria inklusi: 1. Pekerja pada pabrik PT. GGS Medan yang akan dibagi menjadi 2 kategori berdasarkan lokasi bekerja. 21

22 2. Pekerja pada pabrik PT. GGS Medan yang akan dibagi menjadi 3 kategori berdasarkan lokasi bekerja. - Kategori 1 : Paparan dekat (di tempat peleburan) - Kategori 2 : Paparan jauh (kantor administrasi, sekuriti, dan gudang). 3. Usia kerja 18-58 tahun (UU No. 13 tahun 2003) 4. Tidak merokok 5. Tidak sedang mengalami penyakit infeksi saluran pernafasan atas (common cold, rhinosinusitis) saat di lakukan anamnesa dan bawah (Penyakit Paru Obstruktif Kronik). 6. Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tidak dijumpai kelainan anatomis hidung yang mengganggu fungsi hidung. 7. Tidak Memiliki riwayat menderita penyakit rhinitis alergi. 8. Tidak Memiliki riwayat pemakaian obat beta 2 agonist. 9. Tidak memiliki kelainan kongenital (sindroma kartagener dan fibrosis kistik) Kriteria eksklusi : 1. Tidak bersedia ikut dalam penelitian Untuk mengetahui jumlah atau besar sampel minimal pada penelitian ini dilakukan perhitungan menggunakan rumus proporsi sebagai berikut: n z 1 p0 Z1 Pa Pa P P 2 1 p0 1 a 0 2 n = Besar sampel Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu, Level of significance pada α 5% = 1,96 Z1-β = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu, Power of the test (80 %) = 0,842

23 P 0 P a = Perkiraan proporsi di populasi (subjek yang mengalami gangguan transportasi mukosiliar pada kelompok yang terpapar faktor risiko), sebesar 13,6% = Perkiraan proporsi yang diteliti (subjek yang mengalami gangguan transportasi mukosiliar pada kelompok yang tidak terpapar faktor risiko), sebesar 31,8% P a -P 0 = Perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi n 1,96 13,6 1 18,2 0,842 31,8 1 31,8 31,8 13,6 2 2 n 34,2 Berdasarkan rumus sampling proporsi di atas diperoleh besar sampel minimal sebanyak 34,2 digenapkan menjadi 34 orang. Dengan syarat inklusi dan eksklusi diperoleh sampel sebanyak 97 orang pada saat penelitian, dengan demikian sampel tersebut layak karena lebih besar dari sampel minimal. 3.4. Variabel Penelitian Variabel independen : usia, jenis kelamin, lama bekerja, tempat kerja. Variabel dependen : waktu transportasi mukosiliar. 3.5. Definisi Operasional 1. Waktu transportasi mukosiliar adalah waktu yang dibutuhkan oleh silia untuk bergerak dari cavum nasi ke arah faring untuk membuang partikel-partikel yang terperangkap pada palut lendir diatasnya sehingga saluran napas tetap bersih. Waktu transportasi mukosiliar normal pada orang dewasa adalah 17 menit dan pada anak-anak adalah 11 menit.

24 2. Usia kerja seseorang yang dianggap sebagai tenaga kerja menurut UU ketenagakerjaan No 13 tahun 2003 sampai usia pensiun adalah 18-58 tahun. 3. Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. 4. Lama kerja adalah lamanya waktu yang digunakan untuk bekerja terhitung dari mulainya karyawan bekerja di bagian proses sampai pada penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam satuan tahun, pada penelitian ini dikategorikan berdasarkan rerata masa kerja seluruh sampel terpilih dalam satuan tahun. 5. Tempat kerja menurut UU No 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya 3.6. Bahan dan Alat Penelitian 1. Tablet sakarin 2. Stop watch 3. Pinset bayonet. 4. Spekulum hidung 5. Lampu kepala 3.7. Cara Penelitian dan Pengukuran Cara penelitian dan pengukuran yang akan dilakukan pada sampel adalah sebagai berikut : 1. Sampel diperiksa dalam posisi duduk dan diminta untuk meminum air putih serta dikumur-kumur untuk menghilangkan rasa sisa makanan di mulut. 2. Sampel dianjurkan untuk menghembuskan udara dari hidung untuk mengeluarkan atau menyisihkan sekret-sekret di hidung.

25 3. Sampel dianjurkan untuk tidak menghirup, makan atau minum, batuk dan bersin saat tablet sakarin sudah diletakkan. 4. Sebuah tablet sakarin dengan diameter sekitar 0,5 cm diletakkan 1 cm dibelakang batas anterior konka inferior. 5. Kemudian sampel diminta untuk menelan secara periodikdan stopwatch di hidupkan, sampel dianjurkan untuk menelan tiap ½ - 1 menit sampai penderita merasakan manis. 6. Waktu dinilai sejak tablet sakarin diletakkan dibelakang konka inferior hingga sampel pertama sekali merasakan rasa manis. Waktu ini disebut waktu transportasi mukosilliar (Deborah dan Prathibha, 2014 ; Balengger JJ, 2009). 3.8. Kerangka Kerja Pekerja Pabrik Anamnesa, Pemeriksaan fisik, Pemeriksaan hidung Inklusi Eksklusi Test Sakarin Pengumpulan Data Analisa Data Gambar 3.1. Kerangka Kerja

26 3.9. Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari pengukuran langsung waktu transportasi mukosiliar hidung pada pekerja PT. GGS Medan. Data primer meliputi : umur,jenis kelamin, masa kerja yang ditanyakan kepada pekerja yang terpilih sebagai sampel, serta waktu transportasi mukosiliar yang dilakukan melalui tes sakarin yang dilakukan pada saat waktu istirahat atau pertukaran shift. Proses pengumpulan data melalui wawancara serta pelaksanaan tes sakarin dilakukan oleh peneliti dibantu oleh petugas medis (perawat) yang telah diberikan pengarahan/penjelasan tentang prosedur penelitian. 3.10. Analisa Data Statistik Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik untuk mengetahui waktu transportasi sistem transportasi mukosiliar hidung pada pekerja PT. GGS Medan. Data yang diperoleh akan diolah dengan program komputer. 3.11. Jadwal Penelitian No JenisKegiatan 1. Persiapan proposal November 2016 Waktu Desember 2016 Januari 2017 Juni 2017 2. Presentasi proposal 3. Pengumpulan data 4. Pengolahan data dan pembuatan laporan 5. Laporan hasil

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Proses Penelitian Perusahaan PT. GGS berlokasi di Jalan Medan Belawan Km 9,5 Kota Medan. Perusahaan ini termasuk dalam kelompok Industri penggilingan baja (steel rolling) dengan komoditas yang dihasilkan adalah besi beton. Pada saat penelitian, jumlah karyawan di PT. GGS berjumlah 322 orang yang bekerja pada tempat peleburan, gudang, bagian administrasi serta bagian pengamanan (satpam). Jumlah pekerja yang menjadi sampel setelah diseleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 97 orang. Sedangkan 225 orang tidak memenuhi kriteria, seperti pada tabel berikut. Persentase karyawan yang memenuhi syarat sebagai sampel sekitar 30,1% (97 orang), sedangkan 69,9% (225 orang) karyawan lainnya sedang mengalami infeksi saluran nafas atas seperti batuk, pilek dan demam, kemudian pernah atau sedang mengalami penyakit infeksi pada sinus yang ditandai dengan gejala hidung tersumbat, pilek atau lendir mengalir ditenggorokan, dan atau rasa nyeri di wajah atau rasa tertekan di wajah. Sebagian besar karyawan yang laki-laki tidak memenuhi persyaratan menjadi sampel karena memiliki riwayat merokok yang aktif. Beberapa karyawan lainnya yang sebenarnya memenuhi syarat menjadi sampel, tetapi tidak bersedia dilakukan wawancara dan pemeriksaan mukosiliar hidung, sehingga tidak ikut menjadi sampel penelitian. Dari 97 orang sampel penelitian sebagian besar adalah bekerja pada bidang administrasi, sekuriti, dan gudang yang dikategorikan pada paparan rendah yaitu sebanyak 75 orang (77,3%), sedangkan pada bagian peleburan yang dikategorikan pada paparan tinggi sebanyak 22 orang (22,7%). 27

28 4.2 Identitas sampel Identitas pekerja pabrik sebagai rsampel meliputi usia, jenis kelamin, lama kerja dan tempat kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Deskriptif Usia Sampel Usia Jumlah (orang) Usia Minimum (tahun) Usia Maximum (tahun) Rata-rata Usia (tahun) Standar Deviasi 97 19 45 30,63 5,946 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa semakin dari 97 sampel diketahui usia paling rendah (minimum) adalah 19 tahun, usia paling tinggi (maksimum) adalah 45 tahun, rata-rata keseluruhan usia sampel adalah 30,63 tahun dengan standar deviasi sebesar 5,946, artinya sebaran data dalam sampel dan kedekatan titik data individu ke rata-rata usia sampel sebesar 5,946. Berdasarkan uraian deskriptif tentang usia sampel diatas, maka pengelompokan usia dibuat berdasarkan nilai rata-rata umur yaitu 30,63 tahun (31 tahun). Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Kelompok Usia Kelompok Usia Jumlah (orang) % 31 tahun 56 57,7 > 31 tahun 41 42,3 Total 97 100,0 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari seluruh sampel diketahui bahwa usia 31 tahun merupakan kelompok terbesar yaitu sebanyak 56 orang (57,7%), sedangkan yang berusia > 31 tahun merupakan kelompok terkecil yaitu sebanyak 41 orang (42,3%).

29 Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (orang) % Perempuan 26 26,8 Laki - laki 71 73,2 Total 97 100,0 Sampel yang berjenis kelamin laki-laki jauh lebih banyak dibandingkan sampel dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 71 orang (73,2%) pada laki-laki sedangkan pada perempuan hanya 26 orang (26,8%). Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Lama Bekerja Lama bekerja Jumlah (orang) % 1-10 tahun 84 86,6 11 20 tahun 13 13,4 Total 97 100,0 Lama kerja sampel dikelompokkan berdasarkan lama kerja tertinggi dan terendah, dimana sampel yang lama kerjanya 1-10 tahun sebanyak 84 orang (86,60%), sedangkan yang lama kerjanya 11-20 tahun sebanyak 13 orang (13,4%). Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Tempat Kerja (Lokasi Paparan) No Lokasi Paparan Jumlah (Orang) % 1 Paparan Dekat 22 22.7 2 Paparan Jauh 75 77.3 Jumlah 97 100,0 Dari 97 orang sampel penelitian sebagian besar bekerja pada bagian administrasi, sekuriti dan gudang yang dikategorikan pada paparan jauh yaitu sebanyak 75 orang (77,3%), sedangkan yang bekerja pada bagian

30 peleburan yang dikategorikan pada paparan dekat sebanyak 22 orang (22,7%). Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Pekerja Berdasarkan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung No Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Jumlah (Orang) % 1 17 menit 48 49.5 2 >17 menit 49 50.5 Jumlah 97 100,0 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sampel yang waktu transportasi nya 17 menit maupun yang > 17 menit hampir sama yaitu masing-masing 48 orang (49,5%) dan 49 orang (50,5%). Sebagaimana proses pengukuran waktu transportasi mukosiliar yang telah disusun pada rencana penelitian, dilakukan dengan prosedur baku serta diperoleh hasil waktu transportasi mukosiliar hidung paling rendah adalah 13 menit dan yang tertinggi 27 menit dengan titik pengukuran adalah saat sampel pertama sekali merasakan rasa manis sebagai waktu transportasi mukosilliar hidung. Tabel 4.7 Deskriptif Waktu Transportasi Mukosiliar Sampel Waktu Waktu Rata-rata Transportasi Transportasi Waktu Waktu Jumlah Mukosiliar Mukosiliar Transportasi Transportasi (orang) Minimum Maximum Mukosiliar Mukosiliar (menit) (menit) (menit) Standar Deviasi 97 7 21 15.87 3.931 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa semakin dari 97 sampel diketahui waktu transportasi mukosiliar paling rendah (minimum) adalah 7 menit, waktu transportasi mukosiliar paling tinggi (maksimum) adalah 21 menit, rata-rata keseluruhan waktu transportasi mukosiliar sampel adalah 15,87 menit dengan standar deviasi sebesar

31 3,931, artinya sebaran data dalam sampel dan kedekatan titik data individu ke rata-rata waktu transportasi mukosiliar sampel sebesar 3,931. 4.3 Hasil Analisis Statistik Analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara usia, jenis kelamin, lama kerja dan tempat kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dilakukan dengan uji chi square yang ditampilkan dalam tabel silang (cross-tab), dengan hasil seperti pada tabel dan uraian berikut berikut. 4.3.1 Hubungan usia dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Hasil analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara usia karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dapat dilihat dan dijelaskan berdasarkan tabel silang seperti berikut ini : Tabel 4.8 Hubungan Usia dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Usia > 17 menit 17 menit Total n % n % n % Nilai p 31 tahun 21 37,5 35 62,5 56 100,0 > 31 tahun 28 68,3 13 31,7 41 100,0 0,004 Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa pekerja pabrik di PT. GGS Medan yang usianya 31 tahun lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung 17 menit, sedangkan karyawan yang berusia > 31 tahun lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung > 17 menit. Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin bertambah usia karyawan maka semakin lama waktu transportasi mukosiliar hidung.

32 Hasil uji Fisher's Exact test diperoleh nilai p = 0,004 < 0,05, hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara usia karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan di PT GGS Medan. Nilai risk estimate pada 95% Confidence Interval untuk usia adalah sebesar 0,549 kali lebih besar mengalami gangguan mukosiliar pada usia > 31 tahun dibandingkan usia 31 tahun yang ditandai dengan perlambatan waktu transportasi mukosiliar dengan batas bawah (lower) =0,369 dan batas atas (upper) = 0,817. 4.3.2 Hubungan jenis kelamin dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Hasil analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara jenis kelamin karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dapat dilihat dan dijelaskan berdasarkan tabel silang seperti berikut ini : Tabel 4.9 Hubungan Jenis Kelamin dengan Waktu Transportasi Mukosiliar hidung. Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Jenis > 17 menit 17 menit Total Kelamin n % n % n % Laki-laki 49 69,0 22 31,0 71 100,0 Perempuan 0 0,0 26 100,0 26 100,0 Nilai p < 0,001 Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa pekerja pabrik di PT GGS Medan yang perempuan seluruhnya memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung 17 menit, sedangkan karyawan yang laki-laki lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung > 17 menit. Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa karyawan yang laki-laki lebih lama waktu transportasi hidungnya dibandingkan karyawan yang perempuan.

33 Hasil uji Fisher's Exact diperoleh nilai p < 0,001, nilai p < 0,05, hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan di PT GGS Medan. Nilai risk estimate pada 95% Confidence Interval untuk faktor jenis kelamin adalah sebesar 3,227 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan perempuan dalam perlambatan waktu transportasi mukosiliar dengan batas bawah (lower) =2,281 dan batas atas (upper) = 4,567. 4.3.3 Hubungan lama kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Hasil analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara lama kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dapat dilihat dan dijelaskan berdasarkan tabel silang seperti berikut ini : Tabel 4.10 Hubungan Lama Kerja dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung. Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Lama Kerja > 17 menit 17 menit Total n % n % n % 1-10 tahun 38 45,2 46 54,8 84 100,0 11-20 tahun 11 84,6 2 15,4 13 100,0 Nilai p 0,015 Berdasarkan tabel 4.10 diketahui bahwa pekerja pabrik di PT GGS Medan yang lama kerjanya 1-10 tahun lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung 17 menit, sedangkan karyawan yang telah bekerja 11-20 tahun lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar hidung > 17 menit. Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin bertambah lama kerja karyawan maka semakin lama waktu transportasi mukosiliar hidung. Hasil uji Fisher's Exact test diperoleh nilai p = 0,015, nilai p < 0,05, hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lama kerja

34 karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan di PT. GGS Medan. Nilai risk estimate pada 95% Confidence Interval untuk usia adalah sebesar 0,535 kali lebih besar mengalami gangguan mukosiliar pada masa kerja 11-20 tahun dibandingkan masa kerja 1-10 tahun yang ditandai dengan perlambatan waktu transportasi mukosiliar dengan batas bawah (lower) =0,384 dan batas atas (upper) = 0,744. 4.3.4 Hubungan lokasi paparan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Hasil analisis statistik untuk menjelaskan hubungan antara lokasi paparan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dapat dilihat dan dijelaskan berdasarkan tabel silang seperti berikut ini Tabel 4.11 Hubungan Lokasi Paparan dengan Waktu Transportasi Mukosiliar. Waktu Transportasi Mukosiliar Lokasi > 17 menit 17 menit Total Paparan n % n % n % Paparan Jauh 33 44,0 42 56,0 75 100,0 Paparan Dekat 16 72,7 6 27,3 22 100,0 Nilai p 0,018 Berdasarkan tabel 4.11 diketahui bahwa pekerja pabrik di PT. GGS Medan yang bekerja pada lokasi dengan kategori paparan dekat lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar > 17 menit, sedangkan karyawan yang bekerja pada lokasi dengan kategori paparan jauh lebih banyak memiliki waktu transportasi mukosiliar 17 menit. Berdasarkan tabulasi silang tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin dekat lokasi kerja karyawan dengan paparan maka semakin lama waktu transportasi mukosiliar hidung. Hasil uji Fisher's Exact test diperoleh nilai p = 0,028, nilai p < 0,05, hal tersebut menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara lokasi

35 paparan dengan waktu transportasi mukosiliar karyawan di PT. GGS Medan. Nilai risk estimate pada 95% Confidence Interval untuk usia adalah sebesar 1,653 kali lebih besar mengalami gangguan mukosiliar pada paparan dekat dibandingkan paparan jauh yang ditandai dengan perlambatan waktu transportasi mukosiliar dengan batas bawah (lower) = 1,151 dan batas atas (upper) = 2,373. Secara keseluruhan faktor usia, jenis kelamin, lama kerja dan tempat kerja berhubungan secara signifikan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan di PT. GGS Medan. Dengan demikian waktu transportasi mukosiliar hidung karyawan akan menurun atau semakin lama seiring dengan bertambahnya usia dan lama kerja, dan waktu transportasi mukosiliar hidung pada karyawan laki-laki lebih lama dibandingkan pada perempuan. Tempat kerja (lokasi paparan) juga berpengaruh secara signifikan memperlambat transportasi mukosiliar hidung.

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Usia dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang berusia antara 31 tahun merupakan persentase tertinggi yaitu sebanyak 57,7%, sedangkan karyawan yang berusia antara > 31 tahun sebesar 42,3%. Berdasarkan data usia karyawan PT. GGS tersebut menunjukkan sebagian besar berada pada usia yang produktif, serta waktu transportasi mukosiliar hidung yang diperoleh dari pemeriksaan juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan usia karyawan, dimana analisa statistik menggunakan uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,004. Hasil penelitian ini mendukung teori yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi waktu transportasi mukosiliar adalah usia. Waktu transportasi mukosiliar hidung meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Transportasi mukosiliar hidung melambat dengan bertambahnya usia. Melambatnya transportasi mukosiliar hidung terlihat sangat signifikan pada usia diatas 60 tahun (Valia, 2007; Paul P, 2013). Pada periode usia dekade ke 6 dan 7 mukosa hidung akan berubah. Dengan bertambahnya usia, mukosa hidung menjadi atropi dan mulai kehilangan kelenjar serosa submukosa dan sel goblet serta menurunnya aliran mikrovaskular. Hal ini akan mengakibatkan melambatnya transportasi mukosiliar hidung (Chan TV, 2014). 5.2 Hubungan Jenis Kelamin dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang laki-laki merupakan persentase tertinggi yaitu sebanyak 73,2%, sedangkan karyawan yang perempuan hanya sebanyak 26,8%. 36

37 Berdasarkan data jenis kelamin karyawan PT. GGS tersebut menunjukkan sebagian besar laki-laki, hal ini terkait dengan pekerjaan pada PT. GGS yang melakukan proses peleburan sehingga lebih sesuai dilakukan laki-laki. Hasil analisis menunjukkan waktu transportasi mukosiliar hidung yang diperoleh dari pemeriksaan juga menunjukkan hubungan yang signifikan dengan jenis kelamin karyawan, dimana analisa statistik menggunakan uji Fisher's Exact dengan nilai p = <0,001. Sesuai dengan penelitian Yudhanto (2015) bahwa jenis kelamin pekerja pengisian bahan bakar lebih banyak laki-laki yaitu 71,1% dan perempuan sebanyak 28,9 %. 5.3 Hubungan Lama Kerja dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang mempunyai lama kerja 1-10 tahun merupakan persentase tertinggi yaitu sebanyak 86,6%, sedangkan karyawan yang lama kerjanya 11-20 tahun hanya sebanyak 13,4%. Berdasarkan data lama kerja karyawan PT. GGS tersebut menunjukkan sebagian besar karyawan masih belum lama melakukan pekerjaan yang dapat diasumsikan bahwa paparan biji besi sebagai dampak pekerjaan juga belum lama. Hasil penelitian menunjukkan faktor lama kerja berhubungan secara bermakna dengan waktu transportasi mukosiliar hidung yang diperoleh dari pemeriksaan, dimana analisa statistik menggunakan uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,015. Sesuai dengan penelitian Yudhanto (2015) bahwa terdapat korelasi antara lama kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Demikian juga dengan penelitian Soemadi dkk (2009) yang menemukan bahwa waktu transportasi mukosiliar hidung pada kelompok karyawan mebel kayu lebih lama dibandingkan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung pada karyawan yang bukan mebel kayu.

38 Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa paparan debu sebagai zat polutan bagi saluran pernafasan melalui hidung akan menurunkan waktu transportasi mukosiliar hidung, dimana hasil uji korelasi Spearman antara lama kerja dengan waktu transportasi mukosiliar hidung pekerja SPBU didapatkan hasil r = 0,578 dengan nilai kemaknaan p = 0,001 yang berarti terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang dan bermakna secara statistik. Menurut penelitian Suherman (2013) menyatakan bahwa terdapat korelasi positif antara lama bekerja dengan waktu transport mukosiliar hidung pada pekerja kerajinan perak di bagian produksi Kotagede Yogyakarta dengan kekuatan korelasi sangat kuat. Lama bekerja berperan lebih dominan pada lamanya waktu transport mukosiliar hidung dibandingkan dengan variabel lain. 5.4 Hubungan Lokasi Paparan dengan Waktu Transportasi Mukosiliar Hidung Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase sampel yang bekerja pada lokasi dengan paparan yang jauh (bagian administrasi, gudang dan sekuriti) merupakan persentase tertinggi yaitu sebanyak 77,3%, sedangkan karyawan bekerja pada lokasi dengan paparan dekat hanya sebanyak 22,7%. Hasil penelitian menunjukkan faktor lokasi paparan berhubungan secara bermakna dengan waktu transportasi mukosiliar hidung yang diperoleh dari pemeriksaan, dimana analisa statistik menggunakan uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,018. Penelitian tentang korelasi antara paparan debu perak dengan waktu transportasi mukosiliar hidung dilakukan Suherman (2013) di Kota Gede Yogyakarta. Hasilnya menunjukkan korelasi bermakna positif dan sangat kuat antara pekerja yang terpapar langsung dengan debu perak dengan yang tidak terpapar langsung dengan debu perak, dimana pada pekerja yang terpapar langsung transportasi mukosiliar hidung lebih lama.

39 Penelitian waktu transportasi mukosiliar hidung lainnya yang dilakukan oleh Zein dkk (2015) pada pekerja industri penyamakan kulit mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata waktu transportasi mukosiliar hidung pada pekerja industri penyamakan kulit dibanding non-pekerja, dimana waktu transportasi mukosiliar hidung pada pekerja yang terpapar lebih lama dibanding dengan yang tidak terpapar.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Waktu transportasi mukosiliar hidung pada karyawan PT Gahapi Sakti antara 7-21 menit. 2. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar. Berdasarkan hasil uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,004, nilai p < 0,005 yang berarti semakin bertambah usia karyawan akan semakin memperlambat waktu transportasi mukosiliar hidung. 3. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Berdasarkan hasil uji Fisher's Exact dengan nilai p < 0,001, nilai p < 0,005 yang berarti w a k t u transportasi mukosiliar hidung karyawan yang perempuan lebih cepat dibandingkan laki-laki. 4. Terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja karyawan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Berdasarkan hasil uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,015, nilai p < 0,005 yang berarti semakin bertambah lama kerja karyawan akan semakin memperlambat waktu transportasi mukosiliar hidung. 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara lokasi paparan dengan waktu transportasi mukosiliar hidung. Berdasarkan hasil uji Fisher's Exact dengan nilai p = 0,018, nilai p < 0,018 yang berarti semakin dekat pekerja terhadap lokasi paparan (paparan langsung) maka akan semakin memperlambat waktu transportasi mukosiliar hidung. 40

41 6.2. Saran 1. Perlu dilakukan penanganan paparan debu besi pada karyawan PT. GGS, sehingga dapat meminimalisasi dampaknya pada karyawan yaitu melambatnya transportasi mukosiliar hidung dengan menganjurkan pekerja memakai alat pelindung diri (APD) berupa masker. 2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor atau keadaan- keadaan yang dapat memperbaiki fungsi transportasi mukosiliar hidung.