TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

dokumen-dokumen yang mirip
HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

A. Landasan Teori. 1. Pengetahuan. a. Definisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan insidens dan penyebaran infeksi menular seksual (IMS) di seluruh dunia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS DAN IMS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

KUESIONER PENELITIAN

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

Faktor-faktor resiko yang Mempengaruhi Penyakit Menular Seksual

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

Peningkatan Pengetahuan Remaja dan Pemuda tentang Kesehatan Reproduksi dan Hubungannya dengan Lingkungan Sosial di Palangka Raya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. HIV/AIDS menjadi epidemik yang mengkhawatirkan

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 21 TAHUN 2011 T E N T A N G PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS DI KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV / AIDS DAN IMS DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

ANALISIS SPASIAL UNTUK PEMETAAN PERSEBARAN PENYAKIT HIV DAN AIDS DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. fisik seksual. Kondisi seksualitas yang sehat juga menunjukkan gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

PENJABAT BUPATI SEMARANG AMANAT PENJABAT BUPATI SEMARANG SELAKU KETUA KPA KABUPATEN SEMARANG DALAM RANGKA PERINGATAN HARI AIDS SEDUNIA TAHUN 2015

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah sejenis virus yang

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

Situasi HIV & AIDS di Indonesia

Oleh: Logan Cochrane

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

HIV/AIDS dapat menyerang setiap orang tanpa membedakan usia, ras, latar belakang kebudayaan ataupun agama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 88 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Pola penyakit yang masih banyak diderita oleh masyarakat adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk yang besar. Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune

Transkripsi:

BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang kemudian berdampak pada penurunan sistem kekebalan tubuh sehingga menimbulkan satu penyakit yang disebut AIDS. HIV menyerang sel-sel darah putih yang dimana sel-sel darah putih itu merupakan bagian dari sitem kekebalan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan penyakit. Manusia yang terinfeksi HIV akan berpotensi sebagai pembawa (carrier) dan penularan virus tersebut selama hidupnya. AIDS (Aqquired Immune Deficiency syndrom) kumpulan gejala penyakit spesifik yang disebabkan oleh rusaknya system kekebalan tubuh oleh virus HIV (Komisi penangulangan AIDS Provinsi Maluku,2015). 2.1.2. Cara Penularan HIV/AIDS Menurut Departemen kesehatan RI (2008) penularan HIV/AIDS melalui 3 cara yaitu 1

2.1.2.1. Penularan Seksual Secara umum dapat dikatakan, hubungan seksual adalah cara penularan HIV/AIDS yang paling sering terjadi. Virus dapat ditularkan dari seseorang yang terinfeksi kepada pasangan seksualnya, baik itu sesama jenis (Homoseks) kelamin atau sebaliknya berbeda jenis kelamin (Heteroseks), atau ada yang mendonorkan semennya kepada orang lain. Hubungan seksual tersebut adalah hubungan seksual dengan penetrasi penis-vagina, penis-anus atau kontak mulut. Resiko terinfeksi HIV/AIDS melalui hubungan seksual tergantung kepada beberapa hal: a. Kemungkinan Bahwa Pasangan Seksual Terinfeksi HIV. Angka kejadian infeksi HIV pada penduduk seksual aktif sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lainnya, juga berbeda antara satu kelompok penduduk dengan kelompok penduduknya lainnya dalam satu daerah.kemungkinan proporsi seseorang terinfeksi HIV terbanyak melalui hubungan heteroseksual maka kelompok masyarakat yang beresiko untuk terinfeksi HIV adalah PSK dan laki- 2

laki yang sering kali melakukan hubungan seks dengan PSK. b. Penularan HIV/AIDS melalui Hubungan Seksual Berganti-ganti Pasangan. Semua hubungan seksual yang dilakukan dengan cara berganti-ganti pasang mempunyai resiko penularan infeksi HIV. Namun, resiko tertinggi terjadinya infeksi HIV pada pria dan wanita ialah mereka yang berlaku sebagai penerima dari hubungan seksual anal dengan pasangan seksual yang terinfeksi HIV. Hubungan cara vaginal kemungkinan membawa resiko tinggi bagi pria dan wanita heteroseksual dari pada oral-genital.kontak oral-genital memungkinkan penularan HIV. 2.1.2.2. Penularan Parental Penularan ini terjadi melalui transfusi dengan darah yang terinfeksi HIV atau produk darah atau penggunaan jarum yang terkontaminasi dengan HIV atau peralatan lain yang melukai kulit. 3

2.1.2.3. Penularan Perinatal Penularan dari seorang wanita kepada janin yang dikandungnya atau bayinya.penularan ini dapat terjadi sebelum, selama, atau beberapa saat setelah bayi dilahirkan. Resiko penularan HIV dalam rahim si ibu atau selama proses kelahiran sebesar 20-40%. 2.1.3. Perjalanan Infeksi HIV/AIDS Pada saat seseorang terinfeksi HIV maka diperlukan waktu 5-10 tahun untuk sampai ke tahap AIDS. Setelah virus masuk kedalam tubuh manusia, maka selama 2-4 bulan keberadaan virus tersebut belum bisa terdeteksi dengan pemeriksaan darah meskipun virusnya sendiri sudah ada dalam tubuh manusia.tahap ini disebut sebagai periode jendela.sebelum masuk tahap AIDS, maka orang tersebut dinamai HIV positif karena dalam darahnya terdapat HIV (Departemen kesehatan RI, 2008). Pada tahap HIV positif ini maka keadaan fisik yang bersangkutan tidak mempunyai kelainan khas ataupun keluhan lainnya dan bahkan bisa diperpanjang menjadi 3 tahun. Sejak masuknya virus dalam tubuh manusia maka virus ini akan merusak sel darh putih (yang berperan dalam sistem kekebalan 4

tubuh) dan setelah 5-10 tahun maka kekebalan tubuh akan hancur dan penderita masuk dalam tahap AIDS. Dimana akan muncul berbagai infeksi seperti infeksi jamur, virus-virus lain, kanker dan sebagainya (Departemen kesehatan RI, 2008). 2.1.4. Pencegahan HIV/AIDS Menurut Depkes (KPA Nasional, 2005) penyebaran HIV/AIDS dan pencegahannya dapat dilakukan dengan prinsip ABC yang telah efektif untuk menurunkan jumlah penularan HIV/AIDS. Prinsip ABC itu adalah : A: Anda jauhi seks sampai anda kawin atau menjalin hubungan jangka panjang dengan pasangan. B: Bersikap saling setia dengan pasangan dalam hubungan. C: Cegah dengan memakai kondom secara benar dan konsisten untuk penjaja seks atau orang yang tidak mampu melaksanakan A dan B (Kondom). Untuk penularan non-seksual, berlaku prinsip D dan E yaitu: D: Drug: say no to atau katakan tidak pada napza/narkoba 5

E: Equipment: no sharing atau jangan memakai alat suntik secara bergantian. 2.2. Konsep Pekerja Seks Komersial (PSK) 2.2.1. Definisi PSK (Pekerja Seks Komersial) Merupakan kelompok yang terbiasa melakukan aktivitas seksualnya dengan pasangan yang tidak tetap, dengan tingkat mobilitas yang sangat tinggi di kelompok tersebut. Pekerja Seks Komersial (PSK) lebih beresiko menimbulkan Infeksi Menular Seksul (IMS) karena mereka sering bertukar pasangan seks. Semakin banyak jumlah pasangan seksnya semakin besar kesempatan terinfeksi IMS dan menularkan ke orang lain (Depkes RI, 2009). 2.2.2. Ciri-ciri Pekerja Seks Komersial (PSK) Pada umumnya seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah wanita yang memiliki kesempurnaan secara fisik. Hal ini mutlak dibutuhkan karena merupakan modal dasar perempuan tersebut untuk terjun dan hidup sebagai PSK. Mereka dituntut untuk tetap mempertahankan kecantikan agar tetap langgeng dalam profesinya tersebut (Jajuli, 2010). 6

Ciri-ciri khas dari pelacur menurut Jajuli (2010), sebagai berikut : a. Wanita, lawan pelacur ialah gigolo (pelacur pria, lonte laki-laki). b. Cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif menarik, baik wajah maupun tubuhnya. Bisa merangsang selera seks kaum pria. c. Pakaiannya sangat menyolok, beraneka warna, sering aneh-aneh/eksentrik untuk menarik perhatian kaum pria.menggunakan teknik-teknik seksual yang mekanistis, cepat, tidak hadir secara psikis (afwezig, absent minded), tanpa emosi atau afeksi. d. Pelacur-pelacur profesional dari kelas rendah dan menengah kebanyakan berasal dari strata ekonomi yang rendah. 2.3. Prinsip Perilaku Prinsip-prinsip dasar perilaku manusia menurut Sunaryo (2002), sebagai berikut : a. Manusia berbeda perilakunya karena kemampuannya tidak sama. Prinsip ini penting untuk memahami mengapa seseorang berbuat dan berperilaku berbeda-beda. Adanya perbedaan ini karena sejak lahir manusia ditakdirkan tidak 7

sama kemampuannya. Selain itu juga karena perbedaannya menyerap informasi dari suatu gejala dan ada pula yang beranggapan bahwa perbedaan kemampuan itu disebabkan oleh kombinasi dari keduanya. b. Manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda. Manusia berperilaku karena didorong oleh serangkaian kebutuhan. Yang dimaksud kebutuhan adalah beberapa pernyataan di dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang itu berbuat sesuatu untuk mencapainya sebagai suatu obyek atau hasil. Kebutuhan seseorang berbeda dengan kebutuhan orang lain. Kadangkala seseorang yang sudah berhasil memenuhi kebutuhan yang satu, misalnya kebutuhan mencari makan atau papan, kebutuhannya akan berlanjut dan berubah atau berkembang, berganti dengan kebutuhan yang lain. Kebutuhan yang sekarang mendorong seseorang bisa merupakan hal yang potensial dan bisa juga tidak untuk melakukan perilakunya di kemudian hari. c. Orang berpikir tentang masa depan dan membuat pilihan tentang bagaimana bertindak. Kebutuhan-kebutuhan manusia dapat dipenuhi lewat perilakunya masing-masing. Di dalam banyak hal, seseorang dihadapkan dengan sejumlah kebutuhan, yang potensial harus dipenuhi lewat perilaku yang dipilihnya. Hal ini 8

mendasarkan suatu anggapan yang menunjukkan bagaimana menganalisa dan meramalkan rangkaian tindakan apakah yang akan diikuti oleh seseorang manakala ia mempunyai kesempatan untuk membuat pilihan mengenai perilakunya. d. Seseorang memahami lingkungannya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan kebutuhannya. Memahami lingkungan adalah suatu proses yang aktif, dimana seseorang mencoba membuat lingkungannya itu mempunyai arti baginya. Proses yang aktif ini melibatkan seorang individu mengakui secara selektif aspek-aspek yang berada di lingkungan, menilai apa yang dilihatnya dalam hubungannya dengan pengalaman masa lalu dan mengevaluasi apa yang dialami itu dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan nilai lainnya. Oleh karena kebutuhan dan pengalaman seseorang itu berbeda sifatnya, maka persepsinya terhadap lingkungan juga akan berbeda. e. Seseorang itu mempunyai rasa senang atau tidak senang. Orang-orang jarang bertindak netral mengenai suatu hal yang mereka ketahui dan alami. Orang cenderung untuk mengevaluasi sesuatu sesuatu yang mereka alami dengan cara senang atau tidak senang. Perasaan senang dan tidak senang ini akan menjadikan seseorang berbuat yang 9

berbeda dengan orang lain dalam rangka menanggapi suatu hal. f. Banyak faktor yang menentukan perilaku seseorang. Perilaku seseorang itu ditentukan oleh banyak faktor. Adakalanya perilaku seseorang dipengaruhi oleh kemampuannya, ada pula karena kebutuhannya dan ada juga yang karena dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa prinsip dasar perilaku manusia berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lainnya, hal yang membedakan itu dapat dari tingkat kebutuhan manusia, cara berpikir, pengalaman masa lalu, dan perasaan. 2.4. Faktor Penyebab Perilaku Beresiko Penularan HIV/AIDS Dalam kaitannya dengan penularan HIV/AIDS, dikenal adanya perilaku seksual beresiko dan perilaku seksual aman. Perilaku seksual beresiko adalah segala perilaku seksual yang menimbulkan resiko dan memungkinkan terjadinya penularan/infeksi HIV/AIDS. Seseorang dikatakan beresiko 10

tertular HIV/AIDSjika orang tersebut berada pada suatu kesempatan untuk terkena virus karena perilaku seksualnya. Perilaku seksual aman adalah segala perilaku seksual yang terhindar dari suatu potensi penularan resiko tertular maupun menularkan HIV/AIDS. Perilaku seksual aman adalah segala perilaku seksual yang tidak memungkinkan terjadinya penularan/infeksi HIV/AIDS. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam kontek penanggulangan HIV/AIDS terjadi perubahan perilaku pada yang prinsipnya adalah perubahan dari perilaku yang berisiko terjadinya penularan menjadi perilaku yang aman (Depkes, 2005). Perilaku beresiko terhadap penularan HIV/AIDS menurut Depkes RI (2011): a. Berhubungan seks tidak aman (tanpa menggunakan kondom) b. Ganti ganti pasangan seks c. Prostitusi d. Melakukan hubungan seks secara anal Perilaku yang memudahkan seseorang tertular IMS, termasuk HIV/AIDS menurut Depkes RI (2011) yaitu : a. Sering berganti-ganti pasangan seksual atau mempunyai lebih dari satu pasangan seksual, baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal 11

b. Mempunyai pasangan seksual yang mempunyai pasangan seksual lainnya. c. Terus melakukan hubungan seksual walaupun mempunyai keluhan IMS dan tidak diberitahukan kepada pasangannya tentang hal tersebut. d. Tidak menggunakan kondom pada saat berhubungan seksual dengan pasangan yang beresiko. e. Pemakaian jarum suntik secara bersama-sama secara bergantian. 2.5. Faktor pendorong perilaku beresiko HIV/AIDS 2.5.1. Biologis Dorongan biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan respons alamiah dari berfungsinya organ sistem reproduksi dan kerja hormon. Kebutuhan biologis adalah prasyarat untuk tercapainya hubungan yang memuaskan antara organisme dengan lingkungan fisiknya, sedangkan kebutuhan antarpribadi merupakan prasyarat untuk membentuk hubungan yang memuaskan antara manusia dengan lingkungan kemanusiaan. Sebagaimana halnya dengan kebutuhan 12

biologis, kebutuhan antarpribadi memerlukan pemuasaan yang optimal. Terlalu sedikit atau banyak pemuasan yang terjadi akan menimbulkan akibat-akibat yang tidak menyenangkan (Sunaryo, 2002). 2.5.2. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya berbagai kegiatan, interaksi sosial antara berbagai kelompok. Pengaruh lingkungan sosial terhadap perilaku seseorang sangat bervariasi sumbernya. Semua Informasi yang didapat baik dari media masa, lingkungan tempat tinggal, teman kerja, maupun orang-orang terdekatnya menjadi sumber utama sebagai satu contoh untuk diikuti (Dewa,2014). Dalam konsep ini lingkungan sosial memberikan pengaruh dan dampak terhadap perilaku Pekerja Seks Komersial (PSK) dalam mencapai suatu tujuan tertentu. 2.5.3. Psikologis Menurut Jajuli, (2010) Jika dilihat dari sisi psikologis, berbagai faktor psikologis yang merupakan penyebab perempuan bekerja sebagai Pekerja Seks Komersial (PSK) sebagai berikut. 13

a. Kehidupan seksual yang abnormal, misalnya hieperseksual dan sadis b. Kepribadian yang lemah,misalnya cepat meniru c. Moralitas rendah dan kurang berkembang, misalnya kurang dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah, boleh dan tidak boleh dan lainnya. d. Memiliki motif kemewahan, yaitu menjadi kemewahan sebagai tujuan utamanya. 2.5.4. Ekonomi Sebagian besar alasan Pekerja Seks Komersial (PSK) masuk ke dalam dunia prostitusi diakibatkan karena tekanan ekonomi. Hal ini telah menjadi alasan utama dimana keadaan ekonomi memaksa seseorang untuk menjalani prostitusi. Termasuk dalam faktor ini antara lain berasal dari keluarga dengan sosial ekonomi rendah, kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang guna membiayai diri sendiri maupun keluarganya, tidak mempunyai sumber penghasilan dan tingkat pendidikan rendah (Dewa, 2014). 14

2.6. Prespektif Teoritis Para Pekerja Seks Komersial (PSK) yang bertempat tinggal di Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon sering melakukan kegiatan dengan memberikan layanan hubungan seksual kepada para pelanggan dengan tujuan kegiatan tersebut dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhan dari para Pekerja Seks Komersial (PSK). Dengan tidak berhentinya kegiatan tersebut pemerintah Kota Ambon mengadakan beberapa program dalam upaya membantu para Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk memproteksi diri terhadap penyebaran HIV/AIDS baik melakukan pemeriksaan rutin kesehatan seksual maupun edukasi mengenai kesehatan seksual itu sendiri. Namun, upaya ini tidak mempengaruhi para Pekerja Seks Komersial (PSK) untuk tidak melakukan perilaku beresiko HIV/AIDS. Perilaku beresiko tersebut adalah melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan tanpa memproteksi diri dengan menjaga kesehatan reproduksi. Peneliti bertujuan untuk menggambarkan dan mencari tahu secara mendalam mengenai faktor pendorong perilaku beresiko para Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokalisasi Tanjung Desa Batu Merah Kota Ambon. Peneliti menggunakan empat faktor pendorong 15

sebagai acuan dalam instrumen penelitian yaitu faktor biologis, faktor psikologis, faktor lingkungan sosial dan faktor ekonomi. 16