1 PENDAHULUAN. Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel. Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri. Sumber : BI (2013)

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. dianggap investasi tersebut menguntungkan. Menurut Tandelilin (2010) investasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mempengaruhi minat investor untuk menanam atau menarik investasinya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

Indonesia Property Market Overview 4 th Quarter 2015

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahkan untuk keluar dari krisis ekonomi ini, sektor riil harus selalu digerakan

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

SURVEI PROPERTI KOMERSIAL

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara dapat mempengaruhi kinerja perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

Tim Statistik Sektor Riil BERITA PROPERTI. Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter. Edisi Perdana

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara lain seperti kawasan Eropa, Kanada, Australia, Hongkong, dan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan harganya yang cenderung selalu naik. Kenaikan harga properti

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN. (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. orang. Manfaat bagi kegiatan setiap orang yakni, dapat mengakomodasi

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI PROPERTI KOMERSIAL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. melebihi batas maksimum yang diindikasikan dengan tingginya debt to equity

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan didirikannya suatu perusahaan umumnya adalah untuk. memperoleh laba, meningkatkan penjualan, memaksimalkan nilai saham, dan

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. dimana pasar modal dapat menunjang ekonomi negara yang bersangkutan. Pasar

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR, DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I tahun 1998 salah satunya berdampak pada sektor industri Property dan Real Estate.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan pilar penting dalam suatu perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selama tahun tersebut. Menurunnya daya beli masyarakat yang dipicu dari

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. sementara investor pasar modal merupakan lahan untuk menginvestasikan

USD FIXED INCOME FUND

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan investasi di negara tersebut.kondisi perekonomian suatu. negara yangbertumbuh positif, akan meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Ekonomi dunia telah mengalami perubahan radikal dalam dua

SURVEI HARGA PROPERTI RESIDENSIAL

BAB I PENDAHULUAN. berdampak di wilayah Asia, diantaranya Asia Tenggara yaitu Indonesia. (sumber:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dewasa ini kita melihat dunia pasar modal semakin cukup

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk. Konsekuensi dari terjadinya krisis di Amerika tersebut berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Bentuk instrumen di pasar

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara. Pasar modal menjadi media yang dapat digunakan untuk memperoleh

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia bisnis properti di Indonesia, baik untuk properti residensial dan komersil, dari waktu ke waktu mengalami kecenderungan yang meningkat. Industri properti Indonesia pada tahun 2012, untuk properti komersil di JABODEBEK (Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi) seperti hotel, apartemen, perkantoran, ritel dan lahan industri, secara umum mengalami kecenderungan yang positif dan meningkat. Hal tersebut di dukung oleh pertumbuhan ekonomi yang membaik, permintaan yang meningkat, dukungan pembiayaan yang semakin berkembang lebih baik dan kebijakan pemerintah yang semakin kondusif diharapkan akan mampu mendorong perkembangan industri properti Indonesia dalam beberapa tahun kedepan BI (2013). Perkembangan tarif sewa industri properti komersil berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia secara umum dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Sumber : BI (2013 ) Gambar 1 Tarif Sewa Hotel dan Ritel Sumber : BI (2013) Gambar 2 Sewa Apartemen, Kantor dan industri

2 Secara umum untuk tahun 2012 dapat dikatakan bahwa jumlah pasokan properti komersil di Jabodebek mengalami peningkatan. Peningkatan ini juga diikuti oleh adanya peningkatan permintaan. Tingkat hunian hampir semua tipe properti komersil, seperti ritel, lahan industri dan perkantoran, mengalami peningkatan yang tinggi, kecuali sektor ritel yang mengalami kelambatan dan kembali naik setelah triwulan ke tiga. Kenaikan dari tingkat hunian dari hampir semua properti komersil pada akhirnya menyebabkan kenaikan pada tarif sewa. Kenaikan tarif sewa tersebut juga telah menyebabkan meningkatnya penjualan properti komersil yang diikuti dengan semakin membaiknya harga jual. Sampai dengan beberapa tahun kedepan diperkirakan pertumbuhan properti komersil di Jabodebek masih akan mengalami kecenderungan yang meningkat Tiap-tiap tipe properti atau real estat komersil memiliki pasar dan perkembangan yang berbeda-beda, sehingga pasar real estat dapat dikatakan memiliki keunikan tersendiri diantara berbagai bentuk pasar yang ada, seperti pasar saham, obligasi dan lainnya. Demikian juga faktor-faktor yang memengaruhi penawaran dan permintaan pada pasar masing-masing tipe real estat juga memiliki perbedaan. Khusus untuk real estat gedung perkantoran di Jakarta, pertumbuhannya dapat dilihat pada hasil survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk periode 2008-2012 seperti yang terlihat pada Gambar 3. Secara umum tampak harga sewa gedung perkantoran mengalami kenaikan kecuali untuk Triwulan I tahun 2008 yang mengalami penurunan yang juga diikuti oleh penurunan pada tingkat hunian yang ikut mengalami penurunan. Penurunan yang terjadi pada Triwulan I tahun 2008 dikarenakan oleh suasana bisnis yang tidak kondusif dan keadaan ekonomi yang melambat dan hal ini terus berlanjut sampai dengan menjelang periode tahun 2009 Property Report (June 2009) dan BI (2009). Untuk periode selanjutnya tampak tingkat hunian dan tarif sewa terus mengalami pertumbuhan yang positif, bahkan menunjukkan perkembangan atau peningkatan yang cukup besar khususnya pada tahun 2012. Sumber : BI (2013) Gambar 3 Tingkat Hunian dan Tarif Sewa Perkantoran Di Jakarta Untuk triwulan I dan II 2008, tarif sewa mengalami peningkatan yang disebabkan oleh masih adanya perusahaan yang melakukan ekspansi dan juga

3 disebabkan oleh adanya kenaikan BBM yang diumumkan oleh pemerintah. Sedangkan untuk triwulan III tarif sewa mengalami penurunan yang disebabkan oleh penurunan tarif sewa oleh beberapa gedung yang usianya telah tua dan kualitas yang menurun. Untuk triwulan IV tarif sewa mengalami peningkatan yang disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Sementara itu seperti yang terlihat pada Gambar 4, harga jual ruang gedung perkantoran mengalami kenaikan untuk triwulan I, II, III dan IV tahun 2008. Kenaikan ini pada umumnya disebabkan oleh meningkatnya permintaan dan menguatnya nilai tukar dollar Amerika terhadap rupiah. Sumber: BI (2013) Gambar 4 Harga Jual Ruang Perkantoran Untuk triwulan I tahun 2009, tarif sewa dan harga jual mengalami sedikit peningkatan yang disebabkan oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap USD. Sedangkan dalam bentuk dollar Amerika tarif sewa dan harga jual relatif stabil. Sedangkan untuk triwulan II dan III, tarif sewa dan harga jual ruang perkantoran mengalami penurunan, ini disebabkan oleh menguatnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika. Pada triwulan IV tahun 2009 pasokan perkantoran sewa mengalami peningkatan yang diperoleh dari selesainya pembangunan Menara Bidakara 2 dikawasan primer. Dengan adanya peningkatan tersebut, maka jumlah pasokan perkantoran sewa menjadi sebesar 6,14 juta m2. Peningkatan dari pasokan diikuti dengan kenaikan penyerapan sehingga tingkat hunian menjadi meningkat dari 85,69% menjadi 86,37%. Peningkatan yang terjadi pada permintaan telah menyebabkan tarif sewa juga menjadi meningkat dari Rp. 153.544/m2/bulan menjadi Rp. 154.726/m2/bulan BI (2010). Properti perkantoran jual juga mengalami peningkatan pasokan sebesar 2,37% (qtq) dan 24,22% (yoy). Peningkatan jumlah pasokan tersebut tidak diikuti oleh kenaikan permintaan masyarakat terhadap perkantoran jual sehingga tingkat penjualan mengalami sedikit penurunan dari 95,72% menjadi 95,26%. Disamping itu, harga jual juga mengalami penurunan yang dikarenakan oleh menguatnya nilai tukar rupiah terhadap USD. Untuk triwulan I tahun 2010, jumlah pasokan untuk perkantoran sewa dan jual tidak mengalami perubahan dari periode sebelumnya. Tarif sewa mengalami sedikit penurunan karena menguatnya nilai tukar rupiah. Sedangkan harga jual jual mengalami peningkatan karena menguatnya nilai rupiah.

4 Untuk triwulan II tahun 2010, pasokan ruang perkantoran sewa mengalami peningkatan 1,25%. Peningkatan ini diperkirakan berasal dari pembangunan Ciputra World Office di Jalan Satrio. Peningkatan penyerapan ruang perkantoran telah mendorong tingkat hunian dari 87,57% menjadi 88,57%. Disamping itu tarif sewa juga mengalami kenaikan sebesar 0,33% dan kenaikan ini disebabkan oleh karena pengelola gedung menaikkan service charge sejalan dengan rencana pemerintah menaikkan TDL. Pada triwulan II tahun 2010, jumlah pasokan perkantoran jual mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 19,52%. Peningkatan tersebut menyebabkan tingkat penjualan pada periode tersebut mengalami sedikit penurunan dan harga jual juga mengalami dikarenakan menguatnya nilai rupiah. Selanjutnya untuk triwulan III tahun 2010, jumlah pasokan mengalami peningkatan sebesar 0,10%. Kenaikan tersebut dan meningkatnya permintaan telah mendorong tingkat hunian dari 88,47% menjadi 89,89%. Disamping itu kenaikan juga diikuti oleh kenaikan tarif sewa perkantoran walaupun kecil, yaitu 0,49% (qtq). Kenaikan pasokan juga terjadi pada ruang perkantoran jual yang meningkat sebesar 9,74% (qtq). Kenaikan yang terjadi juga diikuti oleh kenaikan penjualan dan harga jual yang masing-masing sebesar 0,49% dan 0,72%. Untuk triwulan IV tahun 2010, jumlah pasokan ruang perkantoran sewa tidak mengalami perubahan. Sektor usaha yang aktif melakukan perluasan usaha adalah yang bergerak dalam bidang asuransi, konsultan dan bank. Sehubungan dengan tidak adanya penambahan pasokan dan permintaan yang meningkat telah menyebabkan tingkat hunian menjadi meningkat dan tarif sewa juga mengalami peningkatan BI (2011). Hal yang sama juga terjadi pada ruang perkantoran jual yang tidak mengalami penambahan pasokan. Berkenaan dengan hal tersebut dan adanya peningkatan terhadap permintaan telah menyebabkan tingkat hunian menjadi meningkat menjadi 94,94% dan harga jual meningkat 0,78% menjadi Rp. 15,2 juta/m2. Secara keseluruhan, sepanjang tahun 2010, hunian global pasar perkantoran telah pulih dari kecendrungan yang menurun di tahun 2009 yang disebabkan oleh adanya krisis global. Pemulihan terbaik terjadi di Asia Pacifik dimana harga sewa meningkat 8% dalam setahun, IMQ (1 Februari 2011). Untuk triwulan I tahun 2011, tarif sewa mengalami peningkatan yang disebabkan oleh kenaikan service charge oleh pengelola dan juga karena meningkatnya permintaan yang berasal dari relokasi, ekspansi dan pembukaan perusahaan baru. Hal ini sejalan dengan prediksi dari Gideon ( 14 Januari 2011) yang menyatakan bahwa permintaan akan dapat berasal dari adanya pembentukan perusahaan-perusahaan baru. Untuk perkantoran jual mengalami penurunan dikarenakan menguatnya nilai tukar rupiah. Salah satu penyebab mengapa banyak perusahaan asing ingin masuk ke Indonesia adalah dikarenakan tarif sewa kantor di Jakarta relatif lebih murah menurut Anton Sitorus, Head of Research Jones Lang LaSalle Indonesia, Kurniawan (26 Januari 2011). Hal ini juga sesuai dengan hasil kajian dari pada CI (2Q 2011) seperti yang terlihat pada Gambar 5, bahwa untuk tingkat Asia Pasifik, tarif sewa perkantoran di Jakarta termasuk yang paling murah.

5 S Sumber : CI (2Q 2011) Gambar 5 Tarif Sewa Perkantoran di Asia Pasifik Hampir sama dengan periode sebelumnya, pada triwulan II tahun 2011 ini jumlah pasokan ruang perkantoran sewa juga mengalami sedikit peningkatan yang hanya sebesar 0,11% dan relatif tidak memengaruhi total jumlah pasokan keseluruhan. Adikusuma (21 April 2011), Office Service Director of Colliers International, mengatakan jumlah pasokan yang sedikit di Jakarta untuk tahun 2011 ini karena disebabkan oleh adanya penundaan daripada proyek gedung perkantoran baru sebagai akibat dari adanya krisis ekonomi global. Disamping itu tingkat hunian juga mengalami peningkatan dari 89,89% periode sebelumnya menjadi 91,10% pada triwulan II 2011. Perusahaan yang aktif melakukan transaksi penyewaan adalah perusahaan di bidang IT dan komunikasi, konsultan, pertambangan dan perbankan. Hal lainnya adalah karena terbatasnya pasokan dan meningkatnya permintaan oleh berbagai perusahaan telah mendorong pengelola gedung perkantoran sewa menaikkan tarif sewanya yang rata-rata menjadi Rp. 159.312/m2/bulan. Untuk perkantoran jual, jumlah pasokan relatif stabil dan sampai dengan akhir tahun 2011 masih akan ada tambahan pasokan sekitar 140.790 m2 yang berasal dari pembangunan The Oval, Graha 18 Tower B-E, dan the H. Terbatasnya ketersediaan ruang belum terjual, telah menyebabkan meningkatnya harga jual sebesar 4,75% atau merupakan yang tertinggi selama dua tahun terakhir. Untuk triwulan III tahun 2011, jumlah pasokan mengalami peningkatan sebesar 0,32% (qtq). Peningkatan berasal dari selesainya pembangunan K-Link Tower, dan pada akhir tahun beberapa proyek seperti Tempo Scan Tower, Plaza Simatupang, Plaza Sovereign dan Alamanda Tower, akan mampu menambah pasokan sebesar 105.250 m2. Banyaknya perusahaan baru, relokasi dan ekspansi akan menjadi sumber utama meningkatnya permintaan untuk ruang perkantoran. Hal ini menyebabkan tingkat hunian menjadi meningkat dari 91,10% pada periode sebelumnya menjadi 92,16% pada triwulan III tahun 2011.

6 Sebaliknya untuk perkantoran jual, jumlah pasokan tetap dan diperkirakan sampai tahun depan baru akan ada tambahan pasokan. Terbatasnya jumlah pasokan, telah membuat jumlah penjualan sedikit meningkat, Peningkatan juga terjadi pada harga jual sebesar 3,88% menjadi Rp. 16,43 juta/m2. Untuk triwulan terakhir tahun 2011, jumlah pasokan tetap dikarenakan adanya penundaan penyelesaian dari beberapa proyek ke tahun 2012. Tingkat hunian mengalami peningkatan sebesar 1,08% dan hal ini disebabkan oleh banyaknya perusahaan baru, relokasi dan ekspansi yang menjadi sumber meningkatnya permintaan akan ruang perkantoran sewa. Sejalan dengan meningkatnya tingkat hunian, tarif sewa di Jakarta mengalami peningkatan sebesar 0,90% atau menjadi Rp. 162.629/m2/bulan BI (2012). Untuk triwulan I tahun 2012, terjadi adanya tambahan pasokan ruang perkantoran yang berhubungan juga adanya pembangunan gedung baru sebanyak 6 proyek. Bertambahnya pasokan ini juga disebabkan oleh adanya permintaan yang terus meningkat terutama dari perusahaan yang bergerak dalam bidang telekomunikasi, keuangan, saham, minyak dan gas merupakan perusahaan yang aktif melakukan penyewaan. Permintaan yang cukup besar tersebut telah juga menyebabkan meningkatnya tarif biaya sewa gedung perkantoran diwilayahprimer dan sekunder. Untuk perkantoran jual jumlah pasokan tidak mengalami perubahan dan keterbatasan ini telah menyebabkan meningkatnya harga jual ruang perkantoran tersebut. Pada triwulan II tahun 2012, terjadi peningkatan pasokan untuk perkantoran jual dan bersamaan dengan itu terjadi peningkatan harga jual yang berdampak terjadinya penurunan harga jualnya. Untuk perkantoran sewa mengalami peningkatan pasokan yang diiringi oleh meningkatnya permintaan sehingga tarif harga sewa menjadi meningkat. Untuk triwulan III tahun 2012, terjadi peningkatan pasokan daripada perkantoran sewa. Sedangkan untuk perkantoran jual jumlah pasokan tidak bertambah dan peningkatan ini juga diikuti oleh kenaikan tingkat hunian. Hal tersebut juga memengaruhi tarif pada tarif harga sewa dan harga jual perkantoran yang mengalami peningkatan. Pada triwulan terakhir tahun 2012, terjadi kecendrungan yang positif dimana jumlah pasokan mengalami peningkatan yang diikuti oleh tingkat hunian yang naik. Dampaknya adalah terjadi kenaikan pada tarif harga sewa dan harga jual gedung perkantoran. Tahun 2012 merupakan tahun yang baik untuk properti komersil gedung perkantoran. Berbagai uraian mengenai hasil survei dari Bank Indonesia dan pandangan dari pakar dan praktisi tersebut diatas merupakan pencerminan pasar ruang perkantoran dan berbagai faktor yang memengaruhi perkembangan perkantoran di Jakarta. Disamping semua hasil survei tersebut, peranan bisnis properti pada sektor ruang perkantoran juga dapat dilihat dari aspek lain seperti dari sudut pandang peranannya dalam perekonomian. Selanjutnya apabila ditinjau dari rasio kredit properti terhadap PDB Indonesia, peranan sektor ini terhadap perekonomian masih sangat kecil. Apabila dibandingkan dengan beberapa negara di Asia dan Eropa, rasio kredit properti terhadap PDB Indonesia (atas dasar harga yang berlaku) masih paling rendah atau hanya sekitar 4,13% pada tahun 2011, BI (2011). Hal ini masih jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan beberapa negara lain pada periode yang sama seperti

7 Australia, Malaysia, Thailand dan Pilipina, yang rasio masing-masingnya adalah 80.17%, 31.61%, 17.40% dan 4.81%. Sumber : BI (2011) Gambar 6 Rasio Kredit Properti Terhadap PDB Pada Gambar 6 keempat negara seperti Australia, Malaysia, Thailand dan Pilipina, terlihat memiliki rasio kredit properti terhadap PDB yang cukup besar dan terus meningkat setiap tahunnya. Sedangkan Indonesia cenderung terlihat tidak mengalami perubahan yang berarti dari tahun ketahun dan juga dapat dikatakan bahwa peranan sektor properti terhadap perekonomian Indonesia masih sanga kecil. Dengan laju pertumbuhan perekonomian yang semakin kuat dan terus meningkat dimasa yang akan datang, diharapkan juga kontribusi sektor properti akan dapat lebih besar lagi mengingat potensi besar yang dimiliki sektor ini. Sektor peroperti, seperti halnya sektor lain dalam perekonomian, merupakan salah satu sektor yang seharusnya dapat memiliki kontribusi yang penting dan cukup besar dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara. Pada banyak negara seperti Singapur, Hongkong dan Korea Selatan, kontribusi sektor properti terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sudah diatas 20%. Di Amerika Serikat kontribusinya terhadap PDB bahkan telah mencapai diatas 30%, Hermawan (Februari 2011). Pada saat ini tidak demikian halnya dengan Indonesia. Peranan sektor ini terhadap pertumbuhan perekonomian masih masih sangat rendah, Rinaldi (September 2011). Namun diharapkan pada masa yang akan datang peranan sektor ini terhadap perekonomian nasional memiliki potensi yang sangat besar dan diharapkan dapat menjadi salah satu lokomotif yang memiliki kontribusi besar pada perekonomian.dalam upaya mengetahui besarnya peranan sektor properti terhadap perekonomian, Persatuan Perusahaan Real Estat telah melakukan kerja sama dengan Universitas Indonesia untuk menganalisa seberapa besar sumbangan atau kontribusi sektor ini terhadap PDB. Dari kerja sama yang dilakukan tersebut berdasarkan dari data yang diteliti sepanjang tahun 2010, hasilnya menunjukkan bahwa kontribusi properti dan konstruksi terhadap PDB hanya sebesar 9,4% dan masih lebih kecil bila dibanding dengan negara lain seperti Malaysia, Singapur dan Pilipina yang memiliki kontribusi antara 21%-23% terhadap PDBnya. Namun nilai tersebut masih sedikit

8 lebih baik dari Thailand yang hanya memiliki kontribusi sebesar 8% dan dapat dijadikan indikator untuk perkembangan perekonomian nasional Suryani (2011). Berbagai uraian diatas merupakan hasil survei mengenai berbagai perkembangan properti komersil untuk ruang perkantoran untuk periode 2008 2012 yang dilakukan oleh Bank Indonesia, dan pandangan dari berbagai praktisi dan pakar. Namun pembahasan yang ada belumlah mencerminkan secara menyeluruh, utuh dan jelas berbagai faktor-faktor, terutama faktor makroekonomi dan mikroekonomi, yang dapat mempengaruhi perubahan yang terjadi pada tarif sewa gedung perkantoran dan harga jual untuk ruang perkantoran Di Jakarta. Selanjutnya faktor-faktor penawaran dan permintaan yang memengaruhi secara dominan terhadap tarif sewa dan harga jual juga tidaklah tergambarkan dengan baik. Disamping itu juga belum adanya kajian mengenai kemungkinan adanya hubungan timbal balik antara tarif sewa dan harga jual, antara harga jual dan pertumbuhan ekonomi, serta lainnya. Terlepas dari yang telah dipaparkan diatas, arti penting tarif sewa dan harga jual dapat dilihat dari sudut investasi. Investasi merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh investor dengan menanamkan uang dalam jumlah yang besar dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi dapat dilakukan pada berbagai instrument investasi yang tersedia, seperti saham, obligasi, reksa dana, emas, properti, deposito dan instrument lainnya yang tersedia. Investasi pada bidang real estat termasuk investasi jangka panjang apabila dibandingkan dengan jenis investasi lainnya. Investasi pada real estat dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, seperti perumahan, apartemen, ritelo, perkantoran, lahan industridan lainnya. Investasi dalam real estat dapat dilakukan kedalam bentuk yang menghasilkan pendapatan dan yang tidak menghasilkan pendapatan. Dalam investasi pada real estat yang menghasilkan pendapatan, aliran kas masuk ataupun pendapatan selama periode kepemilikan ataupun pengelolaan merupakan salah satu tujuan penting pada investasi tersebut. Hal penting dalam menentukan pendapatan ataupun nilai daripada real estat adalah dengan menentukan tarif sewa ataupun harga jual dari real estat yang bersangkutan. Penentuan aliran pendapatan yang berasal dari tarif sewa dan harga jual harus dikuasai oleh investor. Kemampuan dalam menentukan tarif sewa dan harga jual akan dapat membuat investasi pada real estat menjadi menguntungkan. Sebaliknya, kegagalan yang terjadi akan menjadikan investasi yang dilakukan berubah menjadi mimpi buruk yang akan membawa kepada kebangkrutan atau kegagalan. Mengingat demikian pentingnya penentuan tarif sewa dan harga jual, investor ataupun developer harus memiliki kemampuan dalam memahami dan menguasai faktor-faktor yang yang berpengaruh ataupun berkontribusi terhadap pembentukan tarif sewa dan harga jual. Pada dasarnya banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi tarif sewa maupun harga jual daripada suatu properti komersil. Dari segi makroekonomi misalnya, bagaimanakah hubungan antara tarif sewa dengan tingkat suku bunga? dan bagaimanakah hubungan antara harga jual dengan tingkat suku bunga? Apabila dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8, terlihat bagaimana pergerakan daripada tarif sewa dan tingkat suku bunga, dan pergerakan daripada harga jual dan suku bunga.

9 Gambar 7 Pergerakan Tarif Sewa dan Suku Bunga Gambar 8 Pergerakan Harga Jual dan Suku Bunga Pergerakan yang terjadi dari tarif sewa dan harga jual terhadap suku bunga secara umum menunjukkan pergerakan yang searah. Pergerakan yang berlawanan tampak terjadi pada tahun 2012, dimana penurunan pada suku bunga tidak diikuti oleh penurunan daripada tarif sewa dan harga jual. Keadaan tersebut tentunya dapat menjadi pertanyaan dan sekaligus juga menimbulkan tanda tanya mengenai faktor-faktor lain yang mempengaruhi tarif sewa dan harga jual. Untuk itu tentunya diperlukan studi lebih lanjut untuk menggali lebih mendalam mengenai hal tersebut. Tidak seperti halnya dalam sektor saham dan obligasi yang telah memiliki banyak sekali penelitian yang dilakukan, hanya terdapat sedikit penelitian empiris yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja dan pasar properti, Kurzrock et al. (2009). Kebanyakan penelitian yang telah dilakukan berkenaan dengan nilai atau tarif sewa dan harga jual gedung perkantoran dilakukan di Amerika Serikat dan di Eropa, kebanyakan dilakukan di Inggris, serta tidak ada hasil penelitian yang relevan ditemui untuk negara-negara Asia Tenggara Chin (2003). Jika ada hanya sedikit perhatian yang diberikan pada negara-negara di Asia Tenggara Ng dan Higgins (2006). Disamping itu, dari berbagai penelusuran yang dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tarif sewa dan harga jual ruang gedung perkantoran, sampai saat ini belum terdapat adanya penelitian seperti itu di Jakarta. Untuk menjembatani berbagai hal tersebut, maka untuk itu dianggap perlu adanya suatu penelitian yang berkenaan dengan berbagai hal tersebut, agar diperolehnya penggambaran yang lengkap mengenai berbagai faktor yang

10 berpengaruh terhadap tarif sewa dan harga jual. Dengan bertitik tolak dari berbagai hal dan permasalahan diatas, maka judul untuk penelitian pada disertasi ini adalah: FAKTOR-FAKTOR PENENTU YANG MEMPENGARUHI TARIF SEWA DAN HARGA JUAL RUANG GEDUNG PERKANTORAN DI JAKARTA Perumusan Masalah Berdasarkan berbagai uraian mengenai latar belakang tentang pasar real estat perkantoran serta berbagai hal yang mendasari perlunya diadakan penelitian seperti yang diuraikan sebelumnya diatas, maka perumusan masalah ataupun pertanyaan penelitian yang dapat di buat adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan bisnis real estat untuk ruang gedung perkantoran di Jakarta? 2. Bagamanakah pengaruh dari prilaku faktor-faktor makroekonomi terhadap tarif sewa dan harga jual untuk real estat ruang gedung perkantoran di Jakarta? 3. Bagaimanakah pengaruh dari prilaku faktor-faktor mikroekonomi terhadap tarif sewa dan harga jual untuk real estat ruang gedung perkantoran di Jakarta? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: 1. Mengetahui dan mempelajaripertumbuhan dan perkembangan real estat ruang gedung perkantoran di Jakarta. 2. Mempelajari pengaruh dari prilaku faktor-faktor makroekonomi terhadap tarif sewa dan harga jual untuk real estat ruang gedung perkantoran di Jakarta 3. Mempelajari pengaruh dari prilaku faktor-faktor mikroekonomi terhadap tarif sewa dan harga jual untuk real estat ruang gedung perkantoran di Jakarta. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang antara lain adalah: 1. Para pelaku dalam bidang real estat, diantaranya pengembang, investor dan institusi pemberi pinjaman dan lainnya. Para pelaku bidang real estat tersebut (seperti pengembang, investor dan institusi pemberi pinjaman) dapat mengetahui, memahami dan dapat mempergunakan faktor-faktor penentu yang penting yang dapat mempengaruhi harga sewa dan harga jual real estat perkantoran di Jakarta. Disamping itu juga hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai salah satu alat atau masukan dalam pengambilan keputusan pada bidang pekerjaan mereka masing-masing. 2. Akademisi

11 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang real estat mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga sewa dan harga jual real estat gedung perkantoran. Disamping itu juga hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan, referensi atau rujukan bagi yang membutuhkannya. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini berkisar pada prilaku perubahan dari faktorfaktor makroekonomi dan mikroekonomi atau permintaan dan penawaran yang memberikan pengaruh perubahan terhadap harga sewa dan harga jual real estat gedung perkantoran di Jakarta-Indonesia Kebaruan (Novelty) 1. Penelitian ini merupakan penelitian pertama kali yang memaparkan hubungan antara prilaku faktor-faktor makroekonomi dan mikroekonomi, ataupun faktor permintaan dan penawaran terhadap perubahan pada harga sewa dan harga jual gedung perkantoran. Disamping itu juga pada penelitian ini dilakukan pengujian terhadap hubungan timbal balik antar beberapa variabel. 2. Disamping itu juga diperoleh bentuk pemodelan ekonometrika untuk perubahan prilaku harga sewa dan harga jual gedung perkantoran beserta variabel-variabel yang memengaruhinya di Jakarta.