Kajian Pemilihan Model Semivariogram Terbaik Pada Data Spatial (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara Pada Lapangan Eksplorasi X)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS DATA. Data yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah data eksplorasi

Metode Ordinary Kriging Blok pada Penaksiran Ketebalan Cadangan Batubara (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara pada Lapangan Eksplorasi X)

GEOSTATISTIK MINERAL MATTER BATUBARA PADA TAMBANG AIR LAYA

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE

ORDINARY KRIGING DALAM ESTIMASI CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG

BAB III PEMBAHASAN. Metode kriging digunakan oleh G. Matheron pada tahun 1960-an, untuk

Bab III Studi Kasus III.1 Decline Rate

ANALISIS DATA GEOSTATISTIK MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING

Jurusan Ilmu Komputasi, Fakultas Informatika Universitas Telkom, Bandung

BAB 14 UJI DESKRIPTIF, VALIDITAS DAN NORMALITAS DATA

Estimasi Produksi Minyak dan Gas Bumi di Kalimantan Utara Menggunakan Metode Cokriging

PROSIDING TPT XXV PERHAPI 2016 MASALAH PENCOCOKAN MODEL VARIOGRAM PADA PENAKSIRAN KADAR MEMAKAI METODE GEOSTATISTIKA

ANALISIS SPASIAL DATA TAHANAN KONUS MENGGUNAKAN METODE ORDINARY KRIGING (OK)

PENERAPAN METODE ORDINARY KRIGING PADA PENDUGAAN KADAR NO 2 DI UDARA (Studi Kasus: Pencemaran Udara di Kota Semarang)

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

SIMULASI PENGUKURAN KETEPATAN MODEL VARIOGRAM PADA METODE ORDINARY KRIGING DENGAN TEKNIK JACKKNIFE. Oleh : DEWI SETYA KUSUMAWARDANI

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

PENERAPAN METODE ORDINARY KRIGING PADA PENDUGAAN KADAR NO 2 DI UDARA

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PRODI S1 STATISTIKA FMIPA-ITS RENCANA PEMBELAJARAN Statistika Spasial Kode/SKS: SS / (2/1/0) Dosen : Sutikno Semester : VII

Bab IV Analisis Statistik dan Distribusi Lubang Bor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Seminar Hasil Tugas Akhir (Rabu, 16 Juli 2014)

Signifikansi Kolmogorov Smirnov

(M.7) PEMETAAN ESTIMASI ANGKA PENGANGGURAN DENGAN COKRIGING (STUDI KASUS KOTA GORONTALO TAHUN 2011)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. Tabel 10 Deskripsi data keseluruhan Statistics

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 1-10 Online di:

II TINJAUAN PUSTAKA. Geostatistik adalah metode statistik yang digunakan untuk melihat hubungan

INTERPOLASI ORDINARY KRIGING DALAM ESTIMASI CURAH HUJAN DI KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. syarat, jika harga koefisien rhitung 0,300 (Riduwan, 2005:109;

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Uji Validitas I. Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a Total Reliability Statistics Cronbach's Alpha

Lampiran 1 Hasil Pengukuran Jumlah Limfosit dan Makrofag. Kelompok Jumlah limfosit

PENAKSIRAN KANDUNGAN CADANGAN BAUKSIT DI DAERAH MEMPAWAH MENGGUNAKAN ORDINARY KRIGING DENGAN SEMIVARIOGRAM ANISOTROPIK PUTU JAYA ADNYANA WIDHITA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Distribution. Contoh Kasus. Widya Rahmawati

Lampiran 1 Data Absensi dan Pengeluaran Tenaga Kerja

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

PREDIKSI POLA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE MENGGUNAKAN METODE ORDINARY BLOCK KRIGING

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebuah hubungan, misalnya ilmu alam yang berkaitan erat dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PREDIKSI POLA PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SUKOHARJO MENGGUNAKAN METODE ORDINARY BLOCK KRIGING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. perbankan terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat

METODE ROBUST KRIGING UNTUK MENGESTIMASI DATA SPASIAL BERPENCILAN (Studi Kasus: Pencemaran Udara Gas NO 2 di Kota Semarang)

Metode Point Kriging Untuk Estimasi Sumberdaya Bijih Besi (Fe) Menggunakan Data Assay (3D) Pada Daerah Tanjung Buli Kabupaten Halmahera Timur

GEOSTATISTIKA. Peranan Geostatistik dalam Kegiatan Eksplorasi Sumber Daya Alam

PEMODELAN KUALITAS AIR DI KAWASAN PEGUNUNGAN KENDENG DENGAN PENDEKATAN ORDINARY KRIGING DAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

LAMPIRAN. Case Processing Summary. Descriptives. 95% Confidence Interval for Mean. Tests of Normality. Kolmogorov-Smirnov a

PEMODELAN HARGA TANAH KOTA BATAM DENGAN MENGGUNAKAN METODE UNIVERSAL KRIGING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN DATA PENGUKURAN BMI BERDASAR TINGGI BADAN DAN BERAT BADAN PADA 30 SUBJEK PENELITIAN. NO TINGGI BADAN (cm) B. BADAN ( kg) BMI ( kg/m2)

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTED (IDW) DENGAN METODE ORDINARY KRIGING UNTUK ESTIMASI SEBARAN POLUSI UDARA DI BANDUNG

Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan sebelum perendaman

DAFTAR PUSTAKA. Brigham, Eugene F dan Joel F Houston Manajemen Keuangan. Edisi 8 Buku 1. Jakarta. Erlangga

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (1), Januari 2015, pp ISSN:

METODE ORDINARY KRIGING DENGAN SEMIVARIOGRAM LINIER PADA DUA LOKASI TERSAMPEL (Studi Kasus: Prediksi Data Inflasi Pada Lokasi Tak Tersampel)

BAB 4 HASIL PENELITIAN. menyebarkan kuesioner kepada mahasiswa jurusan marketing communication peminatan

TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode analisis data yang menggambarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMABAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 2. Rekap Nilai Uji Sensori Flavored Edible Film Atribut Rasa. Tests of Normality

!"#$%#& Interval Kelas =!"#$"%#$"!"#$%&'(

Perbedaan Peningkatan Kemampuan Vertical Jump Setelah Pemberian Latihan Plyometric Jump To Box Dibanding Dengan Penambahan Passive Stretching

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

LAMPIRAN 1. ONE WAY ANOVA

LAMPIRAN. Cases. VolumeUdem KontrolNegatif % 0.0% % VolumeUdem KontrolNegatif Mean % Confidence Interval for Mean

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

PERBANDINGAN METODE INVERSE DISTANCE WEIGHTED (IDW) DENGAN METODE ORDINARY KRIGING UNTUK ESTIMASI SEBARAN POLUSI UDARA DI BANDUNG

Case Processing Summary

FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Model-model Variogram

METODE ROBUST KRIGING UNTUK MENGESTIMASI DATA SPASIAL BERPENCILAN

PENGGUNAAN ALGORITMA BOOTSTRAP UNTUK PENENTU SELANG KADAR EMAS DAN PERAK PADA LOKASI PENGGALIAN DENGAN METODE SIMPLE KRIGING

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Dimasukkan ke dalam ultrasonic bath selama ± 1 jam

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

S - 4 IDENTIFIKASI DATA RATA-RATA CURAH HUJAN PER-JAM DI BEBERAPA LOKASI


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN ALGORITMA BOOTSTRAP UNTUK PENENTU SELANG KADAR EMAS DAN PERAK PADA LOKASI PENGGALIAN DENGAN METODE SIMPLE KRIGING

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Statistics. nilai forward. motion fukuda. steping test. selisih perlakuan. N Valid Missing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Dari sejumlah kuesioner yang telah disebarkan sebanyak 63, diambil dan diolah,

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Pengaruh Pelarut DMSO terhadap Kontraksi Otot Polos Ileum

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Eksplorasi PGA adalah langkah pertama dalam menghitung kriging. PGA

PENERAPAN REGRESI LINIER MULTIVARIAT PADA DISTRIBUSI UJIAN NASIONAL 2014 (Pada Studi Kasus Nilai Ujian Nasional 2014 SMP Negeri 1 Sayung)

LAMPIRAN. Pengukuran Tekanan Darah Lansia Pada Pelatihan Senam Lansia Menurunkan Tekanan Darah Lansia Di Banjar Tuka Dalung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Jurnal Gradien Vol 8 No Januari 0: 756-76 Kajian Pemilihan Semivariogram Terbaik Pada Data Spatial (Studi Kasus : Data Ketebalan Batubara Pada Lapangan Eksplorasi X) Fachri Faisal dan Jose Rizal Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu, Indonesia Diterima 05 Oktober 0; Disetujui 5 Desember 0 Abstrak - Semivariogram merupakan alat statistik untuk menggambarkan, memodelkan, dan menjelaskan korelasi spasial antar observasi. Penelitian ini bertujuan memilih model semivariogram terbaik dari model semivariogram teoritis Spherical, Exponential dan Gaussian berdasarkan uji kenormalan dari residu terbakukan, uji Q dan uji Q. Sebagai penerapan kasus, pada penelitian ini data yang digunakan adalah data ketebalan cadangan batubara dari 4 titik sampel yang diperoleh dari skripsi Heryanti (007). Dari hasil dan pembahasan diperoleh model semivariogram teoritis Gaussian yang terbaik karena untuk uji kenormalan menggunakan SPSS diperoleh nilai dianggap residual terbakukannya berdistribusi normal. Berdasarkan uji Q dan uji Q dapat ditarik kesimpulan model Gaussian tersebut cocok atau valid digunakan untuk melakukan pengestimasian pada lokasi yang belum diketahui nilainya. Kata kunci : semivariogram, spherical, exponential, gaussian.. Pendahuluan Semivariogram merupakan alat statistik untuk menggambarkan, memodelkan, dan menjelaskan korelasi spasial antar observasi. Semivariogram didefinisikan sebagai berikut [0] : [ ] [ ] () dengan γ(h) adalah semivariogram. Semivariogram di atas disebut juga semivariogram teoritik. Ada dua jenis semivariogram yaitu: Semivariogram isotropik (γ(h) hanya bergantung pada jarak h), Semivariogram anisotropik (γ(h) tergantung pada jarak h dan arah). Menurut [], semivariogram teoritis memenuhi sifat-sifat berikut : a. Semivariogram non negatif γ (h) 0. b. Semivariogram pada lag jarak h = 0 bernilai 0, ditulis γ (0) = 0. c. Merupakan fungsi simetri atau. d. Merupakan fungsi genap atau γ(h) = γ ( h). Jika terdapat data observasi lapangan maka semivariogram pada persamaan () dapat diestimasi oleh semivariogram eksperimental yang dirumuskan sebagai berikut: N ( h) * h () N z( si h) z( s i ) h i Keterangan Si : lokasi-lokasi sampel z(si) : nilai observasi pada lokasi si γ * (h) : semivariogram eksperimental pada jarak h N(h) : banyaknya pasangan data (si, si + h) yang berjarak h Persamaan () dapat diterapkan jika sampel terletak pada posisi yang berjarak tetap dalam satu dimensi. Sebaliknya jika tidak, maka semivariogram dihitung untuk kelas-kelas jarak dengan toleransi tertentu. Jika data berada pada ruang dua dimensi, maka semivariogram eksperimental dihitung paling sedikit untuk empat arah yaitu: Barat Timur (B T), Utara Selatan (U S), Barat Laut Tenggara (BL TG), dan

Fachri F dan Jose R / Jurnal Gradien Vol.8 No. Januari 0 : 756-76 Timur Laut Barat Daya (TL BD). Semivariogram eksperimental disebut juga semivariogram empirik. Dalam setiap model semivariogran, terdapat tiga parameter semivariogram yang perlu dilakukan estimasi yaitu: a. Efek acak (nugget effect, C 0 ) merupakan kesalahan pengukuran dimana semivariogram yang diukur pada lag jarak nol (pada lokasi itu sendiri), nilainya tidak nol. b. Jarak kritis (range, a) adalah jarak lag hingga nilai semivariogram konstan atau jarak maksimum antara titik-titik yang masih memiliki korelasi spasial. Jarak kritis ini menunjukkan zona pengaruh antar titik-titik observasi. c. Nilai batas (sill, C 0 +C) adalah nilai semivariogram yang tidak berubah (konstan) untuk h yang tidak terbatas. Hal ini menunjukkan bahwa sill adalah nilai batas dimana tidak ada lagi korelasi antar sampel dan umumnya nilai sill mendekati variansi data [7]. Beberapa model semivariogram teoritis yang sering digunakan (Armstrong, 998): Spherical : 3 3h h C 0 C,0 h a ( h) (3) a a C0 C, h a Exponential : ( 4) Gaussian : ( 5) Linear : ( h) h, = kemiringan garis. (6) Hubungan antara semivariogram dan kovariansi spatial dinyatakan dalam : Dari kovariansi spatial C(h) dapat dibentuk struktur korelasi spatial ( h) dengan perumusan, Ch () () h (8) C(0) Sebelumya telah dilakukan penelitian oleh [] yang mengunakan model semivariogram isotropik untuk Data Ketebalan Batubara lapangan X. Dalam penelitian tersebut diperoleh model semivariogram Gaussian yang akan digunakan dalam metode kriging untuk menginterpolasi lokasi yang belum terobservasi. Berdasarkan hal di atas peneliti tertarik melakukan penelitian lanjutan dengan menambahkan 30 data baru dan jenis semivariogram yang akan digunakan adalah model semivariogram experimental anisotropik. semivariogram teoritis yang digunakan pada peneltian ini adalah model Spherical, Exponential dan Gaussian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memilih model semivariogram terbaik dari ketiga model tersebut berdasarkan uji kenormalan dari residu terbakukan, uji Q dan uji Q. Pada geostatistika, terdapat suatu perangkat dasar untuk menggambarkan, memodelkan, dan menjelaskan korelasi spasial antar observasi dari variabel teregionalisasi yang biasa dikenal sebagai semivariogram. Sedangkan semivariogram adalah setengah dari variogram, dengan simbol. Sesuai dengan namanya, Variogram adalah ukuran dari variansi. Variogram digunakan untuk menentukan jarak dimana nilai-nilai data pengamatan menjadi tidak saling tergantung atau tidak ada korelasinya. Simbol dari variogram adalah. Semivariogram ini digunakan untuk mengukur korelasi spasial berupa variansi eror pada lokasi s dan lokasi Berikut ini, dapat dilihat pada Gambar beberapa model semivariogram teoritis yang sering digunakan: ( h) C(0) C( h) (7)

Fachri F dan Jose R / Jurnal Gradien Vol.8 No. Januari 0 : 756-76 (ABC) Gambar. Variogram yang umum digunakan: (A Spherical), (B) Exponential, (C) Gaussian [8] Diagram Mawar Diagram mawar memiliki dua sumbu utama yaitu sumbu mayor dan sumbu minor. Berikut ini(gambar ) merupakan visualisasi dari contoh diagram mawar dengan pemilihan arah,,, dan dimana garis berwarna hijau menunjukkan sumbu mayor dan garis warna orange menunjukkan sumbu minor. Penentuan sumbu mayor dan minor didapat dapat dari perbedaan range yaitu dan. Sumbu mayor memiliki range terpanjang sebaliknya sumbu minor memiliki range terpendek. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Diagram Mawar sebagai berikut [9] : Gambar. Diagram Mawar Menurut Waller dan Gotway [6] metode ordinary kriging merupakan metode estimasi suatu peubah acak pada suatu titik (lokasi) tertentu dengan mengamati data yang sejenis dilokasi lain dengan mean data diasumsikan konstan tetapi tidak diketahui nilainya. Pada metode ordinary kriging, nilai-nilai sampel yang diketahui dijadikan kombinasi linier untuk mengestimasi titik-titik disekitar daerah (lokasi) sampel. Dengan kata lain, untuk mengestimasi sembarang titik yang tidak tersampel dapat menggunakan kombinasi linier dari peubah acak dan nilai bobot kriging masingmasing, secara matematis dapat ditulis dengan : (9) Keterangan : nilai dugaan perubah acak pada titik : nilai peubah acak pada titik : bobot kriging pada titik. Validasi model Tujuan dilakukan cross validasi adalah untuk memperkirakan atau memprediksi seberapa kuat sebuah model prediktif akan berpengaruh terhadap penelitian. Pada implementasian terhadap model semivariogram, cross validasi bertujuan untuk memeriksa model semivariogram berlaku intrinsik dan memastikan kecocokan model semivariogram terhadap data sampel dari penelitian. Pada proses cross validasi, model-model semivariogram diuji dengan statistik dan statistik. Selain itu, selisih dari nilai nilai yang diketahui pada suatu titik dengan nilai estimasinya atau lazim disebut residual (sampling error) yang akan digunakan untuk memeriksa valid tidaknya model semivariogram yang nantinya berguna pada saat mengestimasi nilai pada titik-titik yang tidak tersampel. Adapun prosedur pengujian hipotesis dari uji statistik ini adalah:. Prosedur Pengujian H 0 : H : Q ( teoritis cocok) n Q ( teoritis tidak cocok) n

Fachri F dan Jose R / Jurnal Gradien Vol.8 No. Januari 0 : 756-76. Besaran yang diperlukan n,, U (nilai batas atas untuk statistik uji Q ), L (nilai batas bawah untuk statistik uji Q ), 3. Statistik Uji Statistik uji untuk Q n n k ~ k adalah N0, n Statistik uji untuk Q Q n 4. Kriteria Pengujian n n Q ~ k, k Semivariogram Q n semivariogram dan Q L [4]. h n adalah h jika jika Q U. Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian berasal dari data skunder yang terdiri dari 4 data titik eksplorasi batubara yang merupakan data ketebalan cadangan batubara []. Adapun tahap-tahap analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Membuat statistik deskriptif data. b. Menentukan semivariogram eksperimental untuk 4 arah (anisotropik geometri) dengan Surfer 9 c. Fitting semivariogram eksperimental (poin b) dengan salah satu model semivariogram teoritis untuk menentukan nilai parameterparameternya (C = Sill dan a = range). d. Menentukan model semivariogram teoritis Spherical, Exponsial dan Gaussian (poin c) untuk dua arah yang berdasarkan sumbu terpendek (minor) dan terpanjang (mayor). e. Menentukan model semivariogram teoritis Spherical, Exponsial dan Gaussian (poin d) yang distandarisasi dengan merotasi koordinat data dan dibagi dengan sumbu terpendek dan terpanjang (a = range). f. Menentukan model semivariogram yang terbaik dengan mengikuti tahapan cross validasi, yaitu dengan menghitung residu terbakukan dan menguji asumsi kenormalan dan menguji model semivariogram yang digunakan dengan statistik statistik uji dan. 3. Hasil Dan Pembahasan Z yang menyatakan ketebalan cadangan batubara dinyatakan dalam satuan meter. Berikut ini data lokasi 4 titik sampel. Adapun plot lokasi 4 titik sampel ketebalan cadangan batubara tersebut sebagai berikut: -600-500 -400-300 -00-00 Gambar 3. Lokasi 4 titik sampel data ketebalan batubara -00 0-00 -300-400 -500-600 -700-800 -900-000 -00-00 -300-400 -500-600 -700-800 -900-000 -00-000-900-800-700-600-500-400-300-00-00 0 Data Ketebalan Batubara Penghitungan Statistika Deskriptif Setelah dilakukan penghitungan statistika deskriptif untuk data ketebalan batubara (Z), diperoleh suatu kesimpulan bahwa data yang tersebut mendekati distribusi normal. Perhitungan statistika deskriptifnya dapat dilihat pada Tabel dan histogram dengan kurva normalnya pada Gambar.

Fachri F dan Jose R / Jurnal Gradien Vol.8 No. Januari 0 : 756-76 Tabel. Statistika deskriptif data ketebalan batubara Descriptive Statistics (Z) N Valid 4 Mean 695.95 Median 7070.00 Mode 4650 Std. Deviation 9 Skewness -.09 Std. Error of Skewness.369 Kurtosis -.36 Gambar 5. Semivariogram Experimental Batubara untuk 4 arah Std. Error of Kurtosis.74 Range 6850 Minimum 3600 Maximum 0450 Gambar 6. Diagram Mawar Semivariogram Anisotropik Gambar. Histogram Berikut ini merupakan fitting semivariogram eksperimental dengan salah satu model semivariogram teoritis untuk menentukan nilai parameter-parameternya (C = Sill dan a = range). Oleh karena digunakan semivariogram anisotropik maka nilai Sill setiap arah sama sedangkan nilai rangenya berbeda (Gambar 3). Oleh karena sudut yang terbentuk 90 0 antara arah Utara ( 0 0 ) yang mempunyai range a= 70 dengan arah Timur (90 0 ) yang merupakan sumbu terpanjang (range a= 756). Maka besarnya sudut yang digunakan untuk menentukan model semivariogram teoritis Spherical, Exponential dan Gaussian yang distandarisasi dengan merotasi koordinat data dan dibagi dengan sumbu terpendek dan terpanjang (a = range) adalah 90 0. Kemudian untuk masing-masing model, dilanjutkan dengan menguji model semivariogram yang digunakan dengan statistik statistik uji, menggunakan excel dan pengujian kenormalan menggunakan bahasa pemograman SPSS. Sehingga diperoleh model semivariogram yang terbaik dengan mengikuti tahapan cross validasi.

Fachri F dan Jose R / Jurnal Gradien Vol.8 No. Januari 0 : 756-76 Pengujian dan b. Exponential Dengan menggunakan persamaan (), (3), (4), (5), (9), (0), (), () dan bantuan Microsoft Excel diperoleh nilai-nilai uji Q dan uji Q seperti tertera pada Tabel. Tabel. Uji Validasi ( ) ( ) Adapun model semivariogram Exponential yang distandarisasinya sebagai berikut: ( ( ( ) )) { c. Gaussian ( ) ( ) Adapun model semivariogram Gaussian yang distandarisasinya sebagai berikut: -model Semivariogram (sumbu mayor dan minor) serta model semivariogram distandarisasi yang digunakan untuk uji Q dan uji Q : { ( ( ( ( ) ) ) ) a. Spherical ( ( ) ) Adapun model semivariogram Spherical yang distandarisasinya sebagai berikut: Tabel 3. Rangkuman Uji Kenormalan, Uji Q dan Uji Q Spherikal Eksponen sial Gaussian Uji Kenorma lan 0.399 > 0.05 0.353 > 0.05 0.340 > 0.05 Kesim pulan Norma l Norma l Norma l Uji Q Kesimpulan Uji Q tidak Kesim pulan tidak { ( ( ( ( ) ) ) ) Dari uji Kenormalan residual terbakukan menggunakan SPSS diperoleh nilai Sig. > 0.05 untuk ketiga model tersebut, jadi dapat disimpulkan residual terbakukan dari ketiga model tersebut

Fachri F dan Jose R / Jurnal Gradien Vol.8 No. Januari 0 : 756-76 dianggap berdistribusi normal (Tabel 3 & Tabel 4.). Sedangkan untuk Uji Q dan Q dapat dilihat pada Tabel 3 di atas, yaitu hanya model Semivariogram Gaussian yang layak digunakan dalam metode kriging untuk menginterpolasi lokasi yang belum terobservasi atau layak digunakan untuk melakukan pengestimasian pada lokasi yang belum diketahui nilainya. Uji Kenormalan Pengujian kenormalan data menggunakan SPSS, diperoleh : Spherical Exponential Gaussian Tabel 4. Uji Kenormalan Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Residu.3 40.00 *.97 40.399 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Residu.083 40.00 *.970 40.353 Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Residu.087 40.00 *.969 40.340 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Dari hasil uji kenormalan (Tabel 4) dengan SPSS diperoleh ke-3 residu terbakukan model semivariogram tersebut memiliki nilai baik dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov mupun uji Shapiro-Wilk. Jadi dapat disimpulkan residu terbakukan model semivariogram tersebut berdistribusi normal. 4. Kesimpulan Dari ketiga model yang digunakan, yaitu model spherical, eksponensial dan Gaussian yang diaplikasikan pada data ketebalan cadangan batubara diperoleh model semivariogram terbaik adalah model Gaussian. Hal ini dapat dilihat dari residual terbakukannya Karena pada uji, nilai dari yaitu maka Gaussian tidak. Pada uji, diperoleh nilai Q hitung ( ) yang terletak antara batas bawah dan atas (tabel Q ) yaitu: maka model Gaussian Gaussian tidak, sehingga model semivariogram yang terbaik adalah model Gaussian. Daftar Pustaka [] Cressie, N. A. C., 993, Statistics for Spatial Data, Resived Edition, John Wiley & Sons, New York. [] Heryanti, D., 007,. Analisis Kriging Penaksiran Cadangan Batubara di Provinsi Bengkulu (Studi Kasus Pertambangan Batubara Kabupaten Seluma Kecamatan Seluma), Skripsi. Universitas Bengkulu. [3] Isaaks, E.H. and R.M. Srivastava, 989, Applied Geostatistics. Oxford University Press: New York. [4] Kitanidis, P.K., 999, Introduction To Geostatistics: Applications to Hydrogeology, Cambridge University Press, New York. [5] Oliver, M.A. 00, Geostatistical Applications for Precision Agriculture. United Kingdom [6] Pfeiffer, D.U dan T. P. Robinson, 008, Spatial Analysis in Epidemiology. Oxford University. [7] Sari, K.N., 009,. Semivariogram dan Estimasi Ordinary Kriging untuk Nilai Ujian Nasional SMP di Kota Bandung dan Cimahi, Tesis. Institut Teknologi Bandung. [8] Sarma, D.O. 00, Geostatistics with Applications In Earth Sciences. Formerly at National Geophysical Research Institute (Council of Scientific and Industrial Research) Hyderabad, India. [9] Webster, R and M.A.Oliver, 007, Geostatistics for Environmental Scientists, Second Edition. University of Reading, UK. [0] Wackernagel, H., 003, Multivariate Geostatistics, 3rd ed,springer, Berlin, Heidelberg.