Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

Buletin Analisis Hujan Bulan Februari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan April, Mei dan Juni 2013 KATA PENGANTAR

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

Buletin Analisis Hujan Bulan Januari 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Maret, April dan Mei 2013 KATA PENGANTAR

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Desember 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Februari, Maret dan April 2013 KATA PENGANTAR

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

KONDISI W I L A Y A H

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan April 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2012 KATA PENGANTAR

Bab 3. Deskripsi Daerah Penelitian

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bulan Basah (BB) : Bulan dengan curah hujan lebih dari 100 mm (jumlah curah hujan bulanan melebihi angka evaporasi).

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

KATA PENGANTAR. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna peningkatan kualitas publikasi ini. Semoga bermanfaat.

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

Analisis Hujan Bulan Juni 2012 Iklim Mikro Bulan Juni 2012 Prakiraan Hujan Bulan Agustus, September dan Oktober 2012

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

Buletin Analisis Hujan dan Indeks Kekeringan Bulan Juli 2012 dan Prakiraan Hujan Bulan September, Oktober dan November 2012 KATA PENGANTAR

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN FEBRUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI MALIKUSSALEH-ACEH UTARA. Oleh Febryanto Simanjuntak S.Tr

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

persamaan regresi. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan curah hujan kritis adalah sebagai berikut: CH kritis = ( 0.

KAJIAN UMUM WILAYAH Wilayah Administrasi, Letak Geografis dan Aksesbilitas

I. INFORMASI METEOROLOGI

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Analisis Hujan Bulan Oktober 2012 Iklim Mikro Bulan Oktober 2012

ANALISIS KAJIAN METEOROLOGIS KETERSEDIAAN DAN TINGKAT KEKRITISAN AIR DOMESTIK DESA GIRIMOYO, KECAMATAN KARANGPLOSO, KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

I. INFORMASI METEOROLOGI

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

MINI RISERT METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI MENGHITUNG CURAH HUJAN

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

KONDISI UMUM BANJARMASIN

I. INFORMASI METEOROLOGI

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

Hidrometeorologi. Pertemuan ke I

Analisis Hujan Bulan Mei 2013 Iklim Mikro Bulan Mei 2013 Prakiraan Hujan Bulan Juli, Agustus dan September 2013

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Pulau Untung Jawa berada pada posisi ,21 Lintang Selatan dan

Fenomena El Nino dan Perlindungan Terhadap Petani

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat Tia Nuraya a, Andi Ihwan a*,apriansyah b

Gambar 2 Sebaran Sawah Irigasi dan Tadah Hujan Jawa dan Bali

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

Stasiun Klimatologi Pondok Betung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

Transkripsi:

MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 9-17 Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah Sari Marlina Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya email: sarimarlina9898@gmail.com ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tipe iklim baru pada beberapa wilayah di Kalimantan Tengah berdasarkan analisis menurut metode Schmidt Ferguson serta menurut metode Oldeman. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2009 sampai bulan Agustus 2009.Penelitian ini menggunakan data time series unsur iklim Curah Hujan selama 20 tahun mulai periode tahun 1988 sampai 2007 meliputi wilayah Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Palangka Raya, Kapuas, Barito Selatan, Barito Utara dan Kabupaten Murung Raya di Provinsi Kalimantan Tengah.Hasil penelitian memberi informasi tipe iklim pada beberapa wilayah di Kalimantan Tengah berdasarkan metode Schmidt Ferguson serta metode Oldeman. Dan dari ketujuh lokasi penelitian di wilayah Kalimantan Tengah diperoleh bahwa Kotamadya Palangka Raya dan Kapuas mengalami pergeseran dari tipe A menjadi tipe B Kata Kunci : Curah Hujan, dan Tipe Iklim PENDAHULUAN Kehidupan masyarakat Kalimantan Tengah dipengaruhi oleh kondisi dan sumber daya alam yang ada. Selain itu, didukung juga oleh letak geografisnya yang berada diantara tiga provinsi lain, yaitu sebelah utara berbatasan dengan provinsi Kalimantan Timur dan provinsi Kalimantan Barat, di sebelah timur berbatasan dengan provinsi Kalimantan Timur dan provinsi Kalimantan Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah barat berbatasan dengan provinsi Kalimantan Barat dan terletak memanjang dari 0 o 45 Lintang Utara sampai 3 o 30 Lintang Selatan dan 111 o Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah adalah 153.564 km 2, dan sebagai akibat pemekaran wilayah yang dahulu hanya 6 kabupaten/kota sekarang telah menjadi 14 kabupaten / kota, dengan segala kepentingan wilayahnya masing-masing termasuk di dalamnya serangkaian pembangunan hampir di semua sektor pembangunan terutama dalam pembukaan hutan dan lahan untuk kebutuhan masyarakat dan pembangunan yang semakin meningkat dan sudah dirasakan pula sekarang ini makin cepat berkurangnya potensi sumberdaya alam baik itu kuantitas maupun kualitasnya. Segala dampak yang terjadi semuanya berkaitan dengan unsur-unsur iklim sebagai berikut : 1. Penyinaran Matahari / Radiasi Matahari 2. Suhu udara 3. Angin (Arah & Kecepatan) 4. Kelembaban udara 5. Awan (Jenis Awan) 6. Penguapan 7. Tekanan udara 8. Curah Hujan (Presipitasi).

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran... 10 METODE PENELITIAN Bagan Alur Penelitian Gambar 1. Bagan Alur Penelitian Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Definisi Operasional 1. Kajian adalah mempelajari, mengamati serta menganalisa sesuatu untuk tujuan tertentu. 2. Curah Hujanmerupakan bentuk air cair atau padat (es) yang jatuh ke permukaan bumi dan dihitung dalam milimeter (mm). 3. Curah Hujan 1 (satu ) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh (tertampung) pada tempat yang datar seluas 1 m2 atau luasan 1 m2 tertampung air sebanyak satu liter. 4. Curah Hujankumulatif 1 (satu ) bulan adalah jumlah curah hujan yang terkumpul selama 30 atau 31 hari dan 28 atau 29 hari (Februari ) 5. Pemutahiran adalah membuat/menjadikan baru kembali, sebagai landasan/patokan yang mendasar untuk tujuan akan dating. 6. Tipe adalah kriteria/aturan yang dibakukan oleh seseorang dan diakui orang banyak / lembaga akan kebenarannya. 7. Iklim adalah kondisi rata-rata suhu udara, curah hujan, kelembaban udara, tekanan udara, penguapan dan angin dalam jangka waktu yang panjang, antara 30-100 tahun. 8. Cuaca adalah kondisi atmosfer yang terjadi pada saat tertentu dari suatu tempat, meliputi dari keadaan angin, penglihatan mendatar maupun vertikal, awan, suhu, tekanan, kelembaban dan hujan pada saat itu. 9. Pola Curah Hujan adalah patokan yang dijadikan dasar ukuran untuk menentukan batasan banyaknya curah hujan. 10. Zona adalah menyatakan area atau wilayah yang ditentukan sebagai lokasi penelitian. 11. Klasifikasi adalah penggolongan obyek yang tidak terhingga banyaknya kedalam suatu batasan nilai/nama/obyek berdasarkan persamaan sifat-sifat tertentu atau terdapat kaitan antara obyek tersebut. 12. Hujan Diatas Normal adalah bilai yang diberikan untuk menyatakan nilai curah hujan lebih dari 115 % terhadap rataratanya setiap bulan menurut penghitung BMKG. 13. Normal Curah hujan adalah menyatakan nilai curah hujan antara 85 % - 115 % terhadap nilai rata-ratanya setiap bulannya. 14. Hujan Dibawah Normal adalah menyatakan nilai curah hujan kurang dari 85 % terhadap rata-ratanya setiap bulannya.

Curah Hujan Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran... 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Daerah Penelitian Kotawaringin Barat Data rata-rata Curah Hujan Pangkalan Bun Kotawaringin Barat Tahun 1988-2007 Bulan Gambar 3. Data Curah Hujan Pangkalan Bun Kotawaringin Barat Tahun 1988-2007 Secara umum dapat terlihat dari histogram rata-rata curah hujan selama periode 1988 2007 ( 20 tahun ) bahwa hampir setiap tahun daerah Kotawaringin Barat mulai bulan Juni Juli memasuki musim kemarau yang lamanya berkisar antara 2 3 bulan, dan berakhir sekitar bulan September atau Oktober. Gambar 5. Peta Iklim Kotawaringin Barat atas terlihat daerah D1 merupakan lokasi penelitian yaitu Pangkalan Bun memiliki Zona Iklim 3-4 bulan-bulan basah dan 2 bulan kering. Daerah Penelitian Kotawaringin Timur Gambar 6. Data rata-rata curah Hujan Sampit Kotawaringin Timur Tahun 1988-2007 Gambar 4. Peta Iklim Kotawaringin Barat Menurut SCHMIDT- FERGUSON tahun 1988-2007 yaitu Pangkalan Bun berkriteria Iklim Tipe A sangat basah. Sama halnya dengan daerah Kotawaringin Barat, daerah Kotawaringin Timur juga setiap tahun mengalami musim kemarau antara bulan Juli dan puncaknya berada pada bulan Agustus yang berkisar selama antara 2-3 bulan namun kondisi demikian akan kembali normal kembali setelah akhir September dan Oktober. Didaerah ini terjadi dua kali puncak hujan yaitu pada bulan April dan Nopember atau Desember.

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran... 12 Gambar 7. Peta Iklim Kotawaringin Timur Menurut SCHMIDT- FERGUSON tahun 1988-2007 FERGUSON di atas, daerah berwarna hijau merupakan lokasi penelitian yaitu SMPK Sampit berkriteria Iklim Tipe A sangat basah. Berdasarkan histogram rata-rata dari curah selama periode tahun 1988 2007 selama 20 tahun yang berselang antara 2 3 bulan kedepan dan biasanya puncak kemarau akan terlihat pada menjelang bulan Agustus, serta wilayah ini juga memiliki dua kali puncak hujan pada musim hujan yaitu pada bulan Januari atau April serta bulan Nopember atau Desember dalam setahun. Gambar 10. Peta Iklim Kota Palangka Raya Menurut SCHMIDT- FERGUSON tahun 1988-2007 Gambar 8. Peta Iklim Kotawaringin Timur yaitu Palangka Raya berkriteria Iklim Tipe B basah. atas terlihat daerah D2 merupakan lokasi penelitian yaitu SMPK Sampit memiliki Zona Iklim 3-4 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Daerah Penelitian Kotamadya Palangka Raya Gambar 11. Peta Iklim Kota Palangka Raya Gambar 9. Data rata-rata curah Hujan Palangka Raya Tahun 1988-2007 atas terlihat daerah D2 merupakan lokasi penelitian yaitu Palangka Raya memiliki Zona Iklim 3-4 bulan basah dan 2-4 bulan kering.

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran... 13 Daerah Penelitian Kuala Kapuas penelitian yaitu Kapuas memiliki Zona Iklim 3-4 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Daerah Penelitian Kabupaten Barito Selatan Gambar 10. Data Curah Hujan Kuala Kapuas Tahun 1988-2007 Histogram ini menggambarkan Kabupaten Kapuas setiap tahunnya mempunyai puncak musim hujan pada bulan Januari atau Desember dan musim kemarau pada bulan Agustus dan September. Gambar 13. Data Curah Hujan Buntok Barito Selatan Tahun 1988-2007 Puncak hujan pada waktu musin hujan adalah pada bulan Nopember sampai dengan Januari, sedangkan musim kemarau pada bulan Juni sampai dengan September, dan mengalami puncak kemarau pada bulan Agustus setiap tahunnya. Gambar 11. Peta Iklim Kabupaten Kapuas Menurut SCHMIDT- FERGUSON 1988-2007 berwarna hijau muda merupakan lokasi penelitian yaitu Kapuas berkriteria Iklim Tipe B basah. Gambar 14. Peta Iklim Kabupaten Barito Selatan Menurut SCHMIDT- FERGUSON 1988-2007 yaitu Diperta Buntok berkriteria Iklim Tipe A sangat basah. Gambar 12. Peta Iklim Kabupaten Kapuas atas terlihat daerah D2 merupakan lokasi Gambar 15. Peta Iklim Kabupaten Barito Selatan Menurut OLDEMAN 1988-2007

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran... 14 Pada Peta Iklim di atas terlihat daerah D2 merupakan lokasi penelitian yaitu Diperta Buntok memiliki Zona Iklim 3-4 bulan basah dan 2-4 bulan kering. Daerah Penelitian Kabupaten Barito Utara Gambar 18. Peta Iklim Muara Teweh Gambar 16. Data Curah Hujan Muara Teweh Barito Utara Tahun 1988-2007 Daerah Barito Utara memiliki dua kali puncak curah hujan yaitu pada bulan Nopember dan Maret setiap tahunnya, sedangkan musim kemaraunya jatuh pada bulan Juni hingga September yang terjadi puncak kemarau sekitar bulan Agustus untuk setiap tahun. Daerah ini memiliki curah hujan yang cukup sepanjang tahun untuk kebutuhan tanaman padi dan palawija. atas terlihat daerah D1 merupakan lokasi penelitian yaitu Muara Teweh memiliki Zona Iklim 3-4 bulan basah dan 2 bulan kering. Daerah Penelitian Kabupaten Murung Raya Gambar 19. Data Curah Hujan Puruk Cahu Murung Raya Tahun 1988-2007 Gambar 17. Peta Iklim Kabupaten Barito Utara Menurut SCHMIDT- FERGUSON tahun 1988-2007 yaitu Muara Teweh berkriteria Iklim Tipe A sangat basah. Wilayah Murung Raya ini memiliki curah hujan yang cukup sepanjang tahun dan hal demikian terlihat dengan jelas pada histogram selama periode tahun 1988 2007 (20 tahun), serta memiliki puncak hujan pada waktu musim hujan bulan Desember. Karena daerah ini memiliki curah hujan yang cukup banyak sepanjang tahun maka dapat diandalkan kebutuhan air untuk tanaman padi dan palawija.

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran... 15 Gambar 20. Peta Iklim Kabupaten Murung Raya Menurut SCHMIDT- FERGUSON tahun 1988-2007 yaitu Puruk Cahu berkriteria Iklim Tipe A sangat basah. Gambar 21. Peta Iklim Kabupaten Murung Raya Dari Tabel Analisa Tipe Iklim sebelum Penelitian menunjukan bahwa di 7 (tujuh) lokasi penelitian seluruhnya menurut Schmidt Ferguson memiliki tipe iklim A sangat basah dan tidak memiliki kriteria tipe zona iklim sedangkan dari Tabel Analisa Tipe Iklim untuk tahun 1988 2007setelah dilakukannya Penelitian menunjukan bahwa di 7 (tujuh) lokasi penelitian dalam periode 20 (dua puluh) tahun menurut Schmidt Ferguson 5 (lima) lokasi penelitian memiliki tipe iklim A sangat basah dan menurut Oldeman memiliki kriteria tipe zona iklim D1 yaitu 3 4 bulan bulan basah dan 2 bulan kering sedangkan menurut Schmidt Ferguson 2 (dua) lokasi penelitian memiliki tipe iklim B basah dan menurut Oldeman memiliki kriteria tipe zona iklim D2 yaitu 3 4 bulan bulan basah dan 2-4 bulan kering atas terlihat daerah D1 merupakan lokasi penelitian yaitu Kabupaten Murung Raya memiliki Zona Iklim 3-4 bulan basah dan 2 bulan kering. Gambar 22. Peta Tipe Iklim Kalimantan Tengah Menurut SCHMIDT- FERGUSON tahun 1988-2007

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran... 16 Dari Peta di atas menunjukan dari 7 (tujuh) lokasi penelitian di antaranya 5 (lima) lokasi penelitian yaitu Pangkalan Bun, Sampit, Buntok, Muara teweh dan Puruk Cahu memiliki kriteria Tipe Iklim A sangat basah sedangkan 2 (dua) lokasi penelitian yaitu Palangka Raya dan Kapuas Memiliki kriteria Tipe Iklim B basah Gambar 23. Peta Iklim Kalimantan Tengah Dari Peta di atas menunjukan dari 7 (tujuh) lokasi penelitian di antaranya 3 (tiga) lokasi penelitian yaitu Pangkalan Bun, Muara teweh dan Puruk Cahu memiliki kriteria Tipe Zona Iklim D1 yaitu 3 4 bulan-bulan basah dan 2 bulan kering sedangkan 4 (empat) lokasi penelitian yaitu Sampit, Buntok, Palangka Raya dan Kapuas Memiliki kriteria Tipe Zona Iklim D2 yaitu 3 4 bulan-bulan basah dan 2-4 bulan kering basah KESIMPULAN 1. Tidak semua wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah memiliki tipe iklim A (sangat basah) seperti anggapan peneliti terdahulu (Schmidt Ferguson, 1951), karena berdasarkan pada analisa penelitian ini bahwa ada beberapa daerah yang menjadi tipe B meliputi daerah Kotamadya Palangka Raya, yang semula tipe A pada pengamatan periode 1978 1987 sekarang menjadi tipe B pada penelitian periode 1988 2007. Hal ini diduga sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang pesat serta rendahnya kesadaran penerapan pembangunan yang berwawasan lingkungan, sehingga terjadi perubahan iklim yang dipandang secara global. 2. Hasil analisa data curah hujan menurut metode Oldeman selama 20 tahun (1988-2007) terdapat dua Zona iklim Provinsi Kalimantan Tengah pada 7 lokasi penelitian, meliputi daerah Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat, Muara Teweh Kabupaten Barito Utara dan Puruk Cahu Kabupaten Murung Raya, yang Zona D1 artinya 3-4 bulan basah berturut-turut dan kurang dari 2 bulan bulan kering dalam setahun, sementara Sampit Kotawaringin Timur, Kotamadya Palangka Raya, Kapuas Kabupaten Kuala Kapuas dan Buntok Barito Selatan adalah Zona D2,yang artinya 3 4 bulan basah yang 2-4 bulan bulan kering dalam setahun, untuk daerah ini sangat perlu dibuatkan irigasi untuk cadangan pengairan jika diperuntukan untuk tanaman padi-padian. SARAN 1. Mengingat Kalimantan Tengah seluas 153.654 km2 sudah terdiri dari 13 kabupaten kota, sehingga penelitian ini masih belum optimal untuk dapat mewakili semua wilayah kabupaten kota, dan kita tahu bahwa keadaan iklim tidak memandang batas administratif suatu daerah/wilayah, maka seyogyanya untuk wilayah seluas ini diharapkan dapat memiliki minimal 512 buah stasiun hujan diluar Stasiun BMKG yang ada untuk membuat sebuah prakiraan musim. 2. Diharapkan perhatian dari semua pihak untuk berpartisipasi dalam penambahan jaringan pendirian Stasiun hujan yang lebih banyak lagi dan bekerjasama dengan BMKG setempat untuk sinkronisasi data dan untuk kepentingan pembangunan disemua sektor pemerintahan daerah provinsi ini. DAFTAR PUSTAKA Aldrian, E. dan Asril, 2005, Influences of Indian Ocean Dipole Mode and ENSO on Variability of Summer Inflow of Several Dams ad Lakes in Indonesia. Jurnal Air, Lahan, Lingkungan dan

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran... 17 Mitigasi Bencana ALAMI, Volume 10 Nomor 1. Chang, C.P. dan Krishnamurty, T. N., 1987, Monsoon Meteorology. The Oxford Monographics on Geology and Geophysics No. 7, Oxford University Press, New York. Rusbiantoro, D., 2008, Global Warming for Beginner, Penembahan, Yogyakarta. Saji, N.H., Goswami, B.N., Vinayachandran, P.N., dan Yamagata. T., 1999, A dipole Mode in the Tropical Indian Ocean. Susanta, G. dan Sutjahjo, H., 2007, Akankah Indonesia Tenggelam Akibat Pemanasan Global, Penebar Swadaya, Jakarta. Swarinoto, Y.S., 2006, Analisis Pola Spasial Curah Hujan Jawa Barat Bagian Utara dan Prediksinya, Tesis, FMIPA, Universitas Indonesia, Jakarta. Tjasyono dan Bayong. H. K., 2004, Klimatologi, Penerbit ITB, Bandung.