BAB I PENDAHULUAN. dirinya mampu untuk ikut serta berkompetisi dalam pasar global,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

DAFTAR PUSTAKA. AbdulKadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditua Bakti, Bandung.

BAB V KESIMPULAN, KETERBATAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan Hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah penulis

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melakukan tindakan-tindakan keperdataan, dalam arti lain, debitor

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut tidak lagi sanggup melaksanakan kewajiban-kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan tahun 1997 negara negara Asia dilanda krisis moneter yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ekonomi tersebut. Modal yang dimiliki oleh para pengusaha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

UNIVERSITAS MEDAN AREA BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan. meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kemakmuran masyarakat. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. piutang. Debitor tersebut dapat berupa orang perorangan (natural person) dan. terhadap kreditor tak dapat terselesaikan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lazimnya dalam suatu gugatan yang diajukan oleh kreditor terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan sejumlah uang misalnya, dapat meminjam dari orang

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Pertimbangan yuridis..., Riza Gaffar, FH UI, 2010.

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia sebagaimana diatur lebih rinci dalam Pasal 33 Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DEDY TRI HARTONO / D

BAB I PENDAHULUAN. dipastikan kapan akan terjadinya. Salah satu cara untuk mengurangi risiko tersebut yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

Winandya Almira Nurinasari, Teddy Anggoro. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang berkembang, baik dari sumber alam,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. suatu barang maupun jasa agar menghasilkan keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan bisnisnya, suatu perusahaan pasti ingin mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. BUMN adalah sebuah badan usaha yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. hukumnya. Oleh karena itu, sewajarnya kita berbenah diri dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

BAB I PENDAHULUAN. tahun Putusan pailit ini dapat dikatakan menghebohkan, k arena tidak ada yang

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan pasal 294 UU Kepailitan dan PKPU. Adapun PKPU ini berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan melakukan kegiatan operasinya untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

Penundaan kewajiban pembayaran utang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : RIANITA REHULINA TARIGAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku ekonomi

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

KESALAHAN PENERAPAN HUKUM OLEH HAKIM TERHADAP KEDUDUKAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PENANAMAN MODAL ASING VI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Akuntansi forensik berperan dalam beberapa proses dalam perkara kepailitan. Hal ini

SKRIPSI PEMBAGIAN IMBALAN JASA BAGI KURATOR DI PENGADILAN NIAGA JAKARTA. Oleh : HERU PERMANA PUTRA PROGRAM KEKHUSUSAN : HUKUM PERDATA (PK I)

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang menyokong pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Kendatipun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan perekonomian dan perdagangan yang pesat di dunia serta

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

I. PENDAHULUAN. membutuhkan modal karena keberadaan modal sangat penting sebagai suatu sarana

HUKUM DAGANG. Panji Susilo ( ) 03 HUKMD 417 KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

I. PENDAHULUAN. Perusahaan memiliki peran penting dalam negara Indonesia, yaitu sebagai

Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan oleh perbankan syari ah. Seperti yang disebutkan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan dapat terjadi dengan makin pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi ( financial intermediary) untuk menunjang kelancaran

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

ORGANISASI PERUSAHAAN DAN KEPAILITAN WISHNU KURNIAWAN SEPTEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sengketa merupakan suatu hal yang sangat wajar terjadi dalam kehidupan ini.

BAB I PENDAHULUAN. meminjam maupun utang piutang. Salah satu kewajiban dari debitur adalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis merupakan suatu dunia yang sulit untuk ditebak, suatu perusahaan tidak selalu berjalan dengan baik dan seringkali keadaan keuangan perusahaan tersebut tidak lagi sanggup untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya kepada kreditor. Dalam kondisi ekonomi global seperti sekarang ini, para pelaku bisnis menginginkan dirinya mampu untuk ikut serta berkompetisi dalam pasar global, sehingga membutuhkan dukungan modal yang kuat.berkaitan dengan hal tersebut, setiap perusahaan mungkin atau pasti mempunyai utang. Utang bukan merupakan mimpi buruk asalkan perusahaan tersebut dapat melunasinya. Perusahaan yang seperti ini biasanya disebut dengan perusahaan yang solvable, artinya perusahaan yang mampu membayar utang-utangnya. Begitu juga sebaliknya jika suatu perusahaan yang sudah tidak mampu membayarutang-utangnya lagi disebut insolvable, artinya tidak mampu membayar. 1 Sengketa biasanya bermula dari suatu situasi dimana ada pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain. Perasaan tidak puas akan muncul ke permukaan apabila terjadi conflict of interest. Pihak yang merasa 1 Zaeni Asyhdie, Hukum Bisnis Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia, (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2005), hal. 1. 1

dirugikan akan menyampaikan ketidakpuasaannya kepada pihak kedua, apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan pihak pertama, selesailah konflik tersebut. Sebaliknya apabila reaksi pihak kedua menunjukkan perbedaan pendapat atau memiliki nilai-nilai yang berbeda, akan terjadilah apa yang dinamakan sengketa. 2 Membiarkan sengketa yang tidak segera diselesaikan akan mengakibatkan perkembangan pembangunan ekonomi menjadi tidak efisien, produktivitas menurun dan yang terburuk adalah dunia bisnis mengalami kemunduran yang pada akhirnya perekonomian Indonesia akan semakin lambat dalam mencapai perbaikan. Para pelaku bisnis baik Debitor maupun Kreditor menghendaki penyelesaian utang piutang secara cepat dan dapat memberikan kepastian hukum. Sebagai salah satu sarana hukum untuk penyelesaian utang piutang tersebut maka diperlukan hukum yaitu hukum kepailitan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang ( selanjutnya disebut UUK-PKPU ). Berdasarkan UUK-PKPU ini, penyelesaian masalah utangpiutang dilakukan melalui prosedur putusan pailit dan penundaan kewajiban pembayaran utang. Dalam Pasal 1 butir 1 UUK-PKPU memberi arti bahwa kepailitan adalah suatu sitaan umum atas semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh kurator dibawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur 2 Elsi Kartika Sari, Advendi Simangunsong, Hukum Dalam Ekonomi, (Jakarta: Grasindo, 2005), hal. 154. 2

dalam undang-undang ini. Didalam penjelasan umum UUK-PKPU disebutkan bahwa ada beberapa faktor perlunya pengaturan mengenai kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang yaitu untuk menghindari adanya perebutan harta debitor apabila dalam waktu yang sama ada beberapa Kreditor yang menagih piutangnya dari Debitor dan Kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yangmenuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan kepentingan debitor atau para Kreditor lainnya. Namun perlu diketahui apakah peraturan kepailitan ini sudah memberi perlindungan yang adil bagi Debitor, Kreditor, dan pihak- pihak yang terkait, dan apakah secara keseluruhan peraturan kepailitan ini sudah secara komprehensif mengatur lembaga kepailitan, sehingga kelak kepailitan merupakan lembaga penyelesaian yang adil, cepat, terbuka, dan efektif. Penulis dalam penelitian ini akan mencoba membahas tentang salah satu BUMN di bidang jasa konstruksi umum di Indonesia, yaitu PT. Istaka Karya (Persero). PT. Istaka Karya dalam perjalanannya mengalami permasalahan, yaitu permasalahan tidak terbayarnya utang kepada PT. Japan Asia Investment Company Indonesia sehubungan dengan 6 (enam) surat sanggup atas unjuk (negotiable promissory notes) senilai USD 5,500,000, serta PT. Istaka Karya juga memiliki beberapa kreditorkreditor lain yaitu PT. Saeti Concretindo Wahana, PT. Saeti Beton Pracetak, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Bukopin.Tbk, PT. Bank Internasional Indonesia Tbk, sehingga PT. Japan Asia Investment 3

Company Indonesia mengajukan permohonan pailit kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat dan berakhir hingga dikeluarkannya Putusan Mahkamah Agung atas permasalahan kepailitan. BUMN yang didirikan pemerintah dalam kenyataannya ikut turut pula berperan dalam sistem perekonomian nasional antara lain dengan menghasilkan barang dn/atau jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya demi kemakmuran rakyat. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta. Disamping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan-kekuatan swasta besar, dan turut membantu pengembangan usaha kecil. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang signifikan dalam berbagai jenis pajak, deviden dan hasil privatisasi. Pelaksanaan peran BUMN tersebut dalam kegiatan usaha pada hampir semua sektor perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan, keuangan pos, konstruksi, telekomunikasi, transportasi, listrik dan perdagangan. Sejak pertengahan tahun 1997 krisis moneter melanda negara Asia termasuk Indonesia telah menimbulkan kesulitan yang besar terhadap perekonomian dan perdagangan nasional. Kemampuan dunia usaha dalam mengembangkan usahanya sangat terganggu, bahkan untuk mempertahankan kelangsungan kegiatan usahanya juga tidak mudah, hal 4

tersebut sangat mempengaruhi kewajiban pembayaran utangnya. Keadaan-keadaan tersebut berakibat timbulnya masalah-masalah yang berantai, yang pabila tidak segera diselesaikan akan berdampak lebih luas, antara lain hilangnya lapangan pekerjaan, dan permasalahan sosial lainnya. 3 Terjadinya krisis moneter pada pertengahan tahun 1997 ditandai dengan turunnya nilai mata uang rupiah terhadap dollar Amerika sehingga memporak-porandakan sendi-sendi perekonomian Indonesia. Akibatnya dunia usaha adalah merupakan yang paling menderita dan mengalami dampak krisis yang tengah melanda dengan melambungnya harga dollar Amerika pada saat harus membayar utang yang telah jatuh tempo. Krisis moneter yang tengah melanda pada saat itu juga berimbas pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai bagian dari pelaku ekonomi. Selain karena perekonomian yang melemah tersebut, kinerja perusahaan yang meliputi organisasi, manajemen dan keuangan ikut mempengaruhi perkembangan BUMN tersebut. Penulis tertarik membahas permasalahan ini, salah satunya karena di Negara Indonesia ini sangat banyak BUMN milik Pemerintah Indonesia sendiri yang sebenarnya mengalami permasalahan management perusahaan, dan berakhir tidak terbayarnya utang usaha BUMN tersebut kepada para kreditornya. 3 Penjelasan Undang undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, pada Ketentuan Umum 5

Dalam penulisan tesis ini, penulis akan melakukan penelitian mengenai akibat hukum atas dimohonkannya Pailit terhadap PT. Istaka Karya (Persero) oleh kreditornya dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan terkait kepailitan suatu BUMN di Indonesia. Hal ini menjadi menarik mengingat BUMN dimungkinkan mempunyai hutang. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai kepailitan BUMN dalam penulisan tesis dengan judul: AKIBAT HUKUM ATAS KELUARNYA PUTUSAN PAILIT TERHADAP BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) DI INDONESIA ( STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 124 K/PDT.SUS/2011) 1.2 Permasalahan Penelitian Dalam penulisan tesis ini akan dikemukakan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Akibat hukum apa yang timbul dengan adanya Putusan Pailit oleh Lembaga Peradilan terhadap Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang? 2. Aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan terkait dengan Kepailitan suatu BUMN di Indonesia? 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mennjelaskan mengenai akibat yang ditimbulkan atas dipailitkan sebuah Perusahaan BUMN. 2. Untuk menjelaskan mengenai aspek apa saja yang harus diperhatikan terkait Kepailitan suatu BUMN di Indonesia. Adapun manfaat dari penelitian ini dapat diklasifikasikan atas dua hal, baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yaitu: 1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran yang berharga bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya dalam masalah kepailitan suatu BUMN. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi pemerintah sebagai regulator dalam rangka penyiapan dan penyempurnaan perangkat hukum yang dapat memberikan keadilan bagi para pihak yang berkepentingan, maupun bagi kalangan praktisi dan akademisi untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kepailitan suatu Badan Usaha Milik Negara. 1.4 Sistematika Penulisan Untuk memberikan uraian yang teratur dan sistematis, maka materi penulisan tesis ini akan disistematiskan sebagai berikut: 7

BAB I : Pendahuluan, yang menguraikan tentang latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik kemanfaatan teoritis maupun praktis, berisi kerangka berfikir serta sistematika dalam penulisan tesis. BAB II : Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori yang menjabarkan mengenai teori-teori yang dikemukakan oleh para sarjana-sarjana hukum dan para ahli lainnya yang ada kaitannya dengan pokok bahasan yang akan diteliti, seperti mengemukakan tentang Hukum Kepailitan secara umum, memberi pengertian tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan melihat secara umum tentang Perseroan Terbatas. BAB III : Metode Penelitian, menguaraikan bagaimana penelitian dilakukan, dalam penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, bahan hukum yang dipakai, teknik pengumpulan bahan hokum sampai pada metode analisis data. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, menguraikan tentang hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut dan memaparkannya atau membahasnya dalam bentuk uraian, membahas sesuai dengan permasalahan penelitian serta menghubungkannya dengan teoriteori yang ada. BAB V : Kesimpulan, Keterbatasan dan Rekomendasi, merupakan simpulan dari jawaban-jawaban permasalahan yang telah diteliti 8

serta keterbatasan yang yang ada dan saran yang merupakan rekomendasi yang dihasilkan setelah melakukan penelitian. 9