Analisis Rona Awal Lingkungan dari Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus :Daerah Eksplorasi Geothermal Kecamatan Sempol, Bondowoso)

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

Norida Maryantika 1, Lalu Muhammad Jaelani 1, Andie Setiyoko 2.

Aplikasi Penginderaan Jauh dan Metode Geolistrik untuk Analisa Potensi Batuan Fosfat (Studi Kasus : Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mei, 2013) ISSN:

Pemetaan Tingkat Kekeringan Berdasarkan Parameter Indeks TVDI Data Citra Satelit Landsat-8 (Studi Kasus: Provinsi Jawa Timur)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Pemanfaatan Citra Landsat 7 ETM+ untuk Menganalisa Kelembaban Hutan Berdasarkan Nilai Indeks Kekeringan (Studi Kasus : Hutan KPH Banyuwangi Utara)

ANALISA PERUBAHAN POLA DAN TATA GUNA LAHAN SUNGAI BENGAWAN SOLO dengan menggunakan citra satelit multitemporal

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print)

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan Data Landsat-8 dan MODIS untuk Identifikasi Daerah Bekas Terbakar Menggunakan Metode NDVI (Studi Kasus: Kawasan Gunung Bromo)

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

PEMANFAATAN CITRA ASTER DIGITAL UNTUK ESTIMASI DAN PEMETAAN EROSI TANAH DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO. Risma Fadhilla Arsy

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

ANALISIS INDEKS VEGETASI MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS AVNIR-2 (Studi Kasus: Estuari Perancak, Bali)

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISA KELEMBABAN HUTAN BERDASARKAN NILAI TVDI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 7 ETM+ (Studi Kasus : Hutan KPH Banyuwangi Utara)

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK ANALISIS SPASIAL TINGKAT KEKERINGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Jun, 2013) ISSN:

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Apr, 2013) ISSN:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

STUDI TENTANG IDENTIFIKASI LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DAN ASTER (STUDI KASUS : KABUPATEN JEMBER)

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGANN PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT FELIK DWI YOGA PRASETYA

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN RUANG TERBUKA HIJAU STUDI KASUS: WILAYAH BARAT KABUPATEN PASURUAN

Gambar 7. Lokasi Penelitian

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISA BATAS DAERAH ALIRAN SUNGAI DARI DATA ASTER GDEM TERHADAP DATA BPDAS (STUDI KASUS : SUB DAS BUNGBUNTU DAS TAROKAM)

ANALISIS KELEMBABAN TANAH PERMUKAAN MELALUI CITRA LANDSAT 7 ETM+ DI WILAYAH DATARAN KABUPATEN PURWOREJO

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

III. METODOLOGI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISA NDVI CITRA SATELIT LANDSAT MULTI TEMPORAL UNTUK PEMANTAUAN DEFORESTASI HUTAN KABUPATEN ACEH UTARA

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Aninda Nurry M.F ( ) Dosen Pembimbing : Ira Mutiara Anjasmara ST., M.Phil-Ph.D

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

Perubahan Penggunaan Tanah Sebelum dan Sesudah Dibangun Jalan Tol Ulujami-Serpong Tahun di Kota Tangerang Selatan

Pemanfaatan Analisa Spasial Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Jarak Pagar (Studi Kasus: Kabupaten Sumenep Daratan)

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

A JW Hatulesila. Analisis Spasial Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk Penanganan Perubahan Iklim di Kota Ambon. Abstrak

Gambar 1. Peta DAS penelitian

LOGO PEMBAHASAN. 1. Pemetaan Geomorfologi, NDVI dan Temperatur Permukaan Tanah. 2. Proses Deliniasi Prospek Panas Bumi Tiris dan Sekitarnya

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

Studi Pemantauan Lingkungan Eksplorasi Geothermal di Kecamatan Sempol Kabupaten Bondowoso dengan Sistem Informasi Geografis

III. BAHAN DAN METODE

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

Gambar 4.15 Kenampakan Satuan Dataran Aluvial. Foto menghadap selatan.

Meidi Nugroho Adi Sudaryatno

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE DI MADURA DENGAN MEMANFAATKAN CITRA DARI GOOGLE EARTH DAN CITRA LDCM

STUDI TINGKAT KERAPATAN MANGROVE MENGGUNAKAN INDEKS VEGETASI

Abstrak PENDAHULUAN. Pembuangan lumpur dalam jumlah besar dan secara terus-menerus ke Kali Porong

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMETAAN SUHU PERMUKAAN TANAH DAN VEGETASI SEBAGAI DATA PENDUKUNG KEBIJAKAN REBOISASI

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

KAJIAN CITRA RESOLUSI TINGGI WORLDVIEW-2

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271 Analisis Rona Awal Lingkungan dari Pengolahan Citra Landsat 7 ETM+ (Studi Kasus :Daerah Eksplorasi Geothermal Kecamatan Sempol, Bondowoso) Hana Sugiastu Firdaus 1), Muhammad Taufik 2), Widya Utama 3) Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia Email : hanasugiastufirdaus@gmail.com 1), taufik_srmd@yahoo.com 2), widutama@yahoo.fr 3) Abstrak Rona awal lingkungan merupakan kondisi lingkungan yang berupa kondisi alam atau komponenkomponen lingkungan awal sebelum perencanaan dan pembangunan fisik dimulai. Sebelum melakukan kegiatan eksplorasi geothermal, penguraian rona awal lingkungan sangatlah diperlukan sebagai dasar dari upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan (UKL&UPL) dalam meniminamalisir dampak yang ditimbulkan. Penguraian rona awal lingkungan pada penelitian ini didapat dari pengolahan citra Landsat 7 ETM+ untuk mendapatkan gambaran kondisi tutupan lahan dan kerapatan vegetasi di area studi, serta data sekunder sebagai pelengkap komponen lingkungan lainnya. Penentuan nilai kerapatan vegetasi didasarkan dari tutupan lahan yang dominan yaitu perkebunan, hutan dan semak belukar. NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan SAVI (Soil Adjusted Vegetation Index) merupakan algoritma yang digunakan dalam penentuan kerapatan vegetasi. Dua algoritma yang digunakan dikorelasikan dengan suhu permukaan tanah (SPT) untuk mendapatkan algoritma yang terbaik dalam penentuan kerapatan vegetasi. Korelasi terbaik untuk area perkebunan dan hutan didapatkan dari algoritma NDVI sedangkan SAVI untuk semak belukar. Area studi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Kecamatan Sempol, Bondowoso, Jawa Timur. Kata Kunci Rona Awal Lingkungan Landsat 7 ETM+, NDVI, SAVI, SPT, P I. PENDAHULUAN ANAS bumi atau geothermal adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan [5]. Proses penambangan termasuk di dalamnya kegiatan eksplorasi diperlukan adanya upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dari sumber dampak yang ditimbulkan. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup [6]. Upaya dalam melestarikan fungsi lingkungan untuk meminimalisir dari dampak yang ditimbulkan didasarkan dari uraian rona awal lingkungan dan prediksi perubahan rona awal lingkungan jika dilakukan kegiatan eksploasi. Penguraian rona awal lingkungan didasarkan dari pengolahan data primer dan data sekunder (Dokumen UKL- UPL dan RTRW Bondowoso). Pengolahan citra Landsat (Land Satellites) 7 ETM+ digunakan untuk mendapatkan tutupan lahan dan kerapatan vegetasi di area studi. Algoritma yang digunakan dalam penentuan nilai kerapatan vegetasi yaitu NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) dan SAVI (Soil Adjusted Vegetation Index) dimana hasil yang didapat dilakukan korelasi dengan nilai suhu permukaan tanah (SPT) untuk mendapatkan algoritma yang terbaik. Kerapatan vegetasi memiliki hubungan yang erat dengan suhu permukaan tanah (SPT) dikarenakan rentang nilainya dipengaruhi oleh kondisi tumbuhan disekitarnya, selain itu karena area studi merupakan daerah potensi panas bumi dengan parameter SPT yang relatif cukup tinggi. Nilai kerapatan vegetasi didasarkan dari tutupan lahan yang dominan yaitu perkebunan, hutan dan semak belukar. Metode yang digunakan untuk mendapatkan tutupan lahan di area studi yaitu menggunakan klasifikasi terselia (supervised classification) dengan prosedur pengenalan pola spektral dengan memilih kelompok atau kelas-kelas informasi yang diinginkan dan selanjutnya memilih contohcontoh kelas (training area) yang mewakili setiap kelompok [4]. Klasifikasi terselia didasarkan dari perhitungan statistika minimum distance. Penggambaran topografi di area studi didasarkan dari Peta RBI. Nilai ketinggian dan kelerengan didapatakan dari proses pengolahan data kontur. Sedangkan, parameter fisik tanah, air dan udara didapatkan dari data sekunder.

II. METODE PENELITIAN Area studi yang digunakan pada penelitian terletak di Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur. Gambar 1. Lokasi Penelitian (Sumber : Kecamatan Sempol Dalam Angka, 2012) Diagram alir pengolahan data dalam penelitian ini, dapat dilihat pada gambar 2. dengan SPT untuk mendapatkan algoritma yang terbaik dimana nilai SPT didasarkan dari konversi nilai digital number ke dalam nilai spectral radiance (Lλ) yang selanjutnya dikonversi dalam brightness temperature (TB). Persamaan NDVI dan SAVI yang digunakan yaitu sebagai berikut : [3] SAVI= [ nir- red)/( nir+ red+l] [2] nir merupakan nilai reflektan gelombang near infrared sedangkan red nilai reflektan gelombang red Besarnya L (faktor koreksi terhadap background kanopi) yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0,6. Dalam penelitian ini, analisa yang dilakukan yaitu analisa ketelitian dari penggambaran tutupan lahan, korelasi antara algoritma (NDVI dan SAVI) dengan SPT, analisa penentuan nilai kerapatan vegetasi di area studi. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Koreksi Geometrik Citra Landsat 7 ETM+ Gambar 3. Sebaran Ground Control Point Gambar 2. Diagram Alir Pengolahan Data Penggambaran rona awal lingkungan dari pengolahan citra satelit Landsat 7 ETM+ path/row 117/66 tahun 2003 dengan menggunakan parameter tutupan lahan, kerapatan vegetasi area studi. Tutupan lahan diperoleh dengan menggunakan klasifikasi terselia (supervised classification) berdasarkan perhitungan statistika minimum distance. Kerapatan vegetasi didapatkan dari perhitungan algoritma NDVI dan SAVI yang selanjutnya dilakukan korelasi Untuk koreksi geometrik diberikan toleransi nilai RMSE 1 piksel dan untuk jaring titik kontrol ditentukan dengan meletakkan titik-titik kontrol yang merata meliputi daerah studi dengan nilai toleransi SOF (Strength of Figure) kurang dari 1 dimana semakin kecil faktor bilangan SOF maka semakin baik pula konfigurasi jaringan dari jaring tersebut dan sebaliknya [1]. Hasil perhitungan RMS Error didapat 0,018 dengan besar SOF yaitu : SOF = = 0,642 B. Hasil Tutupan Lahan Citra Landsat 7 ETM+ dengan Klasifikasi Terselia berdasarkan minimum distance Klasifikasi tutupan lahan area studi didominasi oleh hutan, semak belukar dan perkebunan. Luas area tutupan lahan selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1. Hasil tutupan lahan di area studi dari pengolahan citra dapat dilihat pada

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271 gambar 4. Tutupan lahan yang telah diolah selanjutnya dilakukan pengecakan lapangan (ground truth), dan hasil yang didapat menunjukkan hasil tutupan lahan yang telah diolah dapat merepresentasikan 71,43% tutupan lahan dalam temporal waktu saat ini (tahun 2012). Nilai SPT Min ( 0 C) Max ( 0 C) Hutan 12.43 39,96 Perkebunan 22,33 37,46 Semak Belukar 15,74 35,53 Tabel 3. Hasil korelasi Nilai SPT dengan NDVI dan SAVI Korelasi SPT dengan NDVI % SPT dengan SAVI Hutan -0,657 65,7-0,656 65,6 Perkebunan -0,825 82, 5-0,824 82, 4 Semak Belukar -0,646 64,6-0,652 65,2 % Gambar 4. Tutupan Lahan Kecamatan Sempol, Bondowoso Tabel 1. Luas Tutupan Lahan Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso Tahun 2003 Luas (Ha) Hutan 8012,97 Kawah 21,15 Perkebunan 2189,16 Semak Belukar 6059,88 Rumput/Tanah Kosong 3384,72 Tegalan 1386,63 Pemukiman 269,01 Jumlah 21323,52 C. Hasil Pengolahan SPT, NDVI, dan SAVI beserta korelasinya tiap kelas Area yang dominan di lokasi penelitian selanjutnya dilakukan perhitungan nilai indeks vegetasi untuk menentukan kerapatan vegetasi dengan dua algoritma yaitu NDVI dan SAVI dimana hasil yang diperoleh dikorelasikan dengan SPT. Korelasi terbaik digunakan untuk menentukan rentang kerapatan vegetasi tiap kelas. Rentang nilai indeks vegetasi NDVI, SAVI dan SPT dapat dilihat pada tabel 2 sedangkan korelasi dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 2. Nilai Indeks Vegetasi NDVI, SAVI dan SPT Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso Tahun 2003 Nilai NDVI min max Hutan -0,542 0,583 Perkebunan 0,346 0,608 Semak Belukar -0,053 0,559 Nilai SAVI min max Hutan -0,488 0,554 Perkebunan 0,332 0,584 Semak Belukar -0,054 0,532 Tanda minus menunjukkan hubungan berkebalikan antara SPT dengan indeks vegetasi atau dapat dikatan semakin tinggi suhu permukaan tanah maka semakin rendah atau sedikit tumbuhan yang berada di sekitarnya. Pengambilan sample yang dikorelasikan dipilih secara acak dan tersebar merata. Korelasi terbaik dari tiap kelas dapat digunakan untuk menentukan rentang kerapatan vegetasi Hasil korelasi terbaik pada tiap kelas dapat dilihat pada gambar 5, 6 dan 7. Gambar 5. Hasil korelasi SPT dengan NDVI untuk Kawasan Hutan Gambar 6. Hasil Korelasi SPT dengan NDVI untuk daerah Perkebunan

Tabel 6. Tingkat Kerapatan Vegetasi Daerah Perkebunan Gambar 7. Hasil korelasi SPT dengan SAVI untuk Kawasan Semak Belukar Penentuan tingkat kerapatan vegetasi untuk tutupan lahan hutan dan perkebunan didasarkan dari klasifikasi tingkat kerapatan NDVI berdasarkan sumber Departemen Kehutan, 2003 pada tabel 4. Sedangkan untuk semak belukar yang didasarkan dari algoritma SAVI, pengklasifikasian tingkat kerapatannya berdasarkan subyektif yang tetap mengacu dari tingkat kerapatan NDVI, dikarenakan perbedaan nilai yang tidak terlalu signifikan antara SAVI dan NDVI. Pengkelasan kerapatan vegetasi dari kelas tutupan lahan tersebut secara berurutan dapat dilihat pada tabel 5, 6 dan 7. Tabel 4. Kisaran Tingkat Kerapatan NDVI Kisaran NDVI Tingkat Kerapatan 1-1,0 s.d 0,32 Jarang 2 0,32 s.d 0,42 Sedang 3 0,42 s.d 1 Tinggi (Sumber : Departemen Kehutanan, 2003) Tabel 5. Tingkat Kerapatan Vegetasi Daerah Hutan Minimum Maximum Kerapatan 1-0,053637 0,011462 Jarang 2 0,011463 0,076562 Jarang 3 0,076563 0,141661 Jarang 4 0,141662 0,206761 Jarang 5 0,206762 0,271860 Jarang 6 0,271861 0,336960 Jarang 7 0,336961 0,402059 Sedang 8 0,402060 0,467159 Sedang 9 0,467160 0,532258 Tinggi (Sumber : Disesuaiakan dengan kisaran tingkat kerapatan Departemen, Kehutanan ) Minimum Maximum Kerapatan 1 0,345948 0,375108 Sedang 2 0,375109 0,404269 Sedang 3 0,404270 0,433429 Sedang 4 0,433430 0,462590 Tinggi 5 0,462591 0,491750 Tinggi 6 0,491751 0,520911 Tinggi 7 0,520912 0,550071 Tinggi 8 0,550072 0,579232 Tinggi 9 0,579233 0,608392 Tinggi (Sumber : Disesuaiakan dengan kisaran tingkat kerapatan Departemen, Kehutanan ) Tabel 7. Tingkat Kerapatan Vegetasi Daerah Semak Belukar Minimum Maximum Kerapatan 1-0,541586-0,416675 Jarang 2-0,416676-0,291765 Jarang 3-0.291766-0,166854 Jarang 4-0,166855-0,041944 Jarang 5-0,041945 0,082967 Jarang 6 0,082968 0,207877 Jarang 7 0,207878 0,332788 Jarang 8 0,332789 0,457698 Sedang 9 0,457699 0,582609 Tinggi (Sumber : Disesuaiakan dengan kisaran tingkat kerapatan Departemen, Kehutanan ) D. Suhu Udara dan Kelembaban Udara Stasiun Klimatologi BMKG yang paling dekat dengan area studi adalah Stasiun BMKG Banyuwangi, dimana elevasi stasiun BMKG Banyuwangi ±35 meter (mdpl), sedangkan ketinggian area studi memiliki elevasi ±1600 meter (mdpl). Temperatur udara akan mengalami penurunan sebesar 0,6 ºC setiap kenaikan ketinggian (elevasi) 100 meter, sehingga temperatur udara yang terukur di stasiun banyuwangi mengalami penurunan sebesar 9,6ºC jika dikorelasikan dengan temperatur udara di Kecamatan Sempol (elevasi ±1600m). Suhu udara rata-rata bulanan dari tahun 2008 hingga 2012 ditunjukkan pada grafik di gambar 8. Data kelembaban udara rata-rata bulanan di area studi dari tahun 2008-2012 berdasarkan sumber Stasiun BMKG Juanda (stasiun ID 96633) dapat dilihat di gambar 9.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Mar, 2013) ISSN: 2301-9271 Gambar 8. Suhu Rata-Rata Bulanan Tahun 2008 2012 (Sumber : Disesuaikan dengan stasiun BMKG Banyuwangi) Berdasarkan grafik di gambar 8, didapatkan suhu rata-rata tertinggi terjadi di bulan Maret dan Nopember di tahun 2010 sebesar 19,2 0 C sedangkan nilai terendah terjadi di bulan Juli tahun 2008 sebesar 15,5 0 C. Secara umum, nilai suhu rata-rata dari tahun 2008 ke 2010 mengalami peningkatan, dan terjadi penurunan dari tahun 2010 ke 2011. Sedangkan antara tahun 2011 ke 2012 ada yang mengalami peningkatan dan penurunan dengan perubahan yang tidak terlalu tajam. Kelembaban udara rata-rata di area studi berdasarkan gambar 9, nilai tertinggi terjadi di bulan Juli tahun 2010 sebesar 84,6 sedangkan nilai terendah terjadi di bulan Juli tahun 2012 sebesar 25,5. Secara umum, terjadi perubahan signifikan dari tahun 2010 ke 2011. Kisaran kedekatan nilai kelembaban rata-rata yang digambarkan di grafik terbagi menjadi dua, yaitu di tahun 2008-2010 dan di tahun 2011-2012. F. Kondisi Fisik Badan Air dan Tanah Secara fisik, kondisi badan air di area studi termasuk dalam Wilayah Aliran Sungai Pekalen dan merupakan Sub DAS Banyuputih. DAS Banyuputih bersumber dari arah utara Kecamatan Sempol lalu bercabang menjadi 3 aliran sungai. Tiga aliran sungai tersebut yakni, Kali Pait, Curah Sibujuk, dan Kali Guci.Beberapa sungai di area studi, termasuk di dalam jenis sungai musiman. Aspek hidrogeologi di area studi memiliki karakteristik lapisan tanah dengan permeabilitas sedang sampai tinggi dan termasuk akifer daerah air tanah langka. Terdapat 3 jenis tanah yang mendominasi area penelitian, yaitu andosol, latosol, dan regosol. G. Kondisi Topografi Area studi memiliki rentang nilai ketinggian antara 362,5 sampai 2950 mdpl. Sebagian besar area studi memiliki ketinggian di atas 1500 mdpl yakni meliputi Desa Jampit, Desa Kalianyar dan Desa Sumberrejo. Klasifikasi kelerengan dibagi menjadi 6 kelas berdasarkan referensi USSSM (United Stated Soil System Management) yaitu (0 2 %( datar hampir datar), >2 6%( sangat landai), >6 13%( landai), >13 25%( agak curam), >25 55%( curam), dan >55% (sangat curam). Derajat kelerengan di area studi dapat dilihat di gambar 10. Gambar 10. Derajat Kelerengan di Kecamatan Sempol Gambar 9. Kelembaban Udara Rata-Rata Bulanan Tahun 2008 2012 (Sumber : Stasiun BMKG Juanda (stasiun ID 96633)) E. Curah Hujan dan Tipe Iklim Berdasarkan data curah hujan (mm), dapat dilihat selama kurun 5 tahun terakhir curah hujan yang terbesar terjadi pada bulan Januari 2012 yaitu 340,1 mm, sedangkan yang minimum terjadi pada bulan September 2011, yaitu hanya 4 mm. Selama kurun waktu 5tahun, bulan kering (< 60 mm) sebanyak 23 bulan, sedangkan bulan basah (>100 mm) sebanyak 27 bulan. Berdasarkan jumlah bulan kering dan bulan basah, tipe iklim di daerah studi termasuk iklim sedang. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa: 1. Tutupan lahan di area studi didominasi oleh hutan (37,58%), semak belukar (28,42%), rumput/tanah kosong (15,87%) dan perkebunan(10,27%). 2. Nilai kerapatan vegetasi di hutan berkisar antara (-0,542-0,583), daerah perkebunan (0,346-0,608) serta daerah semak belukar (-0,054-0,532).

3. Suhu udara rata-rata di area studi dari tahun 2008-2012 berada pada rentang nilai (15,5 0 C - 19,2 0 C).Kelembaban udara rata-rata dari tahun 2008-2012 berkisar antara (25,5 84, 6).Selama kurun 5 tahun terakhir (2008 2012), curah hujan yang terbesar terjadi pada bulan Januari 2012 yaitu 340,1 mm. Tipe iklim di area studi termasuk dalam iklim sedang. 4. Area studi memiliki karakteristik lapisan tanah dengan permeabilitas sedang sampai tinggi dan termasuk akifer daerah air tanah langka. Terdapat 3 jenis tanah yang mendominasi yaitu andosol, latosol, dan regosol. Rentang nilai ketinggian di Kecamatan Sempol antara 362,5 sampai 2950 mdpl. DAFTAR PUSTAKA [1] Abidin, HZ, 2002. Penentuan Posisi Dengan GPS Dan Aplikasinya. Pradnya Paramita. Jakarta [2] Huete, A., Justice, C., Leeuwen, W. V. 1999. MODIS VEGETATION INDEX (MOD 13) ALGORITHM THEORETICAL BASIS DOCUMENT. pdf [3] Liang, S.2004. Quantitative Remote Sensing of Land Surface. John Willey & Sons Inc. New Jersey [4] Lillesand, T.M., Kiefer, R.W., and Chipman J.W.2004. Remote Sensing and Image Interpretation. Fifth Edition. New york : John Wiley & Sons [5] Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi [6] Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup