NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

dokumen-dokumen yang mirip
NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2016 SEBESAR 103,94

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2016 SEBESAR 103,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2015 SEBESAR 99,24

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2014 SEBESAR 102,54

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2016 SEBESAR 102,90

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JANUARI 2017 SEBESAR 102,22

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2016 SEBESAR 102,57

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2016 SEBESAR 104,23

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2017 SEBESAR 101,41

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2016 SEBESAR 105,26

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2016 SEBESAR 105,47

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2017 SEBESAR 101,32

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MEI 2016 SEBESAR 103,21

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2017 SEBESAR 101,64

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN JUNI 2013 SEBESAR 117,68

BERITA RESMI STATISTIK

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2016

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NTP Provinsi Aceh, September 2017 sebesar 94,18. Inflasi Pedesaan, September 2017 sebesar 0,46 persen.

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Tabel1 Nilai Tukar Petani PerSubsektor dan Perubahannya November 2014 Desember 2014 (2012=100)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN BERAS

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

Transkripsi:

No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2015, NTP Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai angka 99,48 atau mengalami penurunan sebesar 1,29 persen dibandingkan dengan indeks bulan sebelumnya yang tercatat 100,79. NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 97,23, NTP Subsektor Hortikultura (NTPH) 96,45, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 108,47, NTP Subsektor Peternakan (NTPT) 98,43 dan NTP Subsektor Perikanan (NTN) 104,28. Turunnya indeks NTP gabungan pada bulan ini disebabkan oleh turunnya indeks NTP pada semua subsektor. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2015 secara umum mencapai 119,13 atau mengalami inflasi sebesar 0,59 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 118,43. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok kesehatan sebesar 1,44 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 1,26 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,53 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,51 persen, kelompok bahan makanan naik sebesar 0,40 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,28 persen, dan terakhir kelompok perumahan naik sebesar 0,23 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung angka NTPnya pada bulan Maret 2015 terdapat 19 provinsi mengalami kenaikan NTP, sebaliknya 14 provinsi mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 1,28 persen, sebaliknya penurunan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,75 persen. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. Penghitungan indikator ini diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) antara produk pertanian yang dijual petani dengan barang dan jasa yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Dengan membandingkan kedua perkembangan angka tersebut, maka dapat diketahui apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Atau sebaliknya, apakah kenaikan harga jual produksi pertanian dapat menambah pendapatan petani yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan para petani. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 1

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2015, NTP di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 1,29 persen dibanding NTP Februari 2015, yaitu dari 100,79 menjadi 99,48. Turunnya NTP Maret 2015 ini disebabkan oleh turunnya indeks harga produk pertanian yang diterima petani, sebaliknya indeks harga barang dan jasa yang dibayar petani mengalami kenaikan. Penurunan angka NTP yang tercatat pada bulan Maret 2015 terjadi pada semua subsektor. Subsektor tanaman pangan yang mengalami penurunan terbesar yaitu mencapai 2,16 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,57 persen, subsektor peternakan turun sebesar 0,97 persen, subsektor perikanan turun sebesar 0,66 persen dan terakhir subsektor hortikultura yang mengalami penurunan sebesar 0,50 persen pada bulan ini. 2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga yang beragam dari komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2015, secara umum It di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan indeks sebesar 0,81 persen dibandingkan dengan It Februari 2015, yaitu dari 116,57 menjadi 115,62. Penurunan It terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan yaitu sebesar 1,59 persen, diikuti subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 1,09 persen, subsektor peternakan sebesar 0,50 persen, subsektor perikanan turun sebesar 0,49 persen dan terakhir subsektor hortikultura mengalami penurunan It sebesar 0,06 persen. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat pedesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Maret 2015 Ib di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen bila dibandingkan Februari 2015, yaitu dari 115,66 menjadi 116,22. Kenaikan Ib terjadi pada semua subsektor dengan kenaikan terbesar dialami oleh subsektor tanaman pangan yang mencapai 0,58 persen, diikuti oleh subsektor tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 0,49 persen subsektor peternakan naik sebesar 0,47 persen, subsektor hortikultura naik sebesar 0,44 persen, dan subsektor perikanan naik sebesar 0,17 persen. Kenaikan Ib tertinggi terjadi pada subsektor tanaman pangan disebabkan oleh naiknya harga beberapa komoditi barang konsumsi rumahtangga seperti bawang merah, bensin, cabai rawit, dan beras. 4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada Maret 2015 NTPP mengalami penurunan indeks sebesar 2,16 persen. Turunnya NTPP ini disebabkan karena turunnya indeks yang diterima petani sebesar 1,59 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik hingga 0,58 persen. Turunnya indeks yang terjadi pada It disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok padi sebesar 2,25 persen dan turunnya subkelompok palawija sebesar 0,74 persen. Komoditas yang menyebabkan turunnya It pada subsektor ini terutama karena turunnya harga gabah, jagung dan kacang kedelai. Pada Ib naiknya indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,58 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,55 persen. Tabel 1 2 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015

Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Pangan dan nya Februari-Maret 2015(2012=100) a. Indeks Diterima Petani (It) 117,22 115,36-1,59 - Padi 116,92 114,28-2,25 - Palawija 117,61 116,73-0,74 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 117,96 118,64 0,58 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,06 119,76 0,58 - Indeks BPPBM 111,32 111,93 0,55 c. Nilai Tukar Petani (NTPP) 99,38 97,23-2,16 d. Nilai Tukar Usaha Petanian 105,30 103,06-2,13 b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Maret 2015, Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) mengalami penurunan sebesar 0,50 persen. Hal ini terjadi karena indeks yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,06 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen. Turunnya It disebabkan oleh turunnya harga pada beberapa komoditas seperti salak, durian dan kencur. Pada Ib kenaikan indeks disebabkan oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,44 persen dan naiknya Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,44 persen. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Subsektor Hortikultura dan nya Februari-Maret 2015(2012=100) a. Indeks Diterima Petani (It) 113,23 113,16-0,06 - Sayur-sayuran 109,88 112,59 2,47 - Buah-buahan 115,40 113,59-1,57 - Tanaman Obat 115,26 113,19-1,80 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 116,81 117,32 0,44 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,76 119,28 0,44 - Indeks BPPBM 108,77 109,25 0,44 c. Nilai Tukar Petani (NTPH) 96,93 96,45-0,50 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 104,10 103,58-0,50 c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Maret 2015 NTPR mengalami penurunan indeks sebesar 1,57 persen, hal ini terjadi karena penurunan indeks yang diterima petani sebesar 1,09 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,49 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 3

Penurunan It terjadi karena indeks subkelompok tanaman perkebunan rakyat mengalami perubahan indeks yaitu dari 126,13 menjadi 124,75. Komoditas subkelompok tanaman perkebunan rakyat yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah kelapa, cengkeh dan tebu. Kenaikan Ib pada subsektor ini dipengaruhi oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,62 persen, dan naiknya indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,23 persen. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat dan nya Februari-Maret 2015(2012=100) a. Indeks Diterima Petani (It) 126,13 124,75-1,09 - Tanaman Perkebunan Rakyat 126,13 124,75-1,09 b. Indeks Dibayar Petani (Ib) 114,46 115,01 0,49 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,13 118,86 0,62 - Indeks BPPBM 108,11 108,36 0,23 c. Nilai Tukar Petani (NTPR) 110,20 108,47-1,57 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 116,67 115,12-1,32 d. Subsektor Peternakan (NTPT) Tabel 4 Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan dan nya Februari-Maret 2015(2012=100) Februari Maret 2015 a. Indeks Diterima Petani (IT) 112,78 112,21-0,50 - Ternak Besar 111,99 111,63-0,32 - Ternak Kecil 111,36 111,08-0,25 - Unggas 120,24 118,97-1,06 - Hasil Ternak 111,52 110,22-1,16 b. Indeks Dibayar Petani (IB) 113,46 114,00 0,47 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117,65 118,52 0,74 - Indeks BPPBM 109,34 109,55 0,18 c. Nilai Tukar Petani (NTPT) 99,40 98,43-0,97 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 103,14 102,43-0,69 Pada Maret 2015 terjadi penurunan pada NTPT sebesar 0,97 persen. Turunnya NTPT terjadi karena turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,50 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,47 persen. Penurunan It ini disebabkan oleh turunnya It pada semua subkelompok, dimana subkelompok hasil ternak mengalami penurunan paling besar, yaitu turun sebesar 1,16 persen, diikuti subkelompok unggas turun sebesar 1,06 persen, subkelompok ternak besar turun sebesar 0,32 persen dan subkelompok ternak kecil turun sebesar 0,25 persen. Turunnya harga beberapa komoditi seperti sapi potong, telur ayam ras dan ayam ras pedaging menjadi penyebab turunnya 4 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015

It pada subsektor ini. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,74 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,18 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Maret 2015, NTN mengalami penurunan sebesar 0,66 persen, hal ini dikarenakan turunnya indeks harga yang diterima petani sebesar 0,49 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani naik sebesar 0,17 persen. Penurunan It subsektor ini disebabkan oleh turunnya It subkelompok penangkapan dan subkelompok budidaya masing-masing sebesar 0,29 persen dan 0,50 persen. Sementara itu kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan karena naiknya IKRT sebesar 0,22 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,11 persen. Tabel 5 Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan dan nya Februari-Maret 2015(2012=100) a. Indeks Diterima Petani 118,76 118,18-0,49 - Penangkapan 126,00 125,64-0,29 - Budidaya 118,35 117,76-0,50 b. Indeks Dibayar Petani 113,13 113,33 0,17 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,14 119,41 0,22 - Indeks BPPBM 106,15 106,26 0,11 c. Nilai Tukar Petani (NTN) 104,97 104,28-0,66 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 111,87 111,21-0,59 Jika dilihat lebih dalam menurut subkelompoknya, maka NTP subkelompok ikan tangkap (Nilai Tukar Nelayan) pada Maret 2015 mengalami penurunan sebesar 0,86 persen dibanding bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh penurunan indeks yang diterima petani (nelayan) sebesar 0,29 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani (nelayan) mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen. Turunnya It ini sangat dipengaruhi oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti manyung, bawal laut, gulamah dan tenggiri pada bulan ini. Sedangkan kenaikan Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,22 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 1,02 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 5

Tabel 6 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Tangkap dan nya Februari-Maret 2015(2012=100) a. Indeks Diterima Petani 126,00 125,64-0,29 - Penangkapan Perairan Umum 100,00 100,00 0,00 - Penangkapan Perairan Laut 126,03 125,67-0,29 b. Indeks Dibayar Petani 116,29 116,96 0,58 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118,98 119,25 0,22 - Indeks BPPBM 113,12 114,27 1,02 c. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 108,36 107,43-0,86 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 111,39 109,95-1,29 Sementara itu NTP subkelompok ikan budidaya juga mengalami penurunan indeks sebesar 0,65 persen pada Maret 2015. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,50 persen, sebaliknya indeks yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen. Penurunan It banyak disebabkan oleh turunnya harga beberapa komoditas seperti lele, tawes dan udang. Sedangkan naiknya Ib disebabkan oleh naiknya IKRT sebesar 0,22 persen dan naiknya indeks BPPBM sebesar 0,05 persen dibanding bulan sebelumnya. Tabel 7 Nilai Tukar Petani Subkelompok Ikan Budidaya dan nya Februari - Maret 2015(2012=100) a. Indeks Diterima Petani 118,35 117,76-0,50 - Budidaya Air Tawar 118,35 117,76-0,50 b. Indeks Dibayar Petani 112,96 113,12 0,15 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119,15 119,41 0,22 - Indeks BPPBM 105,76 105,82 0,05 c. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan 104,78 104,10-0,65 d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 111,90 111,29-0,55 5. Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan Adanya perbedaan karakteristik yang signifikan antara petani di subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan rakyat, dan peternak dengan nelayan yang selama ini digambarkan dari subsektor perikanan, maka bisa dilihat NTP pada kedua karakteristik tersebut dengan memisahkan penghitungan NTP antar keduanya. NTP Daerah Istimewa Yogyakarta tanpa subsektor perikanan pada Maret 2015 mencapai 99,34 atau turun sebesar 1,31 persen dibanding bulan Februari 2015. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks yang diterima petani sebesar 0,82 persen, sebaliknya indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,50 persen. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015

Tabel 8 Nilai Tukar Petani tanpa Subsektor Perikanan dan nya Februari-Maret 2015(2012=100) Indeks Harga yang Diterima Petani 116,50 115,54-0,82 Indeks Harga yang Dibayar Petani 115,73 116,31 0,50 Konsumsi Rumah Tangga 118,41 119,12 0,60 BPPBM 109,55 109,95 0,36 Nilai Tukar Petani 100,66 99,34-1,31 Nilai Tukar Usaha Pertanian 106,34 105,09-1,18 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2015 secara umum mencapai 119,13 atau mengalami inflasi sebesar 0,59 persen dibanding IHK pada bulan sebelumnya yang tercatat 118,43. Kenaikan IHK bulan ini paling banyak dipengaruhi oleh kenaikan indeks pada kelompok kesehatan sebesar 1,44 persen, diikuti kelompok transportasi dan komunikasi yang naik sebesar 1,26 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,53 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga naik sebesar 0,51 persen, kelompok bahan makanan naik sebesar 0,40 persen, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau naik sebesar 0,28 persen, dan terakhir kelompok perumahan naik sebesar 0,23 persen. Tabel 9 Indeks Harga Konsumen dan nya Februari - Maret 2015(2012=100) Kelompok Konsumsi Rumah Tangga 118,43 119,13 0,59 - Bahan Makanan 126,91 127,42 0,40 - Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau 116,25 116,58 0,28 - Perumahan 115,39 115,65 0,23 - Sandang 115,52 116,13 0,53 - Kesehatan 109,26 110,83 1,44 - Pendidikan,Rekreasi dan Olah Raga 106,49 107,03 0,51 - Transportasi dan Komunikasi 115,29 116,75 1,26 7. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang dilaporkan, pada Maret 2015 ada sebanyak 19 provinsi yang mengalami kenaikan NTP. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Bangka Belitung yaitu sebesar 1,28 persen, sedangkan kenaikan NTP terkecil sebesar 0,01 persen terjadi di Provinsi Kalimantan Barat. Kenaikan NTP terbesar di Provinsi Bangka Belitung terutama disebabkan oleh naiknya NTP pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dengan naiknya harga lada/merica dan karet. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 7

Sebanyak 14 provinsi pada bulan Maret 2015 ini mengalami penurunan NTP dengan Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan terbesar yaitu sebesar 1,75 persen, sedangkan Provinsi Kepulauan Riau mengalami penurunan NTP terkecil yaitu 0,03 persen. Penurunan NTP yang terjadi di Provinsi Jawa Timur banyak disebabkan oleh turunnya harga gabah dan jagung pada subsektor tanaman pangan. Tabel 10 NTP Provinsi dan nya Februari - Maret 2015(2012=100) Provinsi Nasional 102,19 101,53-0,64 NAD 97,12 97,39 0,28 Sumatera Utara 98,28 99,09 0,82 Sumatera Barat 98,66 98,97 0,32 Riau 96,63 97,55 0,95 Jambi 96,38 95,81-0,59 Sumatera Selatan 97,64 98,31 0,69 Bengkulu 95,67 96,24 0,59 Lampung 103,20 102,30-0,87 Bangka Belitung 102,96 104,28 1,28 Kepulauan Riau 100,54 100,51-0,03 DKI Jakarta 99,12 99,42 0,29 Jawa Barat 105,69 105,45-0,23 Jawa Tengah 101,48 99,92-1,54 Yogyakarta 100,79 99,48-1,29 Jawa Timur 106,18 104,32-1,75 Banten 105,19 105,09-0,09 Bali 103,90 103,41-0,47 Nusa Tenggara Barat 101,97 102,23 0,25 Nusa Tenggara Timur 101,57 101,16-0,41 Kalimantan Barat 97,48 97,50 0,01 Kalimantan Tengah 98,93 98,75-0,18 Kalimantan Selatan 100,80 101,06 0,25 Kalimantan Timur 100,78 99,73-1,03 Sulawesi Utara 98,51 97,49-1,04 Selawesi Tengah 97,75 97,85 0,11 Sulawesi Selatan 103,84 104,53 0,67 Sulawesi Tenggara 99,00 98,15-0,86 Gorontalo 101,57 101,71 0,14 Sulawesi Barat 101,70 102,94 1,21 Maluku 100,42 100,65 0,23 Maluku Utara 102,45 102,59 0,14 Papua Barat 99,26 99,69 0,43 Papua 97,12 97,42 0,31 8 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015

Tabel 11 NTP tanpa Subsektor Perikanan Provinsi dan nya Februari - Maret 2015(2012=100) Provinsi Nasional 102,15 101,48-0,65 NAD 97,02 97,33 0,31 Sumatera Utara 98,26 99,12 0,87 Sumatera Barat 98,27 98,59 0,33 Riau 96,10 97,12 1,06 Jambi 96,25 95,66-0,61 Sumatera Selatan 97,60 98,28 0,70 Bengkulu 95,55 96,12 0,61 Lampung 103,29 102,37-0,89 Bangka Belitung 102,97 104,57 1,55 Kepulauan Riau 96,38 96,93 0,58 Jawa Barat 106,05 105,79-0,25 Jawa Tengah 101,54 99,93-1,58 Yogyakarta 100,66 99,34-1,31 Jawa Timur 106,19 104,30-1,77 Banten 105,21 105,12-0,08 Bali 103,88 103,38-0,48 Nusa Tenggara Barat 102,03 102,31 0,28 Nusa Tenggara Timur 101,52 101,09-0,42 Kalimantan Barat 97,42 97,41 0,00 Kalimantan Tengah 98,44 98,25-0,19 Kalimantan Selatan 99,98 100,26 0,28 Kalimantan Timur 100,89 99,78-1,10 Sulawesi Utara 97,90 96,77-1,16 Selawesi Tengah 97,35 97,46 0,11 Sulawesi Selatan 103,76 104,53 0,75 Sulawesi Tenggara 98,48 97,67-0,82 Gorontalo 101,73 101,83 0,09 Sulawesi Barat 101,81 103,07 1,24 Maluku 99,53 99,84 0,32 Maluku Utara 102,46 102,61 0,15 Papua Barat 98,44 98,99 0,56 Papua 96,53 96,92 0,41 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 9

Tabel 12 Nilai Tukar Nelayan Provinsi dan nya Februari - Maret 2015(2012=100) Provinsi Nasional 106,72 106,20-0,49 NAD 103,20 101,52-1,63 Sumatera Utara 104,21 103,03-1,13 Sumatera Barat 102,13 102,76 0,61 Riau 109,07 107,87-1,10 Jambi 103,01 102,86-0,15 Sumatera Selatan 95,67 96,43 0,79 Bengkulu 98,17 99,28 1,13 Lampung 107,57 107,78 0,20 Bangka Belitung 103,96 102,26-1,64 Kepulauan Riau 111,67 109,93-1,57 DKI Jakarta 103,80 104,11 0,30 Jawa Barat 107,74 107,85 0,10 Jawa Tengah 105,64 105,10-0,52 Yogyakarta 108,36 107,43-0,86 Jawa Timur 107,18 105,33-1,72 Banten 115,52 114,06-1,26 Bali 113,94 114,47 0,47 Nusa Tenggara Barat 104,10 104,06-0,04 Nusa Tenggara Timur 105,94 105,94 0,01 Kalimantan Barat 99,63 100,11 0,47 Kalimantan Tengah 109,42 109,43 0,01 Kalimantan Selatan 112,57 112,93 0,32 Kalimantan Timur 106,95 106,71-0,23 Sulawesi Utara 111,88 113,12 1,11 Selawesi Tengah 106,96 107,23 0,25 Sulawesi Selatan 109,36 108,39-0,89 Sulawesi Tenggara 107,30 105,65-1,54 Gorontalo 100,86 102,02 1,15 Sulawesi Barat 99,52 100,04 0,52 Maluku 107,45 106,98-0,44 Maluku Utara 101,81 101,83 0,03 Papua Barat 107,66 107,04-0,57 Papua 110,08 108,87-1,10 10 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015

Tabel 13 Nilai Tukar Pembudidaya Ikan Provinsi dan nya Februari - Maret 2015(2012=100) Provinsi Nasional 99,62 99,56-0,06 NAD 95,80 96,14 0,36 Sumatera Utara 93,38 92,82-0,60 Sumatera Barat 108,72 108,79 0,07 Riau 103,26 102,89-0,36 Jambi 97,83 98,04 0,21 Sumatera Selatan 101,53 101,77 0,23 Bengkulu 100,73 100,51-0,22 Lampung 97,37 97,18-0,20 Bangka Belitung 95,05 94,50-0,58 Kepulauan Riau 109,87 109,31-0,51 DKI Jakarta 94,07 94,35 0,30 Jawa Barat 98,46 98,72 0,26 Jawa Tengah 97,87 97,95 0,08 Yogyakarta 104,78 104,10-0,65 Jawa Timur 105,46 105,44-0,02 Banten 95,84 96,14 0,32 Bali 92,20 91,64-0,60 Nusa Tenggara Barat 94,04 92,98-1,13 Nusa Tenggara Timur 100,91 100,88-0,03 Kalimantan Barat 98,32 98,64 0,32 Kalimantan Tengah 97,38 97,21-0,18 Kalimantan Selatan 104,23 103,13-1,06 Kalimantan Timur 91,70 90,76-1,02 Sulawesi Utara 97,43 96,68-0,77 Selawesi Tengah 94,68 94,23-0,47 Sulawesi Selatan 102,21 101,68-0,52 Sulawesi Tenggara 99,33 98,55-0,78 Gorontalo 92,11 92,69 0,63 Sulawesi Barat 99,37 100,41 1,05 Maluku 109,84 109,29-0,50 Maluku Utara 107,08 107,88 0,74 Papua Barat 93,43 92,94-0,53 Papua 91,81 91,25-0,61 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 11

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2015 Berdasarkan hasil observasi terhadap 63 transaksi gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta selama Maret 2015, sebagian besar atau 57,14 persen berkualitas rendah sementara itu sisanya 42,86 persen berkualitas Gabah Kering Panen (GKP). Dibandingkan Februari 2015, rata-rata harga gabah kualitas GKP mengalami penurunan 16,56 persen menjadi Rp. 4.383,33 per kg di tingkat petani dan turun 16,40 persen menjadi Rp. 4.433,33 per kg di tingkat penggilingan. Sebaliknya, rata-rata harga gabah kualitas rendah naik sebesar 9,58 persen menjadi Rp. 4.311,11 per kg di tingkat petani dan naik 9,46 persen menjadi Rp. 4.361,11 per kg di tingkat penggilingan. Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 6.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Panjatan (Kulonprogo). Selama Maret 2015, tidak dijumpai observasi harga gabah di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Pada Maret 2015, berdasarkan hasil Survei Harga Produsen Gabah di Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat ada sebanyak 63 observasi transaksi gabah di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Kulonprogo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Sleman. Dilihat dari distribusinya, gabah kualitas rendah sebanyak 36 observasi dan kualitas GKP sebanyak 27 observasi. Kelompok Kualitas GKG GKP Tabel 14 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Maret 2015 Jumlah Observasi (%) Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp/Kg) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Harga* Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg) Selisih Harga Terendah Tertinggi Rata-rata (Rp/Kg) (%) (5) (6) (7) (8) (9) 0 4.600,00 - - - - - - (0,00%) (penggilingan) Gabah Kualitas Rendah Total 27 (42,86%) 36 (57,14%) 63 (100,00%) 3.850,00 6.000,00 4.383,33 4.433,33 3.700,00 (petani) 3.750,00 (penggilingan) 683.33 18,47 683,33 18,22 3.700,00 5.200,00 4.311,11 4.361,11 - - - - - - - - - - Keterangan : GKG : kadar air 14% dan kadar hampa/kotoran 3% GKP : kadar air (14,01%-25%) dan kadar hampa/kotoran (3,01%-10%) atau kadar air 14% an kadar hampa 3% Diluar kualitas : kadar air 25% atau kadar hampa/kotoran 10% * HPP berdasarkan INPRES nomor 5 Tahun 2015 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah tgl.17 Maret 2015 mulai berlaku pada tanggal dikeluarkan. 12 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015

1. Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 27 observasi atau 42,86 persen dari keseluruhan jumlah observasi selama Maret 2015. Dari sejumlah observasi tersebut, tidak ditemui kasus harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan yang berada dibawah HPP. Berdasarkan 36 observasi pada transaksi penjualan gabah kualitas rendah atau 57,14 persen dari keseluruhan observasi transaksi penjualan gabah selama Maret 2015, yang berpotensi mengalami kasus harga sebanyak 33,33 persen berasal dari Kabupaten Bantul, 14,29 persen berasal dari Kabupaten Kulonprogo dan 9,52 persen berasal dari Kabupaten Sleman. Tabel 15 Jumlah dan Observasi Harga Gabah di Bawah, Sama Dengan, dan di Atas HPP menurut Kualitas, Maret 2015 Kelompok Kualitas Jumlah Observasi Jumlah Observasi Harga Gabah Di Bawah HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Sama Dengan HPP Jumlah Observasi Harga Gabah Di Atas HPP Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan Tk. Petani Tk. Penggilingan (5) (6) (7) (8) GKG 0-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) GKP 27 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 0 (0,00 %) 27 (100,00 %) 27(100,00 %) GKG dan GKP 27-0 (0,00 %) - 0 (0,00 %) - 27 (100,00 %) Kualitas Rendah 36 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Harga gabah tertinggi di tingkat petani senilai Rp. 6.000,00 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varitas Menthik Wangi terjadi di Kecamatan Moyudan (Sleman). Sebaliknya, harga gabah terendah di tingkat petani senilai Rp. 3.700,00 per kg dengan gabah kualitas rendah varitas IR 64 terjadi di Kecamatan Panjatan (Kulonprogo). Tabel 16 Rata-rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas, Januari - Maret 2015 Kelompok Kualitas Kadar Air (KA) Kadar Hampa/Kotoran (KH) Jan 2015 Feb 2015 Mar 2015 Jan 2015 Feb 2015 Mar 2015 (5) (6) (7) GKG - - - - - - GKP 13,21 12,82 16,02 7,40 7,57 6,91 KualitasRendah 24,16 30,41 22,59 16,76 10,37 12,85 Selama tiga bulan terakhir, komponen mutu gabah relatif berfluktuasi dari bulan ke bulan. Ratarata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing sebesar 16,02 persen dan 6,91 persen, sedangkan gabah kualitas rendah pada bulan Maret 2015 memiliki rata-rata KA dan KH masingmasing sebesar 22,59 persen dan 12,85 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015 13

Rp/Kg Tabel 17 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas Januari - Maret 2015 Kelompok Kualitas Tingkat Petani (Rp / Kg) Jan 2015 Feb 2015 Mar 2015 Perub (4) thd (3) (%) Tingkat Penggilingan (Rp / Kg) Jan 2015 Feb 2015 Mar 2015 Perub (4) thd (3) (%) (5) (6) (7) (8) (9) GKG - - - - - - - - GKP 4.770,51 5.253,33 4.383,33-16,56 4.820,51 5.303,33 4.433,33-16,40 Kualitas Rendah 3.948,44 3.934,38 4.311,11 9,58 3.998,44 3.984,38 4.361,11 9,46 Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani turun Rp. 870,00 per kg (16,56 persen) menjadi Rp 4.383,33 per kg dan di tingkat penggilingan turun Rp. 870,00 per kg (16,40 persen) menjadi Rp. 4.433,33 per kg. Sementara itu rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani naik sebesar Rp. 376,74 per kg (9,58 persen) menjadi Rp. 4.311,11 per kg, dan rata-rata harga di tingkat penggilingan naik Rp. 376,74 per kg (9,46 persen) menjadi Rp. 4.361,11 per kg. Gambar 1 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Penggilingan Daerah Istimewa Yogyakarta, Maret 2014 -Maret 2015 5400 5200 5000 4800 4600 4400 4200 4000 3800 3600 3400 3200 3000 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 GKG GKP Kualitas Rendah HPP GKG HPP GKP 14 Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No. 23/04/34/Th.XVII, 1 April 2015