BAB I PENDAHULUAN. diri sebagai katup pengaman, dinamisator, stabilisator perekonomian Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

Nama : Henny Ria Hardiyanti NPM : Kelas : 3 EB 18

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UKM juga berperan dalam perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi antar pelaku usaha dalam menghasilkan produk-produk berkualitas dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia industri yang semakin pesat menyebabkan para

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

Analisis Perhitungan Harga Pokok Pesanan Untuk Menentukan Harga Jual Dengan Metode Full Costing Pada PD. Karya Jaya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usaha atau suatu bisnis dapat mengambil keputusan dengan tepat.

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan serta menjaga. kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Moses Laksono Singgih, M.Sc, M.Reg.Sc

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan. Hal itu, dikarenakan akuntansi biaya dapat membantu kelancaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I PENDAHULUAN. untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam dalam perkembangan ekonomi karena perusahaan ini menyediakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi yang terjadi saat ini akan menjadi suatu. tantangan bagi perekonomian Indonesia karena pada kenyataannya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. UMKM (Usaha Kecil Mikro dan Menengah) merupakan salah satu. rumahan. Peranan UMKM sejak krisis moneter tahun 1998 dipandang sebagai

PENGHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN METODE FULL COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL (STUDI KASUS UKM RENGGINANG SARI IKAN DI SUMENEP)

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini persaingan di dunia kerajinan batik semakin

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah mudah bagi suatu perusahaan untuk dapat bertahan bahkan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin canggih di era modern dan globalisasi

ABSTRAK. Kata Kunci : Harga Pokok Produksi dan Metode Activity Based Costing

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendistribusikan produk yang telah dihasilkannya tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Langkah ini dilakukan setelah pada tingkat regional, ASEAN telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Usaha kecil dan mengah (UKM) di berbagai Negara termasuk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tantangan untuk pengusaha guna mempertahankan kontinuitas

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan saat ini sedang berlomba-lomba dalam memanfaatkan teknologi

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT PAHALA FURNITURE SEMINAR PENULISAN ILMIAH

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan, baik yang bergerak di bidang jasa, produksi, manufacturing maupun perdagangan bertujuan untuk memperoleh laba yang

PERHITUNGAN HARGA POKOK PESANAN UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL DENGAN METODE FULL COSTING PADA KONVEKSI MIFTAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ikut serta bersaing dalam memajukan perekonomian di Indonesia. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. penulis untuk membahas topik tersebut didasari oleh beberapa pokok pikiran;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan kecil menengah adalah sebuah entitas yang memiliki skala

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIVE SYSTEM PENENTUAN BIAYA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kebutuhan manusia yang terus meningkat, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang berasal dari daerah tersebut. berdasarkan data dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis (perusahaan) merupakan suatu organisasi yang menyediakan berbagai

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman, kehidupan dunia usaha semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan harus

ANALISIS PENERAPAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PONDOK BAKSO KATAM

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK (HPP) DI PT. WIKA BETON DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Vina Chris Lady Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Dosen Pembimbing : Haryono, SE., MMSI.

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN KLASTER INDUSTRI KULIT DI KABUPATEN GARUT TUGAS AKHIR. Oleh : INDRA CAHYANA L2D

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang undang. Usaha kecil adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan utamanya membeli barang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perekonomian dunia sedang menuju era globalisasi di mana

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. temurun. Sedangkan industri kecil kerajinan barang-barang dari kulit seperti jaket,

Nama : Anita NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Rully Movizar SE, MMSI.

untuk mendorong perkembangan UKM (Tambunan : 2009). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tahun 2015 jumlah pengangguran di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PADA INDUSTRI KERAJINAN BAMBU KARTI AJI

PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk memudahkan para penggunanya dalam menerapkan prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. kecil dan menengah. Untuk itu pihak manajemen dalam sebuah perusahaan perlu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Usaha merupakan penggerak nomor satu ekonomi negara. Di Indonesia, berpengaruh baik dalam penggerak perekonomian negara.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menurunkan angka pengangguran nasional. yang memiliki proporsi unit usaha terbesar adalah sektor (1) Pertanian,

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM telah membuktikan diri sebagai katup pengaman, dinamisator, stabilisator perekonomian Indonesia dan sudah teruji kekuatan dan kehandalannya ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi tahun 1997 dan krisis ekonomi dunia seperti Sub-prime mortgage US dan European Sovereign Debt. Pertumbuhan jumlah UMKM Indonesia menunjukan angka yang signifikan dari tahun 2005 hingga tahun 2012 terbukti dari data Dinas Perindagkop dan UKM menyebutkan bahwa peningkatan pendapatan domestik bruto (PDB) yang disumbangkan oleh UMKM kontribusinya lebih besar dibandingkan dengan PDB yang disumbangkan usaha besar (Dinas Perindagkop dan UKM, 2014; Mohammad Hanif, 2012). Perkembangan UMKM yang tinggi tetapi tidak untuk angka kontinuitasnya disebabkan berbagai permasalahan yang dihadapi UMKM. Menurut pandangan Soeharto Prawirokusumo dalam bukunya Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil (2010: 229-230) angka kematian UMKM yang cukup tinggi disebabkan oleh adanya permasalahan dalam ketidakmampuan manajemen mengelola bisnis, kurangnya pengalaman dan pengoperasian fisik bisnis dan kemampuan konsep, lemahnya kendali keuangan dalam hal permodalan dan kebijakan kredit

2 pembayaran, gagal memengembangkan perencanaan strategis, pertumbuhan yang tidak terkendali, pemilihan lokasi yang buruk, persediaan yang tidak baik, dan ketidakmampuan mengatasi transisi kewirausahaan. Stevanus dalam bukunya kewirausahaan UKM (2007:189) juga menegaskan bahwa masalah manajemen keuangan dinilai menjadi kelemahan utama pelaku UMKM dalam mengembangkan bisinisnya, dimana keterbatasan sumber daya yang ada tidak kompeten dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) dan menyusun laporan keuangan. Perhitungan HPP selain digunakan sebagai dasar penentuan tingkat laba, penilaian efisiensi usaha, juga pengalokasian HPP yang tepat akan membantu perusahaan dalam menetapkan harga pokok penjualan yang tepat pula. Perhitungan HPP yang tepat sangat penting bagi setiap perusahaan dalam melakukan perencanaan, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan serta untuk menentukan perolehan yang wajar (John.W.Day:2008) Sulitnya menetapkan HPP dengan akurat dan membuat laporan keuangan sebenarnya menjadi permasalahan klasik yang dialami oleh sebagian besar industri UMKM di Indonesia. Penelitian tentang HPP yang dilakukan Lardin Korawijayanti (2013:122-128) pada UKM Torakur Di Kecamatan Bandugan Kabupaten Semarang, serta penelitian Rully Kusumawardhani (2014) pada UKM Tristar Di Malang memaparkan bahwa para pelaku UKM mengalami kesulitan dalam menghitung HPP dengan tepat, selain itu UKM juga tidak memiliki kemampuan mendiskripsikan dengan teliti setiap aktivitas yang akan terjadi pada setiap tahap produksi guna mengetahui sumberdaya apa saja yang akan terserap pada setiap aktivitas tersebut. UKM hanya menghitung harga pokok dengan

3 metode tradisional yang membebankan besarnya harga pokok pada banyak sedikitnya unit produk yang dihasilkan. Kemungkinan lainnya adalah kalkulasi biaya yang terlalu rendah (undercost) dimana sebuah produk menghabiskan sumber daya yang lebih banyak tetapi justru memiliki biaya per unit yang rendah maka akan mengakibatkan kerugian pada perusahaan karena tidak mencapai laba yang diinginkan (Blocher, et all, 2007:160-161; John W.Day, 2008). Permasalahan penetapan HPP yang akurat juga terjadi pada industri UMKM di Kabupaten Garut khususnya pada pelaku usaha kerajinan kulit. Salah satu komoditas andalan dari pengrajin kulit di Kabupaten Garut adalah produksi pakaian jadi dari kulit atau yang labih dikenal dengan sebutan Jaket Kulit Garut. Saat ini Kabupaten Garut memliki 417 unit usaha formal dan non formal pakaian jadi dari kulit dengan menyerap kurang lebih 3.000 tenaga kerja. Data terakhir dari Dinas Dinas Perindagkop & UKM Kabupaten Garut pada tahun 2013 mencatat jumlah produksi per tahun Jaket Kulit Mulus adalah sekitar 50.000 potong dan Jaket Kulit Sambung sekitar 200.000 potong. Banyaknya unit usaha dan besarnya kapasitas produksi adalah sebuah boomerang jika tidak diikuti dengan sistem akuntansi yang baik. Laporan tentang biaya yang dikeluarkan selama proses produksi menjadi hal yang penting bagi perkembangan perusahaan karena berkaitan dengan laba yang akan diterima oleh perusahaan. Hambatan dalam proses penetapan harga produksi cepat atau lambat akan berdampak pada pengendalian kualitas terhadap komoditas barang yang dihasilkan sehingga dapat mempengaruhi kinerja citra komoditas yang sudah

4 terbentuk. Jika hambatan ini tidak diatasi, maka pengrajin kulit Garut akan kalah bersaing dengan pengrajin kulit dari daerah lain yang ironisnya justru mengolah kulit tersamak yang berasal dari Garut. Saat sistem penentuan HPP tidak sesuai, yang akan terjadi adalah kalkulasi biaya yang terlalu tinggi (overcost) dimana sebuah produk menghabiskan sumber daya yang lebih sedikit tetapi justru memiliki biaya per unit yang tinggi maka akan mrngakibatkan kerugian pada perusahaan karena tidak dapat bersaing dengan hasil produksi yang sejenis lainnya. Global Leather merupakan salah satu UMKM yang bergerak di bidang industri kerajinan kulit di Kabupaten Garut dimana jaket dan tas kulit menjadi fokus bisnis selama beberapa tahun terakhir ini. Saat ini jaket dan tas kulit banyak diminati konsumen selain karena kualitas yang dimilikinya, pilihan warna dan model yang semakin beragam menjadi alasan konsumen memilih jaket dan tas kulit produksi UMKM Global Leather. UMKM Global Leather melakukan penghitung harga pokok produksi dengan hanya berdasarkan sebagian informasi, seperti informasi mengenai Biaya Bahan Baku (BBB) dan informasi mengenai Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL, selain itu UMKM Global Leather juga tidak detail dan kurang rinci dalam mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi biaya produk dan tidak menerapkan metode perhitungan HPP yang sesuai. Berikut adalah data perhitungan harga jual dan harga pokok produksi jaket dan tas kulit yang diproduksi oleh UMKM Global Leather dengan sistem biaya tradisional periode Januari 2015 :

5 TABEL 1.1 PERHITUNGAN HARGA JUAL DAN HARGA POKOK PRODUKSI GLOBAL LEATHER GARUT Desember 2014 Januari 2015 Uraian Jaket Kulit Tas Kulit Jaket Kulit Tas Kulit Jumlah Produksi 900 Unit 150 Unit 1080 Unit 90 Unit Biaya Bahan Baku (Rp) Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp) Harga Pokok Produksi (Rp) 621.900.000 67.500.000 680.400.000 40.500.000 67.500.000 12.000.000 81.000.000 7.200.000 698.400.000 79.500.000 827.280.000 47.700.000 Harga Jual (Rp) 810.000.000 90.000.000 972.000.000 54.000.000 Laba (Rp) 120.600.000 10.500.000 144.720.000 6.300.000 Sumber: data diolah (2015) Tabel 1.1 memperlihatkan cara perhitunggan harga jual dan harga pokok produksi jaket dan tas kulit hanya dibebankan kepada biaya bahan baku (BBB) dan biaya tenaga kerja langsung (BTKL) sehingga laba yang didapatkan terlihat lebih besar dari yang sesungguhnya, karena masih banyak biaya yang tidak dimasukkan dalam perhitungan tersebut, seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, serta biaya overhead pabrik. Sistem penentuan harga pokok yang dilakukan perusahaan tidak lagi mencerminkan bagaimana aktivitas yang spesifik dalam suatu produksi. Akibatnya HPP yang tidak tepat dapat mempengaruhi laba rugi yang diperoleh perusahaan, dimana laba yang muncul hanyalah laba semu. Perhitungan HPP yang digunakan UMKM Global Leather dalam menentukan HPP tidak sesuai dengan standar akuntansi yang terlihat dari sistem pelaporan keuangan dimana mereka mencatat seluruh transaksi keuangan, seperti jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual,

6 dan jumlah piutang serta utangnya, namun belum sesuai posnya. Keterbatasan SDM menjadi salah satu faktor kurang baiknya sistem pelaporan keuangan di UMKM Global Leather. Akibatnya pihak perbankan sulit untuk mengeluarkan pinjaman dikarenakan tidak memenuhi syarat administrasi pengajuan pinjaman. Jika permasalahan ini dibiarkan UMKM akan menghambat daya saing perusahaan sehingga sulit berkembang dan menghadapi pasar yang lebih kompetitif. Berdasarkan fenomena di atas yang menjadi masalah adalah perhitungan harga pokok suatu produk perusahaan UMKM Global Leather yang tidak memenuhi standar perhitungan harga pokok produksi yang benar. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang, maka diidentifikasi cara untuk menentukan Harga Pokok Produksi (HPP) diperlukan adanya evaluasi dalam mengelompokkan dan mengumpulkan biaya untuk menyusun harga pokok produksi. Untuk menentukan HPP menurut Blocher, et all (2007:147-149) dapat digunakan dengan menggunakan metode full costing, variable costing, atau dengan activity based costing (ABC). Namun, metode full costing dan variable costing kurang tepat digunakan untuk perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk, sehingga metode ABC dianggap lebih tepat karena sistem perhitungannya lebih akurat dengan menelusuri biaya aktivitas produk. Sistem ABC menghasilkan penentuan HPP yang lebih akurat dan dapat membantu perusahaan dalam mengelola keunggulan kompetitif, kekuatan dan kelemahan perusahaan secara efisien. Pada penelitian yang dilakukan Robin Cooper (2008:41-48) ABC diimplementasikan saat persaingan semakin ketat

7 dengan tidak meningkatkan biaya kesalahan yang disebabkan kekeliruan dalam penentuan harga jual atau saat diversitas produk yang sangat tinggi dalam hal volume, ukuran dan kompleksitas produk. Semua perusahaan seharusnya menggunakan sistem ABC jika manfaat menggunakan sistem tersebut lebih besar daripada biayanya (Horngren, et all, 2009:123). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti rumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana analisis perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) berdasarkan metode Activity Based Costing (ABC) pada UMKM Global Leather. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah adapun tujuan yang hendak dicapai peneliti dalam penelitian adalah analisis perhitungan Harga Pokok Produksi berdasarkan metode Activity Based Costing di UMKM Global Leather. 1.5 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan sumbangan ilmu, baik secara teoritis maupun praktis, serta memberikan kegunaan terhadap penelitian selanjutnya.adapun kegunaankegunaan tersebut dapat diurai sebagai berikut. 1. Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan secara teoritis dan menjadi sumbangan untuk pengembangan ilmu manajemen serta dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya dalam

8 penerapan Activity Based Costing menurut teori dan kondisi nyata di lapangan sehingga lebih tergambar kelebihan dan kekurangan secara langsung dengan keadaan sebenarnya. 2. Kegunaan Praktis a. Bagi UMKM Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi pelaku usaha UMKM mengenai pentingnya penerapan Activity-Based Costing System dalam kaitannya dengan penentuan HPP serta pertimbangan manajemen dalam mengambil kebijakan dalam menujang perkembangan yang berkesinambungan b. Bagi UMKM Global Leather Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan alternative cara perhitungan HPP dengan menggunakan metode Activity-Based Costing Selain itu juga peneliti berharap UMKM Global leather menjadi lebih mengetahui kelebihan dan kekurangan cara penghitunagan HPP menggunakan metode perusahaan dan Activity-Based Costing 3. Kegunaan terhadap peneliti selanjutnya Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan referensi atau sebagai sumber atau bahan perbandingan bagi mahasiswa yang akan membuat tugas akhir atau skripsi mengenai perhitungan metode Activity Based Costing (ABC).