BAB I PENDAHULUAN. pengajar dan peserta didik dalam mencapai tujuan learning outcome.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan di era global. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang

Interprofessional Education: Sebuah Ulasan Singkat. Zakka Zayd Zhullatullah Jayadisastra. Staff Kajian Medical Education and Profession (MEP) ISMKI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pharmaceutical care menggeser paradigma praktik kefarmasian dari drug

Etika Profesi dan Pendidikan Interprofesional

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional yang berbasis silo dimana setiap tenaga kesehatan tidak mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan

BAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. medical error antara % dari jumlah pasien dengan %. Medical

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa peran masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar, et al., 1998; Steinert, 2005).

Pendekatan Interprofessional Collaborative Practice dalam Perawatan Pasien Katastropik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses penting dari perubahan. perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan keterkaitan antara kategori attachment, patient-centered

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan, menyusun intervensi keperawatan, implementasi tindakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran KEVIN PIETER TOMAN G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I DEFINISI BAB II A. DEFINISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. antar profesi kesehatan (IPE) pada bulan September 2013 setelah melalui

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kerawanan terjadi kesalahan medik (medical error). Kasus kematian akibat

Perubahan Paradigma Sistem Penjaminan Mutu dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan Tinggi Kesehatan : Revitalisasi Peran Masyarakat Profesi Kesehatan

PERSEPSI DOSEN STIKES AISYIYAH SURAKARTA TERHADAP INTER PROFESIONAL EDUCATION (IPE)

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

GAMBARAN PRAKTIK KOLABORATIF ANTARA PERAWAT DAN DOKTER DI RUANG RAWAT INAP RSUD SIDIKALANG

Komponen 2 HPEQ Project: Standarisasi Lulusan Profesi Kesehatan dengan Ujian Nasional

Pernyataan Sikap dan Komitmen Perwakilan Mahasiswa Profesi Kesehatan dan Profesional Muda Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

PENERAPAN PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL: Dewi Irawaty, MA, PhD

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pelayanan kesehatan dihadapkan pada paradigma baru dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

Evidence-based practice

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni pada era global

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan kedokteran terdiri dua tahap, yaitu pendidikan tahap sarjana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INTERPROFESIONAL EDUCATION DALAM PANDANGAN DOKTER GIGI. Oleh : drg Laelia Dwi Anggraini, SpKGA

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu fenomena yang harus di respon oleh perawat. Respon yang ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

Analisis Persepsi, Motivasi, dan Kesiapan Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Utara pada Interprofessional Education (IPE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass)

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA TAHAP PROFESI DI FKIK UMY TENTANG INTERPROFESSIONAL EDUCATION DI ASRI MEDICAL CENTER YOGYAKARTA

: Indrayanti, S.Kep; Ns. : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta : drg. Gilang Yubiliana

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA DALAM MERAWAT PASIEN JIWA PADA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN JIWA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PT. AR. MUHAMAD RUMAH SAKIT AR. BUNDA JL. ANGKATAN 45 KEL. GUNUNG IBUL TELP. (0713) FAX. (0713) PRABUMULIH SUM - SEL 31121

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

STANDAR PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS BEDAH SARAF

REFLEKSI PENYELENGGARAAN KURIKULUM DIII KEPERAWATAN

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RS (...) NOMOR :002/RSTAB/PER-DIR/VII/2017 TENTANG PANDUAN EVALUASI STAF MEDIS DOKTER BAB I DEFINISI

Manual Prosedur MATRIKULASI MAHASISWA ALIH PROGRAM D III GIZI PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

HPEQ Program Sebagai Pijakan Awal Perbaikan Sistem Pendidikan Kesehatan Masyarakat. CPCU HPEQ Project Dirjen Dikti Kementerian Pendidikan Nasional

BAB I DEFINISI Proses Keredensial (Credentialing): Proses Re- Kewenangan klinis (clinical privilege) : Surat Penugasan (clinical Appointment) Tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai rasa trauma, kebingungan dan mengagetkan. Berdasarkan hasil dari beberapa

Emiliana Tarigan Staf Pengajar STIK Sint Carolus Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. negara terus menerus melakukan berbagai upaya internasional untuk

INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK

Borang Audit Internal Mutu (AIM) Lingkup ISO: Program Studi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh pengajar dan peserta didik dalam mencapai tujuan learning outcome. Pendekatan pembelajaran juga merupakan pilihan pengajar untuk beraktivitas, apakah pengajar akan menjelaskan suatu materi yang sudah tersusun pada bidang studi tertentu, ataukah menggunakan materi yang terkait satu dengan yang lainnya dalam tingkat kedalaman yang berbeda atau bahkan merupakan materi yang terintegrasi dalam suatu kesatuan multi disiplin ilmu. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen atau unsur yaitu: peserta didik, pengajar, tujuan pembelajaran, bahan ajar, metode mengajar yang digunakan, media pembelajaran, dan evaluasi yang cocok. Jika semua komponen ini saling berinteraksi dalam proses pembelajaran maka sudah pasti akan memberikan konstribusi yang signifikan terhadap perolehan mutu hasil pembelajaran. Terkait dengan pengembangan bahan ajar dalam bentuk modul sangat diperlukan untuk pegangan dosen mengajar dan mahasiswa untuk dipelajari sebelum perkuliahan dimulai, sehingga dosen dan mahasiswa betul-betul siap dalam menerima suatu materi perkuliahan. Modul dapat membantu mutu dari suatu pembelajaran. Berdasarkan jurnal liez Lees dan Denise Price et.al. (2010): modul praktek klinik keperawatan sebagai kunci pemberian perawatan pada pasien. Pengembangan modul pada tahun 2005, akan tetapi berdasarkan fakta dan

2 observasi, modul belum membudaya sebagai pegangan bagi dosen dan mahasiswa. Dosen biasanya memberikan handout bukan modul, itupun diberikan setelah selesai memberikan perkuliahan. Sedangkan pendapat Ywye dan Mc Clenahan, (2000): Dengan modul akan memberikan pengetahuan dan pemahaman yang sama antara dosen dan mahasiswa dalam penerapan teori dan praktek, sehingga hasil belajar bisa optimal sesuai dengan learning outcome yang diharapkan. Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 13 Juli 2015, evaluasi hasil rapat tahun ajaran 2013/2014 di STIKES Karya Husada Kediri sudah pernah mengadakan pelatihan tentang Interprofesional Education pada 9 Januari 2014, akan tetapi praktiknya belum diterapkan sepenuhnya pada mahasiswa. Modul tentang Education belum diterapkan di STIKES Karya Husada Kediri. STIKES Karya Husada Kediri terdiri dari 5 program studi, meliputi: Program Studi (S1 Ilmu Keperawatan, D4 Kebidanan, D3 Keperawatan, D3 Kebidanan dan D3 Gizi). Pada penelitian ini hanya mahasiswa Program Studi jenjang diploma yang dipakai sebagai penelitian yaitu D3 Keperawatan, D3 Kebidanan dan D3 Gizi. Berdasarkan pengelompokan mata kuliah dalam kurikulum, malnutrisi termasuk pada asuhan keperawatan anak. Permasalahan yang muncul saat pelaksanaan perkuliahan yang tumpang tindih, sebagai Contoh: Saat mengajar mata ajar Keperawatan Anak dengan malnutrisi. a) Perawat memberikan materi askep anak dengan malnutrisi, Dosen menguraikan mulai dari pengertian penyakit, tanda gejala, patofisiologi, penatalaksanaan mulai dari

3 terapi sampai dengan nutrisi yang diberikan pada anak. b) Dokter: akan memberikan materi tentang malnutrisi, mulai dari pengertian, tanda-gejala, penataksanaan mulai dari pengobatan dan pemberian nutrisi yang harus diberikan pada anak dengan malnutrisi. c) Gizi: akan memberikan materi nutrisi pada anak dengan malnutrisi juga. d) Farmasi juga akan memberikan resep multi vitamin pada anak dengan malnutrisi, kemungkinan akan berbeda dengan resep yang dituliskan dokter. Hal ini yang membuat over lapping materi dan tindakan yang diberikan pada mahasiswa. Belum berjalanannya proses pembelajaran Education pada asuhan keperawatan anak, mahasiswa menjadi bingung dengan over lapping materi yang diterima. Sebenarnya permasalahan ini bisa diatasi dengan adanya kuliah bersama Keperawatan, Kebidanan dan Gizi, kemudian role model dari teori bisa dipraktekkan mahasiswa saat praktek laboratorium, dengan terlaksananya pembelajaran Education (IPE). Permasalahan berikutnya yaitu teori tentang Education (IPE) sudah muncul tahun 1988 akan tetapi belum dilaksanakan model Interprofesional Education pada mahasiswa. Permasalahan diatas sebenarnya bisa diatasi dengan adanya penerapan modul Education dengan penyelesaian kasus malnutrisi pada mahasiswa dari program studi diploma Keperawatan, Kebidanan dan Gizi. Dengan berbagai disiplin ilmu, pengembangan Interprofesional Education (IPE) dalam kurikulum pendidikan tinggi sangat berperan dalam

4 pengembangan pelayanan kesehatan kolaborasi secara professional, teknologi Education serta pembinaan keprofesian, karena pendidikan kesehatan khususnya keperawatan sebagai sarana mencapai profesionalisme pelayanan kesehatan, oleh karena itu perkembangan pelayanan kesehatan terutama keperawatan pada program Education merupakan titik awal terbentuknya pendidikan kesehatan atau keperawatan di Indonesia. Penelitian yang dilakukan Stewart et.al (2010) menunjukkan bahwa setelah dilakukan workshop pendekatan Education pengobatan pediatrik pada 48 mahasiswa kedokteran dan 20 mahasiswa keperawatan, terdapat peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang keamanan pengobatan dan penyebab-penyebab kesalahan medikasi pada pediatrik. Mahasiswa melaporkan bahwa belajar membuat resep dan administrasi obat pada pediatrik akan lebih efektif jika dilakukan bersama profesi kesehatan dari disiplin ilmu lain dibandingkan dengan hanya dengan satu disiplin ilmu. education is when two or more professions learn with, from and about each other to improve collaboration and the quality of care (CAIPE, 2011). education involves students of two or more professions learning together, especially about each other s roles by interacting with each other on a common educational agenda (Frenk, et al, 2010). Untuk menerapkan pola Education, mahasiswa harus memahami dan menerapkan model Education, sehingga mahasiswa sudah terpola dengan inovasi-inovasi kolaborasinya. Bentuk kolaboratif dapat terwujud apabila masing-masing profesi kesehatan bisa saling menghormati otonomi, kewenangan profesinya dan menempatkan semua profesi kesehatan dalam kesetaraan, tidak ada satu pun profesi yang mendominasi atau menjadi sub-ordinat dari profesi yang lainnya. Egosentrisme

5 profesi merupakan sikap mental, karakter, dan produk budaya. Untuk itu diperlukan suatu perubahan dan entry point-nya adalah melalui proses pembelajaran interprofessional Education yang dimulai sejak proses pendidikan dari masing-masing tenaga kesehatan. Berdasarkan American Association of Colleges of Nursing, (2011) kompetensi yang dapat dicapai dalam Education ini antara lain: nilai/etik yang berkembang dalam praktek interprofessional education, peran dan tanggung jawab, komunikasi interprofessional, dan kerjasama tim. Sistem pendidikan sebagai salah satu penentu utama dari penerapan kolaboratif Education antara profesional perawatan kesehatan masa depan terutama penerapan modul Interprofesional Education. Berdasarkan jurnal Rick Hood ( 2012): Collaboration between agencies and profesional can improve the quality of provision in children s service. Kolaborasi Interprofessionl Education diperlukan pada penyelesaian permasalahan asuhan malnutrisi pada anak yang sangat komplek. Berdasakan jurnal Patricia Solomon dan Sue Baptiste. (2015), hasil analisis kualitatif, mahasiswa mampu memecahkan masalah secara Education, mengklarifikasi peran masing-masing profesi, mengakui pentingnya bekerjasama dari online. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) dalam Simposium Interprofesional Education (IPE), 29 Oktober 2014 melakukan dukungan program HPEQ ( Health Profesional Education Quality) melalui strategi pengembangan nilai-nilai pendidikan Education yaitu mendukung program penguatan nilai Education kepada generasi muda sebagai agen perubahan meliputi: mengadakan kajian tentang

6 Education, adanya hibah penelitian dan pengajaran Education, Capacity Building, Networking dengan Education center dan Experts, dan sebagai tindak lanjutnya dengan adanya publikasi International. Menjadikan Health Project Education Quality (HPEQ) Students menjadi anggota CAIPE ( Center for the Advancement of Education) dan Expert IPE dari CAIPE bersedia menjadi narasumber untuk membantu pengembangan model Interprofesional Education di Indonesia, hal ini menjadi peluang bagi kita untuk meningkatkan mutu pendidikan Education pada semua pembelajaran melalui modul di lingkungan akademik dan lingkungan klinis sejak sebelum sampai dengan setelah kualifikasi lulusan. Dengan adanya penerapan modul sebagai pengembangan bahan ajar tentang Education ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemegang kebijakan dan penyusun kurikulum pendidikan dalam mengembangkan modul Education, sehingga kemampuan kolaborasi Education di tingkat institusi dapat diterapkan. Di karenakan Mahasiswa dan profesional muda kesehatan adalah aset berharga untuk peningkatan kualitas pendidikan dan pelayanan kesehatan di Indonesia, mereka tidak hanya sekedar berjuang bersama untuk melanjutkan program (Continuity) tetapi berusaha untuk menjaga keberlanjutan (Sustainability) dengan mengembangkan inovasi program baru yang efektif. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

7 penelitian tentang Pengembangan Uji coba Modul Education (IPE) dalam Pencapaian Kompetensi Etik/Nilai, Peran dan Tanggung Jawab, Komunikasi Profesional, dan Kerjasama tim Pada Malnutrisi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data-data pendukung di latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah Pengembangan Dan Uji coba Modul Education dalam Pencapaian Kompetensi Etika, Nilai, Peran, Tanggung Jawab, Komunikasi Profesional, Dan Kerjasama tim Pada Malnutrisi Di STIKES Karya Husada Kediri? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Untuk Mengembangkan Dan Uji coba Modul Education (IPE) dalam Pencapaian Kompetensi Etik/Nilai, Peran, Tanggung Jawab, Komunikasi Profesional, dan Kerjasama tim Pada Malnutrisi Kolaborasi Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan, D3 Kebidanan dan D3 Gizi STIKES Karya Husada Kediri. 2. Tujuan Khusus: a. Untuk mengembangkan modul Education dengan kompetensi nilai/etik, Peran, Tanggung Jawab, Komunikasi Profesional, dan Kerjasama tim pada malnutrisi kolaborasi Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan, D3 Kebidanan, D3 Gizi STIKES Karya Husada Kediri. b. Untuk melakukan uji coba modul Education dengan

8 kompetensi nilai/etik, Peran, Tanggung Jawab, Komunikasi Profesional, dan Kerjasama tim pada malnutrisi kolaborasi Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan, D3 Kebidanan, D3 Gizi STIKES Karya Husada Kediri. c. Untuk melakukan evaluasi hasil uji coba modul Education dengan kompetensi nilai/etik, Peran, Tanggung Jawab, Komunikasi Profesional, dan Kerjasama tim pada malnutrisi kolaborasi Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan, D3 Kebidanan dan D3 Gizi STIKES Karya Husada Kediri. D. Manfaat Penelitian 1. Keilmuan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan pengembangan modul Interprofesional Education (IPE) pada kompetensi etik/nilai, peran dan tanggung jawab, komunikasi interprofesi dan kerjasama tim dengan kasus malnutrisi/ kasus-kasus lain. Modul Education ini diharapkan bisa sebagai pedoman lahirnya modul-modul pada mata ajar yang lain. Modul bisa dipakai sebagai tambahan daftar pustaka dan sebagai pegangan dosen dan mahasiswa sebelum pembelajaran dimulai. 2. Praktik Dengan modul Interprofesional Education tentang malnutrisi sebagai hasil penelitian, mahasiswa bisa lebih mudah memahami dan mengaplikasikan pada saat praktek dan saat bekerja nanti. Modul yang telah diciptakan oleh dosen bisa dipakai peganggan mahasiswa, sehingga lebih memahami mata kuliah sebelum mata kuliah tersebut diberikan.

9 3. Peneliti Selanjutnya Penelitian ini belum maksimal, unutk kesempurnaan tentang Education, penelitian bisa digunakan sebagai acuan untuk penelitian selamjutnya. E. Penelitian Terkait Penulis Tahun Judul Metode Hasil Liz Lees, & Denis Price. Patricia Solomon & Sue Baptiste. Guido Goelen & Gerlinde De Clercq. Luckar & Flude M, Baker C Pulling C. Tara Cusack & Graine O Donoghue 2010 Developing Dischange Practice Through Module Development, Delivery and Education 2010 Student s Percepsions of Learning Through Facilitated Online Learning Module 2006 Measuring the Effect of Problem-Based Learning on Attitudes of Undergradute Health Care Students 2011 Evaluating an Undergradute Simulation- Based Educational Module: Communication, teamwork, and Confidence Performing Cardiac Resusitation Skill 2012 The Introduction of an Education Kualitatif 17 mahasiswa dinilai pre dan post adanya peningkatan pengetahuan dan kemampuan praktik keperawatan Kualitatif Mahasiswa mampu memecahkan masalah secara kolaboratif, memberikan informasi persektif profesional Kuantitatif 16 Mahasiswa: 8 sebagai kontrol, 8 yang diintervensi, Dengan hasil Significant ada perubahan sikap pada mahasiswa laki-laki pada pembelajaran PBL interprofessional. Kuantitatif Significant ρ=0,001,perawat dan dokter senior melakukan komunikasi dalam kerja tim, percaya diri saat melakukan ketrampilan pada pasien dengan henti jantung. Kuantitatif dan Kualitatif 92 mahasiswa: 70% lebih menyukai pembelajaran modul, dan belajar Perbedaan dengan penelitian sekarang Peneliti sekarang akan meneliti kompetensi Education Sama tentang modul Interprofeesional Education tetapi beda yang akan diteliti Sama meneliti tentang modul akan tetapi yang dinilai Pada penelitian ini menilai tentang sikap mahasiswa, pada penelitian sekarang terkait uji coba modul Beda kajian yang diteliti walaupun topiknya sama tentang modul. Penelitian ini tentang persepsi, mahasiswa tentang modul

10 Penulis Tahun Judul Metode Hasil Tara Cusack & Graine O Donoghue Ielse Seale & Annetta Wikinson. 2012 Module: Student s Perceptions 2005 A Step-up Action Research Model for The Revitalisation of Servise Learning Modules Kuantitatif bersama dengan dan kolaborasi dengan Kualitatif kelompok kecil dan diskusi dalam menyelesaikan masalah. Kualitatif Servis learning terorganisasi dengan baik pada tahun pertama Perbedaan dengan penelitian sekarang Penilian ini membahas tentang modul servise learning sedangkan penelitian sekarang modul IPE pada konpetinya.