BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Furosemid merupakan obat golongan loop diuretik yang banyak digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Natrium diklofenak (derivat fenilasetat) merupakan non-steroidal antiinflammatory

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, dari

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB I PENDAHULUAN. Gates dan George Soros, sehingga terbentuk GF ATM (global fund against

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

pusing, dan kelelahan). Pada kasus PAH, tadalafil merelaksasi pembuluh darah di paru-paru untuk memungkinkan darah mengalir lebih mudah (MedlinePlus,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2012 menunjukkan bahwa

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

BAB 3. BAHAN dan METODE. Alat yang digunakan dalam pengujian adalah : 1. KCKT. 5. Erlenmeyer 250 ml. 6. Labu ukur 10 ml, 20 ml, 1000 ml

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

BAB III METODE PERCOBAAN

PENETAPAN KADAR BENSORSAK DALAM OKKY JELLY DRINK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) KARYA ILMIAH NOVA LESTARI HARAHAP

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

BAB I PENDAHULUAN. bakterial) membuat antibiotik ini (ko-amoksiklav, Augmentin) efektif

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi alam tropis Indonesia sangat menunjang pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak, dan ginjal (WHO, 2009).

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR NISTATIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN SALEP SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah gejala atau

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VALIDASI METODE IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR TADALAFIL DALAM PERMEN KARET CINTA DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini, produsen berlombalomba

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

BIOFARMASI Dhadhang Wahyu Kurniawan Laboratorium Farmasetika

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kombinasi kedua obat memberikan efek sinergis (Ganiswarna, 2007).

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

Pengertian farmakokinetik Proses farmakokinetik Absorpsi (Bioavaibilitas) Distribusi Metabolisme (Biotransformasi) Ekskresi

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

IWANA PUTRI OKTAVIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, beberapa produk susu dan olahannya yang berasal dari Cina

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. A (retinol) atau disebut juga tretinoin. Bahan ini sering dipakai pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) penyebab kematian nomor satu di dunia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Obat Generik (Unbranded Drug) adalah obat dengan nama generik, nama

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

VINI SIANE TANAEM

VALIDASI METODE ANALISIS METOPROLOL DALAM URIN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan tekanan darah sistemik sistolik diatas atau sama dengan

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

perkembangan penyakit DM perlu untuk diperhatikan agar komplikasi yang menyertai dapat dicegah dengan cara mengelola dan memantau perkembangan DM

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN TETES MATA SKRIPSI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi dan merupakan penyebab utama stroke, faktor resiko utama arteri koroner, serta kontributor utama penyakit jantung. Hipertensi sendiri diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara berkesinambungan sebesar 140/90 mmhg, mengingat resiko penyakit kardiovaskular yang berhubungan dengan hipertensi cukup tinggi sehingga perlu mendapatkan perhatian medis (Brunton et al., 2014). Berdasarkan data statistik dari American Heart Association (AHA) tahun 2014, di Amerika Serikat terdapat sekitar 77,9 juta atau 1 dari 3 orang dewasa memiliki penyakit hipertensi. Pada tahun 2010, hipertensi tercatat sebagai penyebab utama dari kematian 63.119 orang di Amerika (AHA, 2014). Pada tahun 1999 2000, orang dewasa Amerika yang memiliki hipertensi 69,6% telah menyadari penyakitnya dan meningkat menjadi 80,6% pada tahun 2007 2008 (Yoon, Ostchega, and Louis, 2010). Di Indonesia sendiri pada tahun 2007 prevalensi hipertensi tertinggi terdapat di Propinsi Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%) (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Dalam terapi hipertensi, terdapat beberapa hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: (1) menggunakan dosis kecil saat memulai pengobatan; (2) jika efek dari obat tunggal kurang memuaskan, digunakan kombinasi dari 2 obat atau lebih; (3) menggunakan obat long acting dengan dosis tunggal yang dapat bertahan 24 jam (Budisetio, 2011). 1

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Salwa & Mutmainah (2010), furosemid merupakan obat anti-hipertensi yang paling banyak digunakan oleh pasien hipertensi. Furosemid sendiri merupakan golongan obat anti-hipertensi Loop diuretic yang bekerja dengan cara meningkatkan ekskresi Na + dan Cl - (Brunton et al., 2014). Penetapan kadar obat dalam cairan biologis terutama plasma, memiliki permasalahan khusus karena mengandung bahan-bahan yang kompleks misalnya protein, karbohidrat, lemak, dan senyawa endogen lain (Prarizta, 2005). Untuk menetapkan obat dalam plasma, diperlukan suatu metode analisis yang tepat dengan tingkat selektivitas dan sensitivitas tinggi, gangguan sesedikit mungkin, dan nilai akurasi presisi yang tinggi (Lestari, 2008). Penjaminan kualitas obat dalam plasma sangat penting dilakukan agar obat tersebut memiliki khasiat dan keamanan yang dapat diterima oleh pasien, terutama obat generik. Obat generik yang memiliki kualitas dan efektifitas sama dengan produk inovatornya dan dapat dipertukarkan secara terapetik (interchangeable) yang menunjukan bahwa obat tersebut telah memenuhi uji bioekuivalensi (Budisetio, 2011). Menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.03.1.23.12.11.10217 tahun 2011 tentang obat wajib bioekivalensi, furosemid tercantum didalam daftar obat copy yang mengandung zat aktif wajib uji bioekivalensi dan bioavailabilitas (BPOM, 2011). Oleh sebab itu diperlukan metode analisis yang valid untuk menetapkan kadar furosemid dalam plasma. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan metode analisis yang sangat banyak digunakan saat ini (Harmita, 2015). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi sering digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa 2

aktif dari obat, produk hasil samping proses sintesis, dan produk degradasi dalam sediaan farmasi (Gandjar dan Rohman, 2013). Penetapan kadar furosemid secara KCKT pernah dilakukan oleh Solanki (2011) menggunakan matriks tablet. Pada penelitian tersebut digunakan kolom RP-C 18 HIQ SIL (250mm x 4.6mm, ukuran partikel 5µm), fase gerak berupa campuran asetonitril : buffer fosfat ph 3,0 dengan perbandingan 50:50 v/v, flow rate 1 ml/menit, detektor UV pada panjang gelombang 280 nm. Maulik, Ketan, and Shital (2012) melakukan validasi penetapan kadar dari tablet yang berisi kombinasi furosemid dan spironolakton secara KCKT. Penelitian tersebut menggunakan kolom Inetersil C 18 (250mm x 4,6mm, ukuran partikel 5µm), fase gerak campuran metanol:air (70:30 v/v) yang di adjust oleh asam fosfat hingga ph 3,2 dengan flow rate 1,0 ml/menit pada panjang gelombang 236 nm. Penelitian mengenai penetapan kadar furosemid dan spironolakton dengan metode KCKT juga dilakukan oleh Patel and Solanki (2012). Penelitian tersebut menggunakan kolom Hiber C 18 (250mm x 4,6mm, ukuran partikel 5µm), fase gerak berupa campuran asetonitril dan air, flow rate 1 ml/menit pada panjang gelombang 237 nm. Pada tahun berikutnya Arayne, Naveed, and Sultana (2013) melakukan validasi metode analisis furosemid dengan KCKT pada serum manusia. Penelitian tersebut menggunakan kolom Hypersil ODS C 18 (150mm x 4,6mm, ukuran partikel 5µm) dan kolom Purospher Start C 18 (250mm x 4,6mm, ukuran partikel 5µm), fase gerak menggunakan campuran metanol : air (75:25 v/v) di adjust menggunakan asam ortofosfat hingga ph 3. Pada tahun yang sama Kaynak and Sahin (2013) melakukan pengembangan dan validasi KCKT untuk penentuan kelarutan furosemid. Penelitian ini menggunakan kolom fase terbalik Water Spherisorb ODS C 18 3

(250mm x 4,6mm, ukuran partikel 5µm), dengan fase gerak berupa kombinasi dari 0,01 M KH 2PO 4 (ph 5,5) dan metanol (70:30 v/v), analisa dilakukan pada flow rate 1 ml/menit, pada panjang gelombang 235 nm menggunakan detektor UV. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bragatto et al. (2011) dengan memberikan tablet furosemid dosis tunggal 40 mg kepada 28 pria sehat menunjukan bahwa furosemid memiliki konsentrasi maksimum didalam plasma sebesar 879,3 ng/ml dengan waktu paruh 4,7 jam. Mengingat kebutuhan analisis furosemid untuk uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi (BABE), maka perlu dilakukan pengembangan metode analisis untuk menentukan kadar furosemid didalam darah manusia. Kebanyakan dari metode analisis yang telah dipublikasikan sering kali dimodifikasi agar dapat menyesuaikan kondisi dengan peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium pengujian. Dalam modifikasi metode analisis ini harus dilakukan validasi untuk memastikan penatalaksanaan pengujian yang sesuai (Mulyadi, 2011). Sebagai tahap awal analisis, maka dilakukan pengembangan metode analisis furosemid secara in vitro dalam plasma darah manusia. Furosemid memiliki keterikatan dengan protein plasma sebesar 99%. Karenanya, lebih banyak furosemid berada di dalam plasma jika dibandingkan dengan matriks biologis lain (Moffat et al.,2011). Oleh karena itu validasi metode penetapan kadar furosemid dilakukan dalam plasma. Dalam penelitian ini, akan dilakukan validasi pengembangan metode analisis penetapan kadar furosemid di dalam plasma yang penentuannya dilakukan menggunakan KCKT mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. Berdasarkan penelitian terdahulu, metode analisis yang banyak digunakan dalam analisa furosemid dalam plasma adalah dengan metode KCKT. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) dengan fase terbalik 4

merupakan metode yang banyak digunakan karena lebih sederhana, selektif, dan waktu analisisnya yang singkat. Pengembangan penelitian yang dilakukan berupa optimasi dari fase gerak yang digunakan berupa perbandingan campuran asetonitril:air dan tahap ekstraksi furosemid dalam plasma dengan larutan pengekstraksi yang digunakan adalah metanol dan asetonitril. Alasan digunakan metanol sebagai pengekstraksi mengacu pada kelarutan furosemid di dalam metanol dan asetonitril serta kesesuaian dengan fase gerak yang akan digunakan (Sweetman, 2009). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu metode analisis dengan tingkat selektivitas dan sensitivitas yang tinggi, serta dengan sedikit mungkin gangguan sehingga dapat mendukung pengujian bioavailabilitas dan bioekuivalensi dimasa mendatang. 1.2 Perumusan Masalah Apakah metode KCKT yang dikembangkan dapat digunakan untuk penetapan kadar furosemid dalam plasma darah manusia? 1.3 Tujuan Penelitian Melakukan validasi metode analisis untuk penetapan kadar furosemid dalam plasma darah manusia menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan metode yang valid dan dapat dipercaya serta digunakan untuk penetapan kadar furosemid dalam plasma darah manusia yang mendukung uji bioavailabilitas dan bioekuivalensi. 5