IDENTIFIKASI TINGKAT KEBUGARAN OTOT ATLET BULUTANGKIS USIA 9-12 R DENGAN METODE KRAUS WEBER

dokumen-dokumen yang mirip
Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

OTOT LENGAN DAN POWER

KONTRIBUSI KEKUATAN TUNGKAI, KEKUATAN PERUT, KEKUATAN LENGAN DAN KEKUATAN PUNGGUNG TERHADAP SIKAP LILIN. Jurnal. Oleh.

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB III METODE PENELITIAN. dan Kesehatan (FPOK) dan Gelanggang Olahraga Stadion Bumi Siliwangi

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

Journal of Sport Sciences and Fitness

PROFIL KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA PERKUMPULAN SEPAKBOLA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Angkat kedua dumbbell ke depan dengan memutar pergelangan tangan (twist) hingga bertemu satu sama lain.

LAMPIRAN 7. Prosedur Pelaksanaan Tes. Prosedur tes : pernafasan atau dapat pula untuk mengukur VO2 Max. kebutuhan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tingkat Kesegaran Jasmani...(Said Erwan Susanto)1

IDENTIFIKASI TINGKAT KEBUGARAN OTOT ATLET BULUTANGKIS USIA 9-12 TAHUN DENGAN METODE KRAUS WEBER SKRIPSI

THE EFFECT OF SKIPPING ROPE EXERCISE ON THE LEG MUSCLE POWER IN MEN S BASKETBALL PLAYERS EXTRACULICULAR SMA HANDAYANI

ARTIKEL ILMIAH SURVEI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI 4 KOTA JAMBI SKRIPSI OLEH THOMI PRADODO A1D408107


BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Journal of Sport Sciences and Fitness

Bentuk-bentuk latihan kebugaran bagi atlet Oleh : Teguh Santoso

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

KEMAMPUAN PUKULAN SERVIS PANJANG, LOB DAN SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP MUHAMMADIYAH 2 DEPOK

EVALUASI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI STKIP PGRI TRENGGALEK


TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RASAU JAYA

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL PRIA USIA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

Keywords: The level qf physical fitness, elementary school Group IV Donokerto Turi. Tingkat Kesegaran Jasmani...(Tri Harti)1

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto Suharsimi (2006:160) Metodologi penelitian adalah cara

LATIHAN FLEKIBILITAS

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD ISLAM TERPADU NURUL ILMI KOTA JAMBI

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010:3). Metode

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM ABSTRAK

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

Journal of Sport Sciences and Fitness

TINGKAT KEMAMPUAN TEKNIK DRIBBLE DAN PENALTY STROKE PESERTA UNIT KEGIATAN MAHASISWA HOKI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2016

SENAM KEBUGARAN. Oleh: Endang Rini S, MS Fajar Sri W, M. Or

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB III METODE PENELITIAN. teknik pengumpulan datanya menggunakan tes dan pengukuran, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

OPINI PENYEBAB DAN PENANGANAN TERAPI MASASE PADA PASIEN CEDERA OTOT TUMIT DI PHYSICAL THERAPY CLINIC

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

Saftarina F : Laporan Studi Kasus: Low Back Pain karena Posisi Tidak Ergonomis dan Paparan Vibrasi Repetitif diperberat Faktor Usia pada Karyawan

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010 : 16). Metode penelitian merupakan hal yang

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

terdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV, V DAN VI SD NEGERI DELEGAN 2 KECAMATAN PRAMBANAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

Latihan Kuatkan Otot Seluruh Badan

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS XI (SEBELAS) SMA MUHAMMADIYAH 1 BABAT KABUPATEN LAMONGAN

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH

Melatih Kebugaran. Kecepatan gerak Loncat katak

BAB IV HASIL PENELITIAN

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

TINGKAT KEMAMPUAN SERVIS PENDEK FOREHAND DAN KEMAMPUAN SMASH BULUTANGKIS SISWA PUTRA PESERTA EKSTRAKURIKULER BULUTANGKIS SMP N 32 PURWOREJO

ARTIKEL ILMIAH ANALISIS TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA PUTRA SMA NEGERI DI KABUPATEN MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 2002: 108). Sedangkan menurut (Sudjana, 1996: 6) populasi adalah totalitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEBUTUHAN FISIK PADA SMES GULUNG SEPAKTAKRAW

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pembangunan Surakarta pada tanggal April 2015 jam WIB selesai.

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

PROFIL KONDISI FISIK DAN TINGKAT KETERAMPILAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SMA NEGERI 1 GODEAN TAHUN 2015

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Jl. Kentang I/ 126 Perum I Tangerang. 4. Fakultas Fisioterapi Universitas Esa Unggul, Jakarta (2005-Sekarang)

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT VO 2 MAX PEMAIN SEPAK BOLA STKIP BBG. Didi Yudha Pranata 1. Abstrak

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI PADA PRIA DEWASA MUDA

I. PENDAHULUAN. Senam menurut Roji (2006: 110) adalah olahraga dengan gerakan gerakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. banyak orang yang menggemari olahraga ini baik anak-anak, remaja maupun

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

TINGKAT PENGETAHUAN STRATEGI DAN TAKTIK BAGIPEMAIN SPIRIT FUTSAL AKADEMI KULON PROGO TAHUN 2015 ARTIKEL E-JOURNAL

LAMPIRAN SUKHASANA SHAVASANA

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

METODOLOGI PENELITIAN

TINGKAT KOORDINASI MATA- TANGAN-KAKI MAHASISWA PJKR FKIP UMMI ANGKATAN TAHUN 2016/2017

ABSTRACT KONTRIBUSI KELINCAHAN DAN KEKUATAN OTOT LENGAN TERHADAP BACKHAND PADA PERMAINAN BULU TANGKIS. By: I WAYAN GANDI ATMAJA.

BAB III METODE PENELITIAN

Identifikas Cedera Sepakbola... (Wahyu Irsyad Kamal Faozan) 1

KONTRIBUSI KEKUATAN TUNGKAI, POWER LENGAN, KEKUATAN PERUT, DAN KELENTUKAN TERHADAP KEMAMPUAN HANDSPRING JURNAL. Oleh CANDRA GAMALI PUTRA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu cara tertentu yang digunakan untuk

KONTRIBUSI KEKUATAN LENGAN, KEKUATAN TUNGKAI, KEKUATAN PERUT, DAN PUNGGUNG TERHADAP KEMAMPUAN HANDSTAND. Jurnal. Oleh.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Arikunto (2002: 160) metode penelitian adalah cara yang digunakan

TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA (TKJI)

BAB V KEBUGARAN JASMANI. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 117

PEMERIKSAAN KESEGARAN JASMANI ANAK USIA SEKOLAH LANJUTAN. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or NIP

Kemampuan Power Otot Tungkai dan Kelincahan...(Ridwan Syahril)

Transkripsi:

IDENTIFIKASI TINGKAT KEBUGARAN OTOT ATLET BULUTANGKIS USIA 9-12 R DENGAN METODE KRAUS WEBER IDENTIFICATION OF MUSCLE FITNESS LEVEL IN BADMINTON PLAYERS RANGE 9-12 YEARS OLD USING KRAUS WEBER METHOD Oleh: Dinan Mitsalina, Ilmu Keolahragaan 13603144005@student.uny.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kebugaran otot atlet bulutangkis usia 9-12 tahun menggunakan metode Kraus Weber. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif menggunakan metode survei dengan instrumen berupa tes Kraus Weber. Subjek penelitian yang digunakan adalah atlet bulutangkis usia 9-12 tahun di Klub Jaya Raya Satria. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dengan jumlah 12 atlet. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebugaran otot atlet bulutangkis usia 9-12 tahun yang paling buruk adalah pada kekuatan otot perut, didominasi oleh semua atlet dengan kategori obesitas yang berjenis kelamin putra. Seluruh atlet bulutangkis usia 9-12 tahun memiliki kekuatan otot punggung maupun fleksibilitas tulang belakang dan otot hamstring yang baik. Kata kunci: kebugaran otot, atlet bulutangkis, metode Kraus Weber Abstract This research aimed to identify the muscle fitness level of badminton players range 9-12 years old using Kraus Weber method. This research was descriptive quantitative research which used survey method using Kraus Weber test instrument. The subjects of the research were badminton players aged 9-12 years old in the Jaya Raya Satria Club. Sampling technique was done through purposive sampling, consisted of 12 players. The researcher analyzed the data using descriptive statistics. The results showed that badminton players aged 9-12 years old had the worst muscles fitness level especially in abdominal muscles, most of them were men which categorized as obesity. All the badminton players range 9-12 years old had good back muscles strength and also good flexibility of spine and hamstring muscles. Key words: muscle fitness, badminton players, Kraus Weber method

PENDAHULUAN Bulutangkis merupakan olahraga yang memiliki risiko cedera yang tinggi disebabkan karena karakteristik olahraga tersebut (high impact, high intensity, and multi direction sports) (Bob Chen et al., 2014: 81). Cedera yang paling sering terjadi pada olahraga bulutangkis terdapat pada ekstremitas bawah (panggul, paha, lutut, ankle, tumit) dan punggung. Penelitian yang dilakukan oleh Fahlstrom (2010: 50) menunjukkan bahwa cedera yang paling banyak dialami pemain bulutangkis adalah ekstremitas bawah terutama pada lutut dan ankle diikuti cedera bagian punggung. Upaya pencegahan cedera dapat dilakukan dengan memiliki kebugaran otot dan fleksibilitas yang baik. Fleksibilitas merupakan Identifikasi kebugaran otot dan fleksibilitas atlet dapat dilakukan dengan metode Krauss Weber. Fleksibilitas merupakan ruang gerak sendi dalam memberikan toleransi terhadap upaya penggunaan sendi secara maksimal (Afriwardi, 2011: 39). Kebugaran otot itu sendiri mencakup kombinasi dari kekuatan otot dan daya tahan otot (Ortega et al., 2008: 02). Kekuatan otot merupakan kemampuan sekelompok otot untuk melakukan satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan atau beban dan daya tahan otot merupakan kemampuan sekelompok otot melakukan serangkaian kerja dalam waktu lama (Irianto, 2004: 35). Penelitian ini menggunakan metode Kraus Weber untuk mengukur kekuatan otot dan fleksibilitas karena metode ini paling mudah dilakukan anak, tidak menggunakan banyak tenaga, efisien waktu, biaya, dan tempat karena tidak membutuhkan perlengkapan khusus. Tes ini terdiri dari lima item tes kekuatan dan satu tes fleksibilitas (Kulkarni et al., 2010: 30).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Tingkat Kebugaran Otot Atlet Bulutangkis Usia 9-12 Tahun. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik pengambilan data menggunakan tes sebagai instrumennya. sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik sampling yang penentuan sampelnya berdasarkan pertimbangan (Riduwan, 2009: 20). Kriteria inklusi sampel, yaitu: anak berusia 9-12 tahun, tercatat sebagai anggota klub, rutin menghadiri latihan minimal 2 kali seminggu, dinyatakan layak mengikuti penelitian, dan mendapat persetujuan dari orang tua atau wali atlet. Kriteria eksklusi sampel, yaitu tidak mengikuti rangkaian tes secara lengkap. Sampel pada penelitian adalah atlet bulutangkis usia 9-12 tahun yang berjumlah 12 atlet. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 29 Desember 2016 yang berlokasi di Gedung Olahraga Pemuda Klebengan, Jalan Agro, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah atlet bulutangkis anggota Klub Jaya Raya Satria. Teknik pengambilan Prosedur Agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cepat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan adalah menggunakan tes, yaitu Kraus Weber Test. Data, Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data Pencatatan identitas pribadi atlet, seperti nama, alamat, usia, jenis kelamin, contact person, tinggi

badan, berat badan, dan sebagainya.tinggi badan dan berat badan digunakan untuk menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus IMT= Berat Badan / (Tinggi Badan) 2,, kemudian hasil tersebut dikategorikan berdasarkan Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anakoleh Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Tahun 2011.Standar Indeks Masa Tubuh tersebut berdasarkan usia dan dikategorikan seperti pada Indeks Kategori Ambang Batas (Z-Score) Sangat kurus Kurus Indeks Masa Tubuh menurut Normal Usia (IMT/U) Gemuk Anak Usia 5-18 Tahun Obesitas tabel berikut ini: Tabel 4. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Keterangan: SD : Standar Deviasi <-3 SD -3 SD sampai dengan <-2 SD -2 SD sampai dengan 1 SD >1 SD sampai dengan 2 SD >2 SD Kemudian dilakukan pengambilan data dengan menggunakan tes Kraus Weber. Pelaksanaan tes sebagai berikut: 1. Tes pertama Tes untuk mengukur kekuatan otot perut dengan otot psoas. Dilakukan dengan cara subjek berbaring telentang dilantai dengan kedua tungkai lurus menempel lantai, kedua tangan diletakkan dibelakang leher, penguji menahan kedua pergelangan kaki agar tidak terangkat dan subjek mengangkat badan sampai posisi duduk penuh seperti posisi sit up tanpa menekuk lutut. 2. Tes kedua Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan otot perut tanpa otot psoas. Dilakukan dengan cara subjek berbaring telentang dilantai dengan kedua tungkai lurus menempel lantai, kedua tangan diletakkan dibelakang leher, penguji menahan kedua pergelangan kaki agar tidak terangkat. Subjek mengangkat badan sampai posisi

duduk penuh seperti posisi sit up dengan menekuk lutut. 3. Tes ketiga Tes ini untuk mengukur kekuatan otot perut bawah. Dilakukan dengan cara Subjek berbaring telentang, kedua tungkai lurus, kedua tangan dibelakang leher dan subjek mengangkat kedua tungkai dalam posisi lurus dengan sudut 30 o atau dengan jarak 25 cm dari lantai. 4.Tes keempat Tes ini dilakukan untuk mengukur otot punggung atas. Dilakukan dengan cara Subjek berbaring tengkurap dengan kedua tangan berada di belakang leher dan kedua tungkai lurus, bantal diletakkan pada perut bagian bawah dan pangkal paha, posisi bantal agak tinggi dari lantai untuk memberikan efek jungkat jungkit. Penguji menahan kedua tungkai subjek agar kedua tungkai tidak terangkat. Angkat bahu, dada, dan kepala, tahan selama 10 detik. 5. Tes kelima Tes ini dilakukan untuk mengukur kekuatan otot pinggang. Dilakukan dengan cara Subjek berbaring tengkurap dengan kedua tangan berada di belakang leher dan kedua tungkai lurus, bantal/handuk di letakkan pada perut bagian bawah dan pangkal paha, posisi bantal agak tinggi dari lantai untuk memberikan efek jungkat jungkit. Penguji menahan kedua tungkai subjek agar kedua tungkai tidak terangkat. Subjek mengangkat kedua tungkai dengan posisi lurus tanpa menekuk lutut, tahan posisi selama 10 detik. 6. Tes keenam Tes ini dilakukan untuk mengukur fleksibilitas tulang belakan dan otot hamstring. Dilakukan dengan cara Subjek berdiri tegak lurus (posisi anatomis), subjek membungkukkan badan secara perlahan sampai ujung jari dapat menyentuh lantai. Lutut tetap posisi lurus, saat menyentuhkan ujung jari ke lantai tidak boleh

memantul, tahan posisi selama 10 detik. Subjek dapat dikatakan berhasil apabila mampu melakukan gerakan sempurna dan dikatakan gagal apabila tidak dapat melakukan gerakan secara sempurna. Data hasil tes dicatat dan dikumpulkan,kemudian dianalisis dan direkomendasi, dan ditarik kesimpulan dari hasil pengolahan data. Teknik Analisis Data Identifikasi dilakukan berdasarkan hasil dari penilaian tes Kraus Weber yang telah dilakukan. Kemampuan atau ketidakmampuan subjek melakukan tes Kraus Weber akan menjadi komponen penilaian. Analisis data menggunakan statistik deskriptif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian Identifikasi Tingkat Kebugaran Otot Atlet Bulutangkis Usia 9-12 Tahun dapat dilihat pada tabel persentase sebagai berikut: IMT Atlet Jumlah Persentase Putra Putri (%) Normal 4 2 6 50 Gemuk 2 1 3 25 Obesitas 3 0 3 25 Total 9 3 12 100 Tabel 1. Data Jumlah Atlet Bulutangkis Usia 9-12 Tahun Berdasarkan Indeks Masa Tubuh 25% 25% Atlet 50% Normal Gemuk Gambar 1. Jumlah Atlet Berdasarkan Indeks Masa Tubuh Tabel 2. Data Kegagalan Setiap Item Tes Kraus Weber Berdasarkan Indeks Masa Tubuh Otot perut Otot fleks punggu IMT ng 1 2 3 4 5 6 Normal 0 0 2 0 0 0 Gemuk 0 0 0 0 0 0 Obesitas 2 3 1 0 2 0 Total gagal 2 3 3 0 2 0

100% 80% 60% 40% 20% 0% Normal Gemuk Obesitas 100% 80% 60% 40% 20% 0% Putra Putri Sex Gambar 2. Kegagalan Tes Kraus Weber Berdasarkan Indeks Masa Tubuh Tabel 3. Data Kegagalan Setiap Item Tes Kraus Weber Jml atlet Berdasarkan Jenis Kelamin Keterangan: Pa : Putra Pi : Putri Otot perut Otot pung gung Fle ks 1 2 3 4 5 6 Pa 9 2 3 1 0 2 0 Pi 3 0 0 2 0 0 0 Tot 12 2 3 3 0 2 0 Gambar 3. Kegagalan Tes Kraus Weber Berdasarkan Jenis Kelamin Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan survei tingkat kebugaran otot atlet bulutangkis usia 9-12 tahun di Kub Bulutangis Jaya Raya Satria, kegagalan tes paling banyak terdapat pada tes kekuatan otot perut, yaitu (tes 2 dan tes 3) sebanyak 3 orang (tes 2) dan 3 orang (tes 3). Tes 2 merupakan tes untuk mengukur kekuatan otot perut tanpa otot psoas dan tes 3untuk mengukur kekuatan otot perut bawah dengan otot psoas. Semua atlet dengan Indeks Masa Tubuh kategori obes berjumlah 3 orang yang ketiganya berjenis kelamin pria mengalami kegagalan pada tes kekuatan otot perut. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dengan Indeks Masa Tubuh obesitas memiliki kekuatan otot perut yang

buruk. Indeks Masa Tubuh berpengaruh terhadap kelincahan atlet. Kelincahan merupakan kemampuan gerak tubuh atlet untuk mengubah posisi badan dan arah secepat mungkin sesuai dengan kehendak atlet. Menurut hukum keseimbangan, semakin kecil atau ringan berat badan seseorang maka semakin labil atau mudah bergerak, sehingga pemain bulutangkis dengan berat badan ideal atau ringan mempunyai kelincahan yang lebih baik dibandingkan dengan pemain dengan berat badan melebihi normal atau obes (Komari, 2008: 108). Semua atlet dapat berhasil melakukan tes 4 dan tes 6 sesuai dengan prosedur. Tes 4 merupakan tes untuk mengukur kekuatan otot punggung bagian atas dantes 6 untuk mengukur fleksibilitas persendian tulang belakang dan otot hamstring. Hal ini menunjukkan bahwa atlet usia 9-10 tahun di Jaya Raya Satria memiliki kekuatan otot punggung bagian atas dan fleksibilitas yang baik. Atlet dapat memiliki kebugaran otot dan fleksibilitas yang baik maupun dapat terhindar dari resiko cedera jika dilatih sejak usia dini dengan teknik dan program latihanyang tepat; efektif; dan menyeluruh tanpa menimbulkan efek dikemudian hari, termasuk pemanasan yang benar, latihan kekuatan dan fleksibilitas yang tepat, dosis dan intensitas pembebanan secara bertahap, dan adanya pelatih yang sangat terlatih maupun mendapat akreditasi melalui sistem akreditasi nasional yang berhubungan dengan organisasi olahraga yang sesuai (Giriwijoyo & Sidik, 2012: 138). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tingkat kebugaran otot atlet bulutangkis usia 9-12 tahun yang paling buruk adalah pada kekuatan otot perut, didominasi oleh semua atlet dengan kategori obesitas yang berjenis kelamin putra. Seluruh atlet bulutangkis usia 9-12 tahun memiliki kekuatan otot punggung maupun fleksibilitas tulang belakang dan otot hamstring yang baik. Saran Bagi pelatih bulutangkis agar metode latihan atlet bulutangkis dikoreksi

dan diperbaiki sedini mungkin sehingga atlet bulutangkis tidak berlatih dijalur yang salah dan agar dapat memberi variasi latihan untuk meningkatkan tingkat kebugaran otot atlet. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Diakses dari www.depkes.go.id//resources /download/pusdati/standarantropometri-penilaian- status-gizi-anak.pdf Januari 2017. pada Komari, Amat. 2008. Jendela Bulutangkis.Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta. DAFTAR PUSTAKA Afriwardi. 2011. Ilmu Kedokteran. Jakarta: Kedokteran EGC. Bob Chen, Damon Mok, Winson, and Wing. 2015. High Intensity Stepwise Conditioning Programme for Improved Exercise Responses and Agility Performance of a Bad Player with Knee Pain. Journal of Physical Therapy in Sport. 16: 80-85. Fahlstrom, Martin. 2010. Badminton. USA: Willey-Blackwell. Kulkarni, Desai, Sharma, and Bhatt. 2010. Assessment of Muscular Fitness In School Children Using Kraus-Weber Tests. Journal of Public Health.1(4): 30-35. Ortega, Ruiz, Castillo, and Sjostrom. 2008. Childhood and Adolescence: A Powerful Marker of Health, International Journal of Obesity. 32: 1-11. Riduwan. 2009. Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Giriwijoyo, Santosa & Sidik, Dikdik Zafar. 2012. Ilmu Kesehatan Olahraga. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Irianto, Djoko Pekik. 2004. Pedoman Praktis Berolahraga.Yogyakarta: Andi Offset.