BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. cepat, sementara beberapa daerah lain mengalami pertumbuhan yang lambat.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Gambar 4.1 Peta Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. World Bank dalam Whisnu, 2004), salah satu sebab terjadinya kemiskinan

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2011: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,93 PERSEN

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Tengah sebagai salah satu Provinsi di Jawa, letaknya diapit

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sejahtera, mandiri maju dan kokoh kekuatan moral dan etikanya.

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan seluruh kegiatan dengan dukungan masyarakat yang. berperan di berbagai sektor yang bertujuan untuk meratakan serta

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi mengikuti pola yang tidak selalu mudah dipahami. Apabila

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor. pembangunan suatu negara (Maharani dan Sri, 2014).

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2018 TAHUN 2012 TENTANG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tembakau merupakan salah satu komoditas perdagangan penting di dunia. Menurut Rachmat dan Sri (2009) sejak tahun

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai ada kesenjangan antar daerah yang disebabkan tidak meratanya

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA. A. Jumlah Pencari Kerja di Prov. Jateng Per Kab./Kota Tahun 2016

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk mencapai social welfare (kemakmuran bersama) serta

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

PENEMPATAN TENAGA KERJA

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. turun, ditambah lagi naiknya harga benih, pupuk, pestisida dan obat-obatan

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Tahun Budidaya Laut Tambak Kolam Mina Padi

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. 80-an telah berubah, dari paradigma government driven growth ke public

GUBERNUR JAWA TENGAH

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Khusaini 2006; Hadi 2009). Perubahan sistem ini juga dikenal dengan nama

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

Gambar 1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah,


BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

PROVINSI JAWA TENGAH. Data Agregat per K b t /K t

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional. Indikator pembangunan

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

ASPEK : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI INDIKATOR : HASIL PEROLEHAN PESERTA KB BARU

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

Keadaan Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Tengah April 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI DAERAH PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENARGETAN BERBASIS WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

KONDISI UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEGIATAN PADA BIDANG REHABILITASI SOSIAL TAHUN 2017 DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki struktur pemerintahan dan kualitas pembangunan nasional guna

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

LUAS TANAM, LUAS PANEN DAN PREDIKSI PANEN PADI TAHUN 2016 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

INFORMASI UPAH MINIMUM REGIONAL (UMR) TAHUN 2010, 2011, 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

GUBERNUR JAWA TENGAH,

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/52/2008 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah terletak di antara B.T B.T dan 6 30 L.S --

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada

RUANG LINGKUP KERJA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian

Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Tengah Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB 5 PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Ringkasan Hasil Regresi

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

REKAPITULASI PESERTA PAMERAN SOROPADAN AGRO EXPO 2017 TANGGAL JULI 2017

Lampiran 1. Data Penelitian No Kabupaten Y X1 X2 X3 1 Kab. Cilacap Kab. Banyumas Kab.

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

Transkripsi:

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Perkembangan Integrasi Ekonomi di Kawasan ASEAN. Sumber: Lim (2014) GAMBAR 4.1. Negara-negara di Kawasan ASEAN Secara astronomis Asia Tenggara terletak di antara 29 LU-11 LS serta 93 BT-141 BT. Kawasan Asia Tenggara tersebut terdapat pada Semenanjung Indocina, Melayu, serta beberapa kepulauan disekitarnya. Seiring berjalannya waktu, sejumlah negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara membentuk integrasi regional pada tanggal 8 Agustus 1967 yang masih bertahan hingga sekarang yang diberi nama ASEAN. Berikut merupakan perkembangan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN. 1

1. ASEAN. Berawal dari ASEAN sebagai permulaan integrasi di kawasan Asia Tenggara yang terdiri dari lima negara anggota meliputi, Singapura, Thailand, Filipina, Malaysia, dan Indonesia yang menandatangani Deklarasi Bangkok. Yang sekarang berkembang menjadi sepuluh negara anggota yaitu Laos, Brunei Darussalam, Myanmar, Kamboja, serta Vietnam. Tujuan awal didirikan ASEAN yaitu untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional, meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan, bekerjasama dalam pemanfaatan pertanian, memajukan kajian yang bersangkutan dengan Asia Tenggara, serta memeilihara kerja sama yang bersifat regional maupun internasional. Jadi, kerja sama ASEAN berawal dari tujuan politik dengan pertahanan keamanan yang dengan begitu diharapkan mampu mengurangi konflik negara-negara anggota pasca perang dunia ke-ii. 2. Dari ASEAN menuju ASEAN Free Trade Agreement (AFTA). Diawali pada tahun 1994. AFTA adalah kerangka permulaan pada kerjasama regional yang disepakati oleh kepala pemerintahan pada ASEAN Summit di Singapura melalui Singapore Declaration and Agreement for Enhancing ASEAN Economic Cooperation. AFTA merupakan rezim baru perdagangan bebas ASEAN dengan penggunaan 2

skema Common Preferential Tariffs (CEPT). AFTA bertujuan dalam menekan tarif untuk berbagai macam produk, selain itu penghapusan hambatan-hambatan perdagangan. Dengan dihilangkannya hambatan tarif, maka AFTA akan mampu menjadikan negara-negara anggota menjadi sektor basis produksi tunggal yang mampu menciptakan lima ratus konsumen. Walaupun AFTA mampu dalam meningkatkan volume ataupun nilai perdagangan negara-negara anggota, akan tetapi, iklim perdagangan negara-negara anggota tidak ikut meningkat. Oleh karenanya, perjalanan AFTA tidak efisien karena negara-negara anggota sulit dalam melakukan percepatan pelaksanaan liberalisasi tarif. Jadi, AFTA dianggap tidak efektif dalam menyelesaikan masalah perdagangan bebas. 3. Dari AFTA menuju CEPT. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, skema CEPT telah dijelaskan pada perjanjian AFTA yang berisikan mengenai produksi untuk manufaktur maupun semi manufaktur, barang modal, serta produk pertanian. Produk-produk tersebut dibedakan menjadi dua jalur, yaitu jalur cepat dan jalur normal. Produk yang terdapat pada CEPT yaitu Inclusion List, Temporary Exclusion List, Sensitive List, serta General Exception. Terdapat beberapa kriteria dari produk yang menggunakan CEPT yakni, produknya bersifat Reciprocity yang artinya, produk mendapatkan sejumlah tarif di negara yang ditujukan untuk ekspor yang mana produk tersebut sudah termasuk dalam 3

Inclusion List. Kriteria yang kedua yaitu produk tersebut memenuhi Rules Of Origin yang artinya produk tersebut setidaknya 40 persen harus berasal dari negara ASEAN. Kriteria yang ketiga yaitu produk harus dilengkapi dengan Certificate Of Origin Form D yang bisa didapatkan di kantor kementerian perdagangan di seluruh Indonesia. Pokok dari CEPT yaitu tarif yang efektif, rendah, dan berlaku umum pada kisaran perdagangan antara negara-negara anggota ASEAN. Minimnya penggunaan skema CEPT ini disebabkan oleh minimnya perdagangan yang dilakukan oleh negara-negara anggota ASEAN dengan menggunakan tarif CEPT. 4. Dari AFTA menuju MEA. Hadirnya MEA dilatarbelakangi oleh kesepakatan pada CEPT dan AFTA. MEA terbentuk dari ASEAN Vision 2020 yang bertujuan dalam menciptakan stabilitas kawasan ekonomi ASEAN, agar tetap makmur, dan juga memiliki daya saing yang tinggi, akselerasi liberalisasi pada perdagangan khususnya di sektor jasa, serta meningkatkan jumlah tenaga kerja terdidik di kawasan ASEAN. MEA dibentuk oleh empat pilar utama yakni; (1) pasar tunggal dan basis produksi; (2) tingkat daya saing yang tinggi; (3) petumbuhan yang seimbang; (4) integrasi ekonomi menuju ekonomi global. Dalam pencapaian implementasi MEA diterapkan kartu penilaian (Score Card) untuk mengukur kemajuan ataupun tantangan dalam MEA. MEA memfokuskan pada beberapa sektor sebagai sektor prioritas yakni 4

pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, karet, tekstil dan pakaian, produk kayu, perjalanan udara, e-asean, kesehatan dan pariwisata. Sektor-sektor tersebut merupakan sektor pilihan oleh negara-negara anggota. Apabila sektor-sektor tersebut dikuasai secara penuh maka negara-negara anggota akan bersatu dalam mengembangkan keunggulannya masing-masing, yang nantinya mampu menarik investasi dan perdagangan sesama negara-negara anggota, atau dengan kata lain dapat membantu mengembangkan produk intra ASEAN. Dengan adanya MEA, ASEAN menjawab tantangan mengenai blok yang dilakukan pada perdagangan regional seperti contoh, Uni Eropa serta NAFTA. Tantangan yang lebih sulit yaitu mengenai persaingan oleh produsen yang menetapkan biaya rendah di Asia seperti halnya China serta India. Tidak hanya pasar tenaga kerja murah, namun konsumen pasar dalam negerinya juga melimpah. Oleh karena itu, MEA diharapkan mampu dalam melakukan spesialisasi agar dapat mewujudkan skala ekonomi yang diharapkan bagi semua negaranegara anggota. 5

B. Gambaran Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah 1. Keadaan Geografis dan Pemerintahan Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah GAMBAR 4.2. Peta Provinsi Jawa Tengah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang terdapat di pulau Jawa yang luasnya ±3,25 juta hektar. Dari sekitar 3,25 juta hektar tersebut, 25 persennya merupakan luas total untuk Pulau Jawa, sedangkan 1,7 persennya untuk luas Indonesia. Provinsi Jawa Tengah Terletak diantara dua provinsi yakni Provinsi Jawa Barat untuk sebelah barat dan juga Provinsi Jawa Timur untuk sebelah timurnya, serta Samudera Hindia dan Provinsi D.I. Yogyakarta untuk sebelah selatannya. Selain itu, Provinsi Jawa Tengah juga terletak antara 5 40' dan 8 30' garis LT serta antara 108 30' dan 111 30' garis BT termasuk di dalamnya Pulau Karimunjawa. Untuk jarak dari Timur ke Barat adalah 263 km dan 226 km untuk jarak dari Utara ke Selatan yang mana Pulau Karimunjawa tidak termasuk di dalamnya. 6

Semarang merupakan ibukota dari Provinsi Jawa Tengah, yang mana ibukota tersebut terdiri atas 29 kabupaten serta 6 kota. Kabupaten yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah yakni Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Kebumen, Purworejo, Wonosobo, Magelang, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri, Karanganyar, Sragen,, Grobogan, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Jepara, Demak, Semarang, Temanggung, Kendal, Batang, Pekalongan, Pemalang, Tegal, serta Brebes. Sedangkan untuk kotanya terdiri dari Magelang, Surakarta, Salatiga, Semarang, Pekalongan, serta Tegal. Luas wilayah di Provinsi Jawa Tengah tahun 2010 yaitu sebesar 3,25 juta hektar atau dengan kata lain, sekitar 25,04 persen terhitung dari luas Pulau Jawa sedangkan 1,70 persen terhitung dari luas Indonesia. 2. Gambaran Perekonomian di Provinsi Jawa Tengah Untuk melihat gambaran perekonomian di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat dari tingkat PDRB dari tahun ke tahun. Karena tingkat PDRB Jawa Tengah mampu memberikan gambaran mengenai produktivitas di Provinsi Jawa Tengah dalam bidang ekonomi. Salah satu tolak ukur keberhasilan pembangunan di bidang ekonomi yang diperlukan untuk evaluasi dan perencanaan ekonomi makro, biasanya dilihat dari pertumbuhan angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun harga konstan. 7

PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Harga Konstan Tahun 2010, dan Menurut Harga Berlaku (Milyar rupiah) 1000 800 600 400 200 0 2010 2011 2012 2013 2014 PDRB menurut harga konstan PDRB menurut harga berlaku Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2010-2014) GAMBAR 4.3. PDRB Provinsi Jawa Tengah Menurut Harga Konstan, dan Menurut Harga Berlaku Dilihat pada Gambar 4.3, pada tahun 2011 PDRB menurut harga konstan di Provinsi Jawa Tengah mengalami peningkatan sebesar 5,30 persen dibanding tahun 2010. Pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 5,34 persen dari tahun 2011. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 5,14 persen dari tahun 2012. Sedangkan pada tahun 2014 mengalami peningkatan sebesar 5,41 persen dari tahun 2013. Jadi, PDRB baik menurut harga konstan maupun menurut harga berlaku mengalami tren pertumbuhan yang positif. Artinya, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah mengalami produktivitas yang positif dari tahun ke tahun. 8

C. Gambaran Perkembangan Industri Provinsi Jawa Tengah Sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian tanpa mengabaikan sektor lainnya. Karena sektor industri berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi dengan mampu menjaga tren pertumbuhan ekonomi agar terus meningkat. Selain itu, sektor tersebut memiliki manfaat terhadap faktor produktif dalam meningkatkan pembangunan ekonomi. Meningkatnya volume produksi dan bervariasinya jenis produk yang mampu untuk diproduksi menandakan perkembangan industri yang positif. Selain dari peningkatan volume produksi dan varian jenis produk, indikator lainnya yang mampu menjadi tolak ukur dalam pembangunan ekonomi yaitu dilihat dari jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik itu PDRB berdasarkan harga berlaku ataupun berdasarkan harga konstan. Angka PDRB menunjukan gambaran keberhasilan dari program pelaksanaan pembangunan baik dari sisi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan ataupun dari sisi per sektor. Provinsi Jawa Tengah memiliki sektor yang berkontribusi paling banyak untuk perekonomian daerah yaitu sektor industi pengolahan. Sektor tersebut terbagi menjadi industri besar dan sedang, maupun industri kecil dan rumah tangga. Menurut BPS, industri besar didefinisikan sebagai industri dengan jumlah tenaga kerja sebesar serratus orang ataupun lebih. Untuk industri sedang dengan jumlah tenaga kerja sebesar dua puluh sampai dengan 99 orang. sedangkan untuk industri kecil dan rumah tangga jumlah tenaga 9

kerjanya sebesar lima sampai dengan sembilan belas orang. berikut adalah perkembangan jumlah industri besar dan sedang di Jawa Tengah. Jumlah Industri Besar dan Sedang 3950 3900 3850 3800 3750 3700 3650 3600 3550 2010 2011 2012 2013 2014 Jumlah Industri Besar dan Sedang Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2016) GAMBAR 4.4. Jumlah Industri Besar dan Sedang Tahun 2010-2014 Dari Gambar 4.4 di atas, dapat dijelaskan bahwa jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Jawa Tengah dari tahun ke tahun berfluktuatif, pada tahun 2011, jumlah perusahaan besar dan sedang mengalami penurunan sekitar 0,95 persen dari tahun 2010 sebesar 3887 menjadi 3850 industri. Pada tahun 2013 juga mengalami penurunan sebesar 2,96 persen menjadi 3666 perusahaan dari sebelumnya tahun 2012 menjadi sebesar 3736 industri. Sedangkan pada tahun 2014, jumlah industri besar dan sedang meningkat sebesar lima persen dari tahun 2013 yang jumlahnya 3666 perusahaan menjadi 3851 perusahaan. Tidak hanya sektor Industri, sektor perdagangan maupun pertanian juga memiliki kontribusi besar untuk perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Hal 10

tersebut selaras dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah dengan melihat sektor-sektor unggulan di Provinsi Jawa Tengah mengenai pembangunan ekonomi yakni INTANPARI yang artinya Industri, Perdagangan, Pertanian, serta Pariwisata. Untuk dapat melihat seberapa besar kontribusi industri pengolahan dibandingkan dengan sektor-sektor lain seperti sektor pertanian dan peternakan, pertambangan dan penggalian, listrik, gas, dan air bersih, konstruksi, perdagangan dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, real estat, dan jasa keuangan, serta jasa-jasa lainnya yang ada di Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar 4.5. 300 215,2 226,3 250 200 150 100 50 PDRB Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2010-2014 (juta rupiah) 241 254,5 0 2010 2011 2012 2013 2014 275 Pertanian, peternakan industri pengolahan konstruksi Pengangkutan dan Komunikasi jasa-jasa pertambangan dan penggalian Listrik, gas, dan air bersih Perdagangan, hotel keuangan, real estate, jasa keuangan Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (2010-2014) GAMBAR 4.5. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha 11

Dilihat dari Gambar 4.5, dari tahun 2010-2014 industri pengolahan tetap menjadi sektor prioritas dalam perekonomian di Jawa Tengah. Pada tahun 2010, tingkat PDRB untuk sektor industri pengolahan sebesar 215,2 juta rupiah, sektor ini mengalami peningkatan sebesar 5,15 persen pada tahun 2011 menjadi 226,3 juta rupiah.di tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 6,50 persen dibanding tahun 2011 menjadi 241 juta rupiah. Di tahun 2013 meningkat sebesar 5,6 persen menjadi 254,5 juta rupiah. Sedangkan pada tahun 2014 meningkat sebesa 8,1 persen menjadi 275 juta rupiah. Menurut Sadono dalam Anas (2015), semakin tinggi kontribusi sektor industri terhadap pembangunan ekonomi negaranya maka negara tersebut semakin maju. Jadi, apabila negara berkontribusi pada sektor industri pengolahan sebesar lebih dari tiga puluh persen maka negara tersebut dapat dianggap sebagai negara maju. Di dalam pembangunan, sektor industri merupakan sektor prioritas yang diharapkan mampu menjadi sektor unggulan untuk pembangunan ekonomi. Untuk melihat pergerakan beberapa jenis industri di Provinsi Jawa Tengah ke negara-negara kawasan ASEAN dapat dilihat pada Gambar 4.6 di bawah ini. 12

1 Ekspor Beberapa Jenis Industri Jawa Tengah ke ASEAN 0 2011 2012 2013 2014-1 -2 Industri Pengolahan Tembakau industri Pakaian Jadi Industri percetakan dan rekaman industrilainnya Industri Tekstil Industri Kayu industrri furnitur Sumber: BPS Jawa Tengah (2011-2014) GAMBAR 4.6. Ekspor Beberapa Jenis Industri Jawa Tengah ke ASEAN Dilihat dari Gambar 4.6, untuk industri pengolahan tembakau memiliki ratarata pertumbuhan sebesar 0,04 dari tahun 2011 sampai tahun 2014. Untuk industri tekstil mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar -0,02. Industri pakaian jadi mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 0,02 persen dari tahun 2011 hingga 2014. Untuk industri kayu mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 0,14 persen. Sedangkan untuk industri pencetakan dan media rekaman mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar -0,1 dari tahun 2011 hingga tahun 2014. Untuk industri furnitur mengaalami rata-rata pertumbuhan sebesar 0,2 persen. Sedangkan industri pengolahan lainnya memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar 0,1 persen dari tahun 2011 sampai tahun 2014 13