PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

LOKASI OPTIMAL TPI SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR KABUPATEN MERAUKE PROPINSI PAPUA TUGAS AKHIR

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PELABUHAN TANGLOK GUNA MENDUKUNG PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI DI KABUPATEN SAMPANG TUGAS AKHIR (TKP 481)

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Soekartawi, dkk 1993:1). (Junianto, 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ini memaparkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan batasan masalah dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB 1 PENDAHULUAN. informal dan hampir 30% dari pekerja di sektor informal adalah nelayan, dan secara

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

Indonesia mempakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari. dapat pulih seperti minyak bumi dan gas mineral atau bahan tambang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENGANTAR. sudah dimekarkan menjadi 11 kecamatan. Kabupaten Kepulauan Mentawai yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. karena termasuk dalam Zone Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI). Namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PANGKALAN PENDARATAN IKAN SANGSIT KABUPATEN BULELENG BALI PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO VERNACULAR

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dan maritim yang. menyimpan kekayaan sumber daya alam laut yang besar dan. belum di manfaatkan secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. antara pulau satu dengan pulau lainnya dipisahkan oleh laut sehingga laut

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang luas wilayahnya 2,03 juta km 2 merupakan negara terbesar yang

ANALISIS KENDALA INVESTASI BAGI PENANAM MODAL UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN ORIENTASI EKSPOR FEBRINA AULIA PRASASTI

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF REKOMENDASI. ertama, mengingat pengukuran kapal penangkap ikan dilakukan oleh

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. negara kepulauan yang memiliki sumberdaya laut yang sangat potensial, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

Transkripsi:

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Sarjana Teknik Perencanaan Wilayah Dan Kota Oleh: Sasongko Hudoyo L2D 000 454 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2006

ABSTRAK Kota Pekalongan merupakan salah satu wilayah pesisir dengan potensi sumber daya yang tinggi, terutama pada sektor perikanan. Namun dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, potensi yang ada tidak lagi mampu untuk diandalkan sebagai tumpuan hidup masyarakatnya. Hal bukan hanyai dikarenakan semakin berkurangnya sumber daya alam yang ada, namun lebih dikarenakan adanya gejolak yang terjadi pada tahun 1998 dimana terjadi krisis multidimensi, yang berimbas pada terjadinya kenaikan harga perbekalan untuk berlayar, khususnya kenaikan harga BBM solar yang merupakan bahan bakar utama untuk mesin kapal. Disamping itu, adanya sistem operasional yang kurang menguntungkan para nelayan itu sendiri, seperti pada sistem persewaan alat-alat untuk menangkap ikan. Hal ini menyebabkan pendapatan nelayan di Kota Pekalongan menjadi menurun hingga hampir 30% dari pendapatan pada tahun-tahun sebelumnya. Perkembangan pendapatan ini berimbas pada kemampuan masyarakat nelayan Kota Pekalongan dalam mengembangkan dan mengelola lingkungan hidup, dengan semakin sulitnya memenuhi kebutuhan hidup yang dikarenakan menurunnya jumlah pendapatan maka mereka tidak mempunyai kemampuan lebih untuk memperhatikan perkembangan lingkungan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui pengaruh perkembangan pendapatan nelayan terhadap perkembangan kondis fisiki permukiman nelayan di Kota Pekalongan.Analisis yang digunakan dalam studi ini adalah; Analisis Tingkat Pendapatan Nelayan, Analisis Pekembangan Pendapatan, Analisis Kondisi Fisik Permukiman Nelayan, Analisis Perkembangan Kondisi Fisik Permukiman Nelayan, Analisis Pengaruh Perkembangan Pendapatan terhadap Perkembangan Kondisi Fisik Permukiman Nelayan dengan menggunakan metode regresi. Berdasarkan analisis-analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara perkembangan pendapatan nelayan dengan kondisi permukiman nelayan. Pendapatan nelayan di wilayah pesisir Kota Pekalongan dari tahun 1997-2003 menunjukkan penurunan mencapai 30%-40%. Penurunan ini menyebabkan kondisi permukiman di wilayah ini semakin menurun kualitasnyan seperti: kondisi rumah yang telah rusak tidak dapat diperbaiki, jalan-jalan lokal yang telah rusak juga tidak mendapat pehatian yang serius, permasalahan pada jaringan drainase dan sanitasi juga tidak segera ditangani. Dari hasil analisi regresi menunjukkan hubungan antara variabel perkembangan pendapatan dan perkembangan kondisi permukiman nelayan dapat ditunjukkan dengan hasil R positif, mendekati nilai 1 dan tingkat signifikasi 0,000. Keadaan ini menunjukkan bahwa adanya korelasi positif dan sangat signifikant. Hal ini berarti bahwa hubungan antara tingkat perkembangan pendapatan nelayan dan kondisi permukiman nelayan sangat kuat dan berbanding lurus. Semakin tinggi pendapatan nelayan, semakin baik pula kualitas fisik permukimannya. Besarnya pendapatan akan mampu mendorong para nelayan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka maka kebutuhan-kebutuhan lain seperti peningkatan pengelolaan permukiman serta sarana dan prasarananya akan ikut mengalami peningkatan, hal ini akan mengakibatkan peningkatan kualitas lingkungan permukiman mereka, seperti: kondisi rumah layak, jalan-jalan lokal yang baik, kondisi jaringan drainase dan sanitasi yang lancar. Kata kunci: kondisi fisik permukiman, pendapatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. (berdasarkan konvensi PBB tahun 1982) yang memiliki potensi sumber daya hayati dan non hayati yang melimpah. Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah pesisir serta menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Masyarakat nelayan yaitu suatu masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama mereka adalah memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di lautan, baik berupa ikan, udang, rumput laut, terumbu karang dan kekayaan laut lainnya. Masyarakat nelayan memiliki karakteristik khusus yang membedakan mereka dari masyarakat lainnya, yaitu karakteristik yang terbentuk dari kehidupan di lautan yang sangat keras dan penuh dengan resiko, terutama resiko yang berasal dari faktor alam. Nelayan mempunyai peran yang sangat substansial dalam memajukan kehidupan manusia. Mereka termasuk agent of development yang paling reaktif terhadap perubahan lingkungan. Sifatnya yang lebih terbuka dibandingkan kelompok masyarakat yang hidup di pedalaman, menjadi stimulator untuk menerima perkembangan peradaban yang lebih modern. Dalam konteks yang demikian timbul sebuah stereotif yang positif tentang identitas nelayan khususnya dan masyarakat pesisir pada umumnya. Mereka dinilai lebih berpendidikan, wawasannya tentang kehidupan jauh lebih luas, lebih tahan terhadap cobaan hidup dan toleran terhadap perbedaan. Pendapatan masyarakat nelayan bergantung terhadap pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan yang terdapat di lautan. Potensi perikanan tersebut sangat beranekaragam, dengan potensi perikanan sebesar 5,01 juta ton serta asumsi harga ikan hasil tangkapan mencapai US.$. 3.052, maka nilai ekonomi yang dapat diperoleh dari potensi perikanan Indonesia diperkirakan bernilai US.$. 15 Milyar. Sementara itu pada tahun 1999 nilai yang berhasil dicapai baru sekitar US.$.9,97.milyar (Dahuri, 1996). Pendapatan masyarakat nelayan secara langsung maupun tidak akan sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka, karena pendapatan dari hasil berlayar merupakan sumber pemasukan utama atau bahkan satu-satunya bagi mereka, sehingga besar kecilnya pendapatan akan sangat memberikan pengaruh terhadap kehidupan mereka, terutama terhadap kemampuan mereka dalam mengelola lingkungan tempat hidup mereka. Keberadaan Kota Pekalongan yang terletak di daerah pantai utara membuat Pekalongan menjadi salah satu kota yang memiliki karakteristik pesisir sebagai penghasil perikanan yang

mampu menembus pasar internasional, hal ini dikarenakan Kota Pekalongan memiliki sumber daya laut yang sangat berlimpah. Namun pada kenyataannya saat ini predikat Kota Pekalongan sebagai primadona perikanan di Indonesia berangsur-angsur semakin tergeser. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari krisis moneter pada tahun 1998 yang melanda Indonesia, yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga-harga kebutuhan melaut terutama harga BBM dan harga perbekalan lainnya sehingga menyebabkan terjadinya perkembangan pendapatan masyarakat nelayan yang memiliki kecenderungan untuk semakin menurun. Perkembangan pendapatan sektor perikanan Kota Pekalongan ditunjukkan dengan hasil tangkapan ikan maupun nilai produksi dari hasil tangkapan para nelayan mengalami penurunan. walaupun pernah terjadi kenaikan pada tahun 2001, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : TABEL I. 1 PRODUKSI PERIKANAN DI WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TAHUN PRODUKSI (Kg) NILAI (Rp) 1997 70.456.786 145.878.590.000 1998 68.214.535 151.328.787.500 1999 65.034.607 164.737.017.000 2000 64.719.756 151.727.810.000 2001 71.550.645 206.394.885.000 2002 51.525.393 165.815.071.000 2003 54.956.430 168.376.130.000 Sumber: Data TPI Pekalongan 2004 Penurunan pendapatan masyarakat nelayan di Kota Pekalongan ini tidak hanya disebabkan oleh menurunnya nilai produksi perikanan, namun juga dikarenakan semakin meningkatnya biaya operasional dan perbekalan nelayan untuk sekali layar, terutama sejak kenaikan harga BBM khususnya jenis solar. Perkembangan pendapatan yang terjadi dapat dilihat pada besarnya pendapatan yang diperoleh nelayan, harga ikan saat ini belum mengalami kenaikan, dengan harga lelang senilai Rp 65 juta, setelah dikurangi perbekalan Rp 45 juta, pendapatan bersih yang didapat tinggal Rp 20 juta. Setelah itu dibagi untuk pemilik kapal Rp 10 juta dan Rp 10 juta untuk 40 orang nelayan ABK. Kalau di hitung, setiap nelayan hanya menerima antara Rp 200.000,00 sampai Rp 250.000,00. Padahal, sebelum terjadi kenaikan harga BBM mereka dapat menerima bagian antara Rp 300.000,00 sampai Rp 350.000,00 setiap kali melaut. Jadi kenaikan BBM membuat pendapatan nelayan berkurang sekitar Rp 100.000,00/orang (PPN Kota Pekalongan, 2004).

Perkembangan pendapatan masyarakat nelayan Kota Pekalongan yang terjadi ini menimbulkan dampak bagi perkembangan kondisi permukiman Kota Pekalongan khususnya pada Kawasan Pesisir Kota Pekalongan, di mana penduduknya menggantungkan hidup dari sektor perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku masyarakat yang tidak terlalu memperhatikan lingkungan sekitar. Dengan minimnya kemampuan finansial yang dimiliki masyarakat nelayan, maka akan mendorong masyarakat nelayan untuk lebih mengesampingkan peningkatan mutu lingkungan demi pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Jika para nelayan ini hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka maka kebutuhan-kebutuhan lain seperti peningkatan pengelolaan permukiman serta sarana dan prasarananya akan terbengkalai, hal ini akan mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan permukiman mereka, seperti: kondisi rumah yang telah rusak tidak dapat diperbaiki, jalan-jalan lokal yang rusak juga tidak mendapat perhatian yang serius, permasalahan pada jaringan drainase dan sanitasi juga tidak segera ditangani, dan masih banyak lagi permasalahan pada lingkungan permukiman mereka yang tidak dapat diselesaikan karena adanya kendala finansial dari masyarakat nelayan yang tinggal di lingkungan tersebut, sehingga perkembangan lingkungan Kota Pekalongan mengalami penurunan (stagnasi kondisi permukiman) seperti terjadinya stagnansi terhadap perkembangan lingkungan perumahan dan pemenuhan sarana dan prasarana pendukung yang ada, bahkan dapat berdampak pada munculnya lingkungan kumuh (slump area) dan nantinya akan berdampak terhadap perkembangan kondisi permukiman Kota Pekalongan secara global, karena pertumbuhan dan perkembangan kota merupakan perwujudan fisik dari aktivitas ekonomi. Dengan melihat fenomena yang terjadi di atas, diharapkan dengan studi ini akan dapat melihat apakah perkembangan pendapatan nelayan memberikan pengaruh terhadap perkembangan kondisi fisik pada permukiman mereka dan sebarapa besar pengaruh yang ditimbulkan dari perkembangan pendapatan nelayan yang merupakan suatu bentuk aktivitas perekonomian terhadap kondisi fisik permukiman nelayan di wilayah pesisir Kota Pekalongan, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam pengembangan lingkungan permukiman nelayan. 1.2 Perumusan Masalah Wilayah pesisir merupakan suatu daerah pinggiran yang memiliki potensi sumber daya perikan yang sangat tinggi. Dengan potensi yang dimilikinya, menyebabkan wilayah pesisir sangat penting keberadaannya guna mendukung perekonomian suatu wilayah. Salah satu wilayah pesisir yang memiliki potensi sumber daya perikanan yang sangat besar adalah wilayah pesisir Kota Pekalongan. Kota Pekalongan dengan potensi sumber daya perikanan yang tinggi, ternyata belum dimanfaatkan semaksimal mungkin. Bahkan beberapa tahun terakhir, potensi yang ada tidak lagi mampu untuk diandalkan sebagai tumpuan hidup masyarakatnya. Hal ini dikarenakan semakin berkurangnya sumber daya alam yang ada, namun lebih dikarenakan adanya gejolak yang terjadi