KEPUTUSAN MEDIS TENTANG AKHIR KEHIDUPAN. dr. Soetedjo, SpS(K) Bagian Neurologi/Histologi FK UNDIP

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PENENTUAN KEMATIAN DAN PEMANFAATAN ORGAN DONOR

SURAT KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT TK.IV SINGKAWANG NOMOR :SK.

PANDUAN PENOLAKAN RESUSITASI (DNR)

PANDUAN ASUHAN PASIEN KOMA

JURNAL TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH MENURUT UNDANG-UNDANG

PANDUAN PELAYANAN RESUSITASI RUMAH SAKIT PUSAT PERTAMINA BAB I

SURAT PERNYATAAN JANGAN DILAKUKAN RESUSITASI ( DO NOT RESUCITATE )

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Rahasia medis menjadi salah satu unsur terpenting. dalam hubungannya antara dokter dengan pasien.

ASPEK HUKUM EUTHANASIA. By L. Ratna Kartika Wulan

FORMULIR PERMINTAAN PELAYANAN SPIRITUAL BERDASARKAN AGAMA DAN KEPERCAYAAN PASIEN

ASPEK BIOETIKA-MEDIKOLEGAL PENUNDAAN DAN PENGHENTIAN TERAPI BANTUAN HIDUP PADA PERAWATAN KRITIS

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, penurunan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai permasalahannya, dan diakhiri dengan kematian. Dari proses

DO NOT RESUSCITATE BAB I DEFINISI

CODE BLUE SYSTEM No. Dokumen No. Revisi Halaman 1/4 Disusun oleh Tim Code Blue Rumah Sakit Wakil Direktur Pelayanan dan Pendidikan

IDENTIFIKASI PASIEN TERMINAL

PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM KELAS D KOJA Jl. Walang Permai No. 39 Jakarta Utara PANDUAN ASESMEN PASIEN TERMINAL

KEMATIAN DALAM PERSPEKTIF ILMU KEDOKTERAN

Sabtu, 07 Januari 2012

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah cross sectional (Sopiyudin, 2009). yang diteliti (Notoarmodjo, 2012). Populasi dibagi menjadi dua macam

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Dr. H. Lilian B Koord. Blok Kedokteran Keluarga

Perkembangan Sepanjang Hayat

Lampiran 1. Medan, 2013 Yang membuat pernyataan persetujuan. penjelasan. dr... Universitas Sumatera Utara

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : 096/SK-Dir/RSB-A/II/2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Totok S. Wiryasaputra, Pendampingan Pastoral Orang Sakit, Seri Pastoral 245, Pusat Pastoral Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi dan sebagainya. Setiap orang dianggap mampu untuk menjaga

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TRANSPLANTASI ORGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

KELAHIRAN Kelahiran: - Suatu kerahasiaan hidup yang menimbulkan kekaguman dan perhatian periode memberikan harapan baik - Menjaga kontinuitas manusia

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BANTUAN HIDUP DASAR (BHD) DAN RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

RESUSITASI JANTUNG PARU ( RJP ) CARDIO PULMONARY RESUSCITATION ( CPR )

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

PANDUAN PELAYANAN PASIEN DENGAN ALAT PENGIKAT (RESTRAINT) RUMAH SAKIT UMUM BUNDA THAMRIN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. praktek dokter gigi memiliki suasana dan peralatan yang asing, dan terlebih lagi

BABI PENDAHULUAN. Di abad 20 ini ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami kemajuan yang

RJPO. Definisi. Indikasi

Penyakit terminal. Tidak dapat disembuhkan Berakhir dengan kematian

Pengertian Irritable Bowel Syndrome (IBS)

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perawatan pada pasien dengan gangguan kesehatan yang

PALLIATIVE CARE HENDRA

BAB VI MORAL AKHIR HIDUP MANUSIA

TABULASI POKJA PAP ( PELAYANAN ASUHAN PASIEN)

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. sehat dengan umur yang panjang adalah harapan bagi setiap orang. Tidak

Apakah bahasa roh boleh dipakai dalam acara doa bersama? Apa artinya bahasa roh adalah tanda untuk orang yang tidak beriman (lih. 1Kor 14:22)?

Nomor : Fakultas : Angkatan / Semester : PETUNJUK PENGISIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasien di ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah pasien dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

Tabel 1.1 Keaslian penelitian

BAB 5 PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)

PELAYANAN BEDAH DAN ANESTESI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KECEMASAN PASIEN DENGAN TINDAKAN KEMOTERAPI DI RUANG CENDANA RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I DEFINISI A. PENGERTIAN

PAB: Maksud Anestesi, sedasi, dan intervensi bedah adalah sering dilakukan dan kompleks Hal-hal tersebut membutuhkan: Pengkajian yang lengkap dan meny

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 93 Tahun 2016 Seri E Nomor 45 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN Masalah : Isolasi sosial Pertemuan : I (satu)

BAB I PENDAHULUAN. emosi harapan dan kekhawatiran makhluk insani. perjanjian terapeutik adalah Undang undang nomor 36 tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TANGGUNG JAWAB DOKTER YANG MELAKUKAN EUTHANASIA. A. Tanggung Jawab Dokter Menurut Profesi Medis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya

Halusinasi dan cara mengatasinya

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

TINJAUAN MEDIKOLEGAL PERKIRAAN SAAT KEMATIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada jaman modern sekarang ini kemajuan dunia kesehatan semakin baik.

MEKANISME KOPING BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN KEMOTERAPI DI RUANG KEMOTERAPI RS URIP SUMOHARJO LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PT. RUMAH SAKIT...No. T E N T A N G KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh melampaui batas normal yang kemudian dapat menyerang semua

BAB III KASUS PERMOHONAN EUTHANASIA DARI PIHAK KELUARGA AGIAN ISNA NAULI DAN KASUS PERMOHONAN EUTHANASIA DARI PIHAK KELUARGA SITI JULAEHA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

EUTHANASIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Transkripsi:

KEPUTUSAN MEDIS TENTANG AKHIR KEHIDUPAN dr. Soetedjo, SpS(K) Bagian Neurologi/Histologi FK UNDIP

PENDAHULUAN Bagi manusia ternyata tidak enak : Diingatkan akan kematian Berpikir akan kematian Membicarakan kematian Tapi kematian : Merupakan kenyataan yang tak terhindarkan Setiap kehidupan biologis secara kodrati ada batasnya (K.Bertens, 2003)

Zaman dulu kematian : (Phillipe Aries, 1981) 1. Merupakan kejadian biasa untuk setiap orang dan segala umur 2. Proses sederhana dengan cara yang sama diritualisasi 3. Berlangsung dalam konteks sosial, ditunggui keluarga, sanak saudara, tetangga. Ini disebut : kematian jinak = tame death (K. Bertens, 2003)

ZAMAN MODERN 1. Di medikalisasi oleh karena perkembangan kedokteran modern. 2. Kematian menjadi sesuatu yang ditakuti, dengan suasana terasing di ICU, lepas dari lingkungan sosial. 3. Diserahkan ke dokter, perawat, dan teknisi medis untuk mendapat tindakan luar biasa (TLB) : - Perawatan ICU, RJP - Pengendalian disritmia - Intubasi Trachea - Ventilasi mekanik - Parenteral total Disebut : kematian liar = wild death

DILEMA KEMATIAN : 1. Peristiwa alamiah 2. Tanggung jawab kita karena kita belum/tidak berusaha cukup untuk menanggulanginya (K. Bertens, 2003)

DEFINISI MATI : Seseorang dinyatakan mati, bilamana fungsi spontan pernapasan dan jantung telah berhenti secara pasti atau irreversible, dan bila terbukti telah terjadi kematian batang otak (Pernyataan IDI tentang mati) (PB IDI, SK 336/1988)

PATOFISIOLOGI 1. Mati adalah proses yang berlangsung secara berangsur 2. Tiap sel dalam tubuh manusia mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap tidak adanya O 2 ; maka mempunyai saat kematian yang berbeda pula.

DOKTER : Bagi dokter, kepentingan bukan terletak pada tiap butir sel tersebut, tapi pada kepentingan manusia itu sebagai satu kesatuan utuh. Ingat : Koma Vegetative State Lock-In Syndrome

PERSOALAN ETIK : 1. Ilmu kedokteran modern tidak akan membiarkan pasien meninggal 2. Sebenarnya tidak tahu harus memberi apa pada kematian 3. Dokter-dokter muda merasa canggung menghadapi kematian karena dalam pendidikan mereka hanya diajarkan memerangi kematian.

PERMINTAAN KONSUL MBO Tujuan konsul : konfirmasi sudah terjadi MBO atau belum Pasien : 1. Program donor 2. Hanya lepas ventilator untuk kematian alamiah.

DIAGNOSIS MBO (1) I. Meyakini bahwa telah terdapat pra kondisi tertentu : 1. Pasien koma, henti napas tidak responsif walau sudah dipasang ventilator. Ya/Tidak 2. Penyebabnya adalah kerusakan otak struktural, yang tidak bisa diperbaiki lagi oleh karenanya dapat menuju MBO Ya/Tidak

DIAGNOSIS MBO (2) II. III. Menyingkirkan penyebab koma dengan henti napas yang irreverseble : 1. Hipotermia Ya/Tidak 2. Keracunan obat-obatan Ya/Tidak 3. Gangguan metabolik Ya/Tidak Memastikan arefleksi BO dan henti napas yang menetap. 1. Pengamatan (perhatian) hilangnya fungsi BO 2. Test Fungsi BO 3. Test Henti Napas

DIAGNOSIS MBO (3) 1. Pengamatan hilangnya fungsi BO 1. Koma Ya/Tidak 2. dekortikasi negatif Ya/Tidak 3. deserebrasi negatif Ya/Tidak 4. hentakan epileptik negatif Ya/Tidak 5. napas spontan negatif Ya/Tidak 2. Test fungsi BO (Tidak ada refleks BO) 1. Tidak ada respons refleks cahaya Ya/Tidak 2. Tidak ada refleks kornea Ya/Tidak 3. Tidak ada refleks vestibulo-okuler Ya/Tidak 4. Tidak ada respons motorik dalam distribusi saraf kranial terhadap rangsang adekuat pada area motorik Ya/Tidak 5. Tidak ada refleks muntah (gag refleks) Ya/Tidak

REKOMENDASI (USULAN) Dengan memperhatikan Prakondisi yang meyakinkan Penyingkiran penyebab irreversible yang sah Kepastian diagnosis yang absah Keinginan pasien yang dinyatakan sebelumnya Sikap keluarga (next of kind) Kualitas hidup terbaik yang diharapkan Umur pasien (anak, dewasa, geriatri) Penghentian tindakan luar biasa adalah keputusan medis (ingat)

KAJIAN ETIK (1) DUNIA KEDOKTERAN DALAMMENGHADAPI KEMATIAN (ICU) 1. Keluarga tidak diminta membuat keputusan membiarkan mati. 2. Mengurangi kematian luar biasa (wild death), dengan mengupayakan perawatan ICU, persetujuan keluarga bukan pengasingan. 3. Di ICU, mati bukan lagi menghembuskan napas terakhir.

KAJIAN ETIK (2) 4. Konsekuensi negatif : a. Kita bisa hidup lebih lama, tapi kesehatan banyak orang, agak buruk dalam tahuntahun akhir kehidupan. b. Kita bisa mencapai umur lebih tua, tetapi lebih banyak orang jompo (demensia). c. Penyakit sering berlangsung lebih lama dan kematian datang dengan sangat pelan. (K. Bertens, 2003)

KAJIAN ETIK (3) 5. Ilmu kedokteran modern tidak mau membiarkan pasien meninggal, tetapi pengobatan sia-sia atau terapi yang tidak berguna ( futile treatment ), tidak pantas diberikan. 6. Dokter-dokter baru merasa canggung menghadapi kematian, karena dalam pendidikan mereka hanya diajarkan untuk mati-matian memerangi kematian. (K. Bertens, 2003)

KAJIAN ETIK (4) 7. Monisme teknologis adalah kecenderungan untuk menghilangkan perbedaan antara tindakan manusia sebagai penyebab kejadian-kejadian dalam dunia (di satu pihak) dengan proses-proses biologis alamiah yang independen di lain pihak. Kita seolah-olah tersandera oleh teknologi, lalu kita ikuti saja. Imperaktif Teknologi.

KAJIAN ETIK (5) 8. Imperaktif Teknologi, berbunyi : Apa yang secara teknis bisa dilakukan, harus dilakukan juga, yang dapat menimbulkan kepercayaan yang tidak benar. (Pada dasarnya : salah)

Monisme Teknologis (Callahan, 1993) Menimbulkan 3 kepercayaan salah 1. Walau kematian itu tak bisa terhindarkan, namun tidak satu penyakitpun perlu diterima sebagai penyebab kematian. Pada prinsipnya setiap penyakit bisa disembuhkan. 2. Pada akhirnya tidak ada perbedaan yang fundamental antara membunuh dan membiarkan seseorang meninggal (kembali ke jaman sebelum Hipocrates). 3. Hormat terhadap kesucian kehidupan diwujudkan melalui ilmu kedokteran dan agresivitas teknologi melawan kematian.

MENINGGAL DENGAN TENANG Sebagai nilai tersendiri Kedokteran bukan saja bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan dan memulihkan kesehatan, melainkan juga untuk memungkinkan manusia meninggal dengan baik/tenang ( a peaceful death ).

DILEMA ETIK PASIEN TERMINAL 1. a. Sikap Fight : berpegang terus pada kegigihan terapeutik. b. Sikap Flight kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi (lepas tangan). 2. Bila cure : sudah tidak mungkin, masih bisa diberikan care.

KASUS DILEMA ETIK 1. MBO 2. Siapa yang menghentikan ventilator (dokter?) 3. Keluarga mendesak supaya bantuan hidup dilanjutkan terus. 4. Dokter berpendapat bantuan ini tidak bermanfaat lagi. 5. Keluarga bersedia menanggung biaya. 6. Keluarga mengharap mujizat.

RENUNGAN 1. Hubungan dokter (RS) dengan pasien (keluarga) bukan hubungan komersial, tetapi hubungan terapeutik. 2. Kalau tindakan medis tidak lagi sesuai dengan tujuan, yaitu : menyembuhkan atau meringankan, maka tidak etis jika dilanjutkan terus, nanti malah tidak manusiawi. 3. Pernyataan mati adalah keputusan medis.

PERSOALANNYA? CARA? Pemberian nutrisi, hidrasi tetap Pemberian oksigen tetap Test Henti Napas Ada napas spontan ventilator dipasang lagi. Tak ada napas spontan diresusitasi, tak berhasil dinyatakan meninggal.

DNR = Do Not Resucitate Pasien terminal dengan sebab, mis : cancer stadium terminal, broncho pneumoni, sudah diambil keputusan untuk tidak diresusitasi. Perintah DNR, dapat ditempelkan di tempat tidur pasien tersebut.