BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang bergerak dibidang perdagangan eceran (retail) yang berbentuk toko,

BAB I PENDAHULUAN. baik daripada pesaingnya. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk memberikan kepuasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang perdagangan eceran yang berbentuk toko, minimarket, departement

BAB I PENDAHUALAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan dibidang perekonomian selama ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. industri dan produksi serta pada kegiatan perdagangan eceran di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia dihadapkan pada berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. banyak bermunculan perusahaan dagang yang bergerak dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemasaran adalah sesuatu yang meliputi seluruh sistem yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Keberadaan perusahaan ritel yang bermunculan di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis Ritel di Indonesia secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. peritel tetap agresif melakukan ekspansi yang memperbaiki distribusi dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis ritel, juga disebabkan oleh semakin banyaknya bisnis ritel luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan yang signifikan, sumber:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya produk yang ditawarkan oleh pihak pemasar kepada

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dengan tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. Pasar ritel di Indonesia merupakan pasar yang memiliki potensi besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era yang modern, pertumbuhan ekonomi terus berkembang seiring

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ke konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mampu menawarkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis ritel di Indonesia pada saat ini semakin cepat salah

BAB I PENDAHULUAN. ruko (rumah toko) sehingga diseluruh pelosok Surabaya tidak menutup

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usaha atau bisnis ritel di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk dipasar, termasuk preferensi

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. hal itu, Ghanimata (2012) mengatakan para pemasar harus menerapkan. ujung tombak keberhasilan pemasaran.

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. berupa pusat-pusat pertokoan, plaza, minimarket baru bermunculan di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh tersebut sangat terlihat dengan semakin banyaknya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. eceran di tengah-tengah masyarakat menjadi semakin penting. Peranan industri

BAB I PENDAHULUAN UKDW. ritel modern seperti minimarket daripada pasar tradisional. strategis serta promosi yang menarik minat beli.

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanyaera globalisasi yang semakin pesat dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum bidang usaha ritel atau pengecer modern di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dalam bidang ritel dalam perkembangannya sangat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemenuhan kebutuhan pelanggan yang cukup besar. Hingga saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang signifikan serta memberikan konstribusi positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. bersaing ketat di dalam industri ritel. Banyak pemain yang mencoba menjalankan

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan poin saat berbelanja di ritel tersebut. tahun 1990-an. Perkembangan bisnis Hypermarket merek luar negeri

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail Indonesia saat ini berada di peringkat 12 dunia dalam Indeks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum

PERBEDAAN PERSEPSI KONSUMEN ATAS FAKTOR PENENTU TEMPAT BELANJA TERHADAP INDOMARET DAN ALFAMART. Rangkuman Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia. Menurut Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU),

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan perekonomian Indonesia. Berdasarkan data AC Nielsen tahun 2008,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin meningkat dan beragam seiring dengan perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. buka-tutup, mati-hidup dan terus bergulir tanpa henti dengan berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak tertolong oleh sektor perdagangan ritel. Industri ritel

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kota Surabaya saat ini banyak dipenuhi dengan bangunan-bangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisnis modern maupun munculnya bisnis ritel modern yang baru seperti

BAB I PENDAHULUAN. pokok sehari hari kepada para konsumen. Retail adalah salah satu cara pemasaran produk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan yang dimaksud adalah efisiensi dalam pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang ingin berhasil dalam persaingan pada era milenium harus

BAB I PENDAHULUAN. dahulu keinginan dan kebutuhan, konsumen pada saat ini dan yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mereka memanfaatkan peluang-peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Untuk hal itu, orang mencari tempat berbelanja kebutuhan sehari-hari

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya Negara Indonesia yang dapat dilihat dari segi

BAB I PENDAHULUAN. cara memberikan pelayanan yang lebih memuaskan dari pada yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Buchari Alma, 2005:130

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

PENGARUH KUALITAS LAYANAN, KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MINAT BELI ULANG PADA ALFAMART BUDURAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. beredar memenuhi pasar, mengakibatkan perusahaan berlomba-lomba

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan ekonomi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak pengusaha baru yang masuk ke bisnis ritel, baik dalam skala kecil

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keuntungan dan menghidupi banyak orang. Pada saat krisis UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup di dunia ini dipenuhi dengan segala kebutuhannya,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di Indonesia yang semakin berkembang dan pertumbuhan ekonomi serta industri telah banyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan waktu, kini pusat-pusat perbelanjaan modern juga semakin pesat berkembang seperti misalnya minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya. Minimarket yang ada saat ini adalah salah satu bentuk perkembangan bisnis yang sangat pesat. Pasar selalu berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen (Nurjanah, 2013). Kini keberadaan toko modern telah menjadi magnet tersendiri dengan menawarkan banyak hal yang mampu menarik perhatian masyarakat. Demikian juga yang terjadi di Kecamatan Gamping sendiri khususnya yang berada di Jl. Raya Patukan Ambarketawang Gamping sampai Jl. Raya Bantulan Gamping Sleman Yogyakarta, dengan jarak 2,5 km terdapat 9 otlet pertokoan yang terdiri dari toko berjejaring maupun toko tidak berjejaring, yang mana dari 9 toko tersebut terdapat 4 otlet minimarket Indomaret, 2 otlet minimarket Alfamart dan terdapat 3 otlet toko tidak berjejaring yang lokasinya saling berdekatan bahkan ada juga yang saling berhadap-hadapan. Di tengah-tengah maraknya perkembangan pusat perbelanjaan tersebut masih banyak juga toko-toko kecil atau toko tidak berjejaring lainnya yang juga

2 masih diminati oleh banyak konsumen. Akan tetapi seiring dengan banyaknya outlet minimarket yang berada dalam satu lingkup pelayanan yang sama dimungkinkan akan berpengaruh pada preferensi masyarakat atau konsumen dalam menentukan tempat belanjanya. Untuk memenangkan persaingan antar ritel modern, perusahaan akan memanfaatkan peluang bisnis yang ada dan berusaha untuk menerapkan strategi pemasaran yang tepat dalam rangka untuk menguasai pasar. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan. (Mariska Antari,dkk, 2014) Minimarket termasuk dalam klasifikasi ritel modern, perkembangan yang sangat pesat ditunjukkan dengan jumlah gerai yang bertambah disetiap tahunnya. Minimarket merupakan jenis pasar modern yang agresif memperbanyak jumlah gerai dan menerapkan sistem franchise dalam memperbanyak jumlah gerainya. Menurut (Sinaga, 2006) dalam Ediati Murni 2009, pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan mengunakan manajemen modern. Umumnya ada di daerah perkotaan, seperti barang dan jasa penyedia dengan kualitas yang baik dan pelayanan yang baik kepada pelanggan. Dua jaringan terbesar minimarket yakni Indomaret dan Alfamart juga menerapkan sistem franchise. Selain itu minimarket Indomaret dan Alfamart merupakan dua pemain besar di Indonesia. Kedua minimarket ini terus berekspansi, menambah jumlah gerai dan memperluas wilayah usahanya tidak hanya di kota-kota besar saja, akan tetapi kini keberadaan kedua

3 minimarket tersebut juga memperluas usahanya hingga ke pemukiman penduduk maupun diseberang jalan yang relatif kecil sekalipun. (Lili Susanti, 2011) Laju perkembangan suatu daerah biasanya dipengaruhi oleh pertambahan penduduk sebagai akibat daya tarik atau nilai jual daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk yang pesat juga akan diikuti dengan pertumbuhan infrastruktur yang tinggi pula untuk mengakomondasi semua kebutuhan. Salah satu dampak yang timbul adalah berkembangnya sarana dan prasarana usaha/perekonomian sebagai jawaban atas tuntutan konsumsi masyarakat. Berbagai jenis toko modern dengan berbagai macam konsep bisnis melakukan kegiatan usaha di wilayah Kabupaten Sleman dalam rangka mengikutu perubahan pola berbelanja dan gaya hidup masyarakat. Tidak hanya pelaku bisnis toko modern nasional yang menunjukkan agresivitasnya dalam melakukan ekspansi bisnis di Kabupaten Sleman, pelaku bisnis toko modern lokal pun juga tidak mau kalah dalam melakukan investasi di bisnis tersebut. Perkembangan minimarket di Kabupaten Sleman pada tahun 2010 mengenai toko modern khususnya minimarket berjejaring dan lokal, menunjukkan jumlah minimarket sebanyak 117 unit, dengan perincian minimarket Indomaret sebanyak 49 unit, minimarket Alfamart sebanyak 28 unit, Circle K 14 unit, OMI sebanyak 6 unit sedangkan minimarket lainnya 20 unit dan hampir semua minimarket tersebut berjarak kurang dari 200 meter dari lokasi toko atau pasar tradisional. Dari jumlah tersebut kini semakin

4 meningkat tajam sepanjang periode awal di tahun 2011 hingga akhir tahun 2012, yang mana jumlah toko modern dan pusat perbelanjaan yang melakukan operasional usaha di wilayah Kabupaten Sleman sebanyak 226 unit yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Sleman, dengan perincian banyaknya minimarket Alfamart sebanyak 56 unit, Circle K sebanyak 25 unit, minimarket Indomaret sebanyak 75 unit, terdapat juga 1 unit pusat perbelanjaan, supermarket sebanyak 7 unit, perkulakan/grosir 3 unit, dan minimarket lokal sebanyak 59 unit. Perkembangan mengenai jumlah toko yang ada di Kabupaten Sleman tidak berhenti di tahun 2012 saja, kini berdasarkan data terakhir tahun 2013 yang dilakukan oleh Bidang Perdagangan, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman, jumlah toko modern dan pusat perbelanjaan yang melakukan kegiatan usaha di Kabupaten Sleman juga semakin meningkat tajam, yang mana dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.1 Jumlah Toko Modern dan Pusat Perbelanjaan di Kabupaten Sleman 2013 No Jenis Toko Modern Jumlah (unit usaha) Prosentase 1 Minimarket waralaba atau Cabang Nasional 152 51,20 2 Supermarket, Department Store, 12 4,00 Hypermarket, Perkulakan dan Pusat Perbelanjaan 3 Toko Modern Lokal 133 44,80 Total 297 100 % Sumber : Pendataan Toko Modern Kabupaten Sleman, 2013 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lebih dari separuh toko modern yang melakukan kegiatan usaha di Kabupaten Sleman adalah minimarket waralaba atau cabang nasional. Jumlahnya mencapai 51,2% dari total toko modern yang ada di Kabupaten Sleman. Hal ini tidah jauh berbeda

5 dengan jumlah toko modern lokal yang ada, yaitu sebanyak 44,8 %. Apabila dilihat dari persebaran toko modern dan pusat perbelanjaan di masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Sleman maka dapat dilihat pada gambar berikut ini : 104 9 4 19 14 18 1 28 3 35 17 5 7 6 16 4 6 Gambar 1.1 Jumlah Toko Modern di Kabupaten Sleman per Kecamatan Pada Gambar 1.1 menjelaskan jumlah toko modern per Kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten Sleman yang mana jumlah minimarket dan pusat perbelanjaan terbanyak terdapat di wilayah Kecamatan Depok. Sebanyak 104 unit atau 35,25% usaha toko modern dan pusat perbelanjaan yang melakukan kegiatan bisnisnya di wilayah Kecamatan Depok. Kecamatan Depok merupakan salah satu wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta yang merupakan pusat kegiatan pendidikan, perdagangan dan jasa.

6 Selain itu Kecamatan Mlati, Sleman, Ngaglik, Ngemplak dan Gamping juga merupakan wilayah yang sebagian besar berupa pertokoan dengan aktivitas ekonomi yang dominan pada sektor tersier. Di Kecamatan Ngaglik sendiri terdapat 35 unit atau 11,8% usaha toko modern, Kecamatan Mlati terdapat 28 unit atau 9,49% usaha toko modern, Kecamatan Ngemplak terdapat 17 unit atau 5,76% usaha toko modern dan di Kecamatan Gamping sendiri terdapat 19 unit atau 6,40% usaha toko modern. Apabila digabungkan untuk jumlah unit usaha toko modern dan pusat perbelanjaan yang terdapat di wilayah aglomerasi maka dapat mencapai 68,78% dari total unit usaha yang ada di Kabupaten Sleman. (Disperindag Kabupaten Sleman, 2013) Kehadiran minimarket yang banyak ini membuat konsumen semakin banyak memiliki pilihan sebagai tempat untuk berbelanja, selain itu konsumen juga dapat memperoleh banyak informasi. Dengan alternatif yang banyak tersebut menyebabkan toko-toko tidak berjejaring atau minimarket harus memperhatikan berbagai faktor yang salah satunya adalah faktor persepsi konsumen yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk mengambil sebuah keputusan dalam memilih tempat belanja yang menurut mereka sebagai pilihan yang terbaik (Natalia, 2010). Secara teoritis keputusan konsumen terhadap barang yang ditawarkan sangat dipengaruhi oleh harga, produk, pelayanan dan lokasi perusahaan atau toko (Kotler, 1996: 165). Untuk memenuhi kebutuhan seharihari seperti makan, minum, serta peralatan rumah tangga lainnya, masyarakat kini lebih dimudahkan dengan beragamnya usaha minimarket yang berada

7 tidak jauh dari pemukiman penduduk. Dengan banyak berdirinya minimarket mengakibatkan tingginya persaingan, baik antara sesama minimarket, grosir ataupun toko-toko lainnya. Untuk itu perusahaan harus tanggap terhadap apa yang harus dilakukan terkait dengan kelangsungan hidup usahanya, karena konsumen akan semakin selektif dalam melakukan pembelian untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga perusahaan harus mampu mempengaruhi pembeli untuk bersedia membeli barang-barang yang ditawarkan dalam toko tersebut. (Mariska Antari,dkk, 2014) Agar tetap eksis dan bisa menghasilkan keuntungan yang optimal, kini setiap perusahaan dituntut untuk menciptakan strategi bersaing yang baik dan terpadu karena persaingan adalah kunci dari keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan. Meningkatnya intensitas persaingan dari pesaing menentut perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memenuhi harapan konsumen dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik (Anindita, 2012). Pelayanan konsumen yang baik dan memuaskan harus merupakan misi utama bagi sebuah swalayan atau minimarket dimana kepuasan konsumen menjadi sorotan utama bagi banyak perusahaan-perusahaan dalam memutuskan strategi untuk memenangkan persaingan, selain itu promosi akan kualitas produk yang ditawarkan dengan harga murah yang didukung fasilitas juga menjadi modal utama untuk menarik minat konsumen. Tidak hanya itu, kini konsumen dalam berbelanja juga mempertimbangkan dan memilih lokasi yang akan dikunjungi. Lokasi yang strategis dan tepat akan lebih menguntungkan karena sebagian

8 konsumen akan lebih menyukai tempat yang mudah dijangkau, secara tidak langsung lokasi yang strategis akan mempengaruhi minat konsumen untuk berkunjung. (Erwin, 2011) Dalam hal ini penilaian konsumen dalam suatu pembelian dipengaruhi oleh kepentingan personal yang dirasakan atau ditimbulkan oleh kondisi pilihan yang harus diputuskan guna menetapkan pilihan yang tepat atas produk yang dibutuhkannya. Belanja, membeli dan menggunakan ialah tiga kegiatan yang merupakan perilaku konsumen secara holistik (Taubar, 1972 dalam Rupesh Kumar, dkk, 2010). Perilaku pembelian dari konsumen merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari dan diperhatikan oleh para peritel saat ini. Perilaku pembelian adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan seseorang dalam pembelian dan penggunaan produk tertentu. Perilaku pembelian konsumen dapat dilihat dari keinginan untuk membeli produk, intensitas dalam pembelian produk, dan tindakan merekomendasikan pembelian produk kepada orang lain. Oleh sebab itu, para peritel atau pengelola toko dan minimarket harus mampu membuat beberapa strategi yang mampu menarik banyak konsumen untuk percaya terhadap produk yang dibuat dan diedarkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. (Geralda, 2013) Sebenarnya minimarket Indomaret, Alfamart dan juga toko-toko tidak berjejaring lainnya tidak jauh berbeda mengenai produk yang dijualnya. Misalnya saja dari ketiga toko tersebut sama-sama menjual produk-produk secara eceran, dengan pelayanan mandiri konsumen juga diberi kebebasan untuk memilih sendiri barang yang akan dibutuhkannya. Selain itu toko-toko

9 modern ini juga menyediakan tempat yang nyaman, bersih, ruang ber-ac dan sebagian toko modern juga menyediakan fasilitas seperti ATM, untuk lebih menarik minat beli dengan keamanan yang cukup sehingga dapat terhindar dari pencopetan atau tindak kejahatan lainnya. Beberapa diantaranya toko modern ini juga memberikan sistem operasional selama 24 jam yang dapat menjadi nilai plus tersendiri dimata masyarakat luas. (Muthoharoh, 2013) Persaingan yang ketat membuat ketiga minimarket ini tidak peduli dengan kedekatan lokasi toko. Dalam radius 10 meter, dapat dijumpai toko Indomaret, berhadapan dengan Alfamart dan juga toko tidak berjejaring seperti toserba. Bahkan, dibeberapa tempat ada satu gerai diapit dua Alfamart (Dude, 2009). Meskipun lokasinya berdekatan, ada beberapa hal yang mana dalam persaingan usaha tersebut untuk menarik minat beli konsumen dari minimarket Indomaret, Alfamart dan toko tidak berjejaring dari masingmasing toko tersebut tetap memiliki strategi pasar yang berbeda-beda. Misalnya dapat dilihat dari segi harga, promosi, layanan penjualan, kelengkapan produk, kenyamanan, fasilitas, dll. Dalam usaha mengenal konsumen, perusahaan perlu mempelajari perilaku-perilaku konsumen yang merupakan perwujudan dari seluruh jiwa manusia dalam kehidupan sehari-harinya. Menurut Winardi (1991), perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukan oleh orangorang dalam hal merencanakan, membeli, dan menggunakan barang-barang ekonomi dan jasa-jasa, sedangkan perilaku pembeli (buyer behavior) memusatkan perhatian pada perilaku individu khusus, yang membeli produk

10 yang bersangkutan, sekalipun orang itu tidak terlibat dalam hal merencanakan pembelian tersebut. Menurut Assael, 1987 dalam Rupesh Kumar, 2010, perilaku belanja yang paling unik bagi konsumen dengan adanya hadiah, pakaian, bahan makanan, barang-barang rumah tangga merupakan beberapa hal yang paling umum jenis belanjanya yang dapat memanjakan konsumen. Tetapi menurut Dholakia, 1999 dalam Rupesh Kumar, 2010, kesempatan dan motivasi juga merupakan beberapa hal penting yang dapat memepengaruh i perilaku belanja konsumen. Proses pemilihan tempat belanja tentu merupakan fungsi dari karakteristik konsumen dan karakteristik belanjanya, banyak faktor yang dapat menarik minat konsumen dalam memilih untuk memutuskan pembeliannya disuatu tempat, misalnya tempat atau lokasi yang strategis dan mudah dijangkau, harga, kualitas barang, kelengkapan produk, promosi, pelayanan dan lain sebagainya. Tentu saja hal itu hanyalah sebagai faktor yang ikut membentuk pandangan konsumen terhadap suatu pusat perbelanjaan. Menurut Philip Kotler (2007), keputusan pembelian yaitu beberapa tahapan yang dilakukan oleh konsumen sebelum melakukan keputusan pembelian suatu produk. Sedangkan menurut Kotler (2002) keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membelinya atau tidak terhadap produk. Keputusan untuk membeli adalah hal yang sangat dipertimbangkan oleh konsumen, oleh karena itu masing-masing perusahaan harus mampu membuat konsumen untuk melakukan pembelian pada

11 perusahaan tersebut atau toko tersebut. Masing-masing perusahaan harus benar-benar paham faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam menentukan tempat belanjanya untuk melakukan pembelian di perusahaan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan membahas lebih lanjut mengenai perilaku konsumen dan faktor apa saja yang paling dominan dalam mempengaruhi konsumen memutuskan tempat belanjanya. Sehingga peneliti mengambil judul mengenai Perilaku Konsumen dalam Pemilihan Tempat Belanja pada Toko Berjejaring (Indomaret dan Alfamart) serta Toko Tidak Berjejaring (studi kasus di Kecamatan Gamping Sleman Yogyakarta). B. Batasan Masalah Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas dan tidak terdapat kerancauan dalam penulisan skripsi maka penulis memberikan batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Objek penelitian dibatasi pada 3 perusahaan ritel yaitu Indomaret, Alfamart dan toko-toko tidak berjejaring, hal ini dilakukan agar penelitian lebih terfokus dan supaya proses pengukuran respondennya mudah. 2. Penelitian ini dilakukan pada toko berjejaring dan toko tidak berjejaring. Toko berjejaring adalah pelaku usaha yang melakukan kegiatan usaha dibidang minimarket melalui satu kesatuan manejemen dan sistem pendistribusian barang ke outlet yang merupakan jaringannya.

12 Sedangkan toko tidak berjejaring adalah toko modern dengan sistem pelayanan mandiri serta menjual berbagai jenis barang secara eceran, biasanya toko ini sistem kepemilikannya dimiliki oleh perorangan. Dalam penelitian ini toko berjejaring yang menjadi penelitian adalah minimarket Indomaret dan minimarket Alfamart, sedangkan yang menjadi penelitian pada toko tidak berjejaring adalah toko lokal yang ada di Kecamatan Gamping. 3. Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen yang berbelanja di minimarket Indomaret, Alfamart dan toko-toko tidak berjejaring di Gamping Sleman Yogyakarta, yang mana peneliti akan melakukan penelitian di sepanjang Jl. Raya Patukan Ambarketawang Gamping sampai Jl. Raya Bantulan Gamping Sleman Yogyakarta. 4. Faktor yang mempengaruhi perbedaan persepsi konsumen yang dibahas diantaranya adalah pengaruh faktor lokasi, harga, layanan penjualan, produk dan promosi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah persepsi konsumen atas faktor penentu tempat belanja mengenai lokasi, harga, layanan penjualan, produk dan promosi yang dimiliki oleh minimarket Indomaret, Alfamart dan toko-toko tidak berjejaring? 2. Manakah faktor yang paling dominan dari faktor lokasi, harga, layanan penjualan, produk dan promosi dalam mempengaruhi keputusan

13 konsumen dalam menentukan tempat belanjanya di minimarket Indomaret, Alfamart atau toko-toko tidak berjejaring di Gamping Sleman Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis persepsi konsumen atas faktor penentu tempat belanja mengenai lokasi, harga, layanan penjualan, produk dan promosi yang terdapat di minimarket Indomaret, Alfamart dan toko-toko tidak berjejaring. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor lokasi, harga, layanan penjualan, produk dan promosi, serta untuk mengetahui faktor apakah yang paling dominan terhadap keputusan konsumen dalam menentukan tempat belanja di minimarket Indomaret, Alfamart dan toko-toko tidak berjejaring di Gamping Sleman Yogyakarta? E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, manfaat yang dapat di peroleh antara lain adalah sebagai berikut : 1. Manfaat dibidang teoritis a. Bagi akademi Untuk menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa lainnya yang akan mengadakan penelitian lanjutan. b. Bagi penulis

14 Penelitian ini merupakan tambahan dan wawasan dalam penerapan pembelajaran yang pernah didapatkan, khususnya dalam bidang pemasaran, persaingan usaha dan tentang perilaku konsumen. Peneliti juga mengharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan lebih lanjut demi pengembangan ilmu pengetahuan agar penelitian semacam ini untuk selanjutnya agar lebih sempurna lagi. 2. Manfaat dibidang praktik a. Bagi perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan pertimbangan bagi masing-masing perusaaan yang terkait untuk menyusun strategi pemasaran agar perusahaan dapat menentukan langkah-langkah yang diambil dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam industri retail minimarket, sehingga toko-toko tersebut dapat terus berkembang dam mampu tumbuh secara seimbang, saling melengkapi serta dapat saling memperkuat satu sama lain bagi kedua jenis toko yang berjejaring dan toko tidak berjejaring tersebut. b. Bagi Pemerintah Daerah Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan masukan bagi pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan atau ijin pendirian minimarket-minimarket yang baru.