GENETICS DIVERSITY IN MANGO (Mangifera) SPECIES WITH OFF-SEASON FRUITING IN PEKANBARU, RIAU-INDONESIA. Fitmawati, Suci Rohayati and Herman Syahdan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

III. METODE PENELITIAN

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. Tanaman melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman semusim yang saat ini

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

Eksplorasi dan Karakterisasi Keanekaragaman Plasma Nutfah Mangga (Mangifera) di Sumatera Tengah

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI...v DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN BEBERAPA JENIS MANGGA (Mangifera) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN FLUORESENSI KLOROFIL

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

PENANDA MORFOLOGI DAN AGRONOMI ASAL KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MACANG (Mangifera foetida Lour.) DI SUMATERA BAGIAN TENGAH

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Floribunda 4(7) ANALISIS KEKERABATAN MORFOLOGI MANGIFERA DARI SUMATERA TENGAH

PELAKSANAAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

MORFOLOGI TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) KULTIVAR BELIMBING

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman dan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Asam Gelugur. Kabupaten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Gandum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kentang(Solanum tuberosum L) merupakan tanaman umbi-umbian dan

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi Tanaman Pisang. Menurut Cronquist (1981) Klasifikasi tanaman pisang kepok adalah sebagai. berikut: : Plantae

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

BAB I PENDAHULUAN. Salak (Salacca zalacca) merupakan salah satu tanaman buah- buahan

Lampiran 1. Peta Lokasi Kabupaten Simalungun

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN MANGGA (Mangifera sp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Identifikasi Morfologi Tanaman Buah Rambutan merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Padi Varietas Way Apoburu Pupuk dan Pemupukan

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

Transkripsi:

GENETICS DIVERSITY IN MANGO (Mangifera) SPECIES WITH OFF-SEASON FRUITING IN PEKANBARU, RIAU-INDONESIA Fitmawati, Suci Rohayati and Herman Syahdan Department of Biology, Faculty of Science and Mathematics, Riau university, indonesia Email: fitmawati2008@yahoo.com ABSTRACT Across the Riau Province, Indonesia, the mango (Mangifera) shows a wide agroecological diversity and varietal wealth which can be exploited for off-season production. Mango various species are adaptable for fruit production with diverse seasons in this area. In mango, off-season production is based on the genotype, environment and chemical interaction imposed on the mango trees. Thus there is an ample scope in that area to work out specific mango cultivars for off-season production. Therefore, the said study was conducted during August 2010 to August 2011 with the objectives to investigate and characterize the off-season mango cultivars with existing soil of Pekanbaru City, Riau Province, Indonesia using genetic diversity and field survey as selection criterion. The relevant morphological, agronomic and anatomic data were analyzed with NTSYS-pc 2.02i program. Three different Mangifera species M. indica (with 32 cultivars), M. sumatrana (one cultivar) and M. odorata (one cultivar) were included in the study. However, 11 cultivars belong to M. Indica viz; arumanis, golek, manalagi, bapang, apel merah gedong gincu, cowasji patel, surkha panditlawa, inayat pasand, atu-atu, jamuna were found with superior fruit characteristics and bearing. These cultivars produced fruits for long time period (February to October). Based on similarity matrix, mango of Pekanbaru City has genetic similarity value of 0.21 to 0.87. Lowest similarity value was noticed in cultivar manalagi found in tampan-8 and cultivar gedong gincu originated in payung sekaki-4. However, highest similarity value was observed in cultivar manalagi found in bukit raya-4 and bukit raya-6. Cluster analysis manifested that genetic diversity in mango of Pekanbaru City was 13-64% with similarity level of 36-87% and formed seven main groups at 38% but not grouped on the basis of local islands. Keyword: mango (Mangifera) species, genetic diversity, off-season fruiting, morphology, agronomy and anatomy of mango cultivars, Pekanbaru City, Riau Province, Indonesia. PENDAHULUAN Mangga (Mangifera) merupakan salah satu komoditas hortikultura Indonesia yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat di dalam negeri dan juga diekspor (Ihsan et al. 2008). Mangga (Mangifera) memiliki keanekaragaman genetik yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari segi penampilan buah dan waktu berbunga dan berbuahnya yaitu di dalam musim (on season) dan diluar musim (off season) mangga. Pada umumnya tanaman ini hanya berbunga dan berbuah satu kali dalam setahun (Kusumo dalam Suparno et al. 2002). Keadaan ini terjadi di daerah sentra-sentra produksi 1

mangga. Hal ini mengakibatkan melimpahnya produksi buah mangga saat panen raya sementara terjadi kekosongan produksi buah di luar musim panen raya. Besarnya keanekaragaman sifat berbunga dan berbuah ini hanya ditunjukkan oleh jenis mangga tertentu saja. Fakta ini perlu diinventarisasi dan dikarakterisasi untuk menyediakan informasi dasar tentang tanaman mangga yang mempunyai karakter mampu berbuah di luar musim karena berprospek dikembangkan dalam skala perkebunan lebih luas, dapat memasok kebutuhan ekspor ketika di tempat lain mangga tidak berbuah dan secara finansial petani juga lebih diuntungkan karena memiliki harga yang lebih tinggi dibanding yang mangga berbuah di dalam musimnya. Pekanbaru memiliki curah hujan tinggi ini (BPS 2009), akan tetapi beberapa kultivar mangga mampu hidup dengan baik meski tanpa pemberian zat perangsang pembentukan bunga dan bahkan kultivar-kultivar mangga tersebut dapat berbunga dan berbuah di luar musim panen di sentra produksi mangga. Studi keanekaragaman mangga di Pekanbaru perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kultivar mangga apa saja yang mampu berbuah di luar musim dan mampu hidup pada kondisi curah hujan tinggi, sehingga nantinya dapat dikembangkan dalam perkebunan yang luas di Riau. Studi ini dilakukan dengan menginventarisasi dan menganalisis kekhasan mangga secara morfologi, agronomi, anatomi dan ekologi. Penggunaan karakter morfologi merupakan cara yang paling mudah dan cepat dalam mengetahui jarak genetik antar aksesi (Rifai 1976) dan merupakan ciri yang paling sering digunakan dalam taksonomi. Kendala budidaya mangga unggul di Indonesia bagian barat adalah gugur bunga dan produksi rendah karena curah hujan yang tinggi. Di Sumatera khususnya Pekanbaru terdapat tanaman mangga yang mampu berbuah di luar musim meski curah hujan tinggi. Hingga saat ini, tanaman-tanaman mangga tersebut belum diinventarisasi dan dikarakterisasi. Oleh karena itu upaya inventarisasi dan karakterisasi perlu dilakukan sebagai dasar untuk pemuliaan tanaman sehingga diharapkan mampu menyediakan buah mangga meskipun di luar musimnya dan dapat diperoleh harga yang tinggi. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 hingga Agustus 2011. Sampel tanaman mangga diambil di 8 kecamatan di kota Pekanbaru. Selanjutnya pengamatan morfologi, agronomi dan anatomi dilakukan di Laboratorium Botani dan Fotomikrografi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Pekanbaru. Analisis tanah dilakukan di Balai Penelitian Tanah Bogor. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah daun, bunga, buah dan biji mangga sebanyak 50 tanaman, tanah dan spritus. Alat yang digunakan adalah alat herbarium, botol film, mikroskop, kamera, brixmeter, GPS, cawan petri, pinset, alat tulis, alat ukur dan kamera. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Bahan tanaman berupa daun, bunga dan buah mangga diambil dari tanaman yang ditanam di delapan kecamatan yang ada di kota Pekanbaru. Pengamatan terhadap 38 karakter morfologi, agronomi dan anatomi mangga dilakukan berdasarkan Buku Panduan Deskriptor Mangga (IPGRI 2009). Pengamatan dilakukan terhadap karakter-karakter yang terdapat pada pohon, daun, bunga, buah dan biji. Pengamatan terhadap keteraturan berbunga pada tanaman dilakukan dengan komunikasi langsung dengan pemilik tanaman mangga. Data fenotipik hasil pengamatan merupakan data deskripsi dan data skoring masing-masing pohon. 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keanekaragaman Morfologi Mangga di Kota Pekanbaru Secara morfologi kultivar-kultivar mangga di kota Pekanbaru menunjukkan keanekaragaman pada ciri morfologi tajuk, daun, bunga, buah dan biji. Terdapat 4 macam bentuk tajuk, tetapi umumnya (23 individu dari 50 individu) yang ditemukan berbentuk piramida lebar, pola percabangannya menyebar dan kerapatan daunnya padat.. Pengamatan karakter kualitatif pada organ daun meliputi bentuk daun, bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, bentuk tepi daun, panjang daun, lebar daun, panjang tangkai daun, warna daun muda, warna daun tua, intensitas antosianin pada daun juvenil dan aroma daun menunjukkan adanya keanekaragaman. Daun mangga di Pekanbaru pada umumnya (31 dari 50 individu) berbentuk lanset, tepi daun bergelombang, ujung daun runcing, meruncing dan attenuate, sedangkan pangkal daun runcing dan tumpul. Warna daun muda yang antara lain hijau terang, hijau terang agak kecoklatan, coklat kemerahan, coklat kehijauan, merah terang dan cokelat muda. Sedangkan warna daun tua hijau pucat, hijau sedang dan hijau gelap. Intensitas antosianin pada daun juvenil pada umumnya rendah dan daun tidak beraroma. Pengamatan karakter kuantitatif pada organ daun meliputi panjang daun, lebar daun dan panjang petiole. Panjang daun berkisar antara 14.3 cm dan 28.9 cm dengan rata-rata 19.9 cm dan lebar daun berkisar antara 3.8 cm dan 7.6 cm dengan rata-rata 5.2 cm, panjang petiola berkisar antara 1.6 cm dan 5.4 cm dengan rata-rata 3.4 cm. Bunga mangga termasuk bunga majemuk bentuk malai, terletak di ujung ranting (terminal), bercabang banyak, bunga lebat, berbentuk piramida sempit, pyramida dan piramida luas. Bunga - bunga ada yang jantan dan hermaprodit, berdiameter bunga 4-7 mm, tangkai bunga berbulu dan tidak berbulu. Musim bunga mangga di kota Pekanbaru mulai berbunga pada bulan Desember - Januari. Waktu berbunga pada tiap kecamatan berbeda-beda. Keteraturan mangga dalam pembungaan juga bervariasi mulai dari tidak teratur, teratur sekali dalam setahun, dua kali dalam setahun, tiga kali dalam setahun dan selalu berbuah atau sepanjang musim. Musim berbuah mangga di Kota Pekanbaru pada bulan Februari hingga Juni dan Agustus hingga Oktober. Panjang buah berkisar antara 7.4 cm dan 20.5 cm dengan rata-rata 11.5 cm, diameter buah berkisar antara 6.1 cm dan 10.2 cm dengan rata-rata 8.0 cm. Berat buah berkisar antara 140 gram dan 866.7 gram dengan rata-rata 360.1 gram. Buah bertipe buah batu berdaging, sangat bervariasi dalam bentuk, ukuran dan warna. Bentuk buah mangga di Pekanbaru antara lain oblong, narrow oblong, ellips, spheroid, obovoid, wide oblong, wide ellips dan suborbiculate. Bentuk ujung buah bervariasi antara lain runcing, tumpul dan membulat (Gambar 17). Tonjolan leher buah tidak ada hingga sangat menonjol, bentuk punggung buah menurun, membentuk kurva panjang kemudian menurun dan naik kemudian menurun. Bentuk paruh buah tidak ada, bentuk titik, menonjol dan mammiform. Bentuk sinus buah tidak bersnus, dangkal dan dalam, berlilin dan tidak berlilin. Warna eksokarp (kulit buah) bervariasi yaitu hijau, kuning kehijauan, kuning, hijau kemerahan, hijau keunguan, merah jambu kekuningan, orange dan hijau pucat kekuningan. Mesokarp (daging buah) berwarna kuning terang, kuning emas, kuning orange, orange, kuning kehijuan, kuning, orange terang, orange gelap dan kuning keputihan. Daging buah tidak berserat, sedikit berserat dan berserat banyak, dengan tekstur mulai dari halus hingga kasar, Kadar air sedikit hingga banyak, aroma pulp lembut hingga kuat. Ketebalan daging buah, 3

kuantitas serat dan citarasa manis sedikit asam merupakan sifat penting yang berhubungan langsung dengan konsumen. Semakin tebal daging buah, tidak berserat dan citarasa manis biasanya lebih disukai oleh konsumen (Anonim 2009). Rasa gula daging buah manis dengan nilai Brixmeter berkisar antara 10,5 19,3. (a) Oblong (b) Wide oblong (c) Spheroid (d) wide obovoid (e) narrow obovoid (f) wide elliptic (g) suborbiculate (h) Very wide obovoid Semua karakter di atas terdiri dari karakter kuantitatif dan karakter kualitatif. Sifat kuantitatif dikendalikan oleh banyak gen sebagai hasil akhir dari suatu proses pertumbuhan yang berkaitan dengan sifat morfologi dan fisiologi. Sedangkan karakter kualitatif dikendalikan oleh gen mayor atau sedikit yang mengendalikan dalam penampakan fenotipik (Allard 1960 dalam Sinaga 2008). Karakter - karakter morfologi sering tidak menggambarkan hubungan genetic akibat interaksi lingkungan dan sejumlah control genetic yang tidak diketahui (Smith dan Smith 1989). Variabilitas suatu tanaman dapat disebabkan oleh factor genetic dan factor lingkungan (Sofro, 1994 dalam Wigati 2003 dalam Ashary 2010, Budiyanti dalam Muchlis 2011). Terjadinya variabilitas genetik antar dan inter individu, dalam populasi dan antar kultivar pada spesies budidaya terjadi melalui mutasi, introgresi, rekombinasi, adaptasi terhadap lingkungan baru, dan seleksi yang berlangsung secara terus-menerus (Geleta et al., 2007). Selain itu menurut Fitmawati (2008) variabilitas genetik ini disebabkan adanya ciri yang bertautan dan adanya peralihan dari bentuk-bentuk kultivar tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran lingkungan kimia dan fisika mangga di Pekanbaru tumbuh pada temperatur udara berkisar antara 25 0 C dan 37 0 C, temperatur tanah berkisar antara 19 0 C dan 38 0 C, ph berkisar antara 6,9 dan 7. Curah hujan 292,5/tahun (BMG 2010), kelembaban tanah berkisar 1,5 dan tanah basah dengan rata ratania 4,03 dan suhu tanah berkisar 27 0 C dan 34,5 0 C dengan rata-rata 30,03 0 C. 4

Tanaman mangga mempunyai toleransi yang tinggi terhadap berbagai jenis tanah. Namun jenis tanah yang paling baik bagi penanaman mangga adalah tanah latosol, pedsolik merah kuning dan andosol namun demikian tanaman mangga membutuhkan tanah yang subur, solum dalam, ph relatif netral, irigasi dan drainase baik. Temperatur udara yang ideal berada pada berkisar antara 24 0 C dan 27 0 C. Tanaman mangga dapat hidup pada dataran rendah sampai ketinggian 600 m di atas permukaan laut. ph tanah berkisar antara 5.5-7.5, tetapi lebih toleran pada ph rendah di lahan gambut (Tim Bina Karya Tani 2008). 4.2. Kekerabatan Mangga Di Kota Pekanbaru Kluster Mangga di Kota Pekanbaru Analisis klustering terhadap 50 data morfologi dan agronomi mangga Pekanbaru menghasilkan dendrogram dengan koefisisen kemiripan berkisar antara 42% dan 96 % atau terdapat keanekaragaman morfologi sebesar 4 sampai 58% % (Gambar 25). Pada koefisien kemiripan 45 % dapat dibentuk lima kelompok utama tetapi tidak mengelompok berdasarkan daerah asalnya yaitu kelompok I terdiri dari Bukit Raya (BR1) Marpoyan Damai (MD1, MD7), Payung Sekaki (PS4, PS6), Rumbai (RB1, RB5), Rumbai Pesisir (RP3) dan Tenayan Raya (TR1). Individu individu tersebut memiliki persamaan 5 karakter yaitu bentuk ujung daun runcing, bentuk pangkal daun runcing, berlilin, lebar daun 3,8 cm-5,0 cm, bentuk epidermis lurus, bentuk buah spheroid, panjang buah 1,6 cm 2,8 cm, bentuk ujung buah membulat, buah menarik, kemiringan bahu ventral naik kemudian membulat, tidak berparuh, sinus tidak ada sampai dalam, berlilin, tekstur agak kasar sampai halus, panjang biji 5,3 cm 9,0 cm. Individu MD7 memiliki buah dengan warna kuning kehijauan dengan rasa daging buah krispi. Individu PS4 memiliki buah dengan warna pink keunguan dan rasa manis sedikit asam dengan aroma harum khas yang saat ini digemari konsumen. Kelompok II terdiri dari Bukit Raya (BR2), Tampan (TP4), Marpoyan Damai (MD3) dan Rumbai (RB4). Pada kelompok II terdapat subklaster yang mengelompok yaitu BR2 dan TP4 dengan tingkat kemiripan 74% atau jarak genetik 26%. Individu MD3 memiliki kemiripan 70% atau dengan jarak genetik 30%. Individu RB4 memiliki kemiripan 50% atau dengan jarak genetik 50%. Individu-individu tersebut memiliki persamaan 17. Kelompok ini disatukan dengan bentuk buah oblong, ujung buah tumpul, panjang buah 12,3 cm 20,6 cm, diameter buah 7,6 cm 9,0 cm Kelompok III terdiri dari Bukit Raya (BR3, BR5), Marpoyan Damai (MD5, MD6), Payung Sekaki (PS1, PS2, PS3, PS7), Rumbai (RB3, RB6), Rumbai Pesisir (RP1, RP4, RP5, RP6, RP7), Tampan (TP1, TP2, TP7) dan Sukajadi (SJ1, SJ2, SJ3, SJ4). Pada kelompok III terdapat 4 subklaster yang mengelompok. Subklaster 1 mengelompok pada tingkat kemiripan 60% atau dengan jarak genetik 40% antara lain BR3, RP5, PS3, RB6, RP7, SJ3, TP2 DAN RP6. Subklaster 2 mengelompok pada tingkat kemiripan 54% atau dengan jarak 5

Dendogram 50 Pohon Mangga di Kota Pekanbaru Berdasarkan Karakter Morfologi BR1 RB1 MD1 TR1 PS6 MD7 RP3 PS4 RB5 BR2 TP4 MD3 RB4 BR3 RP5 PS3 RB6 TP2 RP7 SJ3 RP6 BR5 RB3 PS1 TP1 RP1 RP4 SJ1 MD6 SJ4 TP7 MD5 PS7 PS2 SJ2 BR4 BR6 TP8 TR3 MD2 MD4 PS5 TP5 TP6 TR4 TR5 TR2 RB2 RP2 TP3 0.40 0.46 0.52 0.59 0.65 0.71 0.77 0.84 0.90 0.96 Coefficient 6

genetik 46% antara lain BR5, RB3, PS1, TP1 dan RP1. Subklaster 3 dan 4 mengelompok dengan tingkat kemiripan 50% atau dengan jarak genetik 50%. Sublaster terdiri dari RP4, SJ1, MD6 DAN SJ4. Subklaster 4 terdiri dari MD5, PS7, PS2 dan SJ2. Individu-individu tersebut memiliki persamaan karakter bentuk daun lanset, ujung daun runcing, pangkal daun rucing, tepi bergelombang, berlilin,, tidak berparuh, panjang buah 8,1 cm 16,4 cm, berat buah 140 gr - 624,5 gr. Kelompok IV terdiri dari Bukit Raya (BR4, BR6) Tampan (TP8) dan Tenayan Raya (TR3). Pada kelompok ini terdapat subklaster yang mengelompok pada tingkat kemiripan 96% atau dengan jarak genetik 4% yaitu BR4 dan BR6. Individu TR3 dan TP 8 memiliki tingkat kemiripan 93% atau dengan jarak genetik 7%. Individu TR5 memiliki tingkat kemiripan 51%. Individu-individu tersebut memiliki persamaan 43 karakter. BR4 dan BR6 yang mempunyai jarak genetik terkecil (28%) terdapat di kelompok ini. Kedua individu tersebut memiliki 48 karakter. Karakter umum yang mentayukan kelompok ini antara lain bentuk tajuk setengah lingkaran, percabangan mendatar, kepatan daun banyak, bentuk daun oblong, ellips dan narrow ellips, posisi daun pada cabang mendatar, ujung daun meruncing, pangkal daun runcing, tepi daun rata, warna daun hijau gelap, panjang buah 8,1 cm 12,2 cm, bobot buah 140 gr 382,2 gr. Kelompok V terdiri dari Marpoyan Damai (MD2, MD4) Payung Sekaki (PS5), Tampan (TP3, TP5, TP6), Tenayan Raya (TR2, TR4,TR5), Rumbai (RB2), dan Rumbai Pesisir (RP2). Pada kelompok ini memiliki 4 subklaster. Subklaster 1 dan 2 mengelompok pada tingkat 60% atau dengan jarak genetik 40%. Subklaster 1 terdiri dari MD2, MD4 dan PS5, sedangkan subkluster 2 terdiri dari TP5, TP6 dan TR4. Subklaster 3 pada tingkat kemiripan 50% atau dengan jarak genetik 50% terdiri dari TR2 sedangkan subklaster 4 pada tingkat kemiripan 60% atau dengan jarak genetik 40% terdiri dari RB2, RP2 dan TP3. Individu-individu tersebut memiliki persamaan 5 karakter yaitu bentuk daun, bentuk pangkal daun, lapisan lilin, tekstur daging buah dan penempelan serat daging buah. Hasil analisis kluster berdasarkan kemiripan morfologi mangga mampu memisahkan 50 pohon mangga di Kota Pekanbaru tetapi tidak dapat mengelompok berdasarkan asalnya. Terpisahnya hubungan kekerabatan sampel pohon mangga Kota Pekanbaru yaitu Bukit Raya 4 dan Bukit Raya 6 dengan Tampan 8 dan Tenayan Raya 3 dan Tenayan Raya 5 dengan sampel pohon lainnya pada koefisien kemiripan 40 % disebabkan oleh adanya karakter tekstur pulp yang kasar. Hubungan kekerabatan genetik pada tanaman dapat diketahui dengan menggunakan data sifat morfologi (Rahman et al. 1997 dalam Sriyadi et al. 2002). Semakin rendah variasi ciri yang dimiliki maka semakin tinggi tingkat kesamaan di antara aksesi yang ada sehingga semakin dekat hubungan kekerabatannya. Informasi jarak genetik dan hubungan kekerabatan sangat diperlukan dalam merakit varietas unggul. Semakin jauh jarak genetik antara tetua maka peluang untuk menghasilkan kultivar baru dengan variabilitas genetik luas akan menjadi semakin besar. Sebaliknya, persilangan antar tetua yang berkerabat dekat akan mengakibatkan terjadinya variabilitas yang sempit. Salah satu pembatas keberhasilan dalam persilangan adalah hubungan kekerabatan genetik antar tetua (Tenda et al. 2009). 4.2.6. Hasil Analisis Tanah 7

Berdasarkan hasil analisis tanah yang dilakukan pada 10 sampel tanah yang mewakili masing-masing kultivar (arumanis, golek, manalagi, sumatrana, gedong gincu dan nam dok mai) terhadap unsur P (Fospor) dan K (Kalium) terlihat bahwa masing masing tanah memiliki kandungan unsur hara yang berbeda-beda. Tanah pada lokasi RP1 memiliki kandungan unsur P dan K yang lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan unsure P dan K di lokasi lainnya. Sedangkan kandungan P terendah terdapat pada lokasi TP5 dan K terendah pada lokasi BR2. Tabel 4. Perbandingan sifat kimia tanah Lokasi Pengambilan dan nama kultivar Metode Ekstraksi Analisis Tanah TSS (Brix) Keteraturan Olsen P- 2O 5 (ppm) Morgan K 2 O (ppm) PH Berbunga TP1 Ndm 22 23,5 7 15 Sekali setahun RP1 Ndm 252 517,5 7 20 Sepanjang tahun BR2 Glk 27 8,7 7 16,3 Sepanjang tahun TP4 Glk 50 18,3 7 16 Sepanjang tahun TP3 Smtr 17 29,5 6,9 14 Dua kali setahun TP5 Smtr 11 38,3 7 17,5 Sepanjang tahun TP6 Smtr 36 59,2 7 17,5 Tiga kali setahun PS2 Arm 244 11,7 7 15 Dua KaliSetahun BR3 Arm 19 84,9 7 14 Sekali setahun PS3 Gg 18 14,6 7 16 Sekali setahun Keterangan : P rendah = < 20, P sedang = 20-40, P tinggi = > 40. K rendah = < 10, K sedang = 10-20, K tinggi = > 20. ph agak asam = 5,6 6,5, ph netral = 6,6 7,5 (Sofyan et al -) Pada tanaman mangga unsur P berfungsi untuk mempercepat pembungaan, serta pemasakan biji dan buah. Selain itu unsur ini juga berfungsi untuk pemanjangan akar, pematangan buah dan perluasan daun. Sedangkan unsur K untuk membantu pembentukan karbohidrat dan protein serta memperkuat batang tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah rontok (Litz 2009). Pospor sangat penting untuk pembelahan sel, pertumbuhan serta merupakan unsur penting pada tanaman seperti gula posphat pada proses respirasi dan fotosintesis dan jalur metabolisme lainnya, nukleotida seperti DNA dan RNA, pospolipid pada membran dan Priophospat pada ATP dan energi metabolisme sel (Salysbury dan Ros 1992). Pospor dalam tanah terdiri dari 2 bentuk yaitu sebagai anion monovalent phosphate (H2PO4 - ) dan anion divalent phosphate (H 2 PO 4 2- ) pada larutan air tanah. Oosthuyse 1997 dalam Litz 2009 menyatakan konsentrasi N, P, K, Mg dan Zn pada daun mempengaruhi jumlah buah yang dihasilkan, sedangkan Mg dan Zn akan mempengaruhi ukuran buah. Rao dan Mukherjee 1989 dalam Litz 2009 menyatakan adanya korelasi positif antara hasil panen dengan unsur N dan K pada daun dari bagian ujung tanaman yang tidak berbuah pada 5 kultivar mangga di india dengan konsentrasi N dan K yang pada umumnya rendah. Meskipun telah dilakukan penelitian ini akan tetapi masih banyak lagi hal yang mempengaruhi produktivitas. Kalium penting untuk pertumbuhan sel terutama untuk perluasan sel dan perkembangan penebalan dinding sel epidermal yang akan menyebabkan tanaman resisten terhadap hama dan penyakit. K meliputi keberadaan air pada tanaman ditentukan oleh adanya air tanah akar dan kehilangan air melalui stomata daun Salysbury dan Ros 1992 dalam Litz 2009. Jumlah K dalam tanah banyak (90-98%) dalam bentuk kristal mineral tidak terlarut yang tidak tersedia pada tanaman. Ketersediaan K terjadi dalam larutan tanah dalam bentuk ion K + berkatan dengan 8

bagian kation tukar sites pada tanah liat. Perpindahan K antara bagian tukar dan larutan tanah dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan. Konsentrasi K sangat rendah di tanah dengan Kapasitas Perubahan Kation yang rendah seperti pada granit, pasir dan tanah asam dan semua ini lebih tinggi dari tanah liat (Lim and Koo 1985; Goerley 1999). Tanaman mangga mengambil ion K + dari larutan tanah. Aplikasi Nitrat Kalium pada awalnya akan merangsang fase pembungaan, meningkatkan jumlah buah (fruit set) dan fruit rentension (berbuah terus) (Sergent and Leal 1989). Pada daerah tropis dengan ketinggian rendah dan sedang, KNO3 akan digunakan untuk merangsang pembungaan out-of-season meskipun pada daerah dengan ketinggian tinggi, ini tidak terjadi (Davenport and Elisea 1997). Kalium mempengaruhi kualitas buah pada banyak spesies (Marschner 1995) meski pada mangga hanya sedikit penelitian tentang hubungan nutrisi K dengan peningkatan kualitas buah. Shinde et al (2006) meneliti tentang kenaikan pupuk K meningkatkan berat buah 5,15%, asam askorbat 26,99%, skor organoleptik untuk rasa, warna dan mengurangi berat fisiologi 22,79% dan jaringan spongy 68,08%. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN Mangga kota Pekanbaru memiliki nilai kemiripan genetik antar individu berkisar 0,28 pada BR2 dengan RB1, BR3 dengan PS4, RP6 dengan RB1, dan TP3 dengan TP1 dan TR2 dengan TP1 hingga 0,96 pada BR4 dan BR6. Hasil analisis kluster menunjukkan keanekaragaman mangga asal kota Pekanbaru sebesar 4-60 % atau memiliki tingkat kemiripan 40-96% dan membentuk 5 kelompok utama tetapi tidak mengelompok berdasarkan daerah asalnya. 5.2. SARAN Hasil penelitian keanekaragaman mangga asal kota Pekanbaru ini diharapkan mampu menjadi informasi dasar tentang keanekaragaman kultivar mangga dan bisa dilanjutkan melalui analisa molekuler untuk pemuliaan tanaman dari kota Pekanbaru. DAFTAR PUSTAKA. BPS. 2009. Riau dalam Angka In Figure. BAPPEDA Provinsi Riau. Elisa. 2004, Pembungaan dan Produksi Buah I, www.elisa ugm.ac.id. [diakses tanggal 25 Juli 2010, pukul 13.30]. Fitmawati. 2008. Biosistematika Mangga Indonesia. IPB. Bogor. (Disertasi) Ihsan F, Sukarmin. 2008. Teknik Persilangan Mangga (Mangifera indica) untuk Perakitan Varietas Unggul Baru. Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 1. IPGRI. 2009. Descriptors for mango (Mangifera indica). International Plant Genetic Resources Institute, Roma, Italia. Rifai, M. A. 1976. Sendi-sendi Botani Siatematika. LBN-LIPI. Bogor. Rohlf, F.J. 1998. NTSys-pc. Numerical Taxonomy and Multivariate Analysis System. Version 2.02. Exerter Software. New York. Tim Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Mangga.Yrama Widya.Bandung. 9