BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Tri Kurniasih, FE UI, 2009

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular langsung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

meningkat sampai sekurang-kurangnya mencapai usia 60 tahun. Begitu pula menurut Smith (1994) yang menyatakan bahwa di Nepal dan secara umum di

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. bakteri mycrobacterium tuberculosis. 1 Bakteri tersebut menyerang bagian

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit menular Tuberkulosis masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis faktor-faktor..., Kartika, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian. meninges, dantulang (Brewis, 1983 Smeltzer & Bare, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Insiden Seluruh Kasus

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA PASIEN DENGAN REGRESI LOGISTIK MULTINOMIAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I. A. Latar belakang. Hal ini dikarenakan angka kematian akibat TB masih tinggi, dimana angka

BAB I PENDAHULUAN. kasus baru TB BTA positif dengan kematian Menurut. departemen kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

Indonesia dalam rangka percepatan Millenium Development Goals (MDGs) mentargetkan penemuan kasus baru TB BTA positif atau Case Detection Rate (CDR)

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit menular yang selalu menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Dalam laporannya, World Health Organization (2008) memperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium Tuberculosis, sementara pada tahun 1995 diperkirakan ada 9 juta pasien tuberkulosis paru baru dan 3 juta kematian per tahun akibat tuberkulosis paru di dunia. Oleh karena itu, pada tahun 2003 World Health Organization (WHO) mencanangkan kedaruratan global penyakit tuberkulosis paru dikarenakan banyaknya jumlah kasus tuberkulosis paru dan kegagalan dalam penyembuhan terutama pada negara yang dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah tuberkulosis paru besar (high burden countries). Saat ini, dalam rangka peningkatan kualitas manusia dan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam bidang kesehatan, maka angka kesembuhan penyakit menular seperti tuberkulosis paru menjadi salah satu tujuan yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) di tahun 2015. Dalam laporan MDGs tahun 2008 disebutkan bahwa saat ini prevalensi tuberkulosis paru di Indonesia masih tinggi, yaitu sebesar 262 per 100.000 penduduk atau setara dengan 582.000 kasus setiap tahunnya. Berdasarkan laporan WHO (2008) dinyatakan bahwa masalah tuberkulosis paru di negara berkembang sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan, karena sebanyak 95% kasus tuberkulosis paru berada di negara tersebut, dan sebanyak 98% kematian yang ada dinegara itu disebabkan oleh tuberkulosis paru. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita tuberkulosis paru terbesar setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberkulosis paru di dunia. Departemen Kesehatan pada tahun 2004 memperkirakan besarnya jumlah kematian setiap tahunnya sebanyak 101.000 orang dengan kasus baru sebanyak 539.000 kasus dan 1

2 insiden tuberkulosis paru BTA Positif sekitar 110 per 100.000 penduduk. Sementara WHO memperkirakan jumlah kematian akibat penyakit ini setiap tahunnya di Indonesia sebanyak 175.000 dengan jumlah kasus pertahun sebanyak 550.000 kasus. Departemen Kesehatan (2008) menyebutkan bahwa selain menimbulkan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tuberkulosis paru juga menimbulkan kerugian secara ekonomis. Bila dilihat dari sudut pandang secara ekonomi, penyakit ini menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian suatu negara. Semakin banyak jumlah angkatan kerja yang menderita tuberkulosis paru disatu negara, maka akan menimbulkan kerugian ekonomis bagi negara tersebut yang secara tidak langsung akan mengurangi devisa negara. Penyakit ini merupakan salah satu penghalang pembangunan nasional karena mampu menurunkan produktivitas ekonomi penderitanya, menurunkan pendapatan keluarganya yang pada akhirnya akan berdampak terhadap ekonomi secara nasional. Dalam suatu penelitian diketahui bahwa sekitar 75% pasien tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif secara ekonomis yang ada pada kisaran usia 15-50 tahun, yang diperkirakan akan menghilangkan waktu kerjanya rata - rata 3 sampai 4 bulan akibat menderita penyakit ini. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%, dan jika pasien meninggal dunia akibat tuberkulosis paru, maka pendapatannya akan hilang setara dengan 15 tahun kerja. Data dari India menunjukkan bahwa biaya langsung yang dihabiskan untuk setiap pasien tuberkulosis paru yang disembuhkan berkisar antara US$100-US$150, angka ini merupakan separuh dari upah tahunan yang diterima para buruh dinegara itu. Sementara dampak tidak langsungnya adalah hilangnya waktu kerja produktif selama 83 hari, 48 hari sebelum pengobatan dan 35 hari selama pengobatan, sayangnya Indonesia belum punya data serupa yang berskala nasional. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dan tahun 2001 didapatkan bahwa penyakit tuberkulosis paru merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit sistem sirkulasi

3 dan sistem pernafasan pada semua kelompok usia, dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Tingginya angka kematian dari penyakit tuberkulosis paru ini menunjukkan rendahnya IPM dari sisi kesehatan dan adanya penurunan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Aditama (2005) menyatakan bahwa penyakit tuberkulosis paru dianggap bukan menjadi masalah kesehatan masyarakat apabila jumlah penderita baru yang menular (BTA positif) dalam suatu negara kurang dari satu orang setiap satu juta penduduk. Dengan demikian, Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 220 juta harus menurunkan kasus baru tuberkulosis paru BTA positif dari 262.000 yang ada sekarang menjadi 220 penderita saja. Penyakit ini mungkin menjadi sangat mudah untuk diatasi manakala jumlah penderitanya terdata dengan baik. Pada kenyataannya, angka prevalensi penyakit tuberkulosis paru ini menyerupai fenomena gunung es (iceberg phenomenon), yaitu kasus yang muncul dipermukaan atau terdata lebih sedikit dibandingkan kasus yang sebenarnya ada. Oleh karena itu usaha preventif dan kuratif terhadap penyakit ini menjadi sangat penting untuk dilakukan. 1.2. PERUMUSAN MASALAH Tenaga kerja merupakan salah satu aset nasional yang berperan besar dalam menggerakkan roda perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 diketahui bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2007 sebesar 232,9 juta, dan sebanyak 109,9 juta orang merupakan angkatan kerja. Besarnya jumlah angkatan kerja dan kontribusinya dalam perekonomian seharusnya diimbangi dengan perlindungan yang memadai dalam hal keselamatan dan kesehatannya untuk mempertahankan produktifitas kerjanya. Sebagaimana diketahui bahwasannya tenaga kerja selalu berhadapan dengan berbagai potensi bahaya kesehatan maupun kecelakaan ditempat kerjanya. Salah satu aspek kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus terkait dengan dampaknya terhadap tenaga kerja itu sendiri maupun terhadap

4 perekonomian secara makro adalah timbulnya penyakit tuberkulosis paru. Saat ini, tuberkulosis paru di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan yang harus segera diatasi. Hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara dengan jumlah pasien tuberkulosis paru terbanyak ketiga di dunia setelah India dan Cina, dengan jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberkulosis paru didunia. Selain karena jumlah penderitanya yang banyak, penyakit tuberkulosis paru juga merupakan penyebab utama kematian dari kelompok penyakit infeksi yang berdampak pada penurunan IPM melalui berkurangnya angka harapan hidup bagi individu yang menderita penyakit tersebut. Bila dilihat dari sudut pandang secara ekonomi, semakin banyak jumlah angkatan kerja yang menderita tuberkulosis paru disatu negara, maka akan menimbulkan kerugian ekonomis bagi negara tersebut. Hal ini dikarenakan angkatan kerja merupakan individu yang memiliki karakteristik yang berbeda dibanding kelompok individu yang lainnya, mengingat kelompok ini merupakan bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu, sehingga kelompok ini dituntut untuk dapat tetap survive pada masa masa selanjutnya. Semakin banyak angkatan kerja yang menderita tuberkulosis paru maka akan menimbulkan kerugian baik bagi individu itu sendiri maupun bagi negara. Bagi individu, penyakit ini mengakibatkan munculnya biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung meliputi seluruh biaya yang terkait dengan pengobatan tuberkulosis paru, sementara biaya tidak langsung seperti menurunnya produktivitas penderitanya, menurunkan pendapatan keluarganya yang pada akhirnya akan berdampak terhadap perekonomian secara nasional. Sementara kerugian bagi pemerintah adalah meningkatnya depedency ratio, mengingat seharusnya penderita dapat bekerja secara produktif. Salah satu upaya untuk mengeliminir bertambahnya jumlah penderita penyakit tuberkulosis paru pada angkatan kerja adalah dengan mendapatkan informasi mengenai faktor resiko apa saja yang berhubungan dengan

5 penyakit ini, sehingga upaya preventif dapat dilakukan sedini mungkin. Hal ini sejalan dengan hasil deklarasi Alma Ata yang disetujui oleh seluruh negara anggota WHO yang lebih memfokuskan pelayanan kesehatan pencegahan (preventive) dan peningkatan (promotive) dibandingkan dengan pengobatan (curative) dan pemulihan (rehabilitative). Sejalan dengan isi deklarasi tersebut, Tjiptoherijanto (1993) menyebutkan bahwa dalam rangka mewujudkan kesehatan bagi semua lapisan masyarakat, maka pembangunan sektor kesehatan lebih ditekankan pada usaha yang bersifat preventive dan promotive. Dalam teorinya, Blum mengatakan bahwa jika usaha untuk meningkatkan kesehatan masyarakat hanya memprioritaskan jasa layanan kuratif dan mengabaikan sisi preventif, maka fenomena tersebut diibaratkan seperti menabur garam ditengah samudra sehingga tidak akan membuahkan hasil yang optimal dikarenakan akar permasalahan tidak segera diatasi secara tuntas. Berdasarkan permasalahan diatas, maka perumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut : Bagaimana karakteristik angkatan kerja di Indonesia berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun (Susenas) 2007 dan Riset Kesehatan Dasar Tahun (Riskesdas) 2007. Apakah terdapat hubungan antara faktor sosial ekonomi (tingkat pendapatan, status/ kedudukan dalam pekerjaan, status perkawinan, status sosial ekonomi dalam masyarakat, dan kelompok pendidikan), faktor lingkungan fisik rumah (kepadatan hunian, sanitasi, kondisi perumahan), faktor pelayanan kesehatan (akses menuju sarana pelayanan kesehatan), dan respon individu (kelompok umur, jenis kelamin, perilaku merokok, perilaku minum alkohol, penderita diabetes dan status gizi) dengan kejadian tuberkulosis paru pada angkatan kerja di Indonesia Bagaimana hubungan keempat faktor tersebut secara bersamaan terhadap kejadian tuberkulosis paru pada angkatan kerja di Indonesia. Berapa besarnya personal saving per variabel bebas akibat penurunan insiden tuberkulosis paru pada populasi.

6 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan yang ada adalah : Mengetahui karakteristik angkatan kerja di Indonesia berdasarkan data Susenas 2007 dan Riskesdas 2007. Karakteristik ini berisi tentang gambaran angkatan kerja di Indonesia berdasarkan faktor sosial ekonomi (tingkat pendapatan, status/kedudukan dalam pekerjaan, status perkawinan, status sosial ekonomi dalam masyarakat, dan kelompok pendidikan), faktor lingkungan fisik rumah (kepadatan hunian, kondisi sanitasi, kondisi perumahan), faktor pelayanan kesehatan (akses menuju sarana pelayanan kesehatan), dan respon individu (kelompok umur, jenis kelamin, perilaku merokok, perilaku minum alkohol, penderita diabetes dan status gizi). Mengetahui hubungan antara faktor sosial ekonomi, lingkungan fisik rumah, akses menuju sarana pelayanan kesehatan dan respon individu terhadap kejadian tuberkulosis paru pada angkatan kerja di Indonesia. Mengetahui faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada angkatan kerja di Indonesia. Mengetahui besarnya personal saving per variabel bebas akibat penurunan insiden tuberkulosis paru pada populasi. 1.4. MANFAAT PENELITIAN Memberikan sumbangan informasi kepada para pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan guna mengentaskan masalah penyakit tuberkulosis paru khususnya pada kelompok angkatan kerja di Indonesia. Memberikan sumbangan bagi para peneliti lain mengenai deterministik penyakit tuberkulosis paru pada angkatan kerja di negara berkembang. 1.5. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis dari penelitian ini adalah, bahwa; faktor sosial ekonomi (tingkat pendapatan, status dalam pekerjaan, status perkawinan, status sosial ekonomi dalam masyarakat, dan kelompok pendidikan), faktor lingkungan fisik rumah (kepadatan hunian, kondisi sanitasi, kondisi perumahan), faktor

7 pelayanan kesehatan (akses menuju sarana pelayanan kesehatan), dan respon individu (kelompok usia, jenis kelamin, perilaku merokok, perilaku minum alkohol, penderita diabetes dan status gizi) berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada angkatan kerja di Indonesia. 1.6. KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini merujuk pada teori Blum dan Model Determinant of Health dari Evan dan Stodar (Spasoff, RA,1999). Teori Blum mengatakan bahwa status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu kesehatan lingkungan sebanyak 45%, perilaku 30% disusul jasa layanan kesehatan 20%, serta faktor genetik atau keturunan sebesar 5%. Sementara Evan dan Stodar mengkategorikan faktor yang mempengaruhi suatu penyakit menjadi empat faktor, yaitu lingkungan yang dilihat dari sisi lingkungan fisik rumah dan sosial ekonomi, respon individu yang dilihat dari sisi biologis dan perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Berdasarkan teori diatas, maka kerangka pemikiran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : Faktor Sosek : Kelompok Pendidikan Tingkat Pendapatan Pekerjaan Status sosek dalam masy. Status Perkawinan Faktor Pelayanan kesehatan: Akses menuju sarana pelayanan kesehatan TB PARU Faktor Lingkungan Fisik Rumah : Kepadatan hunian Kondisi Sanitasi Kondisi Perumahan Faktor Respon Individu : Jenis Kelamin Kelompok Usia Perilaku Merokok Perilaku minum alkohol Status Gizi Riwayat Penyakit lain

8 Dari kerangka pemikiran diatas, terlihat bahwa kejadian tuberkulosis paru berhubungan dengan faktor sosial ekonomi (tingkat pendapatan, status dalam pekerjaan, status perkawinan, status sosial ekonomi dalam masyarakat, dan kelompok pendidikan), faktor lingkungan fisik rumah (kepadatan hunian, kondisi sanitasi, kondisi perumahan), faktor pelayanan kesehatan (akses menuju sarana pelayanan kesehatan), dan respon individu (kelompok usia, jenis kelamin, perilaku merokok, perilaku minum alkohol, penderita diabetes dan status gizi). 1.7. BATASAN PENELITIAN Dalam penelitian ini, baik variabel bebas maupun terikat yang diteliti hanya mencakup variabel yang tersedia dalam data gabungan antara Susenas 2007 dengan data Riskesdas 2007. Keempat kelompok variabel bebas tersebut adalah faktor sosial ekonomi yang meliputi variabel kelompok pendidikan, tingkat pendapatan, dan status dalam pekerjaan, status sosial ekonomi dalam masyarakat, dan status perkawinan. Faktor lingkungan fisik meliputi kepadatan hunian, kondisi sanitasi, dan kondisi perumahan. Faktor respon individu meliputi variabel jenis kelamin, kelompok usia, perilaku merokok, perilaku minum alkohol, status gizi, dan penderita diabetes. Faktor pelayanan kesehatan meliputi akses menuju sarana pelayanan kesehatan terdekat dilihat dari sisi waktu tempuh dan transportasi. Sementara variabel terikat dalam penelitian ini merupakan data individu angkatan kerja di Indonesia baik yang menderita tuberkulosis paru maupun yang tidak menderita tuberkulosis paru. 1.8. SISTEMATIKA PENYAJIAN Sistematika penyajian dalam tesis ini dibagi menjadi lima bagian, yaitu: Pendahuluan terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, kerangka pemikiran, batasan penelitian, dan sistematika penyajian.

9 Tinjauan Pustaka yang berisi mengenai hubungan antara kesehatan dan pembangunan ekonomi, tuberkulosis paru dan ekonomi, penyakit tuberkulosis paru dari sisi medis serta studi empiris mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru. Metodologi Penelitian meliputi tujuh sub bagian yaitu jenis dan sumber data, jenis penelitian, populasi & sampel, model operasional penelitian yang meliputi definisi operasional dan penjabaran uji hipotesis, pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data baik univariat, bivariat, multivariat maupun attributable risk. Pembahasan meliputi karakteristik angkatan kerja dan hasil analisis regresi logistik sederhana terhadap variabel terpilih yang ada dalam data Susenas 2007/Riskesdas 2007 yang menggambarkan tentang faktor sosial ekonomi, faktor lingkungan fisik rumah, faktor akses menuju sarana pelayanan kesehatan, dan respon individu yang signifikan berhubungan dengan kejadian tuberkulosis paru pada angkatan kerja di Indonesia dan hasil analisis regresi logistik berganda yang menghasilkan model faktor resiko kejadian tuberkulosis paru pada angkatan kerja di Indonesia, dan pada pembahasan akhir disampaikan mengenai nilai attributable risk guna melihat besarnya domestic saving per variabel bebas akibat penurunan insiden tuberkulosis paru pada populasi. Kesimpulan dan Saran