BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur memiliki daya tarik wisata yang luar biasa tersebar di 38 Kabupaten/Kota yang ada. Berbagai daya tarik wisata itu tidak lepas dari banyaknya pengunjung. Menurut data kunjungan wisata Jawa Timur Tahun 2012 Total pengunjung Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) di Jawa Timur baik wisatawan nusantara maupun mancanegara selama 2012 mencapai 33.352.323 wisatawan. Dari jumlah tersebut wisatawan yang berkunjung ke Ponorogo sebanyak 291.879 wisatawan [1]. Diharapkan data ini akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Ada beberapa faktor yang menunjang pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata diantaranya Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW), Prasarana Wisata, Sarana Wisata, Tata Laksana (pelayanan, keamanan, dan kenyamanan) dan masyarakat atau lingkungan [2]. Daya Tarik Wisata dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan [3]. Jika suatu daerah memiliki daya tarik wisata maka daerah tersebut bisa menjadi daerah tujuan wisata yang juga disebut destinasi pariwisata yang berarti kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan [3]. Suatu kawasan wisata tidak akan di kunjungi oleh wisatawan apabila wisatawan tidak mengetahui keberadaan tempat wisata tersebut. Suatu daerah yang kaya dengan pemandangan alam yang indah dengan bermacam obyek wisatanya juga tidak akan dikunjungi oleh para wisatawan kalau tidak ada publikasi. Publikasi merupakan salah satu cara untuk menawarkan produk atau jasa kepada konsumen atau wisatawan yang menjadi target pasar. Perkembangan 1
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bisa memberikan peluang kepada pengelola wisata (pengusaha, pemerintah dan masyarakat) untuk memanfaatkan media ini dalam melakukan publikasi wisata. Salah satu media publikasi yaitu melalui sistem informasi pariwisata. Sistem Informasi Pariwisata (SIP) merupakan sistem yang menyajikan informasi-informasi mengenai suatu obyek wisata, kawasan wisata ataupun wahana-wahana di suatu obyek wisata. Sistem ini juga menyajikan tentang beberapa informasi yang menunjang kegiatan kepariwisataan seperti akomodasi, transportasi, tiket, hotel [4]. Sistem informasi pariwisata merupakan media publikasi/promosi yang efektif dan efisien untuk pariwisata karena biaya pembuatan sistem murah dan jangkauannya sangat luas bisa sampai ke penjuru dunia. Suatu sistem informasi yang baik menghasilkan informasi yang baik dan lengkap. Syarat-syarat informasi yang baik dan lengkap adalah ketersediaan, mudah dipahami, kehandalan, relevan, bermanfaat, tepat waktu, akurat dan konsisten [5]. Bagi sebuah organisasi, sistem informasi berfungsi sebagai alat bantu untuk pencapaian tujuan organisasi melalui penyediaan informasi. Informasi yang baik dapat disediakan oleh sistem informasi yang baik. Kesuksesan sebuah sistem informasi tidak hanya ditentukan oleh bagaimana sistem dapat memproses masukan dan menghasilkan informasi dengan baik, tetapi juga bagaimana pengguna mau menerima dan menggunakannya, sehingga mampu mencapai tujuan organisasi [6]. Pengukuran kesuksesan dari sistem informasi merupakan hal yang penting untuk memahami nilai dari kegiatan-kegiatan manajemen sistem informasi dan investasi-investasi sistem informasi [7]. Saat ini sudah banyak sistem informasi pariwisata yang dimplementasikan diberbagai daerah salah satunya sistem informasi pariwisata Ponorogo. Melalui dukungan teknologi informasi, Sistem informasi pariwisata diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) jika didesain menjadi suatu sistem informasi yang efektif dan efisien. Penggunaan sistem informasi yang efektif dan efisien menandakan bahwa sistem tersebut dapat mendukung tercapainya visi dan misi Instansi dan 2
meningkatkan kualitas layanan khususnya dibidang kepariwisataan. Melalui SIP diharapkan dapat memudahkan dalam hal promosi tentang kepariwisataan yang ada di Kabupaten Ponorogo, menjaring minat wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Ponorogo, memudahkan wisatawan untuk memperoleh informasi tentang kepariwisataan Ponorogo dan mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisata sehingga meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dibidang pariwisata. Sistem informasi pariwisata (SIP) Ponorogo telah dikembangkan sejak tahun 2010. Dengan demikian saat dilakukan penelitian ini, SIP telah dioperasionalkan selama lima tahun dengan perbaikan dan pengembangan sesuai dengan perkembangan kebutuhan instansi dan pengguna sistem informasi pariwisata yaitu pegawai. Untuk mengoptimalkan dalam pengimplementasiannya, evaluasi sistem informasi pariwisata di Kabupaten Ponorogo dipandang perlu dilakukan guna mengoptimalkan penggunaan sistem dalam proses pencarian informasi tentang kepariwisataan. Dalam menganalisis sistem informasi pariwisata ini, maka sangat dibutuhkan umpan balik dari penggunanya (user) untuk dijadikan sebagai bahan analisis dan penyempurnaan sistem, karena pengguna merupakan orang yang dianggap paling mengetahui apakah sistem berjalan seperti yang diharapkan. Kepuasan pengguna umumnya dianggap sebagai salah satu ukuran paling penting dari keberhasilan sistem informasi [8]. Ada beberapa model penilaian keberhasilan atau kesuksesan sistem informasi dengan menggunakan kepuasan atau penerimaan sebagai tolok ukur, diantaranya adalah TAM (Technology Acceptance Model), TTF (Task Technology Fit), UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology), model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean, model kesuksesan sistem informasi End User Computing Satisfaction (EUCS). Model TAM (Technology Acceptance Model), dan UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Usage of Technology) banyak digunakan pada penelitian untuk melihat keberhasilan sistem dari sisi penerimaan user terhadap sistem. TTF (Task Technology Fit) digunakan untuk melihat kesesuaian antara karakteristik tugas dengan teknologi yang ada. Sedangkan Model DeLone dan 3
McLean [9] dan Model Doll dan Torkzadeh [10] untuk melihat keberhasilan sistem dari sisi kepuasan pengguna (user satisfaction). Dalam penelitian ini model Doll dan Torkzadeh [10] dipilih untuk menganalisis sistem informasi pariwisata karena karena dianggap mampu untuk menjelaskan evaluasi sistem dari sisi pengguna yaitu kepuasan pengguna terkait dengan penggunaan sistem informasi pariwisata dilihat dari isi, keakuratan, format, kemudahan penggunaan dan ketepatan waktu dari sistem informasi. Model Doll dan Torkzadeh ini dimodifikasi dengan menambahkan variabel user performance (kinerja pengguna) dan organizational impact (dampak organisasi). Sistem informasi pariwisata Ponorogo merupakan sistem informasi berbasis web dimana melalui sistem tersebut diharapkan bisa meningkatkan kinerja dan menghasilkan nilai tambah terhadap organisasi. Kinerja dan dampak organisasi merupakan faktor penting dalam kesuksesan implementasi sistem informasi pariwisata, jika kinerja pengguna sistem informasi bagus maka akan berdampak terhadap organisasi. Jika pengguna merasa tidak puas terhadap sistem informasi tersebut akan berpengaruh kurangnya kinerja dan juga berdampak kurangnya nilai tambah terhadap organisasi. Kinerja pengguna (user performance) adalah sejauh mana pengguna bisa bekerja dengan baik dengan sistem informasi pariwisata dan sistem informasi tersebut bisa mendukung pekerjaan [11]. Jika seseorang merasa puas terhadap sistem informasi yang digunakan, maka mereka akan cenderung untuk merasa nyaman dan aman selama bekerja dengan menggunakan sistem tersebut sehingga mereka akan merasa terbantu dalam menyelesaikan pekerjaan [11]. Dampak organisasi (organizational impact) merupakan hasil yang diperoleh organisasi dari sistem informasi penerapan tersebut. Dampak organisasi juga bisa diartikan sebagai kinerja organisasi hal ini dijelaskan oleh DeLone dan McLean [9]. Berdasarkan pengertian kinerja dan dampak organisasi, dalam penelitian ini dimasukkan variabel yaitu kinerja pengguna (user performance) dan dampak organisasi (organizational impact) sebagai variabel tambahan untuk menganalisis sistem informasi Pariwisata di Kabupaten Ponorogo. Sehingga penelitian ini menggunakan delapan variabel untuk menganalisis sistem informasi pariwisata 4
yaitu isi (content), keakuratan (accuracy), format, kemudahan penggunaan (ease of use) dan ketepatan waktu dari sistem informasi (timeliness), kepuasan pengguna (user satisfaction), kinerja pengguna (user performance) dan dampak organisasi (organizational impact). 1.2 Perumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini belum diketahuinya pengaruh faktor isi, akurasi, format, kemudahan penggunaan dan ketepatan waktu sistem informasi pariwisata terhadap kepuasan pengguna dan belum diketahuinya pengaruh kepuasan pengguna terhadap kinerja pengguna serta pengaruh kinerja pengguna terhadap dampak organisasi. 1.3 Keaslian penelitian Doll dan Torkzadeh [10] telah mengembangkan dan memvalidasi instrumen pengukuran EUCS dengan menekankan kepuasan pengguna software aplikasi komputer di perusahaan. Terdapat lima komponen pengukuran dalam menilai kepuasan pengguna akhir komputer yaitu isi (content), keakuratan (accuracy), bentuk (format), kemudahan penggunaan (ease of use), dan ketepatan waktu (timeliness). Xiao dan Dasgupta [8] mengevaluasi kepuasan pengguna akhir sistem informasi berbasis web dengan studi kasus universitas di Amerika. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan dan memvalidasi instrumen untuk mengukur kepuasan pengguna sistem berbasis web. Model yang digunakan adalah Doll and Torkzadeh [10] End-User Computing Satisfaction (EUCS) dengan lima komponen pengukuran yaitu content, accuracy, format, ease of use, dan timeliness. Sekundera [12] melakukan penelitian untuk menguji model penerimaan (acceptance) penggunaan sistem core banking di Bank ABC dengan menggunakan model Technology Acceptance Model (TAM) dan End User Computing Satisfaction (EUCS). Ada sembilan variabel yang digunakan dalam 5
model penelitian ini yaitu usefulness, ease of use, content, accuracy, format, ease, timeliness, attitude dan user satisfaction. Ilias, et.al [13] melakukan penelitian untuk mengukur tingkat kepuasan pengguna sistem informasi akuntansi atau Computerised Accounting System (CAS) di sektor pemerintah. Penelitian ini menggunakan satu set kuesioner untuk 90 responden di daerah pemerintahan Labuan Malaysia. Pada penelitian ini menggunakan model dari Doll dan Torkzadeh [10] dengan menambahkan dua variabel. Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah EUCS (content, accuracy, format, ease of use, timeliness) dengan menambahkan dua variabel yaitu (system speed dan system reliability) dan kepuasan. Wang, et.al [14] melakukan penelitian dengan memvalidasi kepuasan mahasiswa sebagai pengguna sistem pendukung keputusan kelompok/ Group Decission Support System (GDSS) di Universitas Xi an Jiao Tong. Dalam penelitiannya menggunakan model dari Doll dan Torkzadeh [10] dengan lima variabel yaitu konten (content), akurasi (accuracy), format (format), kemudahan penggunaan (ease of use) dan ketepatan waktu (timeliness). Instrumen EUCS berisi 12 pertanyaan dan diukur dengan lima skala Likert. Dalam penelitian ini pertanyaan C3 dihapus karena Group Decission Support System (GDSS) yang dikembangkan dan digunakan tidak memiliki fungsi dalam memberikan laporan. Penelitian lain dari Ilias, et.al [15] mengukur kepuasan pengguna Sistem Informasi Akuntansi (SIA) di Departemen Keuangan di Malaysia. Model dari penelitian ini adalah Doll dan Torkzadeh [10] yaitu End User Computing Satisfaction (EUCS) yang menggunakan variabel-variabel konten (content), akurasi (accuracy), format (format), kemudahan penggunaan (ease of use), ketepatan waktu (timeliness), serta menambah dua variabel yaitu (kecepatan sistem (system speed) dan kehandalan sistem (system reliability)). Pada penelitian ini menggunakan tiga analisis yaitu analisis reliabilitas, analisis deskriptif dan analisis regresi berganda. Islam [16] melakukan penelitian dengan mengukur kepuasan pengguna sistem rapat virtual di perusahaan IT multinasional. Pada penelitian ini dilakukan verifikasi model dengan melakukan dua survei dan menerapkan analisis statistik 6
yang berbeda pada data survei yang dikumpulkan. Model yang digunakan adalah EUCS yang dikembangkan Doll dan Torkzadeh [10] dengan menambahkan dua variabel sehingga ada tujuh faktor yaitu content, accuracy, fomat, ease of use, timeliness, system reliability dan system speed. Dastgir dan Mortezaie [17] meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna akhir komputer sistem informasi akuntansi dari sudut pandang manajer keuangan. Sampel dipilih dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Teheran. Penelitian ini bersifat deskriptif studi lapangan empiris. Model yang digunakan adalah EUCS dari Doll dan Torkzadeh [10] yaitu isi informasi (content), kemudahan menggunakan sistem informasi (ease of use), keakuratan dan kebenaran informasi (accuracy and correctness), format laporan (format) dan ketepatan waktu informasi (timeliness) yang berdampak pada kepuasan pengguna akhir komputer (user satisfaction). Pratama, et.al [18] melakukan penelitian untuk menghitung tingkat kepuasan mahasiswa dalam penggunaan sistem informasi KRS online di Universitas Bina Darma dengan menggunakan metode End User Computing Satisfaction (EUCS). Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif dengan menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda. Parumpu [19] pada penelitiannya mengevaluasi kepuasan pengguna akhir sistem notifikasi online kosmetik BPOM RI pada perusahaan kosmetik menggunakan metode End User Computing Satisfaction (EUCS). Analisis data yang digunakan adalah pengujian validitas dan realibilitas serta analisis hasil kuesioner. Berdasarkan hasil penelitiannya disimpulkan bahwa pengguna sistem secara keseluruhan merasa kurang puas dengan sistem notifikasi online kosmetik Badan POM RI. Dari beberapa penelitian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian ini akan menganalisis sistem informasi pariwisata dengan menggunakan metode End User Computing Satisfaction (EUCS). Kebaruan dari penelitian ini adalah penambahan variabel organizational impact (dampak organisasi) yang diambil dari modelnya DeLone and McLean [9]. Selain itu juga penambahkan variabel 7
user performance (kinerja user) yang sesuai dengan penelitian dari Istianingsih dan Utami [11] bahwa kepuasan pengguna secara signifikan mempengaruhi kinerja individu. Secara keleseluruhan variabel penelitian ini ada 8 (delapan) yaitu isi (content), akurasi (accuracy), format (format), kemudahan penggunaan (ease of use), ketepatan waktu (timeliness), kepuasan pengguna (user satisfaction), kinerja pengguna (user performance) dan dampak organisasi (organizational impact). 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah a. Menganalisis sistem informasi pariwisata Ponorogo menggunakan metode modified End User Computing Satisfaction (EUCS); b. Mengetahui pengaruh variabel-variabel dalam EUCS terhadap kepuasan pengguna sistem informasi pariwisata untuk meningkatkan kualitas sistem; c. Mengetahui pengaruh variabel kepuasan pengguna terhadap kinerja pengguna sistem informasi pariwisata; d. Mengetahui pengaruh variabel kinerja pengguna terhadap dampak organisasi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui tingkat kesuksesan sistem informasi pariwisata yang ada di Kabupaten Ponorogo dilihat dari kepuasan pengguna; b. Dapat dijadikan sebagai referensi bagi dinas pariwisata Ponorogo untuk memperbaiki dan membangun sistem informasi pariwisata yang lebih baik; c. Sebagai referensi bagi Dinas Pariwisata daerah lain untuk menganalisis sistem informasi pariwisata di daerahnya. 8