RELOKASI JALAN DAN JEMBATAN SEBAGAI ALTERNATIF PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN MEMPERLANCAR ARUS LALU LINTAS PADA RUAS JALAN TABANAN ANTOSARI PROPINSI BALI

dokumen-dokumen yang mirip
PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD YEH POH DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.

PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD WOS DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH NGONGKONG DI KABUPATEN BADUNG, BALI

PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

AUDIT KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN (STUDI KASUS GEOMETRIK JALAN M.T. HARYONO KOTA SAMARINDA)

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

FINAL KNKT

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

BAB I PENDAHULUAN. 1. Ketidakstabilan material sehingga terjadinya gerakan lereng yang mengubah bentuk geometrinya.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB I PENDAHULUAN. jurang, lembah, jalanan, rel, sungai, badan air, atau hambatan lainnya. Tujuan

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

II. TINJAUAN PUSTAKA

FINAL MOBIL BUS L 300 NOMOR KENDARAAN BK-1045-GA JATUH KE JURANG

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

LAPORAN INVESTIGASI DAN PENELITIAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN TOYOTA KIJANG NOMOR KENDARAAN T 1756 DC TERJUN KE SUNGAI LUBAI, JEMBATAN BERINGIN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Transportasi di Indonesia memiliki perkembangan yang sangat pesat. Hal itu

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.276/AJ-401/DRJD/10 TENTANG

PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. untuk Jembatan SNI dan Tata Cara Perencanaan Ketahanan

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. PRASYARAT GELAR... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. UCAPAN TERIMAKASIH...

Aspek Keselamatan Jalan dalam Pembangunan Jalan. BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Jalan adalah sarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

ABSTRAK. Kata Kunci: Kerusakan Jalan, bangunan pelengkap, fasilitas pendukung.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

BAB IV HASIL PENELITIAN. kebutuhan pada pembahasan pada Bab berikutnya. Adapun data-data tersebut. yang diambil seperti yang tertuang dibawah ini.

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN PADA LOKASI RAWAN KECELAKAAN JALURPROBOLINGGO-LUMAJANG (KM SBY KM SBY 118)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK 113/HK.207/DRJD/2010 TENTANG

DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN BALI KUTA RESIDENCE (BKR) Di KUTA, BALI

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB V PEMBAHASAN. merupakan jalur utama perekonomian Jawa Bali Nusa Tenggara. Seiring

STUDI KELAYAKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN SANGGAU - SEKADAU

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

BAB IV METODE PENELITIAN

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

Persyaratan Teknis jalan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Tanjakan Ale Ale Padang Bulan, Jayapura, dapat disimpulkan bahwa:

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

Perencanaan Geometrik Jalan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS TERHADAP PERGERAKAN KENDARAAN BERAT (Studi Kasus : Ruas Jalan By Pass Bukittinggi Payakumbuh)

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Wilayah studi ini dilakukan di kota Kota Bandar Lampung. Kota Bandar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyebab Kegagalan Bangunan Jalan dan Jembatan. Oleh: Robby Gunawan Yahya

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS

Spesifikasi geometri teluk bus

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB III METODOLOGI III-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

PELAKSANAAN UJI COBA SISTEM INFORMASI KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN UNTUK DAERAH BALI DAN SUMATERA BAGIAN UTARA

BAB III METODOLOGI III-1

ANALISIS KECELAKAAN TIKUNGAN JALAN YOGYAKARTA - SEMARANG DI DUSUN KEDUNGBLONDO, DESA NGIPIK, KECAMATAN PRINGSURAT, TEMANGGUNG. Laporan Tugas Akhir

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

Transkripsi:

RELOKASI JALAN DAN JEMBATAN SEBAGAI ALTERNATIF PENCEGAHAN KECELAKAAN DAN MEMPERLANCAR ARUS LALU LINTAS PADA RUAS JALAN TABANAN ANTOSARI PROPINSI BALI Ariany Frederika dan I Nyoman Sutarja Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran E-mail : arianyfrederika1@yahoo.com; nsutarja_10@yahoo.com 1. ABSTRAK Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang bersifat acak yang terjadi akibat pengaruh beberapa factor: a) 1% (satu persen) merupakan kecelakaan murni atau nasib; b) 99% (Sembilan puluh Sembilan persen) disebabkan satu atau lebih factor gagal, yaitu kegagalan pada factor kendaraan dan pengemudi, dan kegagalan pada factor infrastrukturnya. Pada Infrastruktur yang berpengaruh seperti Faktor Geometri, dan aspek perkerasan jalan, aspek lingkungan beserta harmonisasi rambu, marka, dan sinyal jalan. Ada beberapa daerah rawan kecelakaan pada ruas jalan Tabanan Antosari akibat kurang terpenuhinya persyaratan infrastrukturnya, daerah tersebut : Tukad Yeh Nu (km 23,3), Desa Samsam (km 25,2), Yeh Ho, Desa Megati (km 32,7) dan Desa Bajera (km 39,2). Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina marga melalui satuan Kerja Non Vertical Tertentu Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan telah melakukan Perencanaan Relokasi Jalan dan Jembatan Tabanan-Antosari sepanjang 0,475 km/375,00 m. Bila hasil perencanaan ini segera dilaksanakan, diharapkan mampu menekan terjadinya kecelakaan lalu lintas dan dapat memperlancar arus lalu lintas pada ruas tersebut. Kata kunci: Relokasi, jalan dan jembatan, pencegahan, kecelakaan, lalu lintas. PENDAHULUAN Kemajuan teknologi dalam industri kendaraan tidak cukup untuk menekan terjadinya kecelakaan lalu lintas, juga diperlukan adanya perbaikan infrastrukturnya. Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang bersifat acak yang terjadi akibat pengaruh beberapa factor: a) 1% (satu persen) merupakan kecelakaan murni atau nasib; b) 99% (Sembilan puluh Sembilan persen) disebabkan satu atau lebih factor gagal, yaitu kegagalan pada factor kendaraan dan pengemudi serta kegagalan pada factor infrastrukturnya. Pada Infrastruktur yang berpengaruh seperti Faktor Geometri, dan aspek perkerasan jalan, lingkungan, serta harmonisasi rambu, marka dan sinyal jalan. Di Indonesia, data kepolisian menunjukkan bahwa setiap tahunnya lebih dari 10 ribu orang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas dan lebih dari 20 ribu orang mengalami luka yang mengakibatkan kecacatan seumur hidupnya dan secara tidak langsung menjadi penyebab keterpurukan ekonomi keluarga khususnya bila yang mengalami kecelakaan adalah kepala keluarga atau yang mencari nafkah. Kecelakaan lalu lintas telah mengakibatkan kerugian sebesar kurang lebih Rp. 30,85 Triliyun (US$ 3,5 miliar) yang terdiri dari kerugian material, biaya perawatan, kehilangan jiwa, dan menurunnya produktivitas. Mengingat dampak kecelakaan lalu lintas yang luar biasa tersebut, perlu dilakukan upaya penanganan dan pencegahan. Pencegahan kecelakaan lalu lintas merupakan upaya pengendalian factor-faktor penyebab kecelakaan lalu lintas agar semaksimal mungkin dapat diantisipasi dan disikapi oleh pengguna jalan dan atau orang yang berada di sekitarnya. Sebagaimana telah diuraikan diatas ada empat factor utama penyebab kecelakaan lalu lintas yaitu sarana, prasarana, manusia dan lingkungan. Masing-masing factor tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, oleh karena itu, penangananan dan perencanaannya memiliki sifat yang berbeda pula. Untuk dapat meminimalkan terjadinya kecelakaan, semua factor tersebut haruslah memenuhi kriteria standar, dan persyaratan agar semaksimal mungkin dapat diantisipasi dan disikapi oleh pengguna jalan dan/atau orang disekitarnya. Ada beberapa daerah rawan kecelakaan pada ruas jalan Tabanan Angtosari akibat kurang terpenuhinya persyaratan infrastrukturnya, daerah tersebut : Tukad Yeh Nu (km 23,3), Desa Samsam (km25,2), Yeh Ho, Desa Megati (km 32,7) dan Desa Bajera (km39,2). Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina marga melalui satuan Kerja Non Vertical Tertentu Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan telah melakukan Perencanaan Relokasi Jalan dan Jembatan Tabanan-Antosari sepanjang 0,475 km/375,00 m. Bila hasil perencanaan ini segera dilaksanakan, diharapkan mampu menekan terjadinya kecelakaan lalu lintas dan dapat memperlancar arus lalu lintas pada ruas tersebut. SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 T-325

2. MATERI DAN METODE Materi: sebagai sampel adalah beberapa daerah rawan kecelakaan pada ruas jalan Tabanan Antosari yang kurang memenuhi persyaratan infrastrukturnya, daerah tersebut : Tukad Yeh Nu (km 23,3), Desa Samsam, atau Tukad Yeh Nusa (km25,2), Yeh Ho, dan Tukad Yeh Lambuk Desa Megati (km 32,7). Metode: Observasi, foto dan pengukuran, wawancara dan perencanaan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang didapat dari Kepolisian Daerah bali tahun 2009, terdapat peningkatan jumlah kecelakaan antara tahun 2007 sampai 2008, yaitu terdapat sebanyak 1.419 kejadian kecelakaan pada tahun 2007 menjadi 1.469 kejadian pada tahun 2008 atau terjadi peningkatan 3,25%, data selengkapnya terlihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Kecelakaan di Provinsi Bali, tahun 2007-2008 No. URAIAN 2007 2008 TREND ANGKA % 1. Jumlah 1419 1469 + 50 + 3,25 2. Meninggal Dunia 539 545 + 6 + 1,11 3. Luka Berat 899 933 + 34 + 3,78 4. Luka Ringan 1153 1177 + 24 + 2,08 5. Material Rp. 2.215.230.000 1.977.505.000-237.725.000-10,73 Sumber : Polda bali 2009 Peningkatan korban meninggal dunia sebanyak 1,11%, luka berat 3,78%, luka ringan 2,08%. Meskipun demikian, terjadi penurunan kerugian material pada tahun 2008 sebesar (-10,73%) dibandingkan dengan tahun 2007. Profil daerah rawan kecelakaan dan hasil perencanaan Penilaian profesional (Profesional Judgment), pada lokasi-lokasi daerah rawan kecelakaan yang tidak tersedia data detail penyebab kecelakaan. Penilaian ini dilakukan dengan menganalisis karakteristik lokasi dan karakteristik lalu lintas serta melakukan wawancara dengan kepolisisan dan masyarakat setempat disekitar lokasi rawan kecelakaan. Jalan raya Denpasar-Gilimanuk km 23,3 Tukad Yeh Nu Koordinat S 8 o 32 02.22 E 115 o 06 42.28 Elev 97 m. Ruas jalan memeiliki 2 arah dengan satu lajur untuk masingmasing arah. Perkerasan jalan cukup baik, tetapi alignement vertical dan horizontal kurang memenuhi standar, dan jarak pandang menjadi sangat terbatas, menyebabkan kesulitan bagi pengemudi. Geometrik jalan (terlihat pada Gambar 1 dan 2) yang buruk ini seringkali menyebabkan kendaraan barang dengan beban berat tidak mampu menempuh tanjakan ataupun turunan dan menyebabkan kecelakaan (dari arah jawa sering kendaraan nyemplung ke sungai). Fungsi ruas jalan adalah arteri status jalan Nasional atau Negara, merupakan akses distribusi barang antar pulau, sehingga volume kendaraan angkutan barang sangat tinggi dan beroperasi sepanjang hari. Sesudah dilakukan perencanaan relokasi jalan dan jembatan, maka kondisi geometric yaitu alignement vertical maupun horizontal dapat diprbaiki dan memenuhi standar yang berlaku. Tidak bisa terhindarkan terjadinya super elevasi atau tikungan pada jembatan, namun R dan kemiringan jalan sudah dibuat untuk memenuhi standard. Bentang jembatan adalah 4 x 21 m + 1 x 31 m, dengan tanjakan jalan maksimun di luar jembatan adalah 5%, kecepatan rencana 60 km/jam. Gambar 1. Jalan dan jembatan existing dan relokasinya T-326 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

Gambar 2. Potongan jalan dan jembatan relokasi. Jalan raya Denpasar-Gilimanuk km 25,2 Tukad Yeh Nu, Samsam Koordinat S 8 o 31 47.03 E 115 o 06 19.62 Elev 112 m. Ruas jalan memeiliki 2 arah dengan satu lajur untuk masing-masing arah. Perkerasan jalan cukup baik, tetapi alignement vertical dan horizontal kurang memenuhi standar, dan jarak pandang menjadi sangat terbatas, menyebabkan kesulitan bagi pengemudi. Geometrik jalan (terlihat pada Gambar 3 dan 4) yang buruk ini seringkali menyebabkan kendaraan barang dengan beban berat tidak mampu menempuh tanjakan ataupun turunan dan menyebabkan kecelakaan. Fungsi ruas jalan adalah arteri status jalan Nasional atau Negara. Merupakan akses distribusi barang antar pulau, sehingga volume kendaraan angkutan barang sangat tinggi dan beroperasi sepanjang hari. Sesudah dilakukan perencanaan relokasi jalan dan jembatan, maka kondisi geometric yaitu alignement vertical maupun horizontal dapat diprbaiki dan memenuhi standar yang berlaku. Bentang jembatan adalah 25m + 40m + 40m + 70m + 40m + 25m, dengan tanjakan jalan maksimun di luar jembatan adalah 5%, kecepatan rencana 60 km/jam. Gambar 3. Jalan dan jembatan existing dan relokasinya SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-327

Gambar 4. Potongan jalan dan jembatan relokasi. Jalan raya Denpasar-Gilimanuk km 25,2 Tukad Yeh Ho Ruas jalan memiiliki 2 arah dengan satu lajur untuk masing-masing arah. Perkerasan jalan cukup baik, tetapi alignement vertical dan horizontal kurang memenuhi standar, dan jarak pandang menjadi sangat terbatas, menyebabkan kesulitan bagi pengemudi. Geometrik jalan (terlihat pada Gambar 5 dan 6) yang buruk ini seringkali menyebabkan kendaraan barang dengan beban berat tidak mampu menempuh tanjakan ataupun turunan dan menyebabkan kecelakaan. Fungsi ruas jalan adalah arteri status jalan Nasional atau Negara. Merupakan akses distribusi barang antar pulau, sehingga volume kendaraan angkutan barang sangat tinggi dan beroperasi sepanjang hari. Pada arah Gilimanuk sesudah jembatan existing badan jalan labil dan sempit. Sebelah kanan jalan tebing yang sering longsor dan disebelah kiri jalan jurang yang sangat dalam dan labil. Badan jalan sudah mengalami pecahpecah dan penurunan sehingga perlu penanganan yang segera. Sesudah dilakukan perencanaan relokasi jalan dan jembatan, maka kondisi geometric yaitu alignement vertical maupun horizontal dapat diprbaiki dan memenuhi standar yang berlaku. Bentang jembatan adalah 40m + 40m + 40m + 40m, dengan tanjakan jalan maksimun di luar jembatan adalah 5%, kecepatan rencana 60 km/jam. Gambar 5. Jalan dan jembatan existing dan relokasinya T-328 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

Gambar 6. Potongan jalan dan jembatan relokasi. Jalan raya Denpasar-Gilimanuk km 32,7 Tukad Yeh Lambuk, Megati Koordinat S 8 o 29 32.51 E 115 o 02 50.02 Elev 136 m. Ruas jalan memeiliki 2 arah dengan satu lajur untuk masing-masing arah. Perkerasan jalan cukup baik, tetapi alignement vertical dan horizontal kurang memenuhi standar, dan jarak pandang menjadi sangat terbatas, menyebabkan kesulitan bagi pengemudi. Geometrik jalan (terlihat pada gambar 7 dan 8) yang buruk ini seringkali menyebabkan kendaraan barang dengan beban berat tidak mampu menempuh tanjakan ataupun turunan dan menyebabkan kecelakaan (dari arah jawa sering kendaraan nyemplung ke sungai ataupun ke got). Fungsi ruas jalan adalah arteri status jalan Nasional atau Negara. Merupakan akses distribusi barang antar pulau, sehingga volume kendaraan angkutan barang sangat tinggi dan beroperasi sepanjang hari. Sesudah dilakukan perencanaan relokasi jalan dan jembatan, maka kondisi geometric yaitu alignement vertical maupun horizontal dapat diprbaiki dan memenuhi standar yang berlaku. Tidak bisa terhindarkan terjadinya super elevasi atau tikungan pada jembatan, namun R dan kemiringan jalan sudah dibuat untuk memenuhi standard. Bentang jembatan adalah 40m + 40m + 40m + 34m + 40m + 34m, dengan tanjakan jalan maksimun di luar jembatan adalah 5%, kecepatan rencana 60 km/jam. Gambar 7. Jalan dan jembatan existing dan reloksinya SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-329

Pembahasan dan konsep penanganan Gambar 8. Potongan jalan dan jembatan relokasi. Penanganan lokasi yang diidentifikasi sebagai Daerah Rawan Kecelakaan (DRK) bertujuan untuk dua hal yaitu meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas dan dampak apabila terjadi kecelakaan. Dampak dalam hal ini termasuk tingkat kecelakaan, fatalitas dan jumlah korban. Untuk itu, penanganan yang dilakukan haruslah didasarkan pada kedua hal tersebut. Penentuan jenis tindakan penanganan dilakukan dengan dasar kejadian ataupun tipe kecelakaan yang kerap kali terjadi ataupun potensi kejadian yang diperkirakan dapat terjadi dengan karakteristik lokasi dan karakteristik lalu lintas yang ada. Penanganan DRK dilakukan berupa penanganan terhadap prasarana jalan dan fasilitas keselamatan jalan. Penanganan yang dilakukan tersebut didasari pada ketentuan/perencanaan teknis baik dalam perencanaan jalan maupun pengadaan dan pemasangan fasilitas keselamatan jalan. Secara umum, tipe penanganan DRK tersebut dapat dikelompokkan kepada tiga kelompok besar, yaitu: 4. 1. Penanganan badan jalan meliputi peningkatan/perbaikan kondisi perkerasan, pelebaran, pembuatan medan, perbaikan alinyemen jalan, gradien jalan, dan sebagainya yang dilakukan pada badan jalan; 2. Penanganan sisi jalan/tepi perkerasan yang meliputi perbaikan bahu jalan, pelebaran bahu, pembuatan trotoar, pemasangan kerb, penanganan jalan akses, pembangunan dinding penahan tanah, dan lainnya yang dilakukan pada sisi badan jalan; 3. Penanganan fasilitas perlengkapan keselamatan jalan yang meliputi pemasangan rambu, pemasangan marka, penerangan jalan (PJU), lampu pengatur lalu lintas, patok kilometer, patok pengarah (guide post), guard rail, penanaman pohon pelindung, dan lainnya yang berkaitan dengan perlengkapan jalan. KESIMPULAN Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan : a. Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang bersifat acak yang terjadi akibat pengaruh beberapa factor: a) 1% (satu persen) merupakan kecelakaan murni atau nasib; b) 99% (Sembilan puluh Sembilan persen) disebabkan satu atau lebih factor gagal, yaitu kegagalan pada factor kendaraan dan pengemudi, dan kegagalan pada factor infrastrukturnya. b. Pada Infrastruktur yang berpengaruh seperti Faktor Geometri, dan aspek perkerasan jalan, aspek lingkungan beserta harmonisasi rambu, marka dan sinyal jalan c. Secara umum, tipe penanganan DRK tersebut dapat dikelompokkan kepada tiga kelompok besar, yaitu: Penanganan badan jalan yang meliputi peningkatan/perbaikan kondisi perkerasan, pelebaran, pembuatan medan, perbaikan alinyemen jalan, gradien jalan, dan sebagainya yang dilakukan pada badan jalan; Penanganan sisi jalan/tepi perkerasan yang meliputi perbaikan bahu jalan, pelebaran bahu, pembuatan trotoar, pemasangan kerb, penanganan jalan akses, pembangunan dinding penahan tanah, dan lainnya yang dilakukan pada sisi badan jalan; Penanganan fasilitas perlengkapan keselamatan jalan yang meliputi pemasangan rambu, pemasangan marka, penerangan jalan (PJU), lampu pengatur lalu lintas, patok kilometer, patok pengarah (guide post), guard rail, penanaman pohon pelindung, dan lainnya yang berkaitan dengan perlengkapan jalan. DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2008), Standar Perencanaan Teknik Bidang Jalan, Pengelolaan Lingkungan Hidup Bidang jalan dan Aspek Keselamatan jalan, Subdit Teknik Lingkungan Direktorat Bina Teknik, Dirjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta T-330 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5

Anonim, (2009), Inventarisasi Daerah Rawan Kecelakaan di Provinsi Bali, Dinas Perhubungan Informasi dan Komunikasi, Pemerintah Provinsi Bali, Denpasar Anonim, (1992), Design Methodology, Bridge Management System, Bridge Design Manual, bagian 2,Dirjen Bina Marga. Anonim, (1992), Section and Design of Superstructures, Substructures, and Foundations. Bridge Management System, Bridge Design Manual, bagian 3, Dirjen Bina Marga, Anonim, (1992), Design of Earthquake Resistant Bridge Structures, Bridge Management System, Bridge Design Manual, bagian 4, Dirjen Bina Marga. Anonim, (1992), Design of Concrete Member, Bridge Management System, Bridge Design Manual, bagian 5,Dirjen Bina Marga. Anonim, (1992), Persyaratan Umum Perencanan, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, bagian 1, Dirjen Bina Marga. Anonim (1992), Beban jembatan, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, bagian 2, Dirjen Bina Marga. Anonim, (1992), Analisis struktural, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, bagian 3, Dirjen Bina Marga. Anonim, (1992), Pondasi, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, bagian 4, Dirjen Bina Marga. Anonim, (1992), Perencanaan Beton struktural, Bridge Management System, Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan, bagian 6, Dirjen Bina Marga. Anonim, (2005), Pembebanan Untuk Jembatan, Rancangan Standar Nasional Indonesia ( RSNI T-02-2005 ), Dirjen Bina Marga. Anonim, (2004), Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan, Rancangan Standar Nasional Indonesia ( RSNI T- 12-2004 ), Dirjen Bina Marga. Anonim (2004), Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan, Rancangan Standar Nasional Indonesia 3 ( Revisi SNI 03-2833-1992 ), Dirjen Bina Marga. Bangash, M.Y.H., (1992), Structural Details in Concrete, Blackwell Scientific Publitions, London C. Melbourne, (1995), Arch bridges, Proceedings of the First International Conference on Arch Bridges held at Bolton, UK on 3-6 September 1995, London, Thomas Telford. Clough & Penzien, (1982), Dinamika Struktur, Erlangga, Jakarta. Mario Paz, (19850, Dinamika Struktur, Teori dan Perhitungan, Erlangga, Jakarta. Walter Podolny JR., Muller. Jean M. (1982), Construction anegmental Brige, John Wiley & Sons, New York SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 S-331

T-332 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5