BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB 5 HASIL. Universitas Indonesia

6. Umur Responden :...Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia, menurut WHO 9 (sembilan) juta orang penduduk dunia setiap tahunnya

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 adalah keadaan sejahtera dari

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Gejala utama

GAMBARAN PRAKTIK PENCEGAHAN PENULARAN TB PARU DI KELUARGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGWUNI I KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

I. PENENTUAN AREA MASALAH

ANALISA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU Dhilah Harfadhilah* Nur Nasry Noor** I Nyoman Sunarka***

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

DELI LILIA Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ini menular dan menyebar melalui udara, apabila tidak diobati

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikategorikan high burden countries. Kasus baru Tuberkulosis di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit


BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Nuangan terletak di Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow. a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tutuyan

A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian diatas, dapat disimpulkan beberapa hal antaralain lain:

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB III METODE PENELITIAN

Pengertian. Tujuan. b. Persiapan pasien - c. Pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang menjadi masalah

jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui gambaran profil penderita

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

DAFTAR PUSTAKA. Arinkunto, S Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL. Kelurahan Gandaria Selatan, Puskesmas Kelurahan Cipete Selatan, Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. kuman TBC (Microbecterium Tuberkalosis). Sebagian besar kuman TBC

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pemeriksaan dahak penderita. Menurut WHO dan Centers for Disease Control

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Departemen Kesehatan RI (2008) tuberkulosis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

PENGGUNAAN BAHAN BAKAR DAN FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI KELURAHAN SIKUMANA ABSTRAK

A. IDENTITAS RESPONDENT 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : 3. Pendidikan Terakhir : 4. Pekerjaan : 5. Lama Tinggal Serumah :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

Transkripsi:

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Kecamatan Pancoran Mas pada bulan Oktober 2008 April 2009 dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Untuk faktor risiko lingkungan menunjukkan hasil bahwa kepadatan hunian dan kondisi lantai rumah responden sebagian besar telah memenuhi persyaratan kesehatan perumahan, sedangkan untuk ventilasi, pencahyaan, kelembaban, dan suhu sebagian besar belum memenuhi. 2. Untuk karakteristik individu menunjukkan hasil sebagian besar responden telah menutup mulut saat batuk, sedangkan variabel lainnya seperti : umur responden yang < 33 tahun sama banyaknya dengan yang >= 33 tahun, jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan, sebagian besar responden berpendidikan rendah, lebih banyak responden yang bekerja dibandingkan dengan yang tidak bekerja dan untuk kebiasaan merokok lebih banyak yang tidak merokok dibandingkan dengan responden yang merokok. 3. Kepadatan hunian dalam rumah secara statistik tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+). Tetapi nilai OR menunjukkan hasil 2,471 yang berarti kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat ( kurang dari 10 m 2 /orang) mempunyai risiko sebesar 2,471 kali dibandingkan dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat (>=10 m 2 /orang). 4. Ventilasi rumah menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+). Hal ini kemungkinan disebabkan sebagian rumah responden hanya memiliki pintu dan jendela pada bagian depan rumah saja sehingga ventilasi yang ada kurang dari persyaratan rumah sehat yaitu 10 % dari luas lantai dan beberapa rumah yang memiliki jendela tidak mau membuka jendela dengan alasan keamanan rumah. Selain itu, lubang angin 60

61 yang ada pada rumah responden kebanyakan ditutup dengan menggunakan plastik ataupun kayu. 5. Pencahayaan dalam rumah menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+). Hal ini mungkin disebabkan oleh perumahan yang padat dan sebagian rumah mempunyai ventilasi kurang dari 10% dari luas lantai sehingga masuknya cahaya matahari ke dalam rumah jadi berkurang. 6. Kelembaban dalam rumah tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+), hal ini bisa terjadi karena homogenitas atau proporsi antara yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat baik kasus maupun kontrol memiliki sebaran yang hampir sama, artinya jumlah yang tidak memenuhi syarat sama-sama lebih banyak di bandingkan dengan yang memenuhi syarat baik pada kasus maupun kontrol 7. Suhu dalam rumah tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+), hal ini bisa terjadi karena homogenitas atau proporsi antara yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat baik kasus maupun kontrol memiliki sebaran yang hampir sama, artinya jumlah yang tidak memenuhi syarat sama-sama lebih banyak di bandingkan dengan yang memenuhi syarat baik pada kasus maupun kontrol. 8. Lantai rumah tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+), karena rata-rata rumah respoden di wilayah penelitian baik untuk kasus dan kontrol memiliki jenis lantai yang kedap air. 9. Umur responden tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+), karena roporsi antara yang berumur < 33 tahun sama besarnya dengan yang berumur >= 33 tahun. 10. Jenis kelamin responden tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+). Walaupun secara statistik tidak menunjukkan hubungan bermakna tetapi jumlah penderita penyakit lebih banyak laki-laki di bandingkan perempuan hal ini mungkin disebabkan karena laki-laki mempunyai pekerjaan yang lebih berisiko daripada perempuan.

62 11. Pendidikan respoden tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+),hal ini mungkin di sebabkan variabel tersebut tersebar secara homogen pada kelompok kasus dan kontrol. 12. Pekerjaan responden tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+), hal ini mungkin terjadi karena antara yang bekerja dan tidak bekerja antara kasus dan kontrol sebarannya sama. 13. Prilaku batuk responden menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+), dimana orang yang tidak menutup mulutnya saat batuk mempunyai risiko menularkan penyakit ini 12,310 kali ke orang lain. 14. Kebiasaan merokok responden tidak menunjukkan hubungan dengan kejadian penderita TB Paru BTA (+),hal ini di sebabkan karena jumlah responden yang mempunyai kebiasaan tidak merokok lebih banyak di bandingkan dengan yang mempunyai kebiasaan merokok baik pada kasus maupun kontrol 7.2. Saran Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok bulan Oktober 2008 April 2009 kejadian TB Paru BTA (+) dipengaruhi oleh faktor risiko lingkungan yaitu ventilasi dan pencahayaan dalam rumah, faktor lain yang berkonstribusi terhadap kejadian TB Paru (+) adalah perilaku menutup mulut yang buruk saat batuk. Untuk mengatasi hal ini maka saran-saran yang dapat disampaikan adalah : 1. Untuk Pemerintah Kota Depok : a. Sebaiknya lebih meningkatkan perencanaan program rumah sehat seperti perencanaan perbaikan rumah masyarakat yang tidak mampu khususnya bagi penderita TB Paru BTA (+). b. Sebaiknya meningkatkan program pemberantasan penyakit menular yang berbasis lingkungan khususnya penyakit tuberkulosis. 2. Untuk Dinas Kesehatan Kota Depok : a. Sebaiknya program pemberantasan penyakit tuberkulosis tidak hanya melakukan pengobatan terhadap penderita tetapi lebih meningkatkan kegiatan perbaikan lingkungan fisik rumah terutama pada rumah -rumah yang mempunyai risiko terhadap terjadinya penyakit tubekulosis.

63 b. Meningkatkan pembinaan, pengawasan dan pemantauan pelaksanaan program kesehatan lingkungan misalnya dengan mengadakan pelatihan terhadap tenaga kesehatan lingkungan yang ada di puskesmas, memonitoring pelaksanaan kegiatan klinik sanitasi di puskesmas. 3. Untuk Puskesmas di wilayah Kecamatan Pancoran Mas sebaiknya : a. Lebih meningkatkan penyuluhan tentang rumah sehat kaitannya dengan penyakit tuberkulosis kepada masyarakat, seperti kepadatan hunian, suhu dan kelembaban dalam rumah, pentingnya fungsi ventilasi, pencahayaan, dan jenis lantai guna mencegah terjadinya penularan penyakit ini dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan perbaikan lingkungan rumah. b. Meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang perilaku hidup bersih dan sehat khususnya untuk selalu menjaga kebersihan dalam rumah dan sekitarnya serta perilaku menutup mulut saat batuk dan dampaknya terhadap kesehatan berpotensi sebagai penyebab TB Paru BTA (+). Pelaksanaan penyuluhan ini dapat di gabung dengan kegiatan Gema PSN untuk mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue yang sedang dilaksanakan saat ini sehingga masyarakat dapat mengetahui dan mengenal lebih jauh tentang penyakit tuberculosis. c. Sebaiknya petugas puskesmas lebih meningkatkan kegiatan kunjungan langsung ke rumah penderita TB Paru BTA (+) untuk melihat kondisi lingkungan fisik rumah dan untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan keluarga penderita yang tertular sehingga dapat di lakukan tindakan pencegahan.untuk itu pencatatan alamat pasien penderita di buku register harus jelas dan lengkap sehingga memudahkan dalam kegiatan kunjungan rumah. d. Lebih mengaktifkan lagi kegiatan klinik sanitasi yang ada di puskesmas. Misalnya dengan merujuk setiap pasien yang menderita penyakit berbasis lingkungan ke klinik sanitasi seperti TB Paru, karena penyakit ini bukan hanya merupakan masalah bagi penderita pribadi tetapi juga masalah bagi lingkungannya.

64 4. Untuk masyarakat khususnya di Kecamatan Pancoran Mas : a. Turut serta berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit tuberkulosis, misalnya dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari dengan menjaga kondisi rumah tetap dalam keadaan bersih. Segera datang ke puskesmas bila ada tandatanda yang patut di curigai misalnya batuk lebih dari tiga minggu dan ada kontak dengan penderita TB Paru BTA (+). Sedangkan untuk penderita TB Paru sebaiknya tetap teratur minum obat hingga di nyatakan sembuh sehingga tidak berisiko sebagai penular b. Sebaiknya membuka plastik atau kayu yang menutupi lubang angin sehingga dapat berfungsi sebagai ventilasi dan membuka jendela dan pintu setiap pagi sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah. c. Untuk menjaga suhu udara dalam rumah agar tetap nyaman sebaiknya melakukan penghijauan misalnya menanam tanaman di halaman rumah serta memasang alat seperti kipas angin atau exhaust fun (jika memungkinkan).