PEMBELAJARAN KEAKSARAAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN. Oleh : BABANG ROBANDI Tim PK PLS fip UPI 2008

PERAN SERTA TIM PENGGERAK PKK KABUPATEN BONDOWOSO DALAM RANGKA PENUNTASAN BUTA AKSARA

MERANCANG BAHAN AJAR PENDIDIKAN KEAKSARAAN Bahan Sajian Semiloka Pendidikan Keaksaraan

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat

Strategi Kebijakan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Tahun 2016

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LANDASAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

PROGRESS REPORT TAHUN ANGGARAN 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

B U T A A K S A R A. Oleh: FITTA UMMAYA SANTI

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN TERHADAP PENDIDIKAN ORANG DEWASA (Penelitian Tentang Keaksaraan di PKBM Hidayah)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami hambatan sehingga program-program yang diluncurkan untuk

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN...

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN DALAM KERANGKA PENDIDIKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

Pasal 13 ayat (1) Jalur Pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non-formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

KEBIJAKAN DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN DR. WARTANTO DIREKTUR PEMBINAAN KURSUS DAN KELEMBAGAAN DITJEN PNFI DEPDIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. sementara pada waktu yang sama mengalami pertumbuhan penduduk yang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. mencetak peserta didik yang mempunyai intelektual yang tinggi, mempunyai. sesuai dengan norma agama dan norma masyarakat.

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL PEKERJA BURUH GENDONG DI PASAR GIWANGAN YOGYAKARTA SKRIPSI

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

2 Menetapkan : Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410); 3

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

UPAYA MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR BAGI WARGA BUTA HURUF PADA KEAKSARAAN FUNGSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

SELAYANG PANDANG PROFIL PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs

ISSN : Volume 1 Nomor 2, Mei 2018

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang

PENGELOLAAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan deskripisi data hasil penelitian di bab sebelumnya, maka dari

Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

PERANAN PENERAPAN METODE IQRO TERHADAP HASIL BELAJAR WARGA BELAJAR KEAKSARAAN FUNGSIONAL DASAR MERPATI. Irliana Faiqotul Himmah 13

173 Dampak Pendidikan Keaksaraan terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga.Amelia Rizky Hartini, Sumarno., Hiryanto,.

TAR== BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

SKRIPSI. Oleh Erfin Prastika Ayu Diningrum NIM

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF PENDIDIKANJAWA TIMUR

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

PENGARUH FAKTOR SOSIAL DAN EKONOMI ORANG TUA TERHADAP BUTA AKSARA ANAK USIA SEKOLAH DI KECAMATAN SUMBER WRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

BIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DASAR

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang strategis dalam mengembangkan

Dokumentasi Hasil Rapat Penyusunan Proses Bisnis SIM Pemda Bidang Pendidikan. Bandung, 27 Mei Oleh Tenaga Ahli: Solikin, M.T.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. penyandang buta aksara, agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Menurut Soembodo (2011),

TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016

PENYEBAB TERJADINYA BUTA AKSARA

Pada bab terakhir ini diuraikan berkenaan dengan kesimpulan, dan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis dan pembahasannya,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PROFIL PROVINSI JAWA BARAT

YAYASAN AMANAH MARDHOTILLAH PKBM SINDANG BARANG JERO BOGOR Jl. Sindang Barang Pilar (Blk Al-Hasbi) Rt. 01/07

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN. Oleh: Fitta Ummaya Santi

DR. H. Sofyan Sauri, M.Pd (Ketua) Anggota : 1. Drs. H. Ade Sadikin Akhyadi, MSi 2. Drs. Yadi Ruyadi, MSi

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hadir di Indonesia di tengah-tengah

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

PENINGKATAN IPM DI KAWASAN TIMUR INDONESIA. Oleh: Drs. S.H. Sarundajang Gubernur Sulawesi Utara

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI

PROGRAM KEAKSARAAN DAN BUDAYA BACA 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pada pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa salah satu tujuan negara

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI DESA PONDOK BABARIS KECAMATAN SUNGAI PANDAN KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam dunia pendidikan motivasi merupakan pendorong utama siswa dalam

STA NDA R LAYA NA N DA N PROG RA M TA HUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

Studi Penyelenggaraan Pendidikan Non Formal Dalam Era Otonomi Daerah (Pedoman Wawancara untuk Penilik PLS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimanapun tidak akan berjalan. Karena pentingnya sumber daya manusia ini,

GARA-GARA GAK SEKOLAH JADI PUZZING DECH...

Pedoman Bantuan Beasiswa Uji Kompetensi

Transkripsi:

PEMBELAJARAN KEAKSARAAN H. Kamin Sumardi kaminsumardi@yahoo.co.id UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 1

KOMPONEN HDI Rata-Rata Usia Harapan Hidup Angka Melek Huruf Orang Dewasa Rata-rata Lama Pendidikan Pengeluaran Per Kapita (Purchasing Power Parity) Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Perekonomian HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) 2

DEFINISI-DEFINISI Buta Aksara Murni adalah penduduk yang sama sekali tidak dapat membaca, menulis dan berhitung dengan sistem aksara apapun juga. Buta Aksara didefinisikan sebagai buta aksara latin, angka arab, buta bahasa Indonesia dan buta pengetahuan dasar. Buta Aksara Fungsional adalah penduduk yang belum dapat memecahkan masalah keaksaraan yang ditemui, atau belum dapat memfungsikan keaksaraannya dalam kehidupan sehari-hari. 3

Melek aksara ditafsirkan sebagai melek aksara latin dan angka arab, melek bahasa Indonesia dan melek pengetahuan dasar. Melek aksara fungsional adalah penduduk yang memiliki kemampuan-kemampuan tersebut sehingga dapat: - Memfungsikan kecakapannya untuk memecahkan masalah keaksaraan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. - Meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. 4

Keaksaraan fungsional terdiri dari dua konsep yaitu keaksaraan dan fungsional. Keaksaraan (Literacy) secara sederhana diartikan sbg: kemampuan untuk membaca dan menulis. Keaksaraan didefinisikan secara luas sbg pengetahuan dasar & keterampilan yg diperlukan oleh semua warga negara dan salah satu fondasi bagi penguasaan kecakapan hidup yg lain. Secara terminologi fungsional dlm keaksaraan, berkaitan erat dgn fungsi dan/atau tujuan dilakukannya pembelajaran di dlm program pendidikan keaksaraan, serta adanya jaminan bahwa hasil belajarnya bermakna/bermanfaat atau fungsional bagi peningkatan mutu dan taraf hidup warga belajar dan masyarakatnya. 5

PENGERTIAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL Sebagai Pendekatan Pembelajaran: Suatu cara untuk mengembangkan kemampuan seseorang dalam menguasai dan menggunakan keterampilan membaca, menulis, berhitung, mengamati dan menganalisis, yang berorientasi pada kehidupan sehari-hari serta memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitar Sebagai Program: Bentuk layanan PLS untuk membelajarkan masyarakat buta aksara, agar memiliki keterampilan CALISTUNG, dan kemampuan FUNGSIONAL untuk meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. 6

TUJUAN PROGRAM Keterampilan CALISTUNG Kemampuan FUNGSIONAL Melek aksara LATIN dan angka ARAB Melek Bahasa Indonesia dan Pengetahuan Dasar Peningkatan Mutu & Taraf Hidup 7

KONTEKS LOKAL PRINSIP PENYELENGGARAAN DESAIN LOKAL PARTISIPATIF FUNGSIONALISASI HASIL BELAJAR 8

TUGAS PROPINSI Penjamin Keberhasilan Program Data Based Buta Aksara Sosialisasi Pendidikan Keaksaraan Net Working Pelatihan Tutor TUGAS KABUPATEN/KOTA Seleksi Lembaga Orientasi Lembaga Pendampingan Monitoring dan Evaluasi SUKMA (Serifikasi) 9

TUTOR WARGA BELAJAR 1 KOMPONEN UTAMA PROGRAM PENYELENGGARA KELOMPOK BELAJAR TENAGA SUPPORT SYSTEM DANA 10

STRUKTUR PROGRAM PROGRAM BELAJAR 2 KOMPONEN PEMBELAJARAN PROSES PEMBELAJARAN BAHAN DAN MEDIA BELAJAR EVALUASI BELAJAR FUNGSIONALISASI HASIL BELAJAR 11

PELATIHAN PENDAMPINGAN 3 KOMPONEN PENDUKUNG BIMBINGAN TEKNIS ACUAN-ACUAN RAGI BELAJAR BIROKRASI DAN MASYARAKAT 12

PERSYARATAN TUTOR 1. Berpendidikan minimal SLTA 2. Telah mengikuti pelatihan Tutor 3. Berasal dari daerah setempat 4. Mampu mengelola proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar WB, dan menguasai subtansi materi yang akan dibelajarkan 5. Mampu mengembangkan metode pembelajaran partisipatif; dan memiliki komitmen tinggi terhadap tugas dan kewajibannya sebagai Tutor. 13

PERSYARATAN WARGA BELAJAR 1. Warga masyarakat buta aksara 2. Perempuan 3. Miskin/marjinal 4. Prioritas usia 15-44 tahun 5. Putus SD/MI kelas 1-3 14

PERSYARATAN PENYELENGGARA/PENGELOLA Dapat dilakukan oleh Instansi Pemerintah, LSM, Yayasan, Ponpes, PKBM, Individu, dengan persyaratan sebagai berikut: 1. Memiliki data dasar buta aksara 2. Memiliki Tutor sesuai persyaratan 3. Mampu mengelola melaksanakan program dan mengadministrasikanya; 4. Mampu mengusahakan dan menyediakan, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan Kejar KF 15

PERSYARATAN KELOMPOK BELAJAR Kejar dapat dibentuk dimana saja dengan prioritas pada daerah yang memiliki angka buta aksara tinggi dengan persyaratan: 1. Setiap kelompok terdiri 10-15 WB 2. Dibimbing seorang Tutor yang sudah dilatih. 3. Boleh membentuk Kejar multi level. 4. Waktu pertemuan di Kejar minimal 2 3 kali/minggu 90 menit tiap pertemuan 1. Tersedia tempat belajar, bahan belajar yang relevan dengan kebutuhan dan minat, serta masalah yang dihadapi warga belajar. 16

PERSYARATAN TENAGA SUPPORT SYSTEM Dapat dilakukan oleh Instansi Pemerintah, LSM, Yayasan, Ponpes, PKBM, Individu, dengan persyaratan sebagai berikut: 1. Memahami seluk-beluk program KF 2. Mampu untuk membina dan mensupervisi Kejar 3. Mampu memberikan solusi yang dihadapi Kejar 4. Mampu mengusahakan dan menyediakan, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan Kejar KF 5. Mampu memfaslitasi jaringan kemitraan 17

PERSYARATAN TEMPAT DAN WAKTU Dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja dengan ketentuan sebagai berikut: TEMPAT: Mudah dijangkau oleh WB dan nyaman Sebaiknya di rumah, tempat ibadah atau saung Tersedia sarana untuk belajar WAKTU: Minimal 2 3 kali seminggu @ 90-120 menit Memperhatikan waktu luang WB Berdasarkan atas kesepakatan WB dan Tutor 18

STRUKTUR PENYELENGGARAAN PROGRAM 1. Harus sampai pada tingkat Kejar 2. Menekankan otonomi kelompok 3. Bersifat bottom-up PROGRAM BELAJAR Harus memperhatikan: Konteks Lokal (minat dan kebutuhan belajar WB) Disain Lokal (Dirancang bersama WB untuk memenuhi minat dan kebutuhan belajar WB) Bersifat Partisipatif (melibatkan WB dari Perencanaan, Pelaksanaan sampai Penilaian) Fungsionalisasi Hasil Belajar (bermakna, bermanfaat, fungsional dan menjawab permasalahan keaksaraan yang dihadapi WB) 19

PROSES PEMBELAJARAN 1. Bersifat andragogis dan dialogis 2. Mengutamakan daur: diskusi~menulis~membaca~berhitung~dan aksi 3. Aksi: tidak hanya bersifat keterampilan vokasional, tetapi juga kemampuan lain yg diperlukan WB dalam kehidupannya, seperti kesehatan, mendidik anak, berhubungan dgn bank/koperasi/pos, dsb. 4. Memanfaatkan ide/gagasan, pengalaman, informasi, pengetahuan, keterampilan yg dimiliki WB. 5. Memperhatikan Domain Calistung Fungsional (mutu hidup), Domain Keterampilan Fungsional (taraf hidup) 20

BAHAN DAN MEDIA BELAJAR Memperhatikan Azas 9 M 1. Mudah 6. Manfaat 2. Murah 7. Mustajab (Efektif) 3. Meriah 8. Mangkus (Efisien) 4. Menarik 9. Mustari (Continu) 5. Mempan (up to date) DENGAN PRINSIP Menggunakan potensi yang ada; Tidak harus berasal dari buku paket; Dapat dibuat dan diciptakan oleh WB bersama Tutor 21

EVALUASI BELAJAR 1. WB terus menerus mengikuti perkembangan dan pengaruhnya pada komunitas, bila perlu mengadakan perbaikan program. 2. Warga belajar bersama dgntutor menjadi evaluator. 3. Penekanan pada proses evaluasi adalah pada evaluasi diri sendiri (self evaluation) dan kemajuan belajarnya. 22

FUNGSIONALISASI HASIL BELAJAR a. Harus dapat diterapkan/difungsionalisasikan dlm kehidupan sehari-hari. b. Harus dapat menjawab permasalahan keaksaraan yang dihadapi WB. c. Mereka harus dapat menerapkan kemampuan baca-tulis-hitungnya (CALSITUNG) dalam kehidupan, pekerjaan, lingkungan sosial, seperti dlm mengisi formulir KTP, menulis dan berkirim surat melalui kantor pos, berhubungan dengan bank dan sebagainya. 23

MODEL EVALUASI PEMBELAJARAN KEAKSARAAN Ditjen PNFI - PKK - Majelis Taklim - Aisiyah - Muslimat NU - DMI - Yayasan Alkitab - SIL - KNPI - Lembaga Keagamaan (Ponpes) - LSM lain Advance literacy Semi literacy Initial literacy Illiteracy Pembelajaran Keaksaraan Standar Alat Ukur Uji Transactional Literacy credential SUKMA 24

TERIMA KASIH 25