BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan pasar modal sangat dibutuhkan dalam membangun perekonomian suatu negara. Lembaga pasar modal merupakan sebagai sarana untuk memobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana ke berbagai sektor yang membutuhkan dana untuk kelangsungan operasi perusahaan. Tujuan utama investor menanamkan dananya dipasar modal adalah untuk menerima deviden (bagian laba setelah pajak yang dibagikan) dan capital gain (kenaikan harga saham). Keduanya haruslah lebih besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki stock holder. Hal seperti inilah yang memotivasi investor untuk menanamkan dananya dipasar modal. Sedangkan bagi para penerbit (emiten) melalui pasar modal mereka dapat mengumpulkan dana jangka panjang untuk menunjang kelangsungan usaha mereka. Perusahaan go public adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek yang menawarkan sahamnya kepada investor. Sering juga disebut sebagai emiten atau issuer. Di BEI sendiri terdapat 7 jenis indeks harga saham yaitu, Indeks Harga Saham Individual (IHSI), Indeks Harga Saham Sektoral (IHSS), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks LQ 45, Indeks Syariah, Indeks Papan Utama (Main Board Index), dan indeks Kompas 100. 1
2 Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan Likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah.indeks LQ 45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi.berikut merupakan data perusahaan yang masuk kedalam Index Saham LQ-45 periode pencatatan februari 2015.
3 TABEL 1.1. DATA PERUSAHAAN ANGGOTA INDEX SAHAM LQ-45 No. Code Stock Name Sector 1 AALI Astra Agro Lestari Plantation, 12 2 ADHI Adhi Karya (Persero) Building Construction, 62 3 ADRO Adaro Energy Coal Mining, 21 4 AKRA AKR Corporindo Wholesale (Durable and Non- Durable Goods, 91) 5 ANTM Aneka Tambang Metal and Mineral Mining, 23 6 ASII Astra International Automotive and Components, 42 7 ASRI Alam Sutera Realty Property and Real Estate, 61 8 BBCA Bank Central Asia Bank, 81 9 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Bank, 81 10 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Bank, 82 11 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Bank, 83 12 BMRI Bank Mandiri (Persero) Bank, 84 13 BMTR Global Mediacom Investment Company, 98 14 BSDE Bumi Serpong Damai Property and Real Estate, 61 15 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Animal Feed,36 16 CTRA Ciputra Development Property and Real Estate,61 17 EXCL XL Axiata Telecommunication,73 18 GGRM Gudang Garam Tobacco Manufacturers, 52 19 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Food and Beverages, 51 20 INCO Vale Indonesia Metal and Mineral Mining, 23 21 INDF Indofood Sukses Makmur Food and Beverages, 51 22 INTP Indocement Tunggal Prakasa Cement, 31 23 ITMG Indo Tambangraya Megah Coal Mining, 21 24 JSMR Jasa Marga (Persero) Toll Road, Airport, Harbor and Allied Products, 72 25 KLBF Kalbe Farma Pharmaceuticals, 53 26 LPKR Lippo Karawaci Property and Real Estate, 61 27 LPPF Matahari Department Store Retail Trade, 93
4 28 LSIP PP London Sumatera Plantation,12 29 MNCN Media Nusantara Citra Advertising, Printing and Media,95 30 MPPA Matahari Putra Prima Retail Trade,93 31 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Energy, 71 32 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Coal Mining, 21 33 PTPP PP (Persero) Building Construction, 62 34 PWON Pakuwon Jati Property and Real Estate, 61 35 SCMA Surya Citra Media Advertising, Printing And Media, 95 36 SILO Siloam International Hospitals Healthcare, 96 37 SMGR Semen Indonesia (Persero) Cement, 31 38 SMRA Summarecon Agung Property and Real Estate, 61 39 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Plantation, 12 40 TBIG Tower Bersama Infrastructure Non Building Construction, 75 41 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Telecommunication, 73 42 UNTR United Tractors Durable and Non-Durable Goods, 91 43 UNVR Unilever Indonesia Cosmetics and Household, 54 44 WIKA Wijaya Karya (Persero) Building Construction, 62 45 WSKT Waskita Karya (Persero) Building Construction, 62 Sumber: www.idx.co.id Dari data tabel diatas penulis memilih sector property untuk dijadikan bahan penelitian dikarenakan saham sektor property memiliki kinerja positif di tahun 2014, diikuti sektor keuangan dan infrastruktur, menurut pengamat pasar modal Andreas Yasakasih mengemukakan bahwa saham sektor properti mencatatkan kinerja tertinggi dibandingkan sektor lainnya di sepanjang tahun 2014.
5 Menurutnya, kuatnya permintaan properti di sepanjang tahun 2014 diikuti dengan adanya dukungan dari penyaluran pembiayaan menjadi salah satu faktor saham-saham di sektor itu membukukan kinerja positif. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) per November 2014, indeks properti mencatat pertumbuhan sebesar 48,72 persen. Diikuti indeks keuangan sebesar 33,43 persen dan infrastruktur sebesar 22,74 persen. Sementara yang mencatatkan pertumbuhan terendah yakni indeks pertambangan sebesar 1,07 persen. Berikut merupakan data return saham sector property di index saham LQ-45. TABEL 1.2. RETURN SAHAM PERUSAHAAN KODE PERUSAHAAN TAHUN 2011 2012 2013 2014 2015 ASRI 0,5593 0,3043-0,2833 0,3023-0,3875 BSDE 0,0889 0,1327 0,1622 0,3992-0,0028 CTRA 0,5429 0,4815-0,0625 0,6667 0,1680 LPKR -0,0294 0,5152-0,0900 0,1209 0,0147 PWON -0,1354-0,7000 0,2000 0,9074-0,0369 SMRA 0,1376 0,5323-0,5895 0,9487 0,0855 Sumber: Atas Perhitungan Harga Saham di IDX Dapat dilihat dari tabel 1.2.return saham pada perusahaan property di index saham LQ-45 tahun 2011-2015 cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Banyak faktor yang menyebabkan suatu return saham
6 mengalami fluktuasi. Hal itu dikarenakan beberapa faktor seperti kinerja perusahaan emiten, krisis global, suku bunga, faktor fundamental perusahaan dan lain sebagainya. Kegiatan investasi yang dilakukan investor akan menghasilkan keuntungan (return) dan sekaligus risiko (risk). Keuntungan dan risiko berbanding lurus, apabila keuntungan saham tinggi berarti risikonyajuga tinggi dan sebaliknya, apabila keuntungan rendah risikonya juga akan rendah. Hukum investasi ini berlaku untuk setiap jenis investasi.yang jadi masalah adalah bahwa setiap orang menginginkan keuntungan yang tinggi denga tingkat risiko yang rendah. Maka sebelum berinvestasi investor perlu mempersiapkan dirinya untuk mendapatkan keuntungan yang besar atau bisa jadi mendapat kerugian yang besar pula.untuk mendapatkan sedikit rasa aman serta jaminan untuk tidak mendapatkan rugi besar maka investor harus jeli dalam memilih dan menganalisa saham yang ingin dimilikinya tersebut.pemilihan saham ini juga berdasarkan potensi perusahaan tersebut menghasilkan keuntungan baik sekarang maupun di masa mendatang dengan pertimbangan kemungkinan mendapat rugi. Bagi investor lebih baik membeli obligasi maupun saham tentu memiliki tujuan atas investasi yang telah dikeluarkannya.investor dalam menanamkan dananya di pasar modal tidak hanya bertujuan dalam jangka pendek tetapi bertujuan untuk memperoleh pendapatan dalam jangka panjang. Harapan dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh tingkat
7 return (pengembalian) sebesar-besarnya dengan resiko tertentu. Return saham adalah hasil dari sebuah investasi yang dilakukan oleh investor yang menanamkan modalnya pada instrumen saham. Return tersebut dapat berupa capital gain dan dividen dari investasi pada saham dan pendapatan bunga dariinvestasi pada surat hutang. Investor akan sangat senang apabila mendapatkan return investasi yang semakin tinggi dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, investor memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa besar tingkat pengembalian investasi mereka (Suharli, 2005).Return saham sangat berkaitan dengan harga saham, karena untuk menghitungnya digunakan harga saham penutupan dan harga saham awal. Harga saham ssuatu perusahaan mengalami fluktuasi setiap waktu, bahkan suatu saham bisa mengalami perubahan harga dalam hitungan menit. Fluktuasi harga saham tersebut disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya adalah jumlah permintaan dan penawaran dari saham.jika suatu saham banyak dijual oleh investor, maka biasanya akan menyebabkan harga saham mengalami penurunan. Untuk memilih dan menganalisis saham ada dua metode analisis yang bisa dipergunakan, yaitu Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal.Analisis Fundamental merupakan analisis terhadap aspek-aspek fundamental perusahaan yang merupakan gambaran dari kinerja perusahaan tersebut. Berdasarkan aspek-aspek fundamental, perusahaan yang bisa dinilai melalui rasio keuangan perusahaan dilihat dari laporan keuangan perusahaan tersebut yang terdiri dari neraca,laporan laba rugi dan laporan arus kas.
8 Sedangkan analisis teknikal dinilai sebagai analisis instan karena hanya memperhatikan pergerakan chart saja. Dalam pemakaiannya kedua analisis ini tergantung dengan motif investasi investor itu sendiri. Apabila investor ingin melakukan investasi jangka panjang maka ia memerlukan analisis fundamental, karena dalam jangka panjang kinerja dan kesehatan perusahaan dapat berubah, bisa saja perusahaan rugi terus-menerus atau bangkrut. Tentu saja ini akan merugikan investor. Maka untuk mendapat jaminan perusahaan sehat dan memiliki kinerja yang baik dapat dianalisis melalui aspek-aspek fundamentalnya. Sedangkan apabila investor ingin berinvestasi jangka pendek, maka ia cukup menggunakan analisis teknikal, dengan memperhatikan harga saham dan waktu (trend naik atau turun). Analisis fundamental adalah analisis untuk mengetahui kondisi emiten, pertumbuhan industry dan aspek makro suatu negara.dengan mengetahui kondisi emiten, pertumbuhan industry dan aspek makro suatu negara diharapkan dapat diketahui kondisin fundamental investasi pada saham tertentu sehingga dapat dihitung nilai intristik (intristic value) suatu saham.nilai intristik adalah nilai yang seharusnya dari suatu saham berdasarkan semua informasi yang dapat diperoleh. Dengan membandingkan nilai intristik saham dengan harga pasar saham (market value), maka pemodal akan mengetahui saat yang tepat untuk membeli dan menjual saham. apabila nilai intrinsic saham di atas harga pasar saham, maka saat yang baik untuk membeli saham. Sedangkan apabila nilai
9 intrinsic saham di bawah harga pasar saham, maka saat yang baik untuk menjual saham. Selain informasi mengenai manajeman emiten, laporan keuangan emitenmerupakan faktor penting lainnya dalam analisis fundamental.unsur laporan keuangan yang diperhatikan oleh pemodal meliputi beberapa aspek, yaitu: sales, assets, lialibility, equity, net profit, P/E Ratio (PER), Earning Per Share (EPS), Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Net Asset Value (NAV), Debt to Equity Ratio (DER), Return On Investmen (ROI), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM).
10 TABEL 1.3 KONDISI RETURN ON ASSETS (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN PRICE TO BOOK VALUE (PBV) PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI INDEX SAHAM LQ-45 KODE PERUSAHAAN TAHUN ROA DER PBV 2011 10.03 1.16 2.95 2012 11.11 1.31 2.49 ASRI 2013 6.17 1.71 1.58 2014 6.95 1.66 1.81 2015 3.66 1.83 1.02 2011 7.91 0.55 2.08 2012 8.83 0.59 1.84 BSDE 2013 12.87 0.68 1.68 2014 14.20 0.52 1.89 2015 6.53 0.63 1.60 2011 4.29 0.51 1.07 2012 5.65 0.77 1.43 CTRA 2013 7.03 1.06 1.16 2014 7.71 1.04 1.78 2015 6.63 1.01 1.46 2011 4.46 0.94 1.62 2012 5.32 1.17 2.01 LPKR 2013 5.09 1.21 1.48 2014 8.30 1.14 1.44 2015 2.48 1.18 1.26 2011 6.59 1.42 3.17 2012 10.13 1.41 3.46 PWON 2013 12.22 1.27 3.17 2014 15.50 1.02 4.57 2015 7.46 0.99 2.53 2011 4.80 2.27 3.44 SMRA 2012 7.28 1.85 3.59 2013 8.02 1.93 2.42 2014 9.02 1.57 4.00 2015 5.67 1.49 3.16 Sumber: www.idx.com
11 Dari tabel 1.2 dan 1.3 diatas terlihat bahwa ROA, DER dan PBV menunjukkan kondisi yang tidak konsisten dengan return saham pada perusahaan property yang terdaftar di LQ 45 tidak sesuai dengan penelitianpenelitian terdahulu. Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel berikut. TABEL 1.4. VARIABEL INDEPENDEN TERHADAP VARIABEL DEPENDEN SAHAM PWON KODE PERUSAHAAN TAHUN RETURN ROA DER PBV PWON 2011-0,1354 6,59 1,42 3,17 PWON 2012-0,7 10,13 1,41 3,46 PWON 2013 0,2 12,22 1,27 3,17 PWON 2014 0,9074 15,5 1,02 4,57 PWON 2015-0,0369 7,46 0,99 2,53 (Sumber: Atas Perhitungan Harga Saham di IDX) Dalam penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Susan Mey Indarwati (2012) menyatakan bahwa ROA berpengaruh terhadap return saham dan pengaruh tersebut bersifat positif, yang artinya jika terjadi kenaikan terhadap ROA maka Return Saham juga akan mengalami kenaikan. Tetapi pada tabel 1.4 terlihat bahwa pada tahun 2011 dan 2012 ROA mengalami kenaikan, tetapi return saham mengalami penurunan yang cukup besar seharusnya jika ROA naik Return Saham juga harus mengalami kenaikan karena terdapat pengaruh positif. Dalam penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Agung Sugiarto (2011) menyatakan bahwa DER berpengaruh terhadap return saham dan
12 pengaruh tersebut bersifat negatif, yang artinya jika terjadi penurunan terhadap DER maka Return Saham akan mengalami kenaikan karena semakin rendah rasio DER maka menunjukan kinerja perusahaan yang baik. Tetapi pada tabel 1.4 terlihat bahwa pada tahun 2014 dan 2015 DER mengalami penurunan, tetapi return saham juga mengalami penurunan yang cukup besar seharusnya jika terjadi penurunan terhadap DER maka Return Saham seharusnya mengalami kenaikan karena terdapat pengaruh negatif. Dalam penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Agung Sugiarto (2011) menyatakan bahwa PBV berpengaruh terhadap return saham dan pengaruh tersebut bersifat positif, yang artinya jika terjadi kenaikan terhadap PBV maka Return Saham juga akan mengalami kenaikan. Tetapi pada tabel 1.4 terlihat bahwa pada tahun 2011 dan 2012 PBV mengalami kenaikan, tetapi return saham mengalami penurunan yang cukup besar, seharusnya jika PBV naik Return Saham juga harus mengalami kenaikan karena terdapat pengaruh positif. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan Return On Asset (ROA) yang merupakan tingkat pengembalian atas modal yang diberikan pemegang saham, Price to Book value (PBV) yang menggambarkan seberapa besar pasar para investor menghargai nilai buku saham suatu perusahaan dan Debt Equity to Ratio (DER) yang menggambarkan proporsi utang jika dibandingkan dengan modal sendiri dari perusahaan, untuk menguji return saham pada saham property di index saham LQ-45.Pemilihan variabel
13 tersebut juga dipengaruhi oleh penelitian terdahulu. Dalam penelitian terdahulu semua sampel penelitian manunjukan ROA berpengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan DER dan PBV terdapat perbedaan ada yang mengatakan DER dan PBV berpengaruh signifikan, ada pula yang mengatakan DER dan PBV tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut diatas, maka penelitian ini mengambil judul ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN PRICE TO BOOK VALUE (PBV) TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PROPERTY DI INDEX SAHAM LQ-45 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Diduga Apakah Return on Asset (ROA)berpengaruh signifikan terhadap Return Saham di Index Saham LQ-45? 2. Diduga Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap Return Saham di Index Saham LQ-45? 3. Diduga Apakah Price to Book Value (PBV) berpengaruh signifikan terhadap Return Saham di Index Saham LQ-45?
14 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah Return on Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap return saham. 2. Untuk mengetahui apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh secara parsial terhadap return saham. 3. Untuk mengetahui apakah Price tobook Value (PBV) berpengaruh secara parsial terhadap return saham. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi investor, dapat melakukan investasi dengan lebih bijaksana dengan melakukan pengamatan terhadap kinerja perusahaan yang didasarkan pada informasi laporan keuangan dan harga saham. 2. Bagi perusahaan, dapat mengamati kinerja perusahaanya dengan melihat pengaruh dari perubahan harga saham dan hasil analisis rasio keuangan, sehinnga bila diperlukan dapat segera melakukan antisipasi dan tindakan perbaikan dalam menjaga nilai perusahaan. 3. Bagi akademis, dapat digunakan untuk menambah wawasan mengenai penelitian pengaruh rasio keuangan terhadap harga saham.