BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

Lampiran 1. Sampel. Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Hasil Regression Model GLS FIXED EFFECT (FEM)

bahwa berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan, SALINAN NOMOR 15 TAHUN 2017 Peraturan Gubernur sebagaimana dimaksud

BERITA RESMI STATISTIK

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

BAB I PENDAHULUAN. kerja pengelolaan pemerintahan, Indonesia dibagi menjadi daerah kabupaten dan. sendiri urusan pemerintahan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

: SUMATERA UTARA Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

ALOKASI ANGGARAN DAERAH DALAM PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA Beryl Artesian Girsang

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan atau berkembangnya suatu daerah adalah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

Kabupaten/Kota yang memenuhi kriteria dantidak memenuhi kriteria untuk menjadi Sampel Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

HASIL REGRESSION MODEL GLS FIXED EFFECT MODEL (FEM) VARIABEL TERIKAT : BELANJA DAERAH (Y1)

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

diakses pada tanggal 12 Maret 2011 pukul WIB 1di Medan

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

REKAP DATA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN DAN KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (dalam jutaan rupiah)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

Waktu Penelitian. Tahapan Penelitian. Bulan. Desember. ber

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

Pemerintahan Government

LAMPIRAN A PERHITUNGAN DATA PENGUJIAN

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

KAJIAN FISKAL REGIONAL SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK: SERTA TANTANGAN TAHUN 2019

RAPAT KOORDINASI PELAPORAN RENCANA AKSI PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (PPK) B12 PEMERINTAH KOTATANJUNGBALAI TAHUN

PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2017 OLEH : DINAS SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB 3 GAMBARAN UMUM PROVINSI SUMATERA UTARA. Uraian ini dimulai dengan letak geografis provinsi Sumatera Utara, sejarah

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

FAKTOR-FAKTORYANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMIDENGAN BELANJA DAERAH SEBAGAI VARIABEL MODERATINGPADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

,85 8,44 - Sumatera Utara ,01 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

Medan, Maret 2014 Plt. Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara. Syahril Anwar NIP

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

NSPK Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. untuk tempat tinggal dan berlindung. Namun seiring dengan perkembangan

KEMENTERIAN KEUANGAN RI KEBIJAKAN FISKAL NASIONAL HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi bagi pemerintah yang terkait dengan rancangan keuangan atau ekspektasi mengenai berapa jumlah pendapatan yang akan diterima dan berapa biaya yang dibutuhkan untuk mendanai transaksi keuangan dari berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu periode waktu tertentu di masa yang akan datang. Penganggaran yang dilakukan oleh pemerintah, khususnya pada level pemerintah daerah merupakan manajemen keuangan daerah dan hal tersebut tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dan ditetapkan dengan peraturan daerah (UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah). APBD memiliki peran sebagai tulang punggung bagi pemerintah daerah dan sebagai dasar pengelolaan keuangan daerah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi perencanaan pembangunan daerah. Yang menunjukkan sumber pendapatan daerah, berapa besar alokasi belanja untuk melaksanakan program/kegiatan, serta pembiayaan yang muncul bila terjadi surplus atau defisit. Anggaran Belanja Daerah yang tercantum dalam APBD mencerminkan potret 1

pemerintah daerah dalam menentukan skala prioritas terkait program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dalam satu tahun anggaran. Salah satu komponen terpenting dalam APBD yaitu belanja daerah. Belanja daerah atau pengeluaran pemerintah daerah yang dilaporkan dalam APBD. Bagi pemerintah daerah merupakan kegiatan rutin pengeluaran kas daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan operasi dalam pemerintahan. Dengan semakin meningkatnya belanja daerah maka dibutuhkan dana yang semakin besar agar belanja untuk kebutuhan pemerintah daerah dapat terpenuhi. Belanja daerah, atau yang dikenal dengan pengeluaran pemerintah daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Sehingga belanja daerah dikenal sebagai salah satu instrumen kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah (pemerintah daerah) di samping pos pendapatan pemerintah daerah. Semakin besar belanja daerah diharapkan akan semakin meningkatkan kegiatan perekonomian daerah (terjadi ekspansi perekonomian). Dengan jumlah belanja yang semakin meningkat dibutuhkan dana yang besar sehingga belanja untuk kebutuhan pemerintah daerah dapat terpenuhi. Dan dengan terpenuhinya kebutuhan belanja pemerintah, maka diharapkan pelayanan terhadap masyarakat menjadi lebih baik dan kesejahteraan masyarakat akan meningkat. Pengalokasian dana Belanja daerah harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat dijadikan sebagai tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kewenangan daerah. Apalagi dengan adanya Otonomi Daerah, pemerintah dituntut untuk mengelola keuangan daerah secara baik dan efektif. 2

Menurut (Mardiasmo, 2002) pada awalnya penentuan besarnya alokasi dana untuk suatu kegiatan terutama yang dilaksanakan oleh unit-unit kerja daerah ditentukan dengan pendekatan anggaran tradisional yang didasarkan atas pendekatan incremental. Tetapi, semenjak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, sekaligus memberlakukan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan pendekatan kinerja. Tetapi penyesuaian struktur APBD tersebut tidak menjadi jaminan terhadap pencapaian kinerja karena struktur tersebut hanya merupakan aturan main (rule of game) dalam pelaksanaan fungsi pemerintahan dan pembangunan yang diemban oleh pemerintah daerah. Dan pada Provinsi Sumatera Utara, realisasi Belanja Daerah di Kabupaten/Kota Sumatera Utara dari tahun ketahun semakin menunjukkan jumlah yang besar. Seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 dimana data tersebut menunjukkan nilai total belanja daerah di kabupaten/kota Sumatera Utara cenderung meningkat dari tahun ke tahun seperti pada tahun 2011 sebesar (Rp 21.362.295.573.000), 2012 sebesar (Rp 24.206.995.557.000) dan pada tahun 2013 total belanja daerah semakin meningkat sebesar (Rp 26.233.890.728.000). Realisasi belanja daerah Kabupaten/Kota Sumatera Utara yang menunjukkan semakin besar jumlahnya dari tahun ketahun, (seperti yang terlihat pada tabel 1.1) dikarenakan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mendanai seluruh program/kegiatan meningkat. 3

Tabel 1.1 Daftar Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara (Milyar Rupiah) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 2011 2012 2013 Nias 406.403.024 404.093.407 476.487.660 Mandailing Natal 650.263.316 765.109.821 850.556.309 Tapanuli Selatan 554.348.545 676.023.654 842.846.295 Tapanuli Tengah 544.321.692 680.016.226 861.257.508 Tapanuli Utara 705.123.140 737.946.826 834.384.699 Toba Samosir 479.726.388 619.783.799 645.159.252 Labuhan Batu 632.347.460 760.581.998 827.146.775 Asahan 892.574.470 1.037.633.546 1.143.614.491 Simalungun 1.088.622.687 1.378.042.599 1.432.130.758 Dairi 535.857.676 593.188.127 694.246.838 Karo 675.614.311 750.398.279 901.675.546 Deli Serdang 1.654.873.747 1.826.070.426 2.034.622.489 Langkat 1.063.869.134 1.329.229.103 1.536.811.928 Nias Selatan 479.421.890 622.728.970 818.720.278 Humbang Hasundutan 432.517.403 511.537.854 605.789.788 Pakpak Barat 318.568.754 296.781.858 381.852.027 Samosir 431.142.832 415.012.206 522.227.935 Serdang Bedagai 731.773.294 833.559.067 982.962.075 Batu Bara 558.737.287 641.952.160 760.743.078 Padang Lawas Utara 453.839.538 571.471.637 588.852.484 Padang Lawas 416.234.576 439.833.949 504.166.349 Labuhanbatu Selatan 433.131.382 442.719.959 725.242.664 Labuhanbatu Utara 539.133.180 678.113.688 766.421.207 Nias Utara 280.931.462 335.193.052 442.082.331 Nias Barat 257.203.207 275.424.899 358.643.130 Sibolga 368.638.104 414.040.749 450.894.422 Tanjungbalai 393.794.117 446.140.831 465.491.830 Pematangsiantar 546.819.922 639.607.160 741.073.062 Tebing Tinggi 437.485.436 479.585.196 584.572.436 Medan 3.041.037.853 3.021.172.391 3.224.449.048 Binjai 546.497.391 650.087.241 702.167.562 Padangsidimpuan 463.524.730 527.246.070 614.899.498 Gunung Sitoli 347.917.625 406.668.809 448.510.904 Total 21.362.295.573 24.206.995.557 26.233.890.728 Sumber: BPS Sumatera Utara 4

Peningkatan realisasi belanja daerah yang semakin besar jumlahnya diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber-sumber daya ekonomi yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Yang pada gilirannya diharapkan akan memberikan dampak nyata pada perekonomian daerah secara luas. Hal tersebut dapat terjadi jika anggaran belanja daerah dapat direalisasikan dengan baik sesuai dengan target rencana yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah. Tetapi realisasi dari belanja daerah tersebut terkadang tidak sesuai dengan target anggaran yang telah ditetapkan. Sehingga pengalokasian belanja daerah untuk seluruh pengeluaran dalam mendanai program dan kegiatan pemerintah daerah akan mempengaruhi kinerja belanja daerah tersebut. Seperti yang terjadi pada kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara, realisasi belanja daerah yang tidak sesuai dengan anggaran belanja daerah yang telah ditetapkan (seperti yang terlihat pada tabel 1.2). Dimana terdapat beberapa daerah yang memiliki anggaran belanja daerah yang lebih besar dari pada realisasi belanja daerah mengakibatkan adanya sisa anggaran. Dan hal tersebut kurang baik karena menjadi tidak optimalnya kesempatan belanja daerah untuk menstimulasi perekonomian daerah. 5

Tabel 1.2 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara (Milyar Rupiah) Pemerintah Daerah 2012 2013 Kabupaten/Kota Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Nias 431,735,328 404,093,407 507,809,091 476,487,660 Mandailing Natal 672,801,441 765,109,821 782,789,721 850,556,309 Tapanuli Selatan 714,785,849 676,023,654 911,994,956 842,846,295 Tapanuli Tengah 630,111,237 680,016,226 894,270,342 861,257,508 Tapanuli Utara 703,079,868 737,946,826 826,403,422 834,384,699 Toba Samosir 576,914,906 619,783,799 775,750,895 645,159,252 Labuhan Batu 710,270,438 760,581,998 797,935,659 827,146,775 Asahan 837,685,919 1,037,633,546 1,038,246,174 1,143,614,491 Simalungun 1,398,050,339 1,378,042,599 1,397,127,273 1,432,130,758 Dairi 600,876,700 593,188,127 763,225,992 694,246,838 Karo 824,499,579 750,398,279 854,452,636 901,675,546 Deli Serdang 2,036,653,757 1,826,070,426 2,383,194,122 2,034,622,489 Langkat 1,382,150,711 1,329,229,103 1,686,770,493 1.536,811,928 Nias Selatan 612,507,839 622,728,970 818,847,491 818,720,278 Humbang Hasundutan 529,132,384 511,537,854 674,091,957 605,789,788 Pakpak Barat 328,122,916 296,781,858 404,257,723 381,852,027 Samosir 440,324,297 415,012,206 570,836,715 522,227,935 Serdang Bedagai 838,182,541 833,559,067 1,050,661,876 982,962,075 Batu Bara 649,716,711 641,952,160 838,815,478 760,743,078 Padang Lawas Utara 586,866,668 571,471,637 713,940,878 588,852,484 Padang Lawas 532,450,500 439,833,949 585,018,137 504,166,349 Labuhanbatu Selatan 489,219,297 442,719,959 766,534,802 725,242,664 Labuhanbatu Utara 537,064,196 678,113,688 630,997,090 766,421,207 Nias Utara 327,058,812 335,193,052 480,636,093 442,082,331 Nias Barat 343,115,036 275,424,899 368,658,123 358,643,130 Sibolga 398,940,083 414,040,749 522,186,939 450,894,422 Tanjungbalai 484,903,380 446,140,831 584,623,406 465,491,830 Pematangsiantar 657,341,315 639,607,160 789,236,965 741,073,062 Tebing Tinggi 347,610,903 479,585,196 497,470,676 584,572,436 Medan 3,825,133,827 3,021,172,391 4,524,737,504 3,224,449,048 Binjai 652,252,027 650,087,241 814,461,618 702,167,562 Padangsidimpuan 493,746,640 527,246,070 684,117,420 614,899,498 Gunung Sitoli 418,377,507 406,668,809 451,370,043 448,510,904 Total/Jumlah 25,011,683,051 24,206,995,557 30,391,501,709 26,233,890,728 Sumber : BPS Sumatera Utara 6

Anggaran belanja daerah yang telah direncanakan dan realisasi belanja daerah yang telah dialokasikan, jumlahnya berbeda-beda pada setiap daerah. Anggaran dan alokasi belanja daerah tersebut berasal dari pendapatan dan penerimaan yang diperoleh daerah, selain itu pengalokasiannya berdasarkan seluruh pengeluaran untuk mendanai program dan kegiatan pemerintah daerah yang dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan perekonomian daerah. Perkembangan dan alokasi belanja daerah ditentukan oleh penerimaan daerah yang bersangkutan. Pendapatan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan (DAU, DBH, DAK) dan Pendapatan lain-lain yang sah, merupakan sumber pendapatan dan penerimaan daerah yang digunakan untuk membiayai belanja daerah. Salah satu sumber dana yang penting bagi pemerintah daerah dalam membiayai kebutuhan daerah yaitu Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum. Adanya transfer dana (DAU) bagi Pemerintah Daerah merupakan sumber pendanaan dalam melaksanakan kewenangannya, sedangkan kekurangan pendanaan diharapkan dapat digali melalui sumber pendanaan sendiri (PAD). Tetapi, pada kenyataan yang terjadi pada saat ini dana perimbangan dari pemerintah pusat seringkali dijadikan sumber dana utama oleh pemerintah daerah untuk membiayai belanja daerah (Hadi, 2011). Padahal tujuan utama dari adanya dana perimbangan tersebut untuk mengatasi kesenjangan fiskal antar daerah. Dana Alokasi Umum seharusnya sebagai insentif untuk meningkatkan pendapatan Asli Daerah (PAD).Tetapi yang terjadi saat ini Dana Alokasi Umum menjadi 7

sumber penerimaan daerah yang lebih besar jika dibandingkan dengan Pendapatan Asli Daerah. Penyusunan anggaran Belanja Daerah dapat menunjukkan apakah suatu daerah perduli terhadap kesejahteraan masyarakat dalam mengentaskan kemiskinan, mendukung pertumbuhan dan mendukung terhadap terciptanya kesempatan kerja. Pada komponen Belanja Daerah juga terlihat seberapa besar porsi belanja langsung yang dapat mendorong pertumbuhan perekonomian daerah dan terkait langsung dalam pemenuhan pelayanan kepada masyarakat. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan dapat meningkatkan belanja daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah dilihat pada nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk meningkatkan belanja daerah, jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) harus besar. Karena semakin besar PDRB, maka akan semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh kabupaten/kota. Dengan semakin besarnya pendapatan yang diperoleh daerah, maka pengalokasian belanja daerah akan lebih besar untuk meningkatkan berbagai potensi lokal untuk kepentingan pelayanan publik. Menurut (Hadi, 2011) pengeluaran belanja daerah juga dilihat dari perkembangan jumlah penduduk di suatu daerah, apabila perkembangan jumlah penduduk semakin besar maka akan memerlukan anggaran yang semakin besar. Karena meningkatnya jumlah penduduk menuntut konsekuensi logis adanya peningkatan sarana dan prasarana umum, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar akan memerlukan anggaran yang semakin besar untuk peningkatan sarana dan prasarana agar 8

meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Sehingga, penduduk selain menjadi beban bagi belanja daerah, penduduk juga turut berperan penting dalam peningkatan belanja daerah. Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul Pengaruh DAU, PAD, Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Penduduk Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota Sumatera Utara. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut : 1. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan Jumlah Penduduk (JP) berpengaruh terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota Sumatera Utara? 2. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan Jumlah Penduduk (JP) terhadap Daya Serap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota Sumatera Utara? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan Jumlah Penduduk (JP) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota Sumatera Utara. 9

2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan Jumlah Penduduk (JP) terhadap Daya Serap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Untuk menambah wawasan tentang pengaruh DAU, PAD, Pertumbuhan Ekonomi, dan Jumlah Penduduk terhadap Belanja Daerah dan Daya Serap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota Sumatera Utara. Dan sebagai wadah untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teori yang telah dipelajari selama kuliah. 2. Bagi Pemerintah Daerah Memberikan masukan baik pada pemerintah daerah dalam melakukan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dan sebagai masukan dalam pengelolaan keuangan daerah dan dapat digunakan sebagai masukan untuk mendukung pembuatan keputusan dan kebijakan mengenai penganggaran. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dalam penelitian selanjutnya yang sejenis. 10