STEVIA ISSN No Vol. II No. 01-Januari 2012

dokumen-dokumen yang mirip
Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ)

Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

Pertemuan ke: 5. Pokok Bahasan : Petak Ukur (PU)

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

BAB IV METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Bahan dan Alat 4.3 Metode Pengambilan Data Analisis Vegetasi

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

Analisis Vegetasi Hutan Alam


III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan juni sampai dengan Juli 2013 di zona pemanfaatan terbatas,

Lokasi Penelitian Penetapan Lokasi Kajian Analisa Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

II. METODOLOGI. A. Metode survei

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

DAMPAK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DI HUTAN ALAM

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG HABIS PENANAMAN BUATAN (THPB)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KOMPOSISI JENIS SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM TROPIKA SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU

METODOLOGI PENELlTlAN

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

III. METODOLOGI PENELITIAN

STRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002

III. METODOLOGI PE ELITIA

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam Suginingsih (2008), hutan adalah asosiasi tumbuhan dimana pohonpohon

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

IV. METODE PENELITIAN

1 BAB I. PENDAHULUAN. tingginya tingkat deforestasi dan sistem pengelolan hutan masih perlu untuk

PEMBANGUNAN KEBUN PANGKAS RAMIN (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz) DI KHDTK TUMBANG NUSA, KALTENG

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

Baharinawati W.Hastanti 2

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu perbaikan dan pemisahan dalam Peraturan tersendiri menyangkut Inventarisasi Hutan Berkala dan Rencana Kerja

KRITERIA DAN INDIKATOR MUTU BIBIT TERHADAP PERSEN HIDUP DAN PERTUMBUHAN TIGA JENIS MERANTI MERAH DI AREAL HPH PT. SARI BUMI KUSUMA, KALIMANTAN TENGAH

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN DIKLAT PONDOK BULUH KABUPATEN SIMALUNGUN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 66 /Menhut-II/2014 TENTANG

ABSTRACT PENDAHULUAN. Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. Vlll No. 2 : (2002) Arti kel (Article) Trop. For. Manage. J. V111 (2) : (2002)

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Silvilkultur. Hasil Hutan Kayu. Pemanfaatan. Pengendalian. Areal.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SIDANG

Inventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck

Pengaruh Perapihan pada Berbagai Stratifikasi Hutan Lepas Tebang terhadap Permudaan

IV. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

INVENTARISASI TANAMAN JELUTUNG (DYERA COSTULATA HOOK) SEBAGAI TUMBUHAN LANGKA YANG TERDAPAT DI ARBORETUM UNIVERSITAS RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan hutan alam produksi, produktivitas hutan menjadi satu

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MODEL REKLAMASI LAHAN KRITIS PADA AREA BEKAS PENGGALIAN BATU BATA

PENANAMAN KELAPA SAWIT

BAB III METODE PENELITIAN

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

III. METODE PENELITIAN

PENYUSUNAN TABEL VOLUME POHON Eucalyptus grandis DI HUTAN TANAMAN PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk SEKTOR TELE, KABUPATEN SAMOSIR

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 3 No. 1, Januari 2015 (91 102)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 74/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. IX No. 2 : (2003)

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

III. METODE PENELITIAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISA PERTUMBUHAN TEGAKAN MUDA MERANTI (Shorea sp.) DENGAN TEKNIK SILVIKULTUR INTENSIF (SILIN) DI PT. TRIWIRAASTA BHARATA KABUPATEN KUTAI BARAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Oktober November 2014 di Desa Buana Sakti, Kecamatan Batanghari, Kabupaten Lampung Timur.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) PADA BPKH WILAYAH XIV KUPANG

BAB III METODE PENELITIAN

2 ekonomi biaya tinggi sebagaimana hasil kajian Komisi Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, perlu pengaturan kembali mengenai Inventarisasi Hutan Menyelu

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.33/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

Hutan. Padang, 20 September Peneliti pada Balai Litbang Kehutanan Sumatera, Aek Nauli

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.30/Menhut-II/2014 TENTANG

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

Transkripsi:

Manajemen Pembinaan Hutan Alam P. Inhutani IV i HPH Sijunjung Sumatera Barat Juliana Simbolon 1) 1) osen Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Quality ABSRAC Activities are included in the guidance of natural forest P.INHUANI IV in HPH Sijunjung West Sumatra such as : 1. Clearing, Just Stand Inventory (I), Liberation of phase I (Et + 1) was less effective because it does not work entirely, so it needs quite a long period of time (approximately one year). Clearing I team must return again to clarify the boundaries of blocks and plots Measure (PU) which is not clear that all the plot lines will be more effective measurement and can be used by the team that followed, 2. Just Stand Inventory (I), I note that table based on PU size 20 x 20 m has no core tree (Meranti) then in the area I enrichment is not necessary, 3. Nursery; nurseries in the area there are 3 place in HPH Sijunjung, second place is the nursery, while place (place 01 and 02) and a fixed nursery (place 03) with major crops Meranti, 4. Planting Meranti, done to improve the spread of tree species and stand value Keywords : Natural forest, clearing, Just Stand Inventory (I), nursery Pendahuluan Kegiatan pembinaan hutan merupakan kegiatan yang sangat penting dan menentukan kelangsungan pengusahaan hutan. alam pengusahaan hutan, selain aspek ekonomi dan finansial, aspek kelestarian sumber (tegakan yang bernilai) juga harus diperhatikan baikbaik. Kegiatan yang dilaksanakan diharapkan dapat memperbaiki tegakan yang rusak setelah kegiatan logging adalah kegiatan pembinaan hutan ini. engan demikian diharapkan dimasa mendatang hutan akan mempunyai nilai yang sama dengan saat menjelang dilakukan pemanenan. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pembinaan hutan antara lain: 1. Perapihan, inventarisasi tegakan tinggal, pembebasan tahap I (Et + 1) Kegiatan perapihan merupakan kegiatan penataan ulang yang dimaksudkan untuk membenahi batasbatas petak atau blok yang rusak akibat kegiatan pemanenan sehingga memudahkan kegiatan pengecekan dan pengawasannya. Inventarisasi tegakan tinggal merupakan suatu kegiatan pencatatan dan pengukuran pohon dan permudaan alam pada suatu areal hutan yang didalamnya telah dilakukan kegiatan penebangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui jenis pohon inti dan permudaan jenis komersial pengganti pohon inti pada tingkat pancang, tiang dan semai. Pembebasan tahap I merupakan kegiatan membebaskan tanaman inti dari tanaman pengganggu maupun tanaman komersial yang kurang menguntungkan dan dipandang menghambat pertumbuhan dari pohon [16]

2. Pengadaan bibit (Et + 2) Mempunyai sasaran menyiapkan bahan-bahan tanaman bagi kegiatan pengayaan dan rehabilitasi. Kegiatan yang berkaitan dengan pengadaan bibit ini adalah kegiatan persemaian. 3. Pengayaan dan rehabilitasi (Et + 3). Merupakan kegiatan penanaman pada areal bekas tebangan yang kurang dan mengandung permudaan dengan tujuan untuk memperbaiki komposisi jenis, penyebaran pohon dan meningkatkan nilai tegakan. Rumusan Masalah Bagaimanakah proses-proses serta tahapan manajemen pembinaan hutan alam P. INHUANI IV di HPH Sijunjung Sumatera Barat. ujuan Penelitian Mengetahui dan mempelajari proses-proses serta tahapan manajemen kegiatan pembinaan hutan alam P. INHUANI IV di HPH Sijunjung Sumatera Barat. Metodologi Bahan dan alat 1. Peralatan kegiatan perapihan 2. Peralatan kegiatan I 3. Peralatan pembuatan persemaian 4. Peralatan kegiatan pengayaan dan rehabilitasi Cara Kerja Mengamati masing-masingkegiatan tersebut dengan seksama dan bilaperlu dapat menanyakan pada petugas. Hasil Pengamatan Perapihan Secara teknis kegiatan perapihan dilakukan, sesuai dengan aturan/ ketentuan di BK. Akan tetapi didalam kenyataan dilapangan kegiatan perapihan jarang dilakukan, biasanya dalam 1 petak ukur hanya 1 ha saja yang dilakukan perapihan. Kegiatan perapihan yang biasa dilakukan di HPH Sijunjung hanya membersihkan lantai hutan dari semak belukar dan memperjelas batas petak. Inventarisasi egakan inggal (I) - Inventarisasi tegakan tinggal dilakukan dalam tahun kedua setelah penebangan (Et + 2) pada seluruh blok atau petak kerja yang telah dilakukan kegiatan penebangan. - Luas masing-masing petak kerja yang akan dilakukan kegiatan inventarisasi tegakan tinggal harus sama dengan luas petak yang telah dilakukan penebangan dua tahun sebelumnya dengan ukuran petak kerja 1 x 1 km ( dengan luas 100 ha). - Kegiatan inventarisasi tegakan tinggal dilakukan dengan membuat jalur-jalur pengamatan secara sistematik dengan lebar jalur 20 m, yang didalamnya dibuatkan petak ukur sebagai berikut : a. Pada petak ukur 20 x 20 m dilakukan pengamatan pengukuran dan penandaan pohon inti yang meliputi jumlah, jenis, diameter dan tingkat kerusakan. Penunjukan dan penandaan pohon inti hanya dilakukan pada jenis-jenis komersial yang baik dan sehat. b. Pada petak ukur 10 x 10 m dilakukan pengamatan dan pencatatan dan permudaan tingkat tiang, yang meliputi [17]

jumlah dan jenis dari permudaan jenis c. Pada petak ukur 5 x 5 m dilakukan pengamatan dan pengamatan permudaan tingkat pancang, yang meliputi jumlah dan jenis dari permudaan jenis d. Pada petak ukur 2 x 2 m dilakukan pengamatan, pencatatan permudaan tingkat semai, yang meliputi jumlah dan jenis dari permudaan jenis - Regu kerja pelaksanaan I 1. 1 orang ketua regu merangkap sebagai pencatat 2. 1 orang pemegang kompas 3. 2 orang pembuat jalur 4. 2 orang pemberi tanda 5. 1 orang pemegang tali 6. 1 orang pengenal pohon 7. 1 orang pembantu umum - Peralatan a. Peta kerja skala 1 : 25.000, 1 : 20.000, atau 1 : 10.000 b. Buku lapangan, alat ukur, tally sheet c. Kompas d. Parang dan tali plastik e. Kuas dan cat f. Alat tulis - Pelaksanaan dilapangan a. Memperbaiki atau memperjelas batas blok atau petak tebangan yang telah dibuat 4 tahun sebelumnya, dengan membuat jalur rintis selebar dua meter untuk batas blok dan satu meter untuk batas petak I. b. Membuat jalur-jalur pengamatan dengan lebar 20 m dan diusahakan sesuai dengan jalur cruising yang telah dibuat sebelumnya, dengan diberi nomer urut 1-50 dari masingmasing petak kerja. c. Batas tanda jalur I diberi tanda biru. - Pengamatan I Gambar 1. PU 20 x 20 m Batas jalur diberi tanda biru pada pohon (melingkar dan dibersihkan tumbuhan bawah dengan lebar kurang lebih 2 m). abel 1. Pohon di areal I dalam PU 20 x 20 m Nama Jenis iameter inggi (m) ingkat pertumbuhan 1 Jabon 40 20 Pohon 2 Meranti 9 9 Sapling 3 Meranti - 15 cm seedling 4 Meranti - 20 cm seedling 5 Meranti - 12 cm seedling [18]

6 Resak 30 16 Pohon 7 Resak 35 12 Pohon 8 Pisangpisang 30 10 Pohon 9 Resak 30 9 pohon 10 Meranti 17 8 poles 11 Meranti 15 11 poles 12 Meranti 25 45 pohon Persemaian - Persemaian 01 Semai tertinggi = 28 cm Semai terendah = 10 cm Jumlah semai = 996 semai/ bedeng sapih Jumlah semai mati= 22 semai/ bedeng sapih Persentase semai yang hidup = 996-22 x 100% 996 = 97,79 % Rata-rata tinggi sampel semai = 16,98 cm Ukuran bedeng sapih 4 x 1m ahun tanam di sapih = 23-08-2001 Jenis semai = Meranti Media = top soil - Persemaian 02 Semai tertinggi = 33,5 cm Semai terendah = 4 cm Jumlah semai = 624 semai perbedeng Jumlah semai mati = 210 semai/bedeng Persentase semai yang hidup = 624-210 x 100% 624 = 66,24% Rata-rata tinggi sampel semai = 14,88 cm Ukuran bedeng sapih = 2,5 x 1 m ahun tanam disapih = 16-09-2001 Media = tanah disekitar persemaian - Persemaian 03 ipersiapkan untuk Hutan anaman Meranti Luas persemaian untuk saat ini 1 ha dan direncanakan menjadi 3 ha. Pengisian kantong plastik telah dilaksanakan dengan jumlah kurang lebih 194.000 kantong. Jumlah bedeng sapih : dengan ukuran 2,5 x 1 m Persiapan persemaian baik pengisian kantong dan pembuatan bedeng sapih telah dilaksanakan tetapi untuk sementara kegiatan pengadaan bibitnya terhenti karena belum ada kepastian tender dari epartemen Kehutanan tentang pengelolaan HM. Pengisian Kantong Plastik telah dilaksanakan 4 bulan yang lalu. [19]

abel 2. Penanaman HM (Hutan anaman Meranti) 2 250 2,5 12 180 1,8 22 120 1,5 32 - - 3 230 2,5 13 135 1,3 23 - - 33 105 1 4 - - 14 - - 24 150 1,7 34 - - 5 140 1,5 15 95 0,8 25 60 1 35 - - 6 6 110 16 - - 26 148 1,5 36 240 2,2 7 40-17 30-27 - - 37 110 0,7 8 240 3 18 - - 28 125 1,2 38 144 1,3 9 170 1,5 19 195 1,8 29 - - 39 155 1,3 10 65 1,2 20 205 1,8 30 126 1 40 180 1,3 Keterangan : Umur = 18 bulan Jarak tanam = 5 x 5 m Jumlah tanaman mati = 10 buah Luas seluruh areal HM = 11 ha Persen hidup tanaman = 30 x 100% 40 = 75% 1 90 1 11 210 2,5 21 170 1,8 31 140 1,2 Pembahasan Perapihan Pada kegiatan perapihan yang dilakukan hanya memperbaiki batas blok dan petak serta membersihkan lantai hutan disekitar batas petak. Melihat kondisi dilapangan, perapihan yang dilakukan pada Et + 1 ternyata kurang efektif karena tidak dikerjakan seluruhnya, sehingga akan menyebabkan kesulitan pada tahap selanjutnya. engan rentang waktu yang cukup lama (kurang lebih satu tahun), tim I harus melakukan perapihan ulang untuk memperjelas kembali batas-batas blok maupun petak yang sudah tidak jelas lagi (tertutup semua) semua titik akan menjadi efektif kalau kegiatan perapihan dilakukan dalam waktu yang hampir bersamaan dengan kegiatan I pada tahun yang sama. engan tata waktu seperti itu maka pembuatan jalur setiap 20 m menembus petak juga biasa dilakukan tanpa sia-sia, artinya langsung jalur tersebut bisa digunakan oleh tim I yang menyusul sesudahnya. Inventarisasi egakan inggal (I) ujuan utama dari kegiatan I adalah untuk mengetahui potensi hutan setelah penebangan. Manfaat dari kegiatan I adalah : 1. Mengetahui potensi hutan yang tersisa setelah kegiatan penebangan 2. Luasan yang akan ditanami (menyangkut kebutuhan bibit) 3. Untuk informasi pada kegiatan pembebasan (memerlukan data I) dalam hal pohon binaan. Kegiatan I memerlukan ketelitian data untuk itu diperlukan tenaga kerja ahli yang telah mengikuti pelatihan sebelumnya. Hal itu disebabkan karena kegiatan I membutuhkan keahlian [20]

sendiri, terutama dalam hal mengetahui jenis-jenis komersial yang harus dipelihara untuk kepentingan standing stock. ari kegiatan I akan diperoleh data mengenai : 1. Potensi tegakan pada areal bekas tebangan ata ini akan sangat berguna untuk mengetahui perlu tidaknya atau seberapa besar perlunya dilakukan pengayaan maupun rehabilitasi. ari sini akan diketahui jumlah bibit yang harus disediakan, termasuk jenisnya. ari data ini juga dapat diperkirakan potensi permudaan alam untuk rotasi selanjutnya. 2. Struktur dan komposisi tegakan tinggal ata ini sangat berguna untuk kegiatan pemeliharaan terutama pada pembebasan tahap I, guna menentukan pohon-pohon binaan. Halhal yang perlu dilaporkan dalam I ini adalah : - Potensi (jumlah dan jenis) pohon inti dan permudaannya. - Rekapitulasi rata-rata per-ha untuk masing-masing tingkat permudaan per petak yang dikelompokkan berdasarkan masing-masing jenis - Luas tempat-tempat terbuka atau yang kurang permudaannya - Peta realisasi kegiatan I dengan skala 1 : 1000 untuk pohon binaan dan peta 1 : 2000 untuk pohon inti Berdasarkan tabel I diketahui bahwa pada PU ukuran 20 x 20 m telah ada pohon inti (Meranti) maka didalam areal I tersebut tidak perlu dilakukan pengayaan. Perlu dilakukan pengayaan jika dalam 1 (satu) ha : 1. tidak ada 1 pohon inti ( diameter 20 cm up) 2. tidak ada 2 poles 3. tidak ada 4 sampling 4. tidak ada 8 semai/ seedling Persemaian Persemaian adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit atau semai yang siap tanam dilapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal dilapangan dari kegiatan penanaman hutan, oleh karena itu kegiatan dipersemaian adalah termasuk kegiatan penting karena dapat merupakan kunci pertama didalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan. Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi dua jenis/tipe yaitu : persemaian sementara dan persemaian tetap. Jenis persemaian sementara biasanya berukuran kecil, terletak didaerah yang akan ditanami dan berlangsung hanya untuk beberapa periode penanaman bibit (semai). Adapun jenis persemaian tetap biasanya berukuran besar, lokasinya menetap disuatu tempat dan untuk menangani areal penanaman yang luas. itinjau dari jenisnya persemaian di 01 dan di 02 merupakan persemaian sementara (karena ukurannya kecil) sedangkan di persemaian 03 direncanakan sebagai persemaian tetap dengan luas lebih kurang 3 (tiga) ha. i areal HPH Sijunjung ini semainya 90% merupakan jenis Meranti, khususnya Meranti merah dan sedikit Balam. Pada persemaian 01 persen hidup semai tinggi 97,7% akan tetapi bila tetap dilakukan persemaian ditempat tersebut (dibawah naungan Akasia) maka dalam waktu satu bulan lagi semai-semai akan mati, karena akar Akasia menembus kontiner [21]

sehingga semai akan kekurangan zat makanan. Penanaman Meranti Penanaman Meranti di HPH Sijunjung merupakan kegiatan pengayaan karena bibit Meranti ini ditanam pada areal bekas tebangan dimana masih ada tegakan, dengan tujuan untuk memperbaiki komposisi jenis penyebaran pohon dan nilai tegakan. anaman Meranti merupakan jenis toleran (tahan naungan pada waktu muda) sehingga di areal ini dilakukan penanaman HM. Pada areal yang diamati petak 182, tanaman Meranti ditanam dengan jarak tanam 5 x 5 m dan sudah berumur 18 bulan. ari data dilapangan diketahui persen hidup tanaman Meranti 75%. Persen hidup Meranti di HPH Sijunjung dapat ditingkatkan dengan melakukan pemeliharaan disekitar tanaman Meranti dengan menyiangi rumput, memberi pupuk dan sebagainya. Karena berdasarkan pengamatan tanaman Meranti yang mati ini akibat tidak dilakukannya penyiangan rumput, sinar matahari dapat menembus lantai hutan dengan intensitas tinggi. Kesimpulan 1. Kegiatan perapihan dilakukan untuk memperjelas kembali batas-batas blok maupun petak yang sudah tidak jelas, disamping membersihkan semak belukar diareal bekas tebangan. 2. ata I sangat berguna untuk kegiatan pembebasan, penanaman dan rehabilitasi serta pengadaan bibit, maka data I harus benarbenar sesuai dengan kenyataan. 3. Persemaian merupakan kegiatan untuk menyediakan benih yang akan dijadikan bibit untuk kegiatan penanaman dilapangan. 4. HPH Sijunjung, persemaiannya ada tiga tempat, 2 tempat merupakan persemaian sementara (01 dan 02) dan persemaian tetap (03) dengan jenis tanaman utama Meranti. 5. Penanaman bertujuan untuk memperbaiki jenis penyebaran pohon dan nilai tegakan. aftar Pustaka Anonimous, 2002. Petunjuk Praktek Magang Pengelolaan Hutan Luar Jawa. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Simon, Hasanu dkk, 1996. Memantapkan Bina esa Hutan alam Upaya Pengelolaan Hutan Lestari. Jayanti Mitra Grafika, Yogyakarta. Subyanto, 1987. Perlindungan Hutan. Kerja sama Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada dengan Proyek pendidikan latihan dan pengendalian tenaga kerja pengusahaan hutan eparteman Kehutanan, Yogyakarta. Suginingsih, 1999. iktat Persemaian. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Supriyanto, N, 1995. Silvikultur Hutan Alam ropika. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. antra.i. Gusti, 1981. Flora Pohon Indonesia. Balai Penelitian Hutan Bogor. [22]