BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan

Ringkasan Analisa Keuangan dan Diskusi Manajemen PT Toba Bara Sejahtra Tbk dan Anak Perusahaan

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.

BAB I PENDAHULUAN. PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki

DATA TAKE OVER (TO) TAMBANG BATUBARA

Ringkasan Analisa Keuangan dan Diskusi Manajemen untuk Kuartal I 2013 PT Toba Bara Sejahtra Tbk dan Anak Perusahaan

PAPARAN PUBLIK TAHUNAN PT BARAMULTI SUKSESSARANA TBK

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. PT.DNM dan Grup dimulai dalam bisnis konstruksi sipil sejak tahun 1977.


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada beberapa perusahaan, apakah ini perusahaan jasa maupun perusahaan

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 07/KPPU/PDPT/III/2014 TENTANG SALINAN

Analisis Model Pembiayaan Investasi Pengembangan Alur Pelayaran Berbasis Public Private Partnership (Studi Kasus: Sungai Kapuas)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis data pada penelitian ini merupakan data kualitatif-kuantitatif yang nantinya

Jauhari Alafi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Ringkasan Analisa Keuangan dan Diskusi Manajemen untuk Semester I 2013 PT Toba Bara Sejahtra Tbk dan Anak Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE )

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

MENINGKATKAN MUTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN UNTUK PERUSAHAAN DIGITAL

V E R S I P U B L I K

LAPORAN KUNJUNGAN PANJA MINERBA KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI LAMPUNG PENINJAUN TERMINAL BATUBARA TARAHAN. PT. BUKIT ASAM (Persero) MASA PERSIDANGAN I

Artikel Pendidikan 23

Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT Toba Bara Sejahtra Tbk

Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT Toba Bara Sejahtra Tbk

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A11712 TENTANG

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk

Ringkasan Analisa dan Diskusi Manajemen Kuartal Toba Bara Sejahtra Tbk dan Entitas Anak

BAB II TINJAUAN UMUM

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Putusan Pengadilan Pajak Nomor: Put.28914/PP/M.I/16/2011

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

V E R S I P U B L I K

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

EVALUASI PELAKSANAAN PROYEK PEMELIHARAAN BERKALA JALAN PRACIMANTORO-GEDANGKLUTUK KABUPATEN WONOGIRI TESIS

Ringkasan Analisa Keuangan dan Diskusi Manajemen untuk Kuartal PT Toba Bara Sejahtra Tbk dan Anak Perusahaan

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di sektor pertambangan batubara dengan skala menengah - besar.

PT GOLDEN EAGLE ENERGY Tbk MATERI PAPARAN PUBLIK (PUBLIC EXPOSE)


Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT Toba Bara Sejahtra Tbk

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan. pertambangan Batubara di Indonesia termasuk di Propinsi Jambi, salah

KAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh Gambar dari Rear Tipper Vessel [9]

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

OUTLOOK KRIKIL JASA PERTAMBANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perumusan key..., Dino Andrian, FE UI, 2009

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dalam hal ini pemilik proyek (owner). Oleh karena itu

Ringkasan Diskusi dan Analisa Manajemen Kuartal III 2014 PT Toba Bara Sejahtra Tbk dan Entitas Anak

SEMINAR PROGRESS TUGAS AKHIR (MN ) Analisis Penerapan Continuous Coal Transport Mode Untuk Angkutan Batubara di Sungai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III METODOLOGI. mendekati kapasitas lintas maksimum untuk nilai headway tertentu. Pada

Satrio Agung Wibowo, Harimurti, Achfas Zacoeb

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2015 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dampak

Laporan Bulanan Kegiatan Eksplorasi PT Toba Bara Sejahtra Tbk

Bab 3. Metodologi Penelitian

THE MANSION, BF - FLOOR 51 G2 Jl. Trembesi, Komplek Kemayoran, Jakarta Utara Telephone Number : Fax Number :

PERTEMUAN 4 (PENGEMBANGAN DAN PEMILIHAN KONSEP) SELASA & KAMIS, 1 & 3 NOVEMBER 2016

Bab IV ANALISIS DAN HASIL

BAB I PENDAHULUAN. Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar

BAB I PENDAHULUAN. Pertambangan di negeri yang memiliki kekayaan alam seperti negeri kita

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

Ringkasan Analisa dan Diskusi Manajemen Semester Toba Bara Sejahtra Tbk dan Entitas Anak

- 5 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1823 K/30/MEM/ K TANGGAL : 7 Mei Maret 2018

BAB III METODOLOGI DAN PENELITIAN. tinjauan pustaka yaitu melakukan kegiatan mengumpulkan literatur-literatur yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2 sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membangun bendungan; d. bahwa untuk membangun bendungan sebagaimana dimaksud pada huruf c, yang

BAB III GAMBARAN PERUSAHAAN

BAB III SURVEY KETERSEDIAAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bisnis mining & earthmoving contractor. Berawal dari divisi rental PT United

THE VISIONING PHASE. Titien S. Sukamto

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM INVENTORI UNTUK MENDAPATKAN ALTERNATIF DESAIN PERGUDANGAN (STUDI KASUS DI PT. PETROKIMIA GRESIK)

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

di kota tetap Balikpapan menjanjikan. Era ini (tahun milik setara Produksi ton atau Segar) ton CPO (Crude skala cukup luas saat Paser

BAB I PENDAHULUAN. terhitung berjumlah 128 karyawan. Bagian bagian yang ada di PDAM

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima

V E R S I P U B L I K

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Laporan Ringkas Perkembangan Operasional PT Toba Bara Sejahtra Tbk dan Anak Perusahaan

BAB IV STRATEGI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan Lokasi tambang Perusahaan terletak di daerah Kutai Lama, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas areal Kuasa Pertambangan 2.089 ha yang dibagi menjadi lima blok, yaitu blok E, blok M, blok N1, blok N2, dan blok S. Sedangkan kantor perwakilan terletak di Jalan Kapuas no. 3A, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia. Perusahaan didirikan serta mendapat ijin Kuasa Pertambangan Eksplorasi pada tahun 2002. Setelah melakukan eksplorasi dan membuat studi kelayakan, Perusahaan dinyatakan memiliki cadangan persediaan batubara sekitar tiga belas juta metrik ton. Sehingga pada tahun 2005, Perusahaan mengajukan ijin Kuasa Pertambangan 30

31 Eksploitasi untuk mulai produksi tambang. Tahun 2006 Perusahaan memulai kegiatan produksi dengan PT Multi Resources Indonesia sebagai pengelola, dimana Perusahaan hanya menerima fee atas lahan yang dipakai. Pada akhir tahun 2007, manajemen memutuskan untuk menjual Perusahaan karena kondisi keuangan yang kurang baik dimana Perusahaan menderita kerugian sebesar Rp. 1.648.790.140,- dan memilik hutang dengan jumlah Rp. 9.552.498.070. Setelah melakukan peninjauan secara umum, PT. Adhikara Indonesia memutuskan untuk membeli Perusahaan per tanggal 24 April 2008. Hal ini diputuskan atas pertimbangan jumlah persediaan batubara Perusahaan masih besar, yakni sekitar dua belas juta metrik ton. Saat ini, perusahaan memiliki manajemen dan sistem baru, jika dahulu Perusahaan hanya menerima fee atas lahan yang dipakai, sekarang Perusahaan menjalankan kegiatan penambangan sendiri dengan mempercayakannya pada dua kontraktor tambang, yakni PT Pangkalan Jaya dan PT Tiga Bersaudara Madani. Dengan manajemen baru, Perusahaan mulai berproduksi pada bulan Oktober 2008 dengan memulai operasinya di blok E dan akan melakukan penjualan di akhir bulan Oktober 2008. Perusahaan juga sudah memiliki kontrak penjualan jangka panjang untuk hasil batubara di blok E dan blok M. Pengapalan batubara menggunakan jalur sungai Kutai Lama yang akan bermuara di Muara Berau, Kalimantan Timur, Indonesia. Sungai tersebut dapat dilewati kapal tongkang tiga ratus kaki dengan muatan kurang lebih delapan ribu metrik ton batubara.

32 3.2 Alur Diagram Rantai Pasok Gambar 3.1 Alur Diagram Rantai Pasok Dalam tesis ini, hanya sebagian dari keseluruhan rantai suplai yang diambil. Dari Gambar 3.1, rantai suplai bermula dari kegiatan produksi yang dilakukan di pit/lokasi tambang. Setelah dilakukan land clearing, maka produksi dapat mulai dilakukan. Batubara yang dihasilkan lalu dibawa menuju stockpile batubara bongkahan dengan menggunakan dump truck atau yang lazim disebut hauling. Batubara tersebut kemudian dihancurkan menggunakan crusher agar lebih mudah dikapalkan, yang kemudian disimpan di stockpile batubara. Pada waktu kapal sudah datang, batubara diangkut menuju tongkang dengan menggunakan dumptruck.

33 3.3 Metodologi: Pandangan McKinsey 3.3.1 Ikhtisar McKinsey adalah salah satu konsultan firma terkemuka di dunia dengan berbagai jenis klien yang menjadi pelanggannya, McKinsey memberikan solusi dengan menggunakan pendekatan analitikal yang kuat dimana metodenya sudah teruji oleh para klien-klien tersebut. Dengan metode terstruktur yang jelas, McKinsey menjamin bahwa hasil analisisnya yang walaupun tidak akurat 100%, memberikan hasil yang baik, sehingga waktu dari klien tidak terbuang percuma. Gambar 3.2 Gambaran Umum Metodologi McKinsey

34 Metodologi McKinsey terdiri dari: 1. Business Needs. Pertama, McKinsey membutuhkan pengertian mendalam akan apa yang diinginkan oleh pelanggannya, apakah itu untuk mendapatkan keuntungan bersaing, kebutuhan berbasis organisasi, keuangan, operasional ataupun gabungan dari beberapa hal ini. Pada tahap pertama, tim proyek dapat memperhitungkan batasan-batasan dari proyek agar dapat memperkirakan banyaknya waktu dan dana yang diperlukan. Pada tahap kedua, mengenali permasalahan atau target dalam analisis singkat. Tahap ini akan membentuk tujuan-tujuan yang terlihat dan dapat dicapai dalam proyek ini. 2. Analyzing. Analyzing adalah tahap dimana tim proyek mulai bekerja dan menganalisis. Dalam tahap ini, tim diharuskan untuk mengumpulkan semua data-data yang dibutuhkan dalam proyek ini. 3. Presenting. Bahan presentasi harus terstruktur sehingga pemikiran yang ingin disampaikan, dapat dipahami secara sempurna oleh klien dan menghasilkan sesuatu yang diinginkan oleh klien. Presentasi dalam Metodologi McKinsey dibagi menjadi 2:

35 a. Diskusi awal presentasi. Dalam tahap ini, tim proyek harus menyusun presentasi awal yang di dalamya tercakup tujuan dan batasan proyek, lengkap dengan perkiraan waktu yang dibutuhkan. Setelah tahap ini, tim dapat mulai melakukan tugasnya b. Presentasi rekomendasi Setelah melakukan pengumpulan dan analisis data, tim dapat menyusun presentasi rekomendasi untuk memberikan rekomendasi secara detil dan rencana kerja. Isi dari presentasi harus mencakup sebagian besar dari data sehingga rekomendasi yang diberikan bersifat kuat. 4. Managing Project. Metodologi McKinsey menyatakan dengan jelas bahwa proyek harus dikelola dengan konsep yang ideal, yaitu: a. Tim proyek harus dibentuk, dimotivasi dan dikumpulkan dengan cara yang optimal. b. Pelanggan harus selalu dinformasikan, diikutsertakan dan diinspirasikan oleh proyek dan solusinya. c. Tim harus dapat menyeimbangkan antara karir dan kehidupan pribadi. 5. Implementation Setelah memberikan rekomendasi, McKinsey menekankan implementasi yang baik, karena rekomendasi yang baik tidak akan ada artinya tanpa sebuah implementasi. Implementasi yang baik memerlukan hal-hal seperti:

36 a. Sumber daya yang cukup dan waktu respon yang cepat terhadap hambatanhambatan yang muncul dalam implementasi. b. Proses iterasi dari klien agar hasil yang telah dicapai dapat dikembangkan secara terus-menerus. 6. Leadership McKinsey menjelaskan bahwa kepemimpinan adalah hal yang penting dalam penyelesaian proyek dan implementasi lebih lanjut. Kepemimpinan sangat diperlukan dalam tim proyek dan dalam implementasi di pihak klien. Kepemimpinan harus mencakup visi strategis untuk organisasi, memberikan inspirasi dan akhirnya membuat keputusan yang bijak akan pendelegasian selama implementasi dilakukan. Sumberdaya dari metodologi McKinsey adalah data dan intuisi. Sebelum keputusan dapat diambil, data yang diperlukan sangat banyak dan diolah dalam waktu yang sepantasnya.

37 3.3.2 Penyusunan Masalah Proses penyusunan masalah dapat dilihat dari gambar berikut ini: Gambar 3.3 Penyusunan Masalah McKinsey menekankan penyelesaian masalah secara terstruktur dan berdasar pada hipotesis. Penyelesaian masalah berawal dari penggunaan diagram kerja terstruktur untuk menghasilkan hipotesis yang berbasis data yang diikuti dengan pengumpulan dan analisis data untuk membuktikan hipotesis tersebut. Dalam penyusunan masalah seperti yang tergambar dalam Gambar 3.3, McKinsey mendefinisikan konsep baik secara terstruktur, MECE, berbasis pada hipotesis, menciptakan ulang kondisi yang saat ini dialami oleh klien dan setiap klien itu unik.

38 1. Pendekatan terstruktur Penyelesaian masalah cara McKinsey berawal dari struktur, bukan dari fakta. Struktur membuat tim dapat menangkap isu yang sedang terjadi saat ini, setelah itu baru fakta-fakta dikumpulkan. Penyusunan masalah adalah tentang struktur. Tanpa struktur, pemikiran tidak akan terbentuk. Struktur juga memungkinkan untuk memikirkan kembali hal-hal yang mungkin terlewatkan. Pendekatan terstruktur memastikan bahwa pemikiran yang dihasilkan didukung oleh rumusan yang kuat. 2. Berbasis pada hipotesis Hipotesis membantu tim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Walaupun hipotesis tidak selalu 100% tepat, tetapi hipotesis tidak akan mendekatkan tim kepada penyelesaian secara total. 3. Konsep MECE Adalah kependekan dari Mutually Exclusive, Collectively Exhaustive (keistimewaan bersama, beban kerja semua pihak). 4. Tidak menciptakan kondisi yang berbeda Dalam menyelesaikan masalah, McKinsey menekankan penggunaan diagram kerja yang sudah ada dalam klien itu sendiri, seperti kebijakan yang sudah ada, SOP, prosedur, dan sebagainya.

39 5. Setiap klien itu unik Dengan pemikiran ini, McKinsey tidak berusaha untuk menerapkan solusi dari satu klien terhadap klien lainnya terlalu jauh, karena karakteristik setiap klien itu berbeda-beda. 3.3.2.1 Pohon Logika Pohon logika adalah daftar bertingkat dari semua bagian yang menyusun sebuah masalah, dimulai dari pandangan setinggi dua puluh ribu kaki dan bergerak turun. Pohon logika adalah salah satu alat yang sangat umum digunakan oleh McKinsey dalam menyelesaikan masalah. Pohon logika seharusnya memiliki sifat seperti MECE, Gambar 3.4 Pohon Logika

40 3.3.2.2 Hipotesis Setelah mempersempit masalah menjadi bagian terpentingnya saja melalui penggunaan diagram kerja yang tepat, maka tim dapat melanjutkan kerjanya ke tahap selanjutnya, yaitu menyusun hipotesis terhadap masalah yang sedang dihadapi. Beberapa panduan dalam menyusun hipotesis: 1. Berikan solusi pada perjumpaan pertama Hipotesis menyediakan peta penyelesaian masalah yang bertujuan untuk memeriksa kebenaran dari hipotesis itu sendiri. 2. Persiapan awal yang cukup Penyusunan hipotesis terbukti lebih efisien apabila setiap anggota tim telah memiliki analisisnya sendiri, setelah itu, pemimpin dari tim dapat menyusunnya menjadi hipotesis yang lebih baik. 3. Dalam sebuah ruang putih Brainstorming adalah dasar dari penyusunan hipotesis dalam McKinsey. Setiap orang dipersilahkan untuk mengeluarkan idenya dan belajar dari anggota tim lain. 4. Masalah yang dihadapi tidak selalu menjadi masalah. Banyak tim yang mendapat masukan dari klien itu sendiri mengenai masalah yang sedang berlangsung. Tolaklah

41 pendapat itu, galilah lebih dalam, bertanyalah dan dapatkan faktanya. Beberapa keuntungan dari hipotesis: a. Hipotesis awal dapat mengefisiensikan penggunaan waktu. b. Hipotesis awal dapat membuat pengambilan keputusan menjadi lebih efektif. 3.3.3 Penyampaian Ide Cara penyampaian solusi atau saran mendapat bagian yang sangat penting dalam metodologi McKinsey. Apabila gagal dalam tahap ini, maka semua hal yang sudah dilakukan dari awal akan gagal juga. Penyampaian solusi dalam metodologi McKinsey bersifat terstruktur dan memancing. 1. Terstruktur Sebuah penyampaian yang berhasil harus dapat membuat klien mengikuti logika anda secara jelas, selangkah demi selangkah. Presentasi sebenarnya adalah perwakilan dari pemikiran tim secara keseluruhan. Presentasi terstruktur melambangkan rekomendasi yang tertata dengan baik. Beberapa panduan dalam penyusunan presentasi:

42 a. Elevator test. Pahamilah presentasi anda, sehingga anda dapat menjelaskannya kepada klien sejumlah tiga puluh lantai. b. Buatlah secara sederhana satu kalimat per diagram. Apabila diagram menjadi sangat rumit, maka keefektifannya menjadi semakin berkurang.. c. Dukunglah ide anda dengan struktur yang solid Tujuan utama dari presentasi adalah memberikan pendapat. Ketika menyusun presentasi, McKinsey sering menggunakan metode induktif. Presentasi didahului oleh kesimpulan, baru kemudian dijelaskan. Karena lebih mudah menarik perhatian dari klien apabila hasil akhir diberitahukan terlebih dahulu. 2. Memancing Apabila klien terpancing oleh presentasi yang telah diberikan, maka implementasi akan lebih mudah untuk dilakukan. Berikut ini adalah beberapa panduannya: a. Tulisan awal Pahamilah bagaimana klien berpikir, melihat, menganalisis, dan memutuskan. Dapatkan banyak umpan balik dari berbagai pihak sebanyak mungkin. b. Buatlah dalam bahasa klien.

43 3.4 Metode Analisis Metode analisis secara garis besar dimulai dari melakukan survei dan pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah, kemudian dilakukan analisis mendalam mengenai sistem logistik. Dari data yang sudah diolah tersebut dapat dicarikan suatu solusi yang berupa rekomendasi untuk peningkatan kinerja sistem logistik. 3.5 Pengukuran Variabel Variabel utama yang akan dianalisis sebagai patokan untuk mengukur kinerja sistem logistik adalah: 1. Laytime cost. Laytime cost yaitu biaya yang harus dibayar akibat adanya waktu tunggu kapal sebelum diisi batubara. 2. Dead freight cos Dead freight cost yaitu biaya yang harus dibayar akibat adanya kekurangan muatan kargo sesuai perjanjian antara perusahaan dengan pemilik kapal.

44 3.6 Populasi dan Sampel Yang menjadi obyek atau populasi area dalam penelitian ini adalah area penambangan Blok M yang terdapat dalam sistem logistik perusahaan. Sedangkan sampel yang akan digunakan mengacu pada data-data pengapalan di site Anggana, Kutai, Samarinda, Kalimantan Timur. 3.7 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data akan dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif antara laian adalah data-data logistik yang berkaitan dengan area yang akan dianalisis. Data kuantitatif ini akan digunakan sebagai input untuk melakukan analisis dan simulasi sistem logistik. Data kualitatif adalah informasi yang diperoleh dari hasil wawancara, survei, pengamatan dan studi literatur. Informasi ini akan digunakan untuk menggambarkan kondisi, struktur dan sistem logistik yang saat ini sedang digunakan.