BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta sesuai kebutuhan masyarakat (Febriyani, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. dilatih untuk mengajar, penilaian, tujuan evaluasi dan secara konsisten

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, di Amerika Serikat penyebab kematian nomer tiga pada

BAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan klinik (clinical skills) pada profesi kedokteran merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. afektif. Kompetensi kognitif, keterampilan, dan afektif harus diuji dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih luas yaitu rasional dan obyektif (Sudaryanto, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar, et al., 1998; Steinert, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dan kecanggihan ilmu pengetahuan serta teknologi. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan di era global. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

PENILAIAN MAHASISWA KEPERAWATAN TENTANG STANDARDIZED PATIENT DALAM UJIAN OSCA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

MODUL KETRAMPILAN KOMUNIKASI INTER-PROFESI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass)

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dunia pendidikan, dan memicu dunia pendidikan untuk selalu berinovasi

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia supaya mampu bersaing di era globalisasi, baik di dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan praktik dan siap untuk merawat pasien (Casey et al., 2011).

yang dihadapi saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. i. Memberikan tugas kepada peserta didik dalam bentuk laporan kegiatan sekaligus

BABI PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai sebuah profesi telah disepakati pada lokakarya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan bidan berhubungan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. kerawanan terjadi kesalahan medik (medical error). Kasus kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. membuat lubang ke dalam trakea dan memasukkan selang indwelling ke

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,

BAB I PENDAHULUAN I.A.

SKRIPSI Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Skills Lab merupakan tempat mahasiswa dapat. melatih keterampilan medis untuk mencapai kompetensi

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional yang berbasis silo dimana setiap tenaga kesehatan tidak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan perawat terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta teknologi, tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses pembentukan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi dan perdagangan bebas yang dimulai tahun 2003 melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) menyatakan setiap menit seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa peran masing-masing

ANALISIS KEPUASAN MAHASISWA TERHADAP METODE OSCA PADA UJIAN AKHIR SEMESTER DI PRODI D III KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES SURAKARTA

UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI CLINICAL INSTRUCTUR DI RS PERMATA MEDIKA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. bersama, belajar dari profesi kesehatan lain, dan mempelajari peran masingmasing

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. widya husada. Penelitian ini dilakaukan diakper widya husada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif non-eksperimental

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBELAJARAN ILMU FARMASI KEDOKTERAN DI FK UNIVERSITAS TARUMANAGARA DENGAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI. Oentarini Tjandra

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESADARAN MAHASISWA PSPD FK UNTAN ANGKATAN 2009,2010, DAN 2011 MENGENAI OSCE

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF PADA MAHASISWA DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK SEMESTER V DI STIKES AISYIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN FREKUENSI PENGGUNAAN SKILLS LAB DENGAN PENAMPILAN MAHASISWA PRAKTIK KETRAMPILAN DASAR PRAKTIK KLINIK DI LAPANGAN

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan

LAPORAN WORKSHOP REGIONAL ITEM DEVELOPMENT OSCE KEDOKTERAN GIGI WILAYAH BARAT KOMPONEN 2 PROYEK HPEQ

Kata kunci : metode OSCE,non OSCE,hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Jenjang Diploma III keperawatan berperan sebagai perawat. terampil dalam menyelesaikan masalah keperawatan secara mandiri dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan formal. Seorang guru berkualitas di dalam tiaptiap

HUBUNGAN ANTARA MINAT DENGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PRAKTIK DILABORATORIUM KETERAMPILAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi harus membekali peserta didiknya dengan attitude, knowledge, memiliki daya saing tinggi (Nursalam & Ferry, 2008).

John Toding Padang, Novita Medyati

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pemerintah adalah dengan pendekatan, pemeliharaan, peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU SEBAGAI BENTUK STUDENT SUPPORT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi program sarjana merupakan komponen utama dalam menilai kemampuan peserta didik pada pendidikan tinggi ilmu keperawatan. Pengujian klinik lapangan merupakan peran kunci dalam menilai kompetensi mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan sebagai standar sejauh mana kompetensi sudah dicapai oleh mahasiswa (Nursalam & Efendi, 2008). Oleh karena itu, evaluasi pada performa klinik perlu disusun dengan baik, berkelanjutan, dan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk kemampuan yang profesional dibutuhkan suatu sistem evaluasi. Sehingga kompetensi yang harus dicapai setiap tahap dapat terpenuhi. Metode evaluasi klinik lapangan terdiri dari evaluasi tertulis, observasi, wawancara, dan salah satunya adalah penerapan OSCE / OSCA (Nursalam & Efendi, 2008). Objective Structured Clinical Examination atau Original OSCE diperkenalkan pertama kali oleh Dr. RM Harden dari Dundee University di Inggris pada tahun 1975 (Yihua et all., 2011; Peeraer et all., 2008; Furlong, 2008). OSCE yaitu jenis metode komprehensif yang digunakan mahasiswa kedokteran untuk mengevaluasi pengetahuan, sikap, (Yihua et all., 2011), dan ketrampilan di situasi simulasi klinis (Yihua et al., 2011; Rush et all., 2014). Uji ini dilakukan melalui berbagai stasi pemeriksaan, setiap mahasiswa 1

2 diberikan waktu lima menit untuk menyelesaikan tugas pemeriksaan disetiap stasi itu secara bergantian (Rush et all, 2014). OSCE/OSCA juga diadopsi oleh berbagai institusi pendidikan seperti Keperawatan (Oranye et all., 2012; Eswi et all., 2013; Rush et all., 2014; East et all., 2014), Kebidanan (Duke et all., 2015), Farmasi (Deborah, 2010), dan Kedokteran Gigi (Baharin, 2011; Zaric et all., 2015). OSCAs telah digunakan untuk menilai mahasiswa kedokteran sejak pertengahan tahun 1970-an dan telah menjadi alat populer untuk menilai kompetensi klinis antara perawat dalam dua dekade terakhir (Rush et all, 2014). Universitas Muhammadiyah Surakarta merupakan institusi pendidikan tinggi swasta yang menyelenggarakan pendidikan formal untuk sarjana dan diploma diantaranya fakultas ilmu kesehatan, fakultas tersebut sudah melaksanakan metode OSCA. Dalam pelaksaan OSCA tersebut dosen sangatlah berperan penting dalam mengevaluasi hasil belajar yang berfungsi untuk mengukur pencapaian kompetensi suatu pendidikan. Evaluasi kompetensi harus mencakup penilaian formatif dan sumatif untuk menilai tahap peningkatan individu. Berdasarkan Panduan Akademik UMS tahun 2015, penilaian tiap mata kuliah dilakukan untuk menilai kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif. Uji tulis untuk menilai aspek kognitif sedangkan ujian OSCAdilakukan untuk menilai aspek psikomotor, afektif dan professional behaviour dengan menggunakan checklist penilaian. Ujian skills lab dilakukan dengan Objective Structured Clinical Assessment (OSCA). OSCA Komprehensif dilakukan di Mini Hospital (Laboratorium

3 Keperawatan) dengan probandus (Standardized patient) yang berpura-pura sebagai pasien untuk membantu proses berlangsungnya ujian dan dosen sebagai penguji. Keberhasilan sebuah ujian termasuk OSCA tidak terlepas dari komponen-komponen yang mempengaruhi. Komponen-komponen utama dalam ujian OSCA adalah mahasiswa, fasilitator, Standardized patient dan dosen sebagai penguji (McCoy & Merrick, 2001). Satu dengan yang lainya tidak bisa terpisahkan dan saling mempengaruhi. Selain sebagai penguji atau exeminer dosen juga mempunya peran yang penting dalam sebuah ujian ketrampilan klinik diantaranya adalah sebagai role model, fasilitator, motivator, manajer, konselor, researcher dan yang tidak kalah penting adalah peran dosen sebagai evaluator dimana dosen mengevaluasi performa mahasiwa dengan memberikan feedback, serta sebagai evaluator dalam ujian sumatif (Hays, 2009). Berdasarkan pengalaman penulis dalam pelaksanaan OSCA yang dialami selama bangku perkuliahan yaitu peran dosen sebagai penguji dalam ujian OSCA sangat penting bagi mahasiswa untuk memperoleh keterampilan keperawatan yang sudah diajarkan selama perkuliahan berlangsung. Dalam proses ujian OSCA, ketika ujian berlangsung memakan waktu yang relatif lama karena dalam pelaksaan ujian OSCA, satu dosen penguji harus berhadapan secara langsung melakukan penilaian terhadap satu mahasiswa yang melakukan ujian dengan durasi waktu yang relatif lama yaitu 30 menit sehingga berdampak pada hasil dari mahasiswa itu sendiri, ada yang lulus dan

4 ada yang tidak lulus. Hasil tersebut digunakan untuk indikator dalam praktek klinis yaitu mahasiswa yang lulus diharapkan dapat praktek klinik dengan baik sedangkan yang belum lulus diberi kesempatan untuk remidial hingga lulus. Menurut penelitian yang dilakukan Musiana dan Hussein (2015) persepsi mahasiswa terhadap perencanaan pembelajaran sebagian besar dalam kategori tidak baik (50,2%), terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium oleh instruktur sebagian besar baik (62,6%), terhadap metode pembelajaran baik (61,1%), dan terhadap sarana dan prasarana laboratorium sebagian besar baik (54,7%). Sedangkan persepsi dosen masih banyak didapatkan mahasiswa yang kurang terampil dan tidak memahami prinsip atau critical point prosedur keterampilan. Padahal persepsi dosen terhadap OSCA di butuhkan untuk mengetahui gambaran peran dosen sebagai penguji dalam proses pembelajaran OSCA yang dapat meningkatkan kompetensi dari mahasiswa kesehatan dalam memahami praktik pelayanan kesehatan dan dapat membentuk mahasiswa yang dapat memahami tugas serta wewenangnya masing-masing sesuai profesinya (Musiana dan Hussein, 2015). Pada kenyataannya masih ada beberapa mahasiswa yang kurang terampil dan tidak memahami prinsip atau critical point prosedur keterampilan padahal seharusnya keterampilan tersebut sudah mereka kuasai dengan baik karena sudah melalui proses bimbingan di laboratorium dan juga sudah melaksanakan praktik klinik di rumah sakit, beberapa mahasiswa bahkan harus diulang kembali proses ujiannya (remedial) di laboratorium kampus.

5 Sedangkan masalah dari dosen penguji sendiri adalah kurangnya koordinasi antar dosen penguji dan tidak adanya arahan setiap team sebelum ujian OSCA dilaksanakan menyebabkan ujian menjadi berjalan tidak maksimal. B. Rumusan Masalah Metode Evaluasi yang paling umum dilakukan dalam dunia pendidikan kesehatan termasuk keperawatan adalah OSCA yang merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi hasil belajar kurikulum berdasarkan kompetensi dan keterampilan klinis mahasiswa secara objektif dan terstruktur. Pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta walaupun OSCA sudah dilakukan tetapi belum pernah dilakukan penelitian tentang persepsi dosen keperawatan terhadap OSCA. Padahal persepsi dosen keperawatan tentang OSCA di butuhkan untuk mengetahui gambaran peran dosen keperawatan sebagai penguji dalam proses pembelajaran OSCA yang dapat meningkatkan kompetensi dari mahasiswa kesehatan dalam memahami praktik pelayanan kesehatan dan dapat membentuk mahasiswa yang dapat memahami tugas serta wewenangnya masing-masing sesuai profesinya. Pada kenyataanya masih ada beberapa mahasiswa yang kurang terampil dan tidak memahami prinsip atau critical point ketika sedang praktek klinik di rumah sakit padahal prosedur keterampilan seharusnya sudah mereka kuasai dengan baik karena sudah melalui proses bimbingan di laboratorium, beberapa mahasiswa bahkan harus diulang kembali proses ujiannya (remedial) di laboratorium kampus karena tidak lulus ujian OSCA. Sedangkan beberapa

6 dosen penguji sendiri melaporkan bahwa mereka kurang koordinasi antar dosen penguji dan tidak adanya arahan setiap team sebelum ujian OSCA dilaksanakan. Berdasarkan masalah diatas, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimanakah Persepsi Dosen Keperawatan tentang Pelaksanaan OSCA di Universitas Muhammadiyah Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menjelaskan persepsi dosen keperawatan tentang pelaksanaan objective structured clinical assessment (OSCA). 2. Tujuan Khusus a. Menggambarkan data demografi responden sebagai bahan pembahasan. b. Menggambarkan persepsi dosen keperawatan tentang sistem penilaian. c. Menggambarkan persepsi dosen keperawatan tentang feedback pelaksanaan prosedur OSCA. d. Menggambarkan persepsi dosen keperawatan tentang standardized patient (probandus). e. Menggambarkan persepsi dosen keperawatan tentang proses OSCA. f. Menggambarkan persepsi dosen tentang komponen lain dalam OSCA.

7 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Manfaat Teoritis a. Menyumbangkan informasi tentang pentingnya persepsi dosen keperawatan terhadap pelaksanaan OSCA. b. Sebagai bahan referensi atau sumber data untuk penelitian sejenis selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Dosen pendidikan Memberikan informasi sebagai acuan untuk mengetahui pandangan dosen keperawatan terhadap pelaksaan OSCA. b. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan dalam proses belajarmengajar mengenai pelaksanaan OSCA. c. Peneliti Mendapatkan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian danmemperkaya pengetahuan sebagai peran perawat peneliti dan memanfaatkanhasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. E. Keaslian Penelitian 1. Byrne et all (2008) yang berjudul Lectures Experiences and Perspectives of Using an Objective Structured Clinical Examination.

8 Penelitian ini menekankan pada CI atau Perawat pendidik dalam melakukan penilaian klinis terhadap mahasiswa sarjana keperawatan di Rumah Sakit. Penelitian ini berfokus pada 2 tema yaitu persiapan OSCE dan proses ketika OSCE. Penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi dan memotivasi Clinical Instructur atau Perawat pendidik dalam melaksanakan ujian OSCE. Sebagai fasilitator pembelajaran, ada kebutuhan Clinical Instructur atau Perawat pendidik untuk memanfaatkan metode yang lebih inovatif untuk menilai mahasiswa sarjana keperawatan di masa yang akan datang dan juga untuk memelihara sistem pembelajaran jangka panjang yang lebih baik. Perbedaan penelitian ini terletak pada subjek penelitian yaitu CI atau Perawat pendidik sedangkan persamaannya sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif. 2. East et all (2014) yang berjudul Evaluating Objective Clinical Assesment (OSCA) In Undergraduate Nursing. Penelitian ini menekankan pada bagaimana penilai/dosen menentukan tujuan objective structured clinikal assesment (OSCA) untuk mahasiswa sarjana keperawatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode campuran untuk mengumpulkan data baik dari akademis maupun klinik yang terlibat dalam penilaian OSCA sedangkan peneliti menggunakan metode kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan melalui survei. Selain itu wawancara dilakukan dengan kelompok penilai OSCA untuk mengekplorasi pengalaman mereka. Kriteria sample pada penelitian ini

9 adalah 42 dosen yang menjadi penguji OSCA, 25 dosen dengan survey, dari 25 partisipan 16 orang dilakukan wawancara (kualitatif) sedangkan peneliti menggunakan kriteria sample dosen keperawatan yang sudah menjadi penguji minimal 5 tahun dan sebanyak 6 orang dilakukan secara wawancara (kualitatif). 3. Andrianie (2013) yang berjudul Pengaruh Karakteristik Penguji Terhadap Derajat Kesesuaian Antar-Penguji Objective Structured Clinical Examination (OSCE) Di Program Studi D3 Kebidanan Fakultas Kedokteran Unpad. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian potong silang. Sampel penelitian ini adalah seluruh dosen tetap bidan berjumlah 16 orang, 10 mahasiswa Program Studi D3 Kebidanan FK Unpad semester 6 dan 2 orang pasien simulasi. Analisis penelitian untuk melihat derajat kesesuain antar-penguji menggunakan Fleiss Kappa sedangkan untuk melihat pengaruh karakteristik penguji terhadap derajat kesesuaian antar-penguji digunakan uji t tidak berpasangan, uji Mann- Whitney dan uji Kruskal-Wallis sedangkan penelitian peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan sampel penelitiannya dosen keperawatan berjumlah 6 orang yang minimal sudah menguji OSCA minimal 5 tahun. 4. Permana & Dewi (2016) Persepsi Dosen Tentang Interprofesional Education (Ipe) Di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Skripsi Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.yang berjudul Persepsi Dosen Tentang Interprofesional Education di Universitas

10 Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan teknik penentuan sampel secara total sampel. Pengambilan data kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Studi kuantitatif dilakukan terhadap 8 dosen keperawatan, 7 dosen farmasi, dan 8 dosen kedokteran. Penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sama-sama meneliti variabel persepsi perbedaannya penelitian ini persepsi dosen tentang IPE sedangkan peneliti persepsi dosen tentang OSCA. Pada penelitian kali ini pendekatan yang dilakukan sama-sama menggunakan kuantitatif. Sampel penelitian juga memiliki perbedaan, dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah dosen program studi jurusan keperawatan, fakultas farmasi, dan fakultas kedokteran. Sedangkan pada penelitian ini sampelnya adalah dosen program studi jurusan keperawatan.