VII. ANALISIS LINGKUNGAN DAN LEGALITAS A. Aspek Lingkungan Dari setiap proses produksi di dalam industri pasti menghasilkan limbah, baik yang bersifat merugikan ataupun menguntungkan. Limbah yang sifatnya merugikan dapat menyebabkan terjadinya pencemaran. Pencemaran pada tiap tahap proses produksi tidak dapat dihilangkan atau dihindari tetapi pencemaran dapat dicegah sehingga menimbulkan dampak yang seminimal mungkin. Industi biskuit ikan menghasilkan limbah berupa limbah padat, cair, dan gas. Namun jumlah limbah yang dihasilkan relatif kecil dan tidak membahayakan. Limbah padat yang dihasilkan dari industri ini berasal dari proses penghalusan daging ikan menjadi tepung, yaitu berupa ceceran tepung yang terjatuh dari mesin penggiling dan cangkang telur dari telur ayam yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan biskuit ikan. Limbah padat ini tidak tergolong limbah berbahaya bagi lingkungan, terlebih lagi jumlahnya yang sedikit, sehingga dapat dibuang secara langsung ataupun dikumpulkan untuk kemudian dijual kepada peternak sebagai tepung pakan ternak dan pengrajin cangkang telur. Selain limbah padat yang dihasilkan dari proses produksi, kemasan yang digunakan untuk mengemas produk dan kemasan yang berasal dari bahan baku yang digunakan, seperti kemasan tepung terigu dan gula bubuk juga dapat menjadi sumber limbah padat industri. Misalnya kemasan produk yang cacat ataupun rusak dan kemasan tepung terigu yang telah habis akan menjadi potensi dihasilkannya limbah padat. Limbah berupa kemasan akan ditampung dan dibuang secara berkala ke tempat pembuangan samapah ataupun dikumpulkan untuk kemudian dijual ke pengrajin sampah kemasan. Limbah lain yang dihasilkan industri tepung dan biskuit ikan adalah limbah cair yang berasal dari proses pengepresan ikan lele dumbo, pencucian peralatan, dan limbah domestik dari kegiatan sanitasi (MCK). Limbah yang berasal dari sanitasi akan ditampung dengan menggunakan septic tank, sedangkan limbah yang dihasilkan dari pengepresan ikan lele dumbo akan dimanfaatkan kembali untuk dijadikan suplemen minyak ikan dalam bentuk softgel karena dari proses pengepresan dihasilkan jumlah minyak yang cukup banyak dan mengandung omega 6 yang tinggi. Pembuatan sofgel minyak ikan lele dumbo, pada saat ini dalam proses penelitian lebih lanjut. Selain kedua jenis limbah di atas, industri tepung dan biskuit ikan juga menghasilkan limbah berupa gas yang berasal dari proses produksi dan kendaraan bermotor. Limbah yang dihasilkan dapat menyebabkan penurunan terhadap penurunan kualitas udara terutama pada proses pemasakan ikan lele dumbo dan debu yang dihasilkan dari proses pengeringan ikan lele dumbo dengan menggunakan drum dryer. Udara yang dihembuskan masih mengandung material produk yang dapat mengakibatkan kehilangan sekaligus mengotori udara lingkungan pabrik. Pengelolaan limbah gas difokuskan untuk menjaga kualitas udara dan debu di lokasi oabrik dan sekitarnya agar berada di bawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah sekaligus meminimalkan kehilangan produk akibat terbawa udara pengeluaran. Pada penanganan limbah gas, pabrik memanfaatkan penggunaan penyaring dan exhaust fan. Exhaust fan berfungsi untuk membuang limbah gas ke udara bebas sehingga limbah gas yang terlepas dapat terurai di udara bebas. 84
B. Aspek Legalitas Tiap perusahaan atau industri yang didirikan haruslah mendapatkan pengakuan secara hukum dari pihak terkait, dalam hal ini adalah pemerintah. Pengakuan atau legalitas suatu perusahaan bertujuan untuk mengetahui keberadaan industri tersebut, memberikan kemudahan dalam menjalankan kegiatan usaha, dan mendapatkan dukungan serta terikat pada kebijakan yang berlaku di lokasi pendirian perusahaan. Dalam melegalisasi pendirian suatu industri perlu dibentuk menjadi suatu badan usaha, begitu pula dengan industri tepung dan biskuit ikan yang akan didirikan. 1. Badan Usaha Bentuk badan usaha dari industri tepung dan biskuit ikan yang didirikan adalah Perseroan Terbatas (PT) yang merupakan badan hukum persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian, dan melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 dan peraturan pelaksanaannya. Pemilihan bentuk badan usaha berupa Perseroan Terbatas dikarenakan industri tepung dan biskuit ikan yang akan didirikan merupakan kerja sama dari tiga orang penanam modal. Selain itu, bentuk badan usaha Perseroan Terbatas memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut. a. Terstruktur dengan baik Terdapat pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi yang bertugas langsung mengelola perusahaan dan komisaris yang bertanggung jawab sebagai pengawas. b. Efisiensi manajemen Manajemen dan spesialisasi memungkinkan pengelolaan modal yang efisien sehingga memungkinkan untuk melakukan ekspansi. Dengan menempatkan orang yang tepat, maka dapat memaksimumkan modal yang tersedia. c. Kewajiban terbatas Tidak seperti bentuk usaha Partnership, pemegang saham sebuah PT tidak memiliki kewajiban untuk obligasi dan hutang perusahaan. Akibatnya kehilangan potensial yang terbatas tidak akan melebihi dari jumlah yang mereka bayarkan terhadap saham. Tidak hanya mengizinkan perusahaan untuk melaksanakan dalam usaha yang beresiko, tetapi kewajiban terbatas juga membentuk dasar untuk perdagangan di saham perusahaan. d. Masa hidup abadi Aset dan struktur perusahaan dapat melewati masa hidup dari pemegang saham dan pengurusnya. Hal ini menyebabkan stabilitas modal yang dapat menjadi investasi dalam proyek yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang lebih panjang dari aset perusahaan tetap dapat menjadi subyek disolusi dan penyebaran. Kelebihan ini juga sangat penting dalam periode pertengahan. Perusahaan biskuit ikan yang didirikan bernama PT. Carmelitha Lestari yang diberikan oleh salah seorang pemegang saham. Pendirian perusahaan ini merupakan salah satu langkah dalam pemanfaatan bahan baku lokal yang tersedia sangat banyak di Indonesia dan memberikan makanan tambahan bergizi tinggi bagi balita kurang mampu. Visi dan Misi PT. Carmelitha Lestari adalah sebagai berikut. 85
Visi: Menjadi perusahaan pangan berbasis hewani terpadu yang terkemuka dan memberi manfaat maksimal bagi masyarakat. Misi: - Mengembangkan potensi usaha perusahaan dalam bidang pangan sehat dan bergizi dengan harga terjangkau. 2. Perizinan - Membangun industri pengolahan pangan dengan memanfaatkan potensi kekayaan alam Indonesia yang berorientasi pada peningkatan nilai tambah dan kualitan produk. - Dalam jangka panjang, berperan aktif meningkatkan daya saing produk pangan Indonesia di pasar global, sehingga dapat memberikan kontribusi pada devisa negara dan perekonomian nasional, serta kesejahteraan masyarakat sebagai wujud kepedulian dan tanggung jawab perusahaan. Dalam proses pendirian PT. Carmelitha Lestari ini diperlukan beberapa langkah perizinan, yaitu dengan menggunakan akte resmi yang dibuat oleh notaris yang didalamnya tercantum nama lain dari Perseroan Terbatas, modal, bidang usaha, alamat perusahan, dan yang lainnya. Berdasarkan UU N0. 40 Tahun 2007, syarat-syarat pendirian PT secara formal adalah sebagai berikut. a. Pendiri minimal dua orang atau lebih (pasal 7 ayat 1). b. Akte notaris berbahasa Indonesia. c. Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham, kecuali dalam rangka peleburan (pasal 7 ayat 2 dan 3). d. Akte pendirian harus disahkan oleh Menteri Kehakiman dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia (pasal 7 ayat 4). e. Modal dasar minimal Rp 50.000.000,00 dan modal disetor minimal 25% dari modal dasar (pasal 32 dan 33). f. Minimal terdapat satu orang direktur dan satu orang komisaris (pasal 92 ayat 3 dan pasal 108 ayat 3). g. Pemegang saham harus WNI atau badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia, kecuali PT. Penanaman Modal Asing. Persyaratan material yang harus dipenuhi berupa kelengkapan dokumen yang harus disampaikan kepada Notaris pada saat penandatanganan akte pendirian adalah sebagai berikut. a. KTP dari para pendiri (minimal dua orang dan bukan suami istri). Apabila pendirinya hanya suami istri (dan tidak pisah harta) maka, harus ada satu orang lain yang bertindak sebagai pemegang saham/ pendiri. b. Modal dasar dan modal disetor. c. Jumlah saham yang diambil oleh masing-masing pendiri. d. Susunan direksi dan komisaris serta jumlah dewan direksi dan dewan komisaris. 86
Selain itu, untuk izin-izin perusahaan berupa surat keterangan domisili perusahaan, NPWP perusahaan, SIUP, TDP/ WDP, dan PKP, maka dokumen-dokumen pelengkap yang diperlukan adalah sebagai berikut. a. Kartu Keluarga Direktur Utama. b. NPWP Direksi. c. Salinan perizinan sewa gedung berikut surat keterangan domisili dari pengelola gedung (apabila kantornya bertatus sewa), sedangkan apabila berstatus milik sendiri, maka diperlukan salinan sertifikat tanah dan PBB terakhir berikut bukti lunasnya. d. Pas foto Direktur Utama/ penanggung jawab ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. e. Foto kantor tampak depan dan dalam (ruangan berisi meja, kursi, komputer berikut satu hingga dua orang pegawainya). Biasanya ini dilakukan untuk mempermudah pada waktu survei lokasi untuk PKP atau SIUP. f. Stempel/ cap perusahaan. Adapun proses teknis pendirian PT adalah sebagai berikut. a. Pemesanan nama - Kuasa pengurusan hanya bisa kepada Notaris - Dalam jangka waktu maksimal 60 hari, harus diajukan pengesahannya ke Departemen Kehakiman atau nama menjadi expired. b. Pembuatan akta Notaris. c. Pengurusan ijin domisili & Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Perseroan sekaligus pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) & Berita Negara Republik Indonesia (BNRI). d. Pembukaan rekening Perseroan dan menyetorkan modal ke kas Perseroan. e. Permohonan pembuatan Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Ijin Usaha lain yang terkait sesuai dengan maksud & tujuan usaha. f. Pembuatan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) sekaligus pendaftaran Perseroan untuk memenuhi kriteria Wajib Daftar Perusahaan (WDP). Pada waktu pendaftaran, asli-asli dokumen harus diperlihatkan. g. Pengumuman pada BNRI. Disamping itu, terdapat pula SOP izin gangguan (IG/HO) berdasarkan peraturan daerah Kabupaten Bogor No. 25 Tahun 1998 tentang Retribusi Izin Gangguan. SOP IG ini bertujuan untuk tertib administrasi dan tertib hukum dalam melakukan kegiatan usaha baik yang dilakukan oleh perorangan atau badan hukum. Sasaran dan objek yang dikenakan SOP IG adalah setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan atau memperluas tempat usahanya dilokasi tertentu yang dapat 87
menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Persyaratan permohonan baru izin gangguan adalah sebagai berikut. a. Surat permohonan IG yang ditandatangani oleh pemohon di atas materai. b. Surat kuasa bila pengurus perizinan dikuasakan kepada orang lain. c. Fotokopi KTP pemohon atau Surat Izin Tinggal Sementara (khusus untuk Penanaman Modal Asing). d. Fotokopi IMB. e. Fotokopi pemilikan tanah, dan jika pemohon bukan sebagai pemilik tanah, harus menyampaikan akta otentik yang menerangkan hubungan hukum antara pemohon dengan obyek tanah dalam bentuk: perjanjian sewa menyewa; perjanjian pinjam pakai; atau perjanjian dalam bentuk lain. (Sepanjang para pihak yang menandatangani perjanjian sewa menyewa, perjanjian pinjam pakai, atau perjanjian dalam bentuk lainnya bukan pemilik dan atau pengurus perusahaan) f. Fotokopi akte pendirian perusahaan (khusus Perseroan Terbatas harus melampirkan pengesahan pendirian perusahaan dari Menteri Hukum dan Ham). g. NPWP h. Fotokopi SPPT dan STTS PBB tahun terakhir. i. Surat persetujuan tetangga radius 200 meter dari lokasi dan dilampiri fotokopi KTP, penandatanganan diketahui RT, RW dan Desa/ Kelurahan. j. Melampirkan dokumen Amdal atau UKL/UPL untuk usaha tertentu. k. Fotokopi surat persetujuan dari BKPM (khusus untuk PMA dan PMDN). Jangka waktu penyelesaian izin gangguan baru adalah maksimal 12 hari kerja setelah pemohon memenuhi persyaratan dengan lengkap dengan masa berlaku izin gangguan selama 3 tahun dan dapat diperpanjang apabila memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Biaya retribusi untuk izin gangguan permohonan baru, yaitu: Luas ruangan usaha 100 m2 pertama x indeks lokasi x indeks gangguan x Rp 500 Luas ruangan usaha selebihnya x indeks lokasi x indeks gangguan x Rp 250 Penetapan indeks gangguan didasarkan pada besar kecilnya gangguan dengan klasifikasi sebagai berikut. a. Intensitas gangguan besar / tinggi indeks: 5 b. Intensitas gangguan sedang indeks: 3 c. Intensitas gangguan kecil indeks: 2 88
Penetapan indeks jalan didasarkan pada letak/ lokasi perusahaan dengan klasifikasi sebagai berikut. a. Lokasi di Jalan Negara, indeks : 5 b. Lokasi di Jalan Propinsi, indeks : 4 c. Lokasi di Jalan Kabupaten, indeks : 3 d. Lokasi di Jalan Desa, indeks : 2 C. Pajak Pendirian industri tepung dan biskuit ikan tidak terlepas dari kewajiban pajak yang dibebankan, sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah badan yang terdiri dari Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Perseroan atau perkumpulan lainnya, Firma, Kongsi, dan yayasan atau lembaga untuk usaha tetap. Penentuan besar pajak penghasilan yang dilakukan berdasarkan UU perpajakan No. 36 Tahun 2008 ayat 1b yang menyatakan bahwa pajak penghasilan untuk suatu badan dalam negeri dan bentuk badan usaha adalah sebesar 28%. 89