KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

Transkripsi

1 KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENERBITAN ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API) DI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (2) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M- DAG/PER/5/2012 tentang Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M- DAG/PER/12/2012 dan untuk meningkatkan kepastian berusaha, mendukung percepatan pelayanan kepada dunia usaha, serta memperlancar kegiatan di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas guna peningkatan pelaksanaan penanaman modal; b. bahwa Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun Nomor 04 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerbitan Angka Pengenal Importir (API) Di Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun yang merupakan pelaksanaan dari ketentuan Pasal 4B ayat (2) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 45/M- DAG/PER/9/2009 tentang Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-DAG/PER/7/2011, telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2012 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/PER/12/2012; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Ketua Dewan Kawasan tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerbitan Angka Pengenal Importir (API) Di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2000 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4053) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4775); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724); 4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4757) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5195); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4758); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4759);

3 8. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Perlakuan Kepabeanan, Perpajakan, dan Cukai serta Tata Laksana Pemasukan dan Pengeluaran Barang Ke dan Dari serta Berada di Kawasan yang telah Ditetapkan Sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5277); 9. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Bidang Penanaman Modal; 10. Keputusan Presiden Nomor 9 tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam; 11. Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Bintan; 12. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2008 tentang Dewan Kawasan Perdagangan Bebas Dan Pelabuhan Bebas Karimun; 13. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28/M-DAG/PER/6/2009 tentang Ketentuan Pelayanan Perijinan Ekspor dan Impor dengan Sistem Elektronik Melalui INATRADE Dalam Kerangka Indonesia National Single Window; 14. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/9/2012 tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/PER/12/2012; 15. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Nomor 1 Tahun 2008 tentang Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan Nomor 04 Tahun 2010; 16. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun Nomor 2 Tahun 2008 tentang Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun; 17. Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 3 Tahun 2008 tentang Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Nomor 03 Tahun 2011;

4 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENERBITAN ANGKA PENGENAL IMPORTIR (API) DI KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN. Pasal 1 Dalam Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemasukan adalah kegiatan memasukkan/impor barang ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 2. Angka Pengenal Importir, yang selanjutnya disingkat API adalah tanda pengenal sebagai importir. 3. Importir adalah orang perorangan atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang melakukan kegiatan impor. 4. Angka Pengenal Importir Umum, yang selanjutnya disingkat API-U adalah tanda pengenal yang diberikan kepada perusahaan yang melakukan impor barang untuk keperluan kegiatan usaha dengan memperdagangkan atau memindahtangankan barang kepada pihak lain. 5. Angka Pengenal Importir Produsen, yang selanjutnya disingkat API-P adalah tanda pengenal yang diberikan kepada perusahaan yang melakukan impor barang untuk dipergunakan sendiri, sebagai bahan baku, bahan penolong, dan/atau untuk mendukung proses produksi dan dilarang untuk diperdagangkan atau dipindahtangankan kepada pihak lain. 6. Tes Pasar adalah kegiatan untuk menjual barang industri tertentu yang diimpor oleh Produsen yang belum dapat diproduksinya dengan tujuan untuk mengetahui reaksi pasar dan digunakan dalam rangka pengembangan usahanya. 7. Barang Komplementer adalah barang industri tertentu yang terkait dengan izin usaha industrinya, yang diimpor oleh Importir Produsen yang berasal dari dan dihasilkan oleh perusahaan luar negeri yang memiliki hubungan istimewa dengan importir.

5 8. Hubungan istimewa adalah hubungan antara perusahaan pemilik API dengan perusahaan yang berada di luar negeri dimana salah satu pihak mempunyai kemampuan mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain sesuai standar akuntansi yang berlaku. 9. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan dan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun, yang selanjutnya disebut Kawasan Bebas adalah suatu kawasan yang berada dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik lndonesia yang terpisah dari Daerah Pabean sehingga bebas dari pengenaan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Cukai. 10 Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan Landas Kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan. 11. Dewan Kawasan Batam, Dewan Kawasan Bintan, dan Dewan Kawasan Karimun, yang selanjutnya disebut Dewan Kawasan adalah Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 12. Badan Pengusahaan Kawasan adalah Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 13. Ketua Dewan Kawasan adalah Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 14. Kepala Badan Pengusahaan Kawasan adalah Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Bintan, dan Kepala Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Karimun. 15. Kantor Pabean adalah kantor dalam lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Kepabeanan.

6 16. Perusahaan adalah perusahaan, badan usaha, atau kontraktor di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya yang melakukan kegiatan usaha, berdasarkan perjanjian kontrak kerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia, yang didirikan dan berdomisili di Kawasan Bebas. Pasal 2 (1) Pemasukan barang ke Kawasan Bebas hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan pemilik API yang telah melakukan registrasi di Badan Pengusahaan Kawasan. (2) API sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. API Umum (API-U); dan b. API Produsen (API-P). (3) API-U sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diberikan hanya kepada perusahaan yang melakukan impor kelompok/jenis barang yang tercakup dalam 1 (satu) bagian (section) sebagaimana tercantum dalam Sistem Klasifikasi Barang berdasarkan peraturan perundang-undangan. (4) Perusahaan pemilik API-U dapat mengimpor kelompok/jenis barang lebih dari 1 (satu) bagian (section) apabila: a. perusahaan pemilik API-U tersebut mengimpor barang yang dihasilkan oleh perusahaan di luar negeri yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan pemilik API-U dimaksud; atau b. perusahaan pemilik API-U tersebut merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara. (5) Kelompok/jenis barang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tercantum dalam API-U yang diberikan kepada masingmasing perusahaan. (6) Bagian (section) dalam Sistem Klasifikasi Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini. (7) Hubungan istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a dapat diperoleh melalui: a. persetujuan kontraktual untuk berbagi pengendalian terhadap suatu aktivitas ekonomi; b. kepemilikan saham; c. anggaran dasar; d. perjanjian keagenan/distributor;

7 e. perjanjian pinjaman (loan agreement); atau f. perjanjian penyediaan barang (supplier agreement). (8) Setiap Perusahaan hanya dapat memiliki 1 (satu) jenis API. Pasal 3 (1) Kewenangan penerbitan API untuk perusahaan di Kawasan Bebas berada pada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan. (2) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan dapat mendelegasikan kewenangan penerbitan API kepada Pejabat dari Unit Kerja terkait di lingkungannya sesuai kebutuhan dalam penerbitan API. Pasal 4 (1) Untuk memperoleh API-U dan API-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, perusahaan di bidang penanaman modal harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan, dengan melampirkan: a. fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya serta pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; b. fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku dari kantor kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa atau kontrak tempat berusaha; c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) perusahaan sesuai dengan domisilinya; d. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP); e. fotokopi Pendaftaran Penanaman Modal atau Izin Prinsip Penanaman Modal atau izin usaha di bidang industri atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh Kepala BKPM, untuk API-P; f. fotokopi izin usaha di bidang perdagangan impor yang diterbitkan oleh Kepala BKPM, untuk API-U; g. fotokopi Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), khusus untuk tenaga kerja asing yang menandatangani API; h. referensi dari Bank Devisa, untuk API-U; i. fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan kuasa Direksi; j. pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing Direksi dan kuasa Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm; dan;

8 k. untuk API-U yang mengimpor kelompok/jenis barang lebih dari 1 (satu) bagian (section) sebagaimana tercantum dalam Sistem Klasifikasi Barang berdasarkan peraturan perundang-undangan harus melampirkan: 1. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik API-U yang menyatakan memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan yang berada di luar negeri; dan 2. bukti hubungan istimewa yang ditandasahkan oleh Atase Perdagangan atau pejabat diplomatik/konsuler/ perwakilan Republik Indonesia di luar negeri tempat dimana perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di luar negeri berada. (2) Untuk memperoleh API-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf b, Badan usaha atau kontraktor di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya yang melakukan kegiatan usaha, berdasarkan perjanjian kontrak kerja sama dengan Pemerintah Republik Indonesia harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan, dengan melampirkan: a. salinan Kontrak Kerjasama dengan Pemerintah atau Badan Pelaksana yang dibentuk oleh Pemerintah untuk melakukan pengendalian kegiatan usaha di bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta pengelolaan sumber daya alam lainnya; b. asli rekomendasi dari Pemerintah atau Badan Pelaksana sebagaimana dimaksud pada huruf a; c. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan usaha atau kontraktor; d. pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing penanggung jawab kontraktor Kontrak Kerjasama 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm; dan e. fotokopi bukti identitas/paspor masing-masing penanggung jawab. (3) Untuk memperoleh API-U dan API-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, perusahaan harus mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan, dengan melampirkan: a. fotokopi Akta Notaris Pendirian Perusahaan dan perubahannya;

9 b. fotokopi surat keterangan domisili kantor pusat perusahaan yang masih berlaku dari kantor Kelurahan setempat atau fotokopi perjanjian sewa tempat berusaha dengan pengelola atau pemilik bangunan; c. fotokopi izin usaha di bidang perdagangan yang diterbitkan oleh Kepala Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal di Provinsi/Kabupaten/Kota atau Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh instansi/dinas teknis yang berwenang di bidang perdagangan, untuk API-U; d. fotokopi Pendaftaran Penanaman Modal atau izin Prinsip Penanaman Modal atau izin usaha di bidang industri atau izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh Kepala Instansi Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Penanaman Modal di Provinsi/Kabupaten/Kota atau instansi/dinas teknis yang berwenang, untuk API-P; e. fotokopi Tanda Daftar Perusahaan (TDP); f. fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan atau perseorangan dan Penanggung Jawab Perusahaan; g. referensi dari Bank Devisa, untuk API-U; h. fotokopi KTP atau Paspor penandatangan API yaitu Direksi dan kuasa Direksi; i. pas foto terakhir dengan latar belakang warna merah masing-masing Pengurus atau Direksi Perusahaan 2 (dua) lembar ukuran 3 x 4 cm; dan j. untuk API-U yang mengimpor kelompok/jenis barang lebih dari 1 (satu) bagian (section) sebagaimana tercantum dalam Sistem Klasifikasi Barang berdasarkan peraturan perundang-undangan harus melampirkan: 1. surat pernyataan bermeterai cukup dari pemilik API-U yang menyatakan memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan yang berada di luar negeri; dan 2. bukti hubungan istimewa yang ditandasahkan oleh Atase Perdagangan atau pejabat diplomatik/konsuler/ perwakilan Republik Indonesia di luar negeri tempat dimana perusahaan yang memiliki hubungan istimewa di luar negeri berada. (4) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan menerbitkan API sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) paling lama 5 (lima) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima secara lengkap dan benar.

10 (5) Bentuk formulir isian untuk memperoleh API-U atau API-P sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tercantum dalam Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V, dan Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Dewan Kawasan ini. Pasal 5 (1) API berlaku untuk setiap kegiatan impor di seluruh wilayah Indonesia. (2) API berlaku untuk kantor pusat dan seluruh kantor cabangnya yang memiliki kegiatan usaha sejenis. (3) API berlaku selama Perusahaan masih menjalankan kegiatan usahanya. (4) Perusahaan pemilik API wajib melakukan pendaftaran ulang di Badan Pengusahaan Kawasan setiap 5 (lima) tahun sejak tanggal penerbitan. (5) Pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah masa 5 (lima) tahun. Pasal 6 (1) Perusahaan pemilik API dalam melakukan pemasukan tunduk pada ketentuan: a. larangan memasukkan barang yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan; b. barang yang dimasukkan harus dalam keadaan baru kecuali barang yang diperbolehkan dimasukkan dalam keadaan bukan baru berdasarkan Peraturan perundangundangan; dan c. pengaturan pemasukan dan ketentuan verifikasi atau penelusuran teknis yang diatur berdasarkan Peraturan Perundang-undangan. (2) Pemilikan API tidak melepaskan kewajiban yang harus dipenuhi oleh Perusahaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang impor. Pasal 7 (1) Perusahaan pemilik API wajib melaporkan realisasi impor baik dalam hal terealisasi maupun tidak terealisasi yang dilakukan sekali dalam 3 (tiga) bulan kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan.

11 (2) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan menyampaikan laporan rekapitulasi realisasi impor masing-masing Perusahaan pemilik API secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Ketua Dewan Kawasan. (3) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan menyampaikan laporan rekapitulasi penerbitan API-U dan API-P secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Menteri Perdagangan dalam hal ini Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri dan Ketua Dewan Kawasan. Pasal 8 (1) Perusahaan pemilik API wajib melaporkan setiap perubahan yang terkait dengan data API paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi perubahan kepada Kepala Badan Pengusahaan Kawasan, dengan tembusan kepada Direktur Impor. (2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. perubahan bentuk badan usaha, susunan pengurus/direksi, nama dan alamat perusahaan serta Nomor Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau surat izin usaha dari instansi terkait, Nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Nomor Surat Keterangan Domisili, untuk perusahaan pemilik API-U; atau b. perubahan bentuk badan usaha, susunan pengurus/ direksi, nama dan alamat perusahaan dan Nomor Izin Usaha Industri (IUI) atau izin usaha industri lain dari instansi terkait, Nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan/atau Nomor Surat Keterangan Domisili, untuk perusahaan pemilik API-P. (3) Setiap terjadi perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perusahaan pemilik API-U atau API-P wajib mengajukan permohonan perubahan API-U atau API-P dengan melampirkan: a. dokumen perubahan yang telah diperbaharui; b. melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; dan c. menyampaikan Asli API yang lama. (4) Unit Kerja yang diberi pendelegasian penerbitan API menerbitkan API-U atau API-P perubahan paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak diterimanya permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) secara lengkap dan benar.

12 (5) Bentuk formulir isian perubahan API-U atau API-P sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Dewan Kawasan ini. Pasal 9 (1) API dibekukan apabila perusahaan pemilik API dan/atau Pengurus/Direksi perusahaan pemilik API: a. tidak melakukan pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4); b. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; dan/atau c. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (2) Bentuk surat pembekuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Dewan Kawasan ini. Pasal 10 (1) API yang telah dibekukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dapat diaktifkan kembali apabila: a. telah melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4); b. telah melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; dan/atau c. telah melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8. (2) Bentuk surat pengaktifan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Dewan Kawasan ini. Pasal 11 (1) API dicabut apabila Perusahaan pemilik API dan/atau Pengurus/Direksi Perusahaan pemilik API: a. mengalami pembekuan API sebanyak 2 (dua) kali; b. tidak melaksanakan kewajiban pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (4) paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pembekuan;

13 c. tidak melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 atau tidak melaksanakan kewajiban pelaporan perubahan data sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pembekuan; d. menyampaikan informasi atau data yang tidak benar dalam dokumen permohonan API; e. tidak bertanggungjawab atas barang yang diimpor; f. melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang impor; g. menyalahgunakan dokumen impor dan surat-surat yang berkaitan dengan impor; atau h. dinyatakan bersalah oleh pengadilan atas tindak pidana yang berkaitan dengan penyalahgunaan API dan telah berkekuatan hukum tetap. (2) Bentuk surat pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini. Pasal 12 (1) Dalam hal API dicabut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) huruf a, huruf b, dan/atau huruf c, perusahaan hanya dapat mengajukan permohonan API baru setelah 1 (satu) tahun sejak tanggal pencabutan API. (2) Dalam hal API dicabut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf ayat (1) d, huruf e, huruf f, huruf g, dan/atau huruf h, perusahaan hanya dapat mengajukan permohonan API baru setelah 2 (dua) tahun sejak tanggal pencabutan API. Pasal 13 Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 harus mengajukan permohonan dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dan mengembalikan API asli yang telah dicabut. Pasal 14 (1) Pembekuan, pengaktifan kembali, dan pencabutan API-U dan API-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11, dilakukan oleh Kepala Badan Pengusahaan Kawasan.

14 (2) Kepala Badan Pengusahaan Kawasan menyampaikan surat pemberitahuan pembekuan, pengaktifan kembali dan pencabutan API-U dan API-P sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11, kepada perusahaan yang bersangkutan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Ketua Dewan Kawasan, Kantor Pabean di Kawasan Bebas, Kepala Dinas Provinsi, Kepala Dinas Kabupaten/Kota dan Kepala PDPPM Kabupaten/Kota di lokasi perusahaan berdomisili Pasal 15 (1) API-U dan API-P yang telah diterbitkan berdasarkan Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Nomor 04 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerbitan Angka Pengena Importir (API) Di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun, wajib disesuaikan dengan Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini paling lambat tanggal 31 Maret (2) API-U dan API-P yang telah diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API), wajib disesuaikan dengan Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini paling lambat tanggal 30 Juni Pasal 16 (1) Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini, tetap menggunakan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27/M- DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Angka Pengenal Importir (API) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 84/M-DAG/PER/12/2012. (2) Ketentuan lebih lanjut berupa petunjuk teknis dapat ditetapkan oleh Kepala Badan Pengusahaan Kawasan. Pasal 17 Pada saat Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini mulai berlaku, Peraturan Ketua Dewan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Nomor 04 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penerbitan Angka Pengenal Importir (API) Di Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam/Bintan/Karimun, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

15 Pasal 18 Peraturan Ketua Dewan Kawasan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Tanjungpinang pada tanggal 6 Maret 2013 KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN Ttd. H. MUHAMMAD SANI