BAB V GAMBARAN UMUM RUMAH SUTERA ALAM 5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Rumah Sutera Alam memulai kegiatannya pada tahun 2001. Dengan bantuan beberapa karyawan, Bapak H. Tatang Godzali yang merupakan pemiliki dan pimpinan utama Rumah Sutera Alam. Beliau adalah seorang pensiunan perkebunan yang memiliki luas tanah dan bangunan sekitar empat Hektar yang terletak di bawah kaki Gunung Salak. Bapak Tatang memulai usaha dengan penanaman murbei di lahan miliknya dengan luas 1,5 hektar dan menjadi petani penghasil kokon dibawah asuhan PT Indojado, sebuah perusahaan Korea yang menghasilkan benang sutera yang terbesar di Asia Tenggara. Prestasi sebagai petani terus berkembang, sehingga banyak sekali kunungan dari manajemen Indojado yang datang untuk melihat usaha berternak ulat sutera dan perkembangannya. Tanpa disadari hubungan antara penyuluh lapangan, manajemen Indojado membentuk suatu keyakinan bahwa ulat sutera ini perlu ditekuni dan dikembangkan dengan orientasi komersil. Pada tahun 2002, kegiatan Rumah Sutera terus berkembang dengan menghasilkan benang sutera dengan membeli mesin bekas dan menggunakan tenaga ahlinya dari sentra sentra pesuteraan alam. Pada awalnya, hasil benang sutera Rumah Sutera Alam dikomplain oleh perusahaan yang diminta untuk kerjasama produksi bahakan ditolak karena kualitas yang di bawah standar. Oleh karena itu, Rumah Sutera melengkapi alat produksi agar dapat menghasilkan benang sutera yang memiliki kualitas sesuai dengan standar yang ada. Demikian seterusnya sehingga rumah sutera memiliki serangkaian proses produksi, dari budidaya murbei, budidaya ulat sutera, proses pengolahan kokon hingga menjadi benang yang siap tenun dan akhirnya tersedia fasilitas tenun bukan mesin (ATBM). Usaha pembuatan kain sutera yang terus berkembang menyebabkan para pengunjung Rumah Sutera tidak hanya ingin membeli benang atau kain sutera namun, ingin melihat bproses pembuatan kain sutera dari hulu hingga hilir. Dengan permintaan dan keinginan para pengunjung yang terus meningkat, pada
tahun akhir tahun 2006 dengan potensi luas lahan yang luas Rumah Sutera mengubah konsep wisata menjadi eduwisata dan mengubah nama perusahaan Rumah Sutera menjadi Rumah Sutera Alam, yang dimana pengunjung dapat melihat kegiatan agribinis ulat sutera secara lengkap. Dengan perubahan tersebut maka kegiatan perusahaan Rumah Sutera Alam yang dijalankan yaitu: 1. Unit usaha produksi sutera yang terdiri dari budidaya murbei hingga penjualan produk ulat sutera di galeri Rumah Sutera Alam dengan produk yang dijual seperti benang sutera, kain sutera polos dan bermotif, teh murbei, gantungan kunci kokon, pensil kokon dan sebagainya. Pada proses budidaya ulat sutera perusahaan menggunakan sistem petani plasma. Sedangkan untuk motif kain sutera perusahaan bekerjasama dengan pembuat motif batik di daerah Purwokerto. 2. Unit Eduwisata, dengan luas lahan empat hektar Rumah Sutera Alam selalu digunakan sebagai tempat wisata sambil belajar baik tentang pesuteraan alam maupun tentang pembuatan teh murbei, dengan target anak sekolah, perkumpulan ibu ibu. Sedangkan, produk yang ditawarkan seperti info tentang produksi kain sutera dan teh murbei, penginapan dua cottages, hingga potensi alam sekitar lainnya. 3. Pelatihan, bekerjasama dengan pemerintah daerah dan dinas kehutanan Rumah Sutera Alam menyediakan tempat sebagai tempat pelatihan, seminar, maupun berbagai pengalaman demi pengembangan persuteraan alam Indonesia. 5.2 Visi dan Misi Rumah Sutera Alam Visi Rumah Sutera Alam adalah menjadikan Rumah Sutera Alam sebagai pusat pengembangan industri sutera di Indonesia, dengan semangat meningkatkan kulaitas produk dan jas yang dihasilkan. Selain itu, perusahaan Rumah Sutera Alam ingin kota bogor swasembada sutera dan dikenal sebagi kota sutera. Sedangkan, misi Rumah Sutera Alam adalah sebagai berikut : 1. Memperkenalkan proses produksi sutera. 2. Menghasilkan kualitas produk yang bernutu tinggi 3. Bekerjasama dengan pihak luar dalam pengembangan sutera. 36
5.3 Lokasi Rumah Sutera Alam Rumah Sutera Alam berada di Jalan Raya Ciapus Km 8 No. 100 Bogor, Kecamatan Pasir Eurih, Kabupaten Bogor. Lokasi Rumah Sutera Alam berada di bawah kaki Gunung Salak dengan titik ketinggian berkisar antara 450 meter 500 meter di atas permukaan laut. Kelembapan udara berkisar antara 86 persen 90 persen dengan suhu rata rata pada siang hari berkisar antara 23 C 28 C, sedangkan pada malam hari berkisar antara 22 C 25 C. Luas areal yang dimiliki Rumah Sutera Alam saat ini sebesar empat hektar. Areal yang digunakan sebagai kebun murbei sebesar 1,5 hektar dan 2,5 hektar digunakan untuk proses produksi benang dan kokon, galeri, cottages, tumah pemilik dan sebagainya. 5.4 Petani Plasma Rumah Sutera Alam Perusahaan Rumah Sutera Alam dalam memproduksi kokon sutera menggunakan sistem petani plasma. Rumah Sutera Alam memiliki petani plasma sebanyak sepuluh orang. Namun, petani plasma yang rutin mengirimkan kokon hanya tiga orang petani. Hal ini karena, keterbatasan modal dan kurangnya kedisplinan para petani dalam memproduksi kokon. Petani plasma yang rutin mengirimkan kokon adalah Bapak Baidin, Bapak Ilyas, dan Bapak Dodi. Bapak Baidin memiliki usaha peternakan ulat sutera di Desa Karyasari, Jasinga. Bapak Baidin berumur 55 Tahun dan pendidikan terakhir adalah sekolah menengah atas. Bapak Baidin memulai usaha peternakan ulat sutera pada tahun 2003 dengan menggunakan lahan seluas dua Hektar untuk penanaman murbei dan rumah berukuran 6 m 10 m untuk pemeliharaan ulat sutera. Usaha sutera yang dilakukan oleh Bapak Baidin merupakan pekerjaan utama bagi Bapak Baidin. Bapak Baidin menjadi petani plasma rumah sutera alam sejak awal berdirinya usaha ulat sutera hingga saat penelitian ini dilakukan. Hingga saat ini peternakan ulat sutera Bapak Baidin tidak memiliki perizinan usaha secara hukum dan belum memiliki nama usaha. Bapak Baidin menjalankan usaha sutera alam karena beranggapan usaha ulas sutera merupakan usaha yang meguntungkan dan bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat sekitar. Bapak Ilyas dan Bapak Dodi memiliki usaha peternakan ulat sutera di Desa Pasir Eurih, Taman Sari. Bapak Ilyas memulai usaha pada tahun 2001. Sebelum 37
menjadi petani plasma Rumah Sutera Alam, Bapak Ilyas bergabung dengan peternakan sutera alam Teaching Farm Institut Pertanian Bogor. Namun, karena beberapa hal Bapak Ilyas mengundurkan diri dari peternakan sutera alam Teaching Farm Institut Pertanian Bogor dan pernah berhenti menjalankan usaha ulat sutera selama beberapa tahun. Pada tahun 2005, Rumah Sutera Alam menawarkan kepada Bapak Ilyas agar menjadi petani plasma perusahaan. Bapak Ilyas menerima tawaran tersebut karena beranggapan bahwa usaha sutera ini menguntungkan. Bapak Ilyas menjalankan usaha sutera alam dengan lahan seluas 3.500 m 2 untuk penanaman murbei dan rumah seluas 4 m 6 m sebagai kandang pemeliharaan sutera alam. Bapak Ilyas menjadikan usaha sutera sebagai pekerjaan utama. Bapak Ilyas memiliki pekerjaan sampingan selain usaha sutera yaitu sebagai petani padi, membuka warung, dan pengrajin sepatu industri rumah tungga di daerah sekitar tempat tinggal Bapak Ilyas. Bapak Dodi memulai usaha dan bergabung dengan perusahaan Rumah Sutera Alam bersamaan dengan Bapak Ilyas. Namun, bapak Dodi memiliki luas lahan 5.000 m 2 untuk penanaman murbei dan rumah seluas 4 m 6 m sebagai kandang pemeliharaan sutera alam. Bapak Dodi menjadikan usaha sutera sebagai pekerjaan utama. Gambaran umum para petani plasma Rumah Sutera Alam dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Gambaran Umum Petani Plasma Rumah Sutera Alam Kriteria Luas Luas Pengalaman Usia Pendidikan Lahan Rumah Sutera Usaha (Tahun) Petani (m 2 ) (m 2 ) (Tahun) Baidin 55 SMU 20.000 4 6 6 Ilyas 50 SMP 3.500 4 6 4 Dodi 53 SMP 5.000 6 10 4 5.5 Kredit Usaha Rakyat Bank Rakyat Indonesia Kredit usaha rakyat (KUR) adalah kredit modal kerja atau kredit investasi dengan plafon kredit sampai dengan Rp. 500.000.000 yang diberikan kepada usaha mikro, kecil, dan koperasi yang usahanya layak namun tidak mempunyai jaminan yang cukup sesuai dengan yang ditetapkan oleh perbankan. Usaha mikro, kecil dan koperasi mendapatkan jaminan dari perusahaan penjamin. Tujuan akhir 38
KUR adalah meningkatkan perekonomian, mengurangi kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja. KUR dimulai dengan adanya keputusan Sidang Kabinet Terbatas yang diselenggarakan pad a tanggal 9 Maret 2007 bertempat di Kantor Kementerian Negara Koperasi dan UKM dipimpin Bapak Presiden RI. Salah satu agenda keputusannya antara lain, bahwa dalam rangka pengembangan usaha UMKM dan Koperasi, Pemerintah akan mendorong peningkatan akses UMKM dan Koperasi kepada kredit atau pembiayaan dari perbankan melalui peningkatan kapasitas Perusahaan Penjamin. Dengan demikian UMKM dan Koperasi yang selama ini mengalami kendala dalam mengakses kredit atau pembiayaan dari perbankan karena kekurangan agunan dapat diatasi. KUR telah diluncurkan oleh Bapak Presiden RI pada tanggal 5 Nopember 2007. Peluncuran KUR merupakan upaya Pemerintah dalam mendorong Perbankan menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi. Peluncuran tersebut merupakan tindak lanjut dari ditandatanganinya Nota Kesepahaman Bersama pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan Kredit atau Pembiayaan kepada UMKM dan Koperasi antara Pemerintah dan Perbankan. KUR ini didukung oleh Kementerian Negara BUMN, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian serta Bank Indonesia. Penyaluran KUR dilakukan melalui enam bank yaitu BRI, Bank Mandiri, BNI, Bank Syariah Mandiri, Bukopin, dan BTN. Instansi pembina yang berasal dari pemerintah dalam proses penyaluran KUR adalah Kementrian Negara Koperasi dan UKM, Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perindustrian, Departemen Kehutanan, dan instansi terkait lainnya. Perusahaan penjamian dalam KUR adalah Perum Sarana Pengembangan Usaha (Perum SPU) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo). Pembagian resiko jaminan adalah 70 persen perusahaan penjamin dan 30 persen bank pelaksana. Secara umum Skema KUR yang telah disepakati Bank Pelaksana dengan Perusahaan Penjamin dan Permerintah sebagai berikut: 1. Nilai Kredit maksimal Rp500 juta per debitur 2. Bunga maksimal 16% per tahun (efektif) 3. Pembagian resiko penjaminan: Perusahaan Penjaminan 70% dan Bank Pelaksana 30%. 39
4. Penilaian Kelayakan terhadap usaha debitur sepenuhnya menjadi kewenangan Bank Pelaksana. 5. UMKM dan Koperasi tidak dikenakan Imbal Jasa Penjaminan (IJP) Cara mengakses KUR secara umum adalah sebagai berikut 1. UMKM dan Koperasi yang membutuhkan Kredit dapat menghubungi Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Pelaksana terdekat. 2. Memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan Bank Pelaksana. 3. Mengajukan surat permohonan kreditatau pembiayaan 4. Bank Pelaksana akan melakukan penilaian kelayakan 5. Bank Pelaksana berwenang memberikan pesetujuan atau menolak permohonan kredit. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu bank pelaksana KUR. Bank Rakyat Indonesia Ketentuan umun dan persyaratan KUR pada BRI dapat dilihat pada Tabel 8. 40
Tabel 8. Ketentuan Umum dan Persayaratan KUR Keterangan Calon Debitur Lama Usaha Besar Kredit Bentuk Kredit Suku Bunga Perijinan Persyaratan Individu, Kelompok, Koperasi yang melakukan usaha produktif yang layak Minimal 6 bulan Maksimal Rp. 500 juta KMK Menurun - maksimal 3 tahun KI - maksimal 5 tahun Efektif maksimal 16 % pa S/d Rp. 100 juta : SIUP, TDP & SITU atau Surat Keterangan Usaha dari Lurah/ Kepala Desa > Rp. 100 juta : Minimal SIUP atau sesuai ketentuan yang berlaku Legalitas Individu : KTP & KK Kelompok : Surat Pengukuhan dari Instansi terkait atau Surat keterangan dari kepala desa atau Kelurahan atau akte notaris Koperasi atau Badan Usaha Lain : Sesuai ketentuan yang berlaku Agunan Sumber : BRI (2008) 6 Pokok : Dapat hanya berupa agunan pokok apabila sesuai keyakinan bank usaha yang dibiayai cashflownya mampu memenuhi seluruh kewajiban kepada bank (layak) Tambahan : Seperti tanah atau bangunan kendaraan Calon debitur dapat mengakses KUR dengan menghubungi kantor cabang atau kantor cabang pembantu BRI terdekat. Setelah itu, calon debitur harus memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan yang ditetapkan oleh BRI. Jika persyaratan telah dipenuhi oleh calon debitur dapat mengajukan surat pengajuan kredit usaha rakyat. Dana yang digunakan dalam penyaluran KUR sepenuhnya berasal dari dana komersial BRI. Oleh karena itu, BRI berhak melakukan analisis pengajuan kredit terhadap calon debitur sebelum memberikan persetujuan pengajuan kredit calon debitur. 6 http://www.bri.co.id/jasalayanan/pinjaman/kurbri/tabid/212/default.aspx [22 Juni 2009] 41