BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan hilangnya sumber penghasilan. Atau karena pengeluaran. keadaan itu sebagai bangkrut (Lilik Mulyadi, 2010 : 45).

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Kepailitan merupakan suatu sitaan umum atas harta kekayaan debitor yang

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

Apakah Pailit = Insolvensi? Heri Hartanto, Hukum Acara Peradilan Niaga (FH-UNS)

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar hukum bagi suatu kepailitan (Munir Fuady, 2004: a. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU;

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam utang-piutang, kreditor bersedia menyerahkan sejumlah uang

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa sehingga mengakibatkan banyak sekali debitor tidak mampu membayar utangutangnya.

kemungkinan pihak debitor tidak dapat melunasi utang-utangnya sehingga ada

DAFTAR PUSTAKA. AbdulKadir Muhammad, 2006, Hukum Perusahaan Indonesia, Cetakan III, PT. Citra Aditua Bakti, Bandung.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPAILITAN DAN PERUSAHAAN ASURANSI. Kepailitan berasal dari kata pailit dari bahasa Belanda Failliet.

(SKRIPSI) Oleh: Anik Suparti Ningsih

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap debitur yang berada dalam keadaan berhenti membayar dapat dijatuhi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kepailitan secara etimologis berasal dari kata pailit. 6 Istilah pailit berasal dari

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang TUJUAN KEPAILITAN TUJUAN KEPAILITAN. 22-Nov-17

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Krisis ekonomi yang telah berlangsung mulai dari tahun 1997, cukup

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang melanda dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan banyak

BAB III AKIBAT HUKUM PERGESERAN TUGAS DAN WEWENANG BANK INDONESIA KE OJK TERHADAP KETENTUAN PASAL 2 AYAT (3) UU NO. 37

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian pinjam meminjam uang. Akibat dari perjanjian pinjam meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. restrukturisasi dengan musyawarah dan mufakat, atau

2016, No Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, perlu menetapkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang Pedoman Imbalan Jasa bagi

BAB II PENGAJUAN PERMOHONAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG KEPADA PENGADILAN NIAGA

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Indonesia pada umumnya. tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan pelaku-pelaku

Disusun Oleh : Anugrah Adiastuti, S.H., M.H

TINJAUAN PUSTAKA. sebagai kata sifat. Istilah failliet sendiri berasal dari Perancis yaitu faillite yang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Alasan Permohonan Kasasi atas Putusan Pernyataan Pailit Pengadilan Niaga

B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama keterpurukan negara Indonesia dewasa ini. Hal ini tidak dapat

TUGAS DAN WEWENANG HAKIM PENGAWAS DALAM PERKARA KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG OLEH: LILIK MULYADI 1

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban debitor untuk membayar kembali utang sesuai jangka waktu yang telah

Heri Hartanto - FH UNS

Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Istilah Kepailitan 9/4/2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Nomor 37 Tahun 2004 Pasal 1 ayat (1) Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang berarti bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. penundaan kewajiban pembayaran utang yang semula diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tahun Putusan pailit ini dapat dikatakan menghebohkan, k arena tidak ada yang

BAB I PENDAHULUAN. keperluan hidupnya. Demikian halnya dengan setiap perusahaan juga. memerlukan dana yang besar untuk menjalankan kegiatan usahanya.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan kecanggihan teknologi dan sumber informasi semakin menunjang

BAB VIII KEPAILITAN. Latar Belakang Masalah

KEPAILITAN BAB I PENDAHULUAN. perkembangan hukum terutama hukum dagang yang merupakan roda penggerak

BAB IV ANALISIS Putusan Majelis Hakim Pengadilan Niaga dalam kasus PT. Indo Plus dengan PT. Argo Pantes Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. yang melanda dunia usaha dewasa ini, dan mengingat modal yang dimiliki oleh

BAB III UPAYA HUKUM DEBITOR PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG YANG DIAJUKAN OLEH KREDITOR

HUKUM DAGANG. Panji Susilo ( ) 03 HUKMD 417 KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. terbukti secara sederhana bahwa persyaratan permohonan

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu, berikut disajikan

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITOR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN DEDY TRI HARTONO / D

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Proses Penyelesaian Kepailitan Melalui Upaya Perdamaian Berdasarkan UU No. 37 Tahun 2004

Kepailitan. Miko Kamal. Principal, Miko Kamal & Associates

BAB I PENDAHULUAN. utang-utangnya pada umumnya dapat dilakukan dengan cara dua hal, yaitu:

melakukan pembayaran-pembayaran terhadap utang-utang dari para telah ada maupun yang akan ada dikemudian hari. 2

Asas dan Dasar Hukum Kepailitan. Dr. Freddy Harris Fakultas Hukum Universitas Indonesia

BAB II HUKUM KEPAILITAN. Sri Redjeki Hartono dapat dipilah menjadi 3 masa yakni masa sebelum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Secara historis, istilah hukum perusahaan berasal dari hukum dagang dan

TANGGUNG JAWAB PENANGUNG TERHADAP DEBITOR YANG DINYATAKAN PAILIT

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dana yang diterima dari masyarakat, apakah itu berbentuk simpanan berupa

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan perikatan yang lahir dari undang-undang yang. mewajibkan seseorang yang telah memenuhi syarat yang ditentukan dalam

KEDUDUKAN KREDITUR SEPARATIS DALAM HUKUM KEPAILITAN

BAB I PENDAHULUAN. Van Koophandel (WvK), buku Ketiga yang berjudul Van de Voordieningen in Geval

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk. Inovasi yang berkembang akhir-akhir ini adalah. dikenal dengan istilah rumah susun.

BAB I PENDAHULUAN. kepada kreditor (si berpiutang)). Berdasarkan Hukum Positif Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan menimbulkan masalah-masalah berantai, yang apabila tidak. adanya perangkat hukum yang mendukungnya.

BAB I PENDAHULUAN. pekerja/buruh dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan

BAB II KEWENANGAN KURATOR DALAM PROSES KEPAILITAN PERSEROAN TERBATAS. Kurator diangkat dan ditunjuk oleh Hakim Pengadilan Niaga (Pasal 15 ayat

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan sekarang tidak terlepas dari suatu krisis moneter yang melanda hampir

BAB I PENDAHULUAN. Lazimnya dalam suatu gugatan yang diajukan oleh kreditor terhadap

PELAKSANAAN TUGAS KURATOR DALAM MENGURUS HARTA PAILIT BERDASARKAN PASAL 72 UNDANG UNDANG NO

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 163/PMK.06/2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 128/PMK.

Penundaan kewajiban pembayaran utang

PENAGIHAN SEKETIKA SEKALIGUS

BAB II PENGANGKATAN PENGURUS DALAM PKPU. Ada dua cara yang disediakan oleh UU Kepailitan dan PKPU agar debitur

UPAYA HUKUM DALAM PERKARA KEPAILITAN

1 of 6 18/12/ :54

BAB I PENDAHULUAN. tumbangnya perusahaan-perusahaan skala kecil, menengah, besar dan

PENGATURAN DAN PENERAPAN PRINSIP PARITAS CREDITORIUM DALAM HUKUM KEPAILITAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

BAB I. tidak dipakai. Sangat sedikit kasus-kasus yang ada saat itu yang mencoba memakai peraturan

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. perjanjian dalam hukum perdata berlaku saat melakukan perjanjian kredit. Saat

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia sebagaimana diatur lebih rinci dalam Pasal 33 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingannya dalam masyarakat dapat hidup dan berkembang secara. elemen tidak dapat hidup sendiri-sendiri, tetapi

PP 4/1998, TATA CARA PENJUALAN BARANG SITAAN YANG DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG DALAM RANGKA PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, setiap subjek hukum (badan hukum atau individu) pasti pernah mengalami kesulitan keuangan. Kadangkala penghasilan yang diterima ternyata tidak cukup untuk membayar kewajiban tagihan kepada para kreditor. Bisa jadi hal itu terjadi karena penghasilan yang diterima ternyata tidak sesuai dengan yang direncanakan. Misalnya, karena pemutusan hubungan kerja atau piutang yang tidak kunjung dibayar, yang menyebabkan hilangnya sumber penghasilan. Atau karena pengeluaran yang telah direncanakan ternyata tidak dapat dipenuhi. Misalnya, terjadi kenaikan harga pokok, adanya kebutuhan mendadak atau alokasi belanja berlebihan dan yang semestinya. Secara populer, masyarakat mengenal keadaan itu sebagai bangkrut (Lilik Mulyadi, 2010 : 45). Pada dasarnya, dikaji dari perspektif etimologis terminologi kepailitan berasal dari kata pailit yang berasal dari beberapa bahasa. Kata pailit dalam bahasa Perancis dikenal sebagai failite yang berarti pemogokan atau kemacetan pembayaran. Kemudian dalam bahasa Belanda dikenal dengan terminologi failliet dan dalam sistem hukum anglo saxon/case law dikenal dengan sebutan Bankcuptcy Act. Tegasnya, dalam terminologis bahasa Indonesia kata pailit dapat diartikan sebagai suatu keadaan adanya situasi berhenti membayar. 1

Dikaji dari perspektif sejarah pengaturannya, kepailitan mulai dikenal, tumbuh dan diatur dalam ketentuan hukum Romawi. Kemudian berkembang dalam hukum Perancis, Belanda, Amerika Serikat, Inggris dan akhirnya Indonesia. Pada ketentuan hukum Perancis kepailitan pada mulanya diatur dalam Ordonnance du Commerce Bab XI tentang Des Faillittes et Banqueroutes yang akhirnya disempurnakan menjadi Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Code de Commerce). Kemudian, di Belanda Kepailitan semula diatur dalam Regelingen over Voorzieningen In gevaal van Onvermongen van Kooplieden (Peraturan tentang Ketakmampuan Pedagang) dan berikutnya diganti menjadi Faillissementwet 1893. Pada Negara Amerika Serikat mula-mula kepailitan diatur dalam The Banckruptcy Act Of 1800 dan kemudian mengalami beberapa pergantian. Untuk di Inggris hukum kepailitan diatur dalam The Statute of Bankrupts 1570, kemudian di Indonesia Kepalitian mula-mula diatur dalam Faillissementsverordening (S. 1905-217 jo. S. 1906-348), Perpu No. 1 Tahun 1998 jo UU No. 4 Tahun 1998 dan terakhir diperbaharui dan ditambah dengan UU No. 37 Tahun 2004 (Lilik Mulyadi, 2010 : 45). Apabila dikaji dari perspektif pengertiannya, makna kepailitian dapat dikaji dari pandangan doktrina, leksikon dan normatif. Fred B.G. Tambunan menyebutkan kepailitan adalah sita umum yang mencakup seluruh kekayaan debitur untuk kepentingan semua kreditornya. Munir Fuady menyebutkan pailit atau bangkrut itu adalah suatu sita umum atas seluruh harta debitur agar dicapainya perdamaian antara debitor dan para 2

kreditor atau agar harta tersebut dapat dibagi-bagi secara adil diantara para kreditor. Dikaji dari perspektif normatif, Kepailitan telah diatur oleh UU. Ketentuan Pasal 1 Faillissementsverordening (S. 1905-217 Jo. S. 1906-348) menyebutkan kepailitan sebagai : Setiap berutang (debitor) yang ada dalam keadaan berhenti membayar, baik atas laporan sendiri maupun atas permohonan seseorang atau lebih berpiutang (kreditor), dengan putusan hakim dinyatakan dalam kedaan pailit. Menurut Lilik Mulyad (2010 : 46) Kemudian dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 4 Tahun 1998 menyebutkan bahwa: Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas permintaan seorang atau lebih kreditornya. Berikutnya, dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 dinyatakan kepailitan merupakan : sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam UU ini. Oleh karena itu, berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 menyebutkan yang dapat dinyatakan dalam keadaan pailit adalah : Debitor yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, baik atas permohonannya sendiri/ maupun atas permohonan satu atau lebih kreditornya. 3

Penulis hendak meneliti Putusan Nomor 04/PKPU/2009/PN.Niaga.Sby. dimana Bank Mandiri memohon pailit atas PT. Dewata Royal Intenational pengelola Hotel Aston dan Spa di Bali, dengan Direktur Utama Rustandi Jusuf. Adapun kronologisnya yang dihadapi PT. DRI adalah bahwa permasalahan hukum yang dihadapi oleh Rustandi Jusuf bermula pada tanggal 16 Juli 2009 ketika PT.DRI mengajukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum terhadap PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., (selanjutnya disebut Bank Mandiri) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dengan Register Nomor 1340/Pdt.G/2009/PN.Jkt.Sel. Bahwa gugatan diajukan oleh PT. DRI karena PT. DRI merasa dirugikan oleh Bank Mandiri yaitu terkait dengan pemberian kredit Rupiah dari Bank Exim (yang kemudian merger dan sekarang menjadi Bank Mandiri) yang diterima langsung oleh PT DRI dalam wujud Rupiah, dimana ditandai adanya pembukaan rekening Debitor, Giro Rupiah yang dibuktikan sebagai rekening pencairan/penarikan kredit dan pembayaran kembali angsuran dan bunga Rupiah, serta dibukukan dalam laporan rekening Koran Rupiah namun Bank Eksim melakukan penagihan dengan US Dollar. Bahwa Bank Exim ternyata tidak pernah membuka rekening Giro Valas US Dollar, sebelumnya dalam perjanjian akan memberikan kredit US Dollar apabila bank membuka rekening giro Valas US Dollar. Namun dalam perjalanannya (setelah merger menjadi Bank Mandiri) tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, PT. DRI diminta untuk melakukan pembayaran dengan setoran US 4

Dollar dan Bank baru membukakan rekening Giro Valas US Dollar guna menyetorkan US Dollar tersebut, serta secara sepihak telah menutup rekening Debitor Giro Rupiah. PT. DRI pada hakekatnya tidak memahami prosedur perbankan, sehingga tetap melakukan pembayaran dengan US Dollar ke rekening baru dan pembayaran kredit dengan US Dollar itu dilakukan dengan lancar serta tidak pernah macet. Proses pailit diduga bertentangan dengan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU dan tindakan kurator dalam pengurusan harta pailit diduga juga bertentangan dengan Undang-undang Kepailitan. Berdasarkan hal tersebut, Penulis mengajukan judul Kepailitan Perseroan Terbatas Dan Kewenangan Kurator Dalam Proses Pemberesan Budel Pailit. 1. Permasalahan Adapun yang menjadi pokok masalah dalam penulisan tesis ini antara lain : 1. Bagaimanakah prosedur kepailitan dan kewenangan kurator terhadap PT. Dewata Royal International selaku pengelola Hotel Aston dan Spa Bali? 2. Bagaimanakah penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan kurator dalam proses pailit PT. Dewata Royal International dan perlindungan hukum yang diberikan kepada debitor pailit dalam perkara Putusan Nomor 4/PKPU/2009/PN.NIAGA.Sby tanggal 1 Oktober 2009? 5

2. Keaslian Penelitian Penelitian tentang Kepailitan Perseroan Terbatas Dan Kewenangan Kurator Dalam Proses Pemberesan Budel Pailit pernah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, namun ditinjau dari latar belakang, permasalahan, dan tujuan dari penelitiannya, penelitian-penelitian sebelumnya berbeda dengan penelitian ini, yang meneliti tentang proses kepailitan dan penyalahgunaan kewenangan kurator. Judul pertama yakni atas nama Rahmat mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Krisnadwipayana pada tahun 2014 dengan judul Tesis Penguasaan Boedel Pailit dalam Proses Kepailitan atas Kredit Sindikasi (Tinjauan Putusan Kasasi Nomor 135 K/Pdt.Sus/2011). Berbeda dengan Penulis, Penulis menambahkan mengenai teori kewenangan kurator dan perlindungan hukum. 3. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian Tesis ini: a. Memberi gambaran yang utuh dari kasus tentang kepailitan. b. Dapat menguraikan mengenai dan kewenangan kurator. c. Memberikan masukan bagi aparat penegak hukum dalam penerapan undang-undang kepailitan. 6

B. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penulisan Tesis ini adalah untuk menelusuri prosedur kepailitan dan kewenangan kurator menurut Undang-undang Kepailitan. Tujuan khusus yang hendak dicapai dari penulisan Tesis ini adalah : 1. Untuk mengetahui dan menggambarkan prosedur kepailitan dan kewenangan kurator terhadap PT. Dewata Royal International selaku pengelola Hotel Aston dan Spa Bali. 2. Untuk mengetahui dan menggambarkan penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan kurator dalam proses pailit PT. Dewata Royal International dan perlindungan hukum yang diberikan kepada debitor pailit dalam perkara Putusan Nomor 4/PKPU/2009/PN.NIAGA.Sby tanggal 1 Oktober 2009. 7