PREDIKSI POLA DAN JUMLAH PERGERAKAN BARANG DI PROVINSI LAMPUNG. Tas an Junaedi 1)

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN POLA PERGERAKAN DI PROPINSI LAMPUNG

PEMANFAATAN DATA ARUS LALU LINTAS UNTUK MEMBENTUK MATRIKS ASAL TUJUAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN TRANSPORTASI DI PROPINSI LAMPUNG

PENGARUH JUMLAH DAN KESALAHAN DATA ARUS LALU LINTAS TERHADAP AKURASI ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALU LINTAS

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE TRIP ASSIGMENT (PEMBEBANAN PERJALANAN) DALAM PEMODELAN TRANSPORTASI FOUR STEP MODEL

BAB III METODE PENELITIAN

1.1 Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI POTENSI PENUMPANG MODA PESAWAT TERBANG RUTE BANDAR LAMPUNG JOGJAKARTA DAN SOLO

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY

ESTIMASI MATRIK INFORMASI LALU LINTAS MODEL GRAVITY ASAL TUJUAN ANGKUTAN PRIBADI-UMUM

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

DAMPAK LALULINTAS MENERUS PADA JARINGAN JALAN DI KOTA METRO

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Dr. Sri Atmaja P. Rosyidi Laboratorium Teknik dan Infrastruktur Transportasi Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

STUDI EVOLUSI MATRIKS ASAL TUJUAN DINAMIS AKIBAT ADANYA FLUKTUASI ARUS LALULINTAS_,

PENGARUH KINERJA PERSIMPANGAN TERHADAP PROSES PEMILIHAN RUTE PADA JARINGAN JALAN PERKOTAAN. Wiradat Anindito. Abstrak

Analisis Kinerja Jaringan Jalan di Provinsi Lampung dengan Menggunakan Pemodelan Transportasi

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1)

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN PERJALANAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY DENGAN FUNGSI HAMBATAN EKSPONENSIAL-NEGATIF DI KOTA SURAKARTA

ESTIMASI MATRIK ASAL TUJUAN DARI DATA LALU LINTAS DENGAN METODE ESTIMASI INFERENSI BAYESIAN MENGGUNAKAN PIRANTI LUNAK EMME/3

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN PERJALANAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY DENGAN FUNGSI HAMBATAN TANNER DI KOTA SURAKARTA

III. METODOLOGI. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah. masalah dengan maksud dan tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis.

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

ABSTRAK. Kata kunci : Distribusi perjalanan, trip assignment, software Visum versi 15

Penentuan Rute Angkutan Umum Berbasis Transport Network Simulator di Kecamatan Candi dan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo

METODOLOGI PENELITIAN. Suatu analisis dalam penelitian membutuhkan suatu tahapan perencanaan

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

KAJIAN PERSEBARAN LALU LINTAS KAWASAN JALAN SEMERU DAN JALAN KAWI ATAS KOTA MALANG

PENGARUH RESOLUSI SISTEM ZONA DAN SISTEM JARINGAN TERHADAP TINGKAT AKURASI MATRIKS ASAL-TUJUAN (MAT) YANG DIPEROLEH DARI INFORMAS1 ARUS LALULINTAS

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

PENGARUH JALAN TOL SOLO-KERTOSONO DAN SOLO- SEMARANG TERHADAP KINERJA JARINGAN JALAN KOTA SURAKARTA


ANALISA KINERJA LALU LINTAS AKIBAT DAMPAK DARI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN STUDI KASUS PADA PROYEK PERUMAHAN BANANA PARK RESIDENCE SIDOARJO

METODA PENDEKATAN KUANTITATIF SEBAGAI DASAR EVALUASI PEMBANGUNAN JARINGAN JALAN: STUDI KASUS DI WILAYAH DKI-JAKARTA 1

I. PENDAHULUAN. 105º50 dan 103º40 Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Lampung sebelah

STUDI PENENTUAN LOKASI TRAFFIC COUNT TERBAIK DAN JUMLAH DATA ARUS LALULINTAS OPTIMUM DALAM ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN (MAT) TESIS MAGISTER

APPLICATION OF TRIP DISTRIBUTION MODELS TO ROAD BASED REGIONAL FREIGHT MOVEMENT IN WEST JAVA

Simulasi Pemodelan Transportasi pada Jaringan Jalan Menggunakan Aplikasi Saturn

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

Analisis Pembentukan MAT Pada Jaringan Sederhana Menggunakan Program Lazarus. Esty Handayani 1) Rahayu Sulistiyorini 2) Ahmad Zakaria 3)

KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN SEBAGAI DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG

Besar Bobot Kejadian. Kapasitas jalan (smp/jam) Kendaraan (smp/jam)

PENDAHULUAN. Keyword : Trans Metro Bandung, optimum headway, revenue

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

KENAPA TRANSPORTASI PERLU DIRENCANAKAN?

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

EVALUASI KINERJA LALU LINTAS RUAS JALAN PANDAAN-GEMPOL SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA JALAN TOL

KAJIAN AWAL KEBUTUHAN JEMBATAN PENGHUBUNG ANTARA BAGIAN HULU DAN HILIR KOTA PALEMBANG

PENGARUH PERUBAHAN GUNA LAHAN TERHADAP PENYEDIAAN JARINGAN JALAN DI KOTA KEPANJEN

ANALISIS PREDIKSI SEBARAN PERJALANAN PENUMPANG KAPAL LAUT MELALUI PELABUHAN LAUT PENGUMPAN DI KEPULAUAN HALMAHERA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GRAVITY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

OUTLINES PERKULIAHAN

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

4 BAB IV KONDISI WILAYAH DAN SISTEM TRANSPORTASI SAAT INI

EFFECT OF INCORPORATING INTERSECTION DELAYS ON ROUTE ASSIGNMENTS IN AN URBAN ROAD NETWORK

ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN DERMAGA DI PELABUHAN GILIMANUK, PROVINSI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

ANALISIS POLA PERJALANAN MASYARAKAT KOTA YOGYAKARTA

Syafi i Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A Surakarta Telp. (0271)

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS PEMILIHAN RUTE DALAM KAJIAN KEBUTUHAN PERGERAKAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN RUAS JALAN SEMITAU NANGA BADAU KABUPATEN KAPUAS HULU

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN ( MAT ) KOTA SURAKARTA TAHUN 2025 Origin-Destination Matrices ( OD Matrix ) Estimation of Surakarta City in 2025

II. LANDASAN TEORI. A. Gambaran Prasarana dan Sarana Transportasi Provinsi Lampung

Estimasi Matriks Asal dan Tujuan Perjalanan Penumpang Angkutan Umum Trans Jawa - Sumatera Melalui Lintasan Penyeberangan Merak Bakauheni

disatukan dalam urutan tahapan sebagai berikut :

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

IMPACT OF SEVERAL ROUTE CHOICE MODELS ON THE ACCURACY OF ESTIMATED O-D MATRICES FROM TRAFFIC COUNTS

ANALISIS MODEL KEBUTUHAN PERGERAKAN PENUMPANG DAN BARANG BANDARA RAHADI OESMAN KETAPANG

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

KARAKTERISTIK BANGKITAN DAN SEBARAN PERGERAKAN PENDUDUK PADA JALUR PERENCANAAN KERETA KOMUTER LAWANG-KEPANJEN DI MALANG RAYA

PENERAPAN MODEL KEBUTUHAN TRANSPORTASI PADA PENYUSUNAN PROGRAM PENANGANAN JALAN BERBASIS IRMS (STUDI KASUS PROVINSI JAWA BARAT)

BAB III METODOLOGI 3.1 ALUR PENELITIAN

BAB V ANALISIS DATA 5.1 UMUM

ANALISIS INTENSITAS BANGUNAN KORIDOR JALAN RAYA CIMAHI BERDASARKAN KAPASITAS JALAN

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

NINDYO CAHYO KRESNANTO. .:

Studi Demand Kereta Api Komuter Lawang-Kepanjen

Estimasi Demand Angkutan Barang Shortcut

STUDI POTENSI PENUMPANG PADA RENCANA PEMBANGUNAN BANDAR UDARA DI TULUNGAGUNG NASKAH PUBLIKASI TEKNIK SIPIL

TEKNOLOGI REAL TIME TRAFFIC INFORMATION SYSTEM UNTUK MENGATASI KEMACETAN LALU LINTAS DI JALAN TOL DALAM KOTA JAKARTA

ANALISA PROBABILITAS PENGGUNA JEMBATAN SURAMADU DAN KAPAL FERRY PADA RUTE SURABAYA MADURA

ANALISA MODEL SEBARAN PERJALANAN INTERNAL MASYARAKAT KOTA BATU DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAVITASI

SIMULASI MANAJEMEN LALULINTAS PADA KAWASAN JALAN RAYA NGINDEN DAN JALAN NGAGEL JAYA SELATAN

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

PEMODELAN BANGKITAN PERJALANAN PELAJAR DI KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN, DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG

5 BAB V PERKIRAAN KONDISI MENDATANG

Syafi i Dosen Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A Surakarta Telp. (0271)

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ESTIMASI MATRIKS ASAL TUJUAN PERJALANAN DARI DATA LALULINTAS DENGAN METODE GRADIENT (278T)

Analisis Kelayakan Ekonomi Rencana Pembangunan Jalan Sejajar Jalan Sapan - Buah Batu Bandung

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PREDIKSI POLA DAN JUMLAH PERGERAKAN BARANG DI PROVINSI LAMPUNG Tas an Junaedi 1) Abstract The transportation of goods between Sumatra and Java using the highway mode that accumulate with local transportation will greatly burden roads in Lampung province. This research was con ducted to predict the pattern and amount of movement of goods in the future. The modelling is conducted for the plan period up to 20 years based on growth predictions of geographical, social, economic and traffic flow. This study conducted a process of Sequential Demand Model (Planning Model 4 stages) by using software Transplan Version 8. Transportation patterns in 2030 is predicted will be dominated by continuous trips with domination of movement from Java to South Sumatra, or otherwise. Both the transportation between internal zones and external zone to internal zone have a significant increase. The most strategic main line freight in Lampung for today and in the future is along the Bakauheni-South Sumatra and Bengkulu-South Sumatra both through toll roads, national roads, and railways. Keyword : prediction, freight transportation, transportation patterns. Abstrak Transportasi barang antara pulau Sumatera dan Jawa yang menggunakan moda jalan raya yang berakumulasi dengan pergerakan internal akan sangat membebani ruas jalan di Provinsi Lampung. Penelitian ini dilakukan untuk memprediksi pola dan jumlah pergerakan barang pada tahun yang akan datang. Pemodelan dilakukan untuk horison waktu sampai dengan 20 tahun berdasarkan prediksi perkembangan geografis, sosial, ekonomi dan arus lalulintas. Penelitian ini melakukan suatu proses Sequential Demand Model (Model Perencanaan 4 tahap) dengan menggunakan software Transplan Versi 8. Pola pergerakan pada tahun 2030 diprediksi akan didominasi oleh pergerakan menerus yang semakin besar dengan dominasi pergerakan dari Pulau Jawa ke arah Sumatera Selatan, maupun sebaliknya. Pergerakan antar zona internalnya maupun zona eksternal ke zona internalnya juga terlihat mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Jalur utama angkutan barang di Propinsi Lampung yang paling strategsi untuk saat ini dan pada masa yang akan datang adalah di sepanjang Bakauheni-Sumatera Selatan maupun Bengkulu dan Sumatera Selatan baik melalui jalan Tol, jalan Nasional, maupun KA. Kata kunci : prediksi, pergerakan barang, pola pergerakan, 1. PENDAHULUAN Transportasi jalan merupakan pendukung sistem pergerakan internal paling utama di Provinsi Lampung dengan angkutan jalan raya sebagai moda utama. Peranan ini diperkuat dengan fungsinya yang terpenting dalam mendukung sistem pergerakan regional lintas Sumatera serta interaksi penumpang dan barang antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera. 1 Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung Jl. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, surel : tasanjuned@yahoo.co.id

Pengembangan sistem jaringan transportasi Propinsi Lampung direncanakan mampu meningkatkan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata dan berhierarki serta meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Provinsi Lampung. Letak geografis Provinsi Lampung yang berada di ujung timur pulau Sumatera dan sekaligus sebagai pintu gerbang penghubung antar pulau Sumatera dan pulau Jawa, akan berakibat bahwa semua pergerakan penumpang dan barang yang melalui darat akan melalui Provinsi Lampung. Pergerakan tersebut terakumulasi dengan pergerakan antar zona internal di Provinsi Lampung yang selanjutnya akan membebani jaringan jalan yang ada di Provinsi Lampung. Pergerakan menerus tersebut (Sumatera Jawa) banyak didominasi oleh pergerakan barang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola dan jumlah pergerakan barang pada tahun dasar dan beberapa tahun ke depan, sehingga bisa diketahui kebutuhan fasilitas yang harus disediakan untuk sanggup mengantisipasi perkembangan tersebut. Penelitian ini menggunakan jangka waktu sampai 20 tahun ke depan, yang artinya hasil dari studi ini bisa digunakan sampai dengan tahun 2030 dengan tahapan-tahapan yaitu: 2010-2015, 2016-2020, 2021-2025 dan 2026-2030 2. METODOLOGI PENELITIAN Dalam melakukan prediksi kebutuhan lalu lintas, digunakan model transportasi konvensional. Pemodelan dilakukan untuk horison waktu sampai dengan 20 tahun yang mana pembebanan lalu lintasnya disesuaikan dengan matriks asal tujuan zona-zona terkait yang telah disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas hasil modeling. Hasil dari pemodelan tidak saja berupa prediksi volume lalu-lintas, namun juga prediksi kinerja lalu lintas pada masa yang akan datang. Penelitian ini melakukan suatu proses Sequential Demand Model (Model Perencanaan 4 tahap). Penggunaan model ini dengan pertimbangan : pertama, mudah dilakukan kontrol pada masing-masing tahap pekerjaan; kedua, akurasi lebih tinggi mengingat proses simplifikasi sangat terbatas bila dibandingkan dengan Direct Demand Model; ketiga, model ini sangat fleksibel untuk diterapkan pada kota-kota yang baru distudi; keempat, sangat sesuai dengan kemampuan program komputer yang disediakan yaitu TRANPLAN Versi 8. Langkah langkah untuk untuk menjalankan program TRANPLAN sebagai berikut: a. Membuat jaringan jalan & pembebanan tidak dalam trayek (Highway Network); b. Membuat distribusi angkutan perjalanan sebagai masukan pada proses pembebanan; c. Pembebanan kedalam jaringan jalan (Equilibrium highway Load); d. Membuat jaringan transyt, yaitu jaringan trayek angkutan umum dalam trayek); e. Membuat lintasan jaringan trayek (Build Transyt Path); f. Membuat Matrik asal tujuan dengan angkutan kota; g. Pembebanan (Transyt Loading). Beberapa parameter diambil dan disesuaikan dengan laporan statistik dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan laporan-laporan dari instansi terkait. Sementara itu, data dari survei primer lebih banyak digunakan dalam proses validasi dan penyesuaian beberapa parameter. Adapun data yang digunakan sebagai masukan dalam pengembangan model, antara lain: 12

a. Data penggunaan lahan dan pembagian wilayah administrasi sebagai dasar untuk menetapkan sistem zona (zoning system) perjalanan; b. Data Asal Tujuan Perjalanan Awal (Prior OD Matrix). Dalam hal ini digunakan data hasil survai asal tujuan, data OD Tahun 2003, dan data sekunder dari hasil studistudi terdahulu; c. Data kondisi prasarana dan sarana jaringan transportasi, meliputi: jaringan rel kereta api, stasiun, jaringan jalan, sistem manajemen lalu-lintas, sebagai dasar untuk pengembangan model jaringan transportasi; d. Data sebaran penduduk, tingkat pendapatan, kepemiikan kendaraan, luas penggunaan lahan, PDRB, dan data lalu-lintas sebagai bahan untuk estimasi bangkitan dan ditsribusi perjalanan serta validasi matriks asal tujuan perjalanan. Wilayah studi dibagi ke dalam zona-zona. Untuk memudahkan dilakukannya perhitungan pemodelan dan keberadaan dukungan data, maka pembagian zona dilakukan berdasarkan batas wilayah administrasi. Dengan demikian dalam analisis ini ditetapkan 30 zona dengan 27 zona internal dan 3 zona eksternal seperti disajikan dalam Gambar 1. Gambar 1. Pembagian Zona di Wilayah Studi Jaringan jalan propinsi Lampung terbagi menjadi 30 zona, 1758 node dan 4580 ruas jalan. Ruas jalan yang masuk dalam kajian ini adalah ruas jalan arteri dan ruas jalan kolektor. Inlet dan outlet terbagi menjadi 3, yaitu pintu masuk dari Bengkulu, Sumatera Selatan serta pintu masuk dari Pulau Jawa. Model jaringan jalan Propinsi Lampung di dalam format autocad di masukkan kedalam data base sebagai input program Transplan. 13

Gambar 2. Jaringan Jalan di Provinsi Lampung 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pola Pergerakan pada Tahun Dasar Pada Tahun 2010 produksi perjalanan barang rata-rata setiap zona sekitar 792.344 ton/hari, dengan Bandar Lampung sebagai asal/tujuan perjalanan barang terbesar di Propinsi Lampung ini yaitu 131.020 Ton/hari. Secara presentase, pergerakan di Kota Bandar Lampung sekitar 16,5% dari seluruh pergerakan di Propinsi Lampung. Disusul Pulau Jawa sebesar 90.322 Ton/hari sekitar 11,4%, kemudian Sumatera Selatan sebesar 58.507 Ton/hari atau 7,4% dari total pergerakan barang di propinsi lampung serta Metro sebesar 50.856 Ton/hari atau sekitar 6,4%. Dari data bangkitan dan tarikan diprediksi sebagai Matriks Asal Tujuan (MAT) untuk barang untuk tahun 2010 sampai 2030. Matriks ini melihat pola perjalanan kendaraan antar wilayah. Matriks ini diolah dari hasil survei asal tujuan (road side interview) dan hasilnya menunjukkan bahwa Kota Bandar Lampung merupakan pusat tarikan yang menjadi tujuan perjalanan dari banyak wilayah disekitarnya. Setelah itu MAT dibebankan ke dalam jaringan jalan sehingga dapat dilihat pola pergerakan penumpang dan barang dalam jaringan jalan. Dari hasil analisis diperoleh bahwa ibu kota Propinsi Lampung, Bandar Lampung (Zona 7) merupakan Asal dan Tujuan perjalanan dominan, yakni 131.020 dan 77.148 Ton per hari. Pergerakan Propinsi Lampung yang juga cukup besar berasal dari Zona 28 (dari Pulau Jawa lewat Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni) sebesar 90.322 Ton per hari dan 65.680 Ton per hari), Sumatera Selatan sebesar 58.507 dan 53.599 Ton per hari, Metro sebesar 50.856 dan 38.976 Ton per hari serta Bakauheni sebesar 42.118 Ton per hari dan 45.564 Ton per hari. 14

Gambar 3. Desire line Transportasi pada Tahun 2010 Dari analisis hasil survey OD Nasional dan lainnya diperoleh informasi mengenai share permintaan perjalanan barang ke setiap moda perjalanan yang tersedia, yang disampaikan pada Gambar diatas. Prediksi penggunaan moda ini diperuntukkan hanya untuk pergerakan barang darat melalui jaringan di wilayah internal di Propinsi Lampung, di mana untuk pergerakan eksternal umumnya untuk ke Jawa dan Sumatera menggunakan moda jalan dan ke daerah lain melalui laut. Terlihat bahwa saat ini dominasi penggunaan angkutan barang masih lebih banyak dikontribusi melalui moda truk di jalan raya, sedangkan angkutan KA hanya menyumbang tidak lebih dari 10%. Idealnya, dengan skenario pengembangan jaringan KA, serta utilisasi jalur rel, maka di masa datang kebutuhan angkutan barang harus lebih banyak diakomodasi oleh kereta api, karena dari sisi waktu dan biaya untuk pergerakan barang secara regional moda KA jauh lebih efisien dibandingkan dengan angkutan jalan dengan moda truk. Pengurangan beban jaringan jalan di masa datang untuk Propinsi Lampung merupakan strategi penting karena keberadaan jaringan jalan di propinsi ini dalam 10 tahun mendatang sudah akan macet, sehingga alternatif pengembangan perangkutan KA merupakan solusi yang baik untuk mengatasi hal tersebut sekaligus membantu keberhasilan skenario pengembangan perangkutan laut. Sedangkan hasil pembebanan jaringan untuk pergerakan angkutan barang Tahun 2010 disajikan pada Gambar 4. Dari gambar tersebut dapat dilihat pergerakan barang sebagian besar melalui ruas jalan dari bakauheni sampai bandar lampung sebesar 172.962 Ton per hari seterusnya sampai Bengkulu. Sedangkan pergerakan barang dari bakauheni melalui ruas jalan di bandar lampung yaitu lintas tengah sampai menggala adalah sebesar 139.412 Ton per hari. Pergerakan barang dari Bakauheni melalui lintas timur sebesar 97.375 Ton per hari. Sedangkan yang melalui ruas jalan antara Menggala sampai ke Sumatera Selatan adalah 151.993 Ton per hari. 15

Gambar 4. Pembebanan pergerakan angkutan barang pada jaringan Tahun 2010 Bahwa pembebanan jaringan jalan Provinsi relatif merata dan memberikan akses yang relatif sama ke semua bagian wilayah Lampung. Pola tersebut memberikan dukungan bagi pencapaian perkembangan ruang yang lebih proporsional, terutama bagi wilayah bagian Barat dan bagian Timur Lampung. Untuk menilai kinerja jaringan jalan digunakan indikator volume lalulintas per kapasitas jalan yang lebih dikenal dengan VolumeCapacity Ratio (VCR). Nilai VCR pada jaringan jalan di Provinsi Lampung tahun dasar 2010 disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Nilai VCR pada jaringan jalan pada tahun dasar 2010 16

Dari Gambar 5 terlihat bahwa saat ini sebagian ruas Jalan Lintas Timur yaitu dari Batas Sumatera Selatan-Menggala-Tulang Bawang memiliki LOS C; kemudian ruas jalan Lintas Timur Sukadana-Bakauheni, Lintas Barat: Kota Agung-Bandar Lampung, Lintas Tengah: Bandar Jaya-Bandar Lampung-Kalianda memiliki LOS B. 3.2 Pola Pergerakan pada Tahun Rencana Pergerakan barang ini di proyeksikan untuk 5 tahun kedepan demikian seterusnya sampai ke horison waktu perencanaan, yaitu 30 tahun. Dari proyeksi ini bisa dilihat besar pergerakan yang terjadi sehingga jika dibebankan ke jaringan jalan akan diketahui jaringan jalan mana yang perlu ditangani serta keterkaitannya dengan moda lain. Dari desire line tahun 2015 dapat dilihat besaran pergerakan yang terjadi meningkat sekitar 1,2 kali dari pergerakan di tahun 2010. Namun pola pergerakannya tidak berubah dari pola pergerakan di tahun 2010. Gambar 6. Pola Pergerakan Barang Tahun 2015 Pola pergerakan yang dituangkan dalam desire line pergerakan barang ton per hari pada tahun 2020 adalah sebagai berikut. Gambar 7. Pola Pergerakan Barang Tahun 2020 17

Perkembangan prediksi pada Tahun 2025 memperlihatkan total pergerakan yang ada di Propinsi Lampung adalah 1.375.981 pergerakan barang dalam Ton per hari. Gambar 8. Pola Pergerakan Barang Tahun 2025 Pergerakan Lintas juga terlihat semakin besar dengan dominasi pergerakan dari Pulau Jawa ke arah Sumatera Selatan, maupun sebaliknya. Pergerakan antar zona internalnya maupun zona eksternal ke zona internalnya juga terlihat mengalami peningkatan. Hal ini akan membebani jaringan jalan yang ada di propinsi Lampung. Gambar 9. Pola Pergerakan Barang Tahun 2030 18

Pola perjalanan eksisting ini juga diprediksi untuk beberapa tahun ke depan dan dapat dilhat peningkatan pergerakan yang terjadi di setiap ruas jalan. Pola nya tidak banyak berubah, namun dapat dilihat peningkatan pergerakan yang terjadi. Bahwa penyebaran jaringan jalan Provinsi relatif merata dan memberikan akses yang relatif sama ke semua bagian wilayah Lampung. Pola tersebut memberikan dukungan bagi pencapaian perkembangan ruang yang lebih proporsional, terutama bagi wilayah bagian Barat dan bagian Timur Lampung. Gambar 10. Pola Pembebanan Pergerakan Barang Tahun 2015 Pada Tahun 2015 pola pergerakan terlihat meningkat dengan pembebanan terbesar pada ruas jalan bakauheni bandar lampung sebesar 393.606 Ton per hari, kemudian melalui Tanggamus ke arah Liwa sebesar 393.274 Ton per hari. Pergerakan barang melalui lintas timur adalah sebesar 265.665 Ton per hari, sampai ke ruas jalan menuju Sumatera Selatan. Permasalahan lainnya yang dihadapi adalah eksternalitas akibat pergerakan regional yang melintasi Provinsi Lampung. Tingginya volume pergerakan regional yang sifatnya menerus dengan asal dan tujuan wilayah di luar Provinsi Lampung telah menciptakan eksternalitas bagi Lampung dalam bentuk beban kerusakan jalan. Pembebanan pergerakan barang pada Tahun 2020 adalah sebagai berikut. Gambar 11. Pola Pembebanan Pergerakan Barang Tahun 2020 19

Pada Tahun 2020 pola pergerakan angkutan meningkat dengan pembebanan terbesar pada ruas jalan bakauheni bandar lampung sebesar 496.402 Ton per hari, meningkat 100.000 Ton per hari dari 5 tahun sebelumnya kemudian melalui Tanggamus ke arah Liwa sebesar 383.463 Ton per hari. Pergerakan barang melalui lintas timur adalah sebesar 308.861 Ton per hari, sampai ke ruas jalan menuju Sumatera Selatan. Gambar 12. Pola Pembebanan Pergerakan Barang Tahun 2025 Pada tahun prediksi 2025 pergerakan terbesar masih melalui Ruas Jalan Bakauheni sampai Bandar Lampung berkisar antara 425.193-564.039 Ton perhari. Dari Bandar Lampung menuju Bengkulu berkisar antara 399.134-435.976 Ton per hari. Sedangkan melalui Lintas Timur sampai Sukadana sebesar 224.863-353.709 Ton per hari, dan dari Sukadana sampai jalan menuju Sumatera Selatan sebesar 251.370 384.772 Ton per hari. Pembebanan pergerakan barang pada tahun 2030 adalah sebagai berikut : Gambar 13. Pola Pembebanan Pergerakan Barang Tahun 2030 20

Pada tahun akhir prediksi yaitu tahun 2030 pergerakan terbesar masih melalui Ruas Jalan Bakauheni sampai Bandar Lampung berkisar antara 483.418 641.280 Ton perhari. Dari Bandar Lampung menuju Bengkulu berkisar antara 428.528-473.544 Ton per hari. Sedangkan melalui Lintas Timur sampai Sukadana sebesar 322.436-402.145 Ton per hari, dan dari Sukadana sampai jalan menuju Sumatera Selatan sebesar 333.346 437.462 Ton per hari Beberapa ruas jalan telah berada pada kondisi yang mantap sehingga mampu dilewati kendaraan berat tanpa menimbulkan kerusakan. Beberapa ruas jalan yang lain hanya mampu dilewati kendaraan dengan beban gardan yang tidak terlalu berat sehingga dapat dilihat bahwa untuk angkutan barang dengan kendaraan berat hanya mampu dilayani ruas-ruas jalan tertentu. Di beberapa ruas, jaringan lintas ini melewati jalan dengan kondisi geografis yang tidak menguntungkan dan harus dilakukan pembenahan atau dibuat jalur alternatif yang mempercepat perjalanan. Jika dilihat dari karakteristiknya, angkutan barang terdiri dari angkutan hasil industri dan pertanian/perkebunan dengan moda truk sedang dan pick-up. Hal ini menunjukkan bahwa moda yang digunakan merupakan moda kendaraan dengan berat gardan yang tidak sangat besar. Hal ini dikarenakan pusat produksi perindustrian dan pertanian serta perkebunan bisa jadi merupakan wilayah yang hanya bisa dijangkau oleh kendaraan dengan kelas kecil-menengah tersebut. Kondisi diatas memberikan gambaran angkutan barang seperti apa yang dibutuhkan oleh Propinsi Lampung yaitu angkutan barang dengan kapasitas kecil-sedang tapi dengan jumlah yang banyak (dibuktikan dengan besarnya frekuensi pergerakannya yaitu setiap hari) sehingga daya jangkaunya sangat jauh ke seluruh wilayah. Hal ini memberikan keuntungan bagi kondisi jaringan lintas yang dibutuhkan karena tidak harus menggunakan jalan dengan daya dukung tinggi, tapi asal mampu dilalui oleh kendaraankendaraan tersebut dan mampu menjangkau ke seluruh pelosok wilayah. 4. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pola pergerakan barang pada tahun dasar (2010) sebagian besar melalui ruas jalan dari bakauheni sampai Bandar Lampung melalui jalan nasional, selanjutnya menuju Lampung Tengah yang kemudian terbagi menjadi dua melalui lintas tengah dan lintas timur menuju ke Sumatera Selatan. b. Pergerakan barang di Provinsi Lampung (antar zona internal maupun antar zona eksternal) masih didominasi oleh angkutan moda truk di jalan raya, sedangkan angkutan KA hanya menyumbang tidak lebih dari 10 %. c. Pola pergerakan pada tahun rencana (2030) banyak didominasi oleh pergerakan menerus yang semakin besar dengan dominasi pergerakan dari Pulau Jawa ke arah Sumatera Selatan, maupun sebaliknya. Pergerakan antar zona internalnya maupun zona eksternal ke zona internalnya juga terlihat mengalami peningkatan yang cukup signifikan. d. Sampai dengan Tahun 2030 perjalanan barang dari Jawa-Sumatera (Inter-urban) masih dominan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jalur utama angkutan barang di Propinsi Lampung yang paling strategsi untuk saat dan di 21

masa yang akan datang adalah di sepanjang Bakauheni-Sumatera Selatan maupun Bengkulu baik melalui jalan Tol, jalan Nasional, maupun KA. DAFTAR PUSTAKA Ben-Akiva, M. and S. Lerman, 1985, Discrete Choice Analysis: Theory and Application to Travel Demand. MIT Press, Cambridge, Massachusetts. Junaedi Tas an, 2001, Studi Evolusi MAT Dinamis Akibat Adanya Fluktuasi Arus Lalulintas, Magister Thesis, Institut Teknologi Bandung. Junaedi Tas an, 2007, Analisis Kinerja Angkutan Umum Mikrolet (Studi Kasus Mikrolet D.01 Rute Kebayoran Lama-Ciputat), Proceding Simposium X FSTPT, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanegara, Jakarta. Junaedi Tas an, 2008, Analisis Perubahan Arus Lalulintas dan Pengaruhnya Terhadap Matrik Asal Tujuan (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung), Jurnal Penelitian MEDIA TEKNIK SIPIL, Volume VIII, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Levinson, D. and Kumar A. 1995. A Multi-modal Trip Distribution Model. Transportation Research Record #1466: 124-131. Ortuzar, J. D. and Willumsen, L. G. 1994, Modelling Transport, Second Edition, John Wiley and Sons Ltd. Suyuti, R. dan Tamin, O. Z. 2006, Estimasi Parameter Model Kebutuhan Transportasi Berdasarkan Informasi Data Arus Lalu Lintas Pada Kondisi Pemilihan Rute Keseimbangan, Desertasi Doktor, Institut Teknologi Bandung Tamin, O.Z. (2000), Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Edisi II, Penerbit ITB, Bandung. Tamin, O.Z., et al. 2001, Dynamic Origin-Destination (O-D) Matrices Estimation From Real Time Traffic Count Information, Graduate Team Research, University Research for Graduate Education (URGE) Project. Tamin, O.Z., Sjafruddin A, and Purwanti, O. 2002, Public Transport Demand Estimation by Calibrating The Combined Trip Distribution-Mode Choice (TDMC) Model from Passenger Counts: A Case Study in Bandung, Indonesia, the 4th Proceedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies (EASTS). 22