BAB I PENDAHULUAN. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan

dokumen-dokumen yang mirip
Tingkat Ekspresi Galectin-3 Sebagai Penanda Lesi Jinak Dan Lesi Ganas Pada Tiroid

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia dan di Bali khususnya insiden karsinoma tiroid sangat tinggi sejalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Massa regio colli atau massa pada leher merupakan temuan klinis yang

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma kolorektal (KKR) merupakan masalah kesehatan serius yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membuat protein, dan mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormon

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

Majalah Kesehatan FKUB Volume 2, Nomer 3, September 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penelitian yang dilakukan oleh Weir et al. dari Centers for Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian pada wanita setelah kanker payudara. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jutaan wanita di seluruh dunia terkena kanker payudara tiap tahunnya. Walaupun

BAB 1 PENDAHULUAN. 5 15% wanita usia reproduktif pada populasi umum. rumah sakit pemerintah adalah sebagai berikut : di RSUD dr.

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DIAGNOSIS SITOLOGI PASIEN DENGAN NODUL TIROID YANG DILAKUKAN PEMERIKSAAN FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid normal berbentuk seperti sayap kupu-kupu dengan dua lobus

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker Ovarium Epitel (KEO) merupakan kanker ginekologi yang. mematikan. Dari seluruh kanker ovarium, secara histopatologi dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. kompleks, mencakup faktor genetik, infeksi Epstein-Barr Virus (EBV) dan

BAB I PENDAHULUAN. dikalangan wanita sedunia, meliputi 16% dari semua jenis kanker yang diderita

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah cross sectional

BAB I PENDAHULUAN. paling umum terjadi dan paling banyak menyebabkan. kematian pada perempuan setelah karsinoma paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan terdapat kasus baru kanker ovarium dan kasus meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyebab kematian utama yang memberikan kontribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dan merupakan kanker kelima paling sering pada wanita di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi salah satunya karena perubahan pola

BAB I PENDAHULUAN. ginekologi utama di Amerika Serikat, sekitar 1 dari 70 wanita di Amerika

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

Ekspresi Galectin-3 dan Cyclin D1 pada Nodular Hiperplasia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Staging tumor, nodus, metastasis (TNM) Semakin dini semakin baik. di bandingkan dengan karsinoma yang sudah invasif.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma payudara merupakan karsinoma terbanyak. pada wanita di dunia. Menurut World Health Organization

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma epitel skuamosa yang timbul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker ovarium merupakan keganasan yang paling. mematikan di bidang ginekologi. Setiap tahunnya 200.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tumor secara umum merupakan sekumpulan penyakit. yang membuat sel di dalam tubuh membelah terlalu banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

KONFIRMASI DIAGNOSTIK SITOLOGI IMPRINT DAN POTONG BEKU TERHADAP HISTOPATOLOGI LESI-LESI TIROID DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN TESIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. sempurna jika tubuh mampu mengeliminasi penyebabnya, tetapi jika tubuh tidak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. tiroid ditemukan pada 4-8% dari populasi umum dengan pemeriksaan palpasi, 10-

BAB 1 PENDAHULUAN. ini berbentuk soliter dan dapat tumbuh secara acak di semua sel saraf.

Ekspresi prb untuk Membedakan Neoplasma Tiroid Jinak dan Ganas Dibandingkan dengan Gambaran Hsitopatologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB I PENDAHULUAN. klinik. Prevalensi nodul berkisar antara 5 50% bergantung pada populasi tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kulit terbagi 2 kelompok yaitu melanoma dan kelompok non

BAB I PENDAHULUAN diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut (Lester, 2004 ;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. letak anatomisnya. Sebagian jaringan tiroid ini kadang tertinggal di

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

drg. Muhammad Hamka Maha Putra

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ekspresi Imunositokimia CK19

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai stadium lanjut dan mempunyai prognosis yang jelek. 1,2

Ekspresi Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) pada Nodul Hiperplastik, Adenoma Folikuler dan Karsinoma Folikuler Tiroid

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia. Pada tahun 2012 sekitar 8,2 juta kematian diakibatkan oleh kanker. Kanker

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyebab yang kompleks. Angka kejadian KNF tidak sering ditemukan di dunia barat

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB I PENDAHULUAN. berbeda memiliki jenis histopatologi berbeda dan karsinoma sel skuamosa paling

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, HISTOPATOLOGIS DARI PINDBORG TUMOR. 2.1 Definisi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Di United States, sekitar 14 juta laki-laki memiliki keluhan BPH.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah suatu karsinoma sel skuamosa. yang berasal dari sel epitel nasofaring (Brennan, 2006; Wei, 2006).

Validitas Pemeriksaan Imunositokimia HMGA2 dalam Penegakan Diagnosis Nodul Jinak dan Ganas Tiroidpada Sediaan Biopsi Aspirasi Jarum Halus

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan di seluruh dunia dewasa ini (12.6% dari seluruh kasus baru. kanker, 17.8% dari kematian karena kanker).

NASKAH PUBLIKASI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY (FNAB) PADA NODUL TIROID DI RSUD SOEDARSO PADA PERIODE TAHUN

Ekspresi Imunositokimia Hector Battifora Mesothelioma Cell-1 (HBME-1) pada Nodul Tiroid Diferensiasi Sel Folikel

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara adalah keganasan pada payudara. yang berasal dari sel epitel kelenjar payudara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma Nasofarings (KNF) merupakan subtipe yang berbeda dari

PERANAN PATOLOGI DALAM DIAGNOSTIK TUMOR PAYUDARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN METODE HASIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kanker kolorektal merupakan kanker ketiga terbanyak dan penyebab

ENDOMETRIOID ADENOKARSINOMA OVARII SINISTRA BERDIFERENSIASI BURUK DENGAN INVASI KE UTERUS

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kelompok tumor ganas kulit yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. umum adalah 4-8 %, nodul yang ditemukan pada saat palpasi adalah %,

I. BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

UJI DIAGNOSTIK FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY) DIBANDINGKAN DENGAN BIOPSI PATOLOGI ANATOMI DALAM MENDIAGNOSIS KARSINOMA TIROID

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan kanker yang paling. sering pada wanita di negara maju dan berkembang, dan

BAB 6 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian pada 45 penderita karsinoma epidermoid serviks uteri

Laporan Kasus. Peran Sitologi Aspirasi Jarum Halus dalam Mendiagnosis Pembesaran Kelenjar Salivari : Kajian 227 Kasus

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

PENILAIAN KADAR SERUM THYROID STIMULATING HORMONE SENSITIVE SEBAGAI DETEKSI DINI PADA KANKER TIROID

BAB I. PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG. American Thyroid Association (2014) mendefinisikan. nodul tiroid sebagai benjolan yang terbentuk karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama

PETANDA TUMOR (Tumor marker) ELLYZA NASRUL Bagian Patologi Klinik FK Unand/RS.dr.M.Djamil Padang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karsinoma tiroid merupakan keganasan tersering organ endokrin.sebagian besar neoplasma tersebut berasal dari sel epitel folikel dan merupakan tipe papiler. Keganasan ini dapat menunjukkan pola folikular yang tidak jarang dikelirukan dengan hiperplasia nodular yang merupakan nodul nonneoplastik ataupun dapat menyerupai morfologi adenoma folikular jinak. Karsinoma papiler tiroid cenderung memiliki pertumbuhan yang lambat dan prognosis yang baik, namun apabila tidak diterapi dengan tepat, keganasan ini dapat mengalami metastasis ke kelenjar getah bening dan bahkan menyebar ke organ jauh. Sebagian besar lesi tiroid, baik itu hiperplasia fisiologis, lesi nodular jinak, dan neoplasma ganas, menunjukkan gambaran mikrofolikel atau makrofolikel yang khas (Baloch and LiVolsi, 2010). Pada kebanyakan kasus, diagnosis dapat segera dinilai tanpa kesulitan berdasarkan kriteria sitologi dan histopatologi (Fischer and Asa, 2008). Sebagai contoh, hiperplasia nodular biasanya berhubungan dengan nodular goiter, dan dapat segera dikenali berdasarkan gambaran variabilitas ukuran folikel dan adanya berbagai perubahan degeneratif, seperti fibrosis, perdarahan, dan pembentukan kista.adenoma folikular biasanya muncul sebagai nodul tunggal, dipisahkan dari parenkim tiroid yang normal oleh kapsel fibrosa yang utuh, dan umumnya menunjukkan gambaran mikrofolikel dan

2 makrofolikel yang dominan, tanpa invasi pembuluh darah maupun invasi pada kapsel (Fischer and Asa, 2008; Baloch and LiVolsi, 2010; Rosai, 2010) Pada beberapa situasi tidak jarang diagnosis sulit ditegakkan, khususnya pada kelompok nodul tiroid dengan arsitektur follicular ( follicular pattern ). Diagnosis follicular-patterned lesions of uncertain malignant potential pada sediaan histopatologi dapat mengakibatkan kebingungan klinisi, sehingga menghambat penatalaksanaan yang efektif terhadap lesi ini. Membedakan karsinoma papiler varian folikulardengan adenoma folikularbisa sulit bila lesi berkapsel, serta gambaran inti dari karsinoma papiler hanya tampak fokal (Chan, 2004; Renshaw and Gould, 2005; Elsheikh et al., 2008; Saleh et al., 2010).Begitu pula hiperplasia nodular yang berbatas tegas, dan secara mikroskopis menunjukkan pola pertumbuhan papiler, dapat dikelirukan dengan karsinoma papiler tiroid. Hiperplasia papiler ini menunjukkan pola pertumbuhan berlebih dari sel epitel folikel dengan inti berbentuk bulat dan tidak jernih. Lesi ini ditemukan pada pasien hipertiroidisme autoimun yang tidak diobati, gangguan kongenital metabolisme tiroid, serta fokus hiperfungsi dari kelenjar tiroid (Baloch and LiVolsi, 2010; Rosai, 2010). Beberapa laporan menemukan adanya variabilitas di antara para ahli patologi dalam menentukan kriteria minimal untuk mendiagnosis karsinoma papiler tiroid (Chan, 2004).Elsheikh, et al (2008), dalam penelitiannya melaporkan adanya variasi intraobserver yang luas dalam mendiagnosis karsinoma papiler varian folikular berkisar antara 17% sampai 100%. Disebutkan pula adanya variasi interobserver yang dipengaruhi oleh lokasi geografis serta latar belakang

3 pelatihan ahli patologi. Hirokawa, et al (2008), melakukan review terhadap 21 sediaan lesi folikular tiroid yang berkapsel, dan membandingkan diagnosis di antara delapan ahli patologi (empat dari Amerika dan empat lainnya dari Jepang). Kesepakatan diagnosis di antara delapan ahli hanya ditemukan pada dua kasus. Kesepakatan dalam menegakkan diagnosis lesi jinak dan ganas ditemukan pada 62% kasus. Diagnosis karsinoma papiler cenderung lebih sering dikemukakan oleh ahli patologi Amerika, sedangkan frekuensi diagnosis adenomatous goiter lebih tinggi pada ahli patologi Jepang dibandingkan Amerika (Elsheikh et al., 2008). Ditemukan pula kekhawatiran mengenai kemungkinan underdiagnosis karsinoma papiler sebagai lesi jinak neoplastik atau nonneoplastik (Chan, 2004). Dasar kekhawatiran ini adalah adanya laporan kasus karsinoma papiler varian folikular yang awalnya didiagnosis sebagai adenoma folikular dan microfollicular adenomatoid nodule, tetapi kemudian mengalami metastasis ke paru-paru dan tulang (Baloch and LiVolsi, 2005). Penelitian lainnya melaporkan lesi tiroid dengan gambaran makrofolikular yang secara sitologi dan arsitektural sangat menyerupai nodular goiter ternyata telah mengalami metastasis ke kelenjar getah bening dan merupakan suatu karsinoma papiler tiroid (Baloch and LiVolsi, 2010). Dalam praktek sehari-hari juga tidak jarang ditemukan kasus-kasus seperti di atas, sehingga menyulitkan diagnosis. Pemeriksaan tambahan, seperti imunohistokimia diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis. Imunohistokimia dapat diperiksa tunggal maupun kombinasi secara panel, untuk meningkatkan akurasi diagnostik lesi tiroid, khususnya lesi yang menampilkan

4 pola folikular (DeMatos et al., 2005, Prasad et al., 2005, Fischer and Asa, 2008). Suatu tumor marker yang ideal harus mempunyai beberapa karakteristik, di antaranya spesifik, sensitif, mudah dikerjakan, mudah diinterpretasikan, tidak mahal, dan dapat digunakan pada spesimen fine needle aspiration biopsy (FNAB). Menurut Fischer and Asa (2008), berbagai marker imunohistokimia tersebut dibedakan menjadi beberapa kategori, diantaranya golongan yang terlibat dalam adesi sel (galectin-3, E-cadherin, fibronektin), reseptor signaling (RET), gene transcription control (thyroxin transcription factor-1 (TTF-1)),sekresi (thyroglobulin, calcitonin, carcinoembryonic antigen (CEA)), regulasi siklus sel (p27, cyclin D1), dan struktur sel (cytokeratine (CK) 19). Beberapa studi menyatakan bahwa salah satu marker imunohistokimia yang banyak diteliti dan digunakan oleh para ahli patologi dalam membedakan berbagai lesi tiroid adalah galectin-3. Chiu, et al (2010), dalam review artikelnya menyatakan bahwa galectin-3 merupakan marker yang paling akurat dalam mendiagnosis differentiated thyroid carcinoma, bila dibandingkan dengan panel 56 marker molekular lainnya. Studi lainnya melalui pemeriksaan tissue microarray menggunakan sampel penelitian 100 nodul jinak dan 105 nodul ganas tiroid yang dipulas dengan 57 marker dan diteliti imunoekspresinya, melaporkan berbagai marker yang penting dalam mendiagnosis differentiated thyroid carcinoma, antara lain galectin-3, cytokeratine 19, vascular endothelial growth factor, androgen receptor, p16, aurora-a, dan hector battifora mesothelial epitope-1 (HBME-1). Disebutkan pula bahwa galectin-3 memiliki akurasi

5 diagnostik sebesar 86,9%, sebanding dengan panel berbagai marker terbaik yang memiliki akurasi diagnostik sebesar 91,0%. Galectin-3 merupakan family protein yang mengikat β-galactoside pada glikoprotein dan glikolipid sel. Protein ini menunjukkan struktur pentamer yang mampu mengadakan reaksi silang dengan glikoprotein pada permukaan sel, menghasilkan bentuk baru yang berperan dalam sinyal seluler dan stabilisasi reseptor. Galectin-3 diekspresikan oleh sel makrofag, netrofil, sel mast, dan sel langerhans, serta terlibat dalam beberapa proses fisiologis dan patologis, termasuk regulasi normal proliferasi sel dan inhibisi apoptosis, interaksi antar sel dan sel dengan matriks, adhesi, serta migrasi. Protein ini juga diyakini memiliki peranan dalam peradangan dan perbaikan kerusakan sel, transformasi neoplastik, dan metastasis. Pada tiroid, beberapa laporan menyebutkan bahwa galectin-3 mengalami ekspresi yang tinggi pada tumor ganas (DeMatos et al., 2005; Prasad et al., 2005; Chiu et al., 2010). Galectin-3 terekspresi positif pada inti, sitoplasma, permukaan sel, dan matriks disekitar sel. Pada sebagian besar kasus karsinoma papiler tiroid, galectin- 3 terpulas difus dan kuat pada sitoplasma (DeMatos et al., 2005; Prasad et al., 2005; Cheung et al., 2006; Fischer and Asa, 2008). Sebaliknya, imunoreaktivitas galectin-3 hanya ditemukan fokal pada sejumlah kecil kasus tumor tiroid jinak dan tidak terekspresi pada spesimen jaringan tiroid normal (Chiu et al., 2010). Berdasarkan hal tersebut di atas, bahwa tidak jarang terdapat kesulitan diagnosis dalam menentukan lesi nonneoplastik, neoplastik jinak, maupun ganas

6 pada kasus-kasus nodul soliter tiroid yang berasal dari diferensiasi sel epitel folikel, khususnya yang menampilkan arsitektur folikular dan atau papiler, maka perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan pulasan imunohistokimia galectin-3 yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan gambaran ekspresinya pada berbagai lesi tiroid tersebut, serta membuktikan bahwa galectin-3 terekspresi paling kuat dan merata pada karsinoma papiler, dibandingkan dengan hiperplasia nodular dan adenoma folikular, sehingga dapat digunakan sebagai marker diagnostik. Penelitian ini belum pernah dilakukan di Bali, sehingga apabila terbukti, maka hasil pemeriksaan imunohistokimia galectin-3 dapat pula bermanfaat dalam memberikan informasi tambahan kepada klinisi, sehingga penatalaksanaan pasien menjadi lebih tepat. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah: 1. Apakah ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada adenoma folikular dibandingkan dengan hiperplasia nodular pada organ tiroid? 2. Apakah ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada karsinoma papiler dibandingkan dengan hiperplasia nodular pada organ tiroid? 3. Apakah ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada karsinoma papiler dibandingkan dengan adenoma folikular pada organ tiroid?

7 1.3 Tujuan Penelitian Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini, adalah: 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan ekspresi galectin-3 pada hiperplasia nodular, adenoma folikular, dan karsinoma papiler pada organ tiroid, sehingga dapat digunakan sebagai marker diagnostik dalam membedakan berbagai lesi tiroid tersebut. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk membuktikan bahwa ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada adenoma folikular dibandingkan dengan hiperplasia nodular pada organ tiroid. 2. Untuk membuktikan bahwa ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada karsinoma papiler dibandingkan dengan hiperplasia nodular pada organ tiroid. 3. Untuk membuktikan bahwa ekspresi galectin-3 lebih tinggi pada karsinoma papiler dibandingkan dengan adenoma folikular pada organ tiroid.

1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini, antara lain: 1.4.1 Manfaat Akademik 1. Memberikan informasi data epidemiologi tentang ekspresi galectin-3 pada berbagai nodul tiroid yang berasal dari diferensiasi sel epitel folikel, baik itu nodul nonneoplastik (hiperplasia nodular), nodul neoplastik jinak (adenoma folikular), dan nodul neoplastik ganas (karsinoma papiler). 2. Memperkuat landasan teori mengenai peranan galectin-3 pada adesi sel, serta proliferasi dan diferensiasi sel epitel folikel tiroid ke arah keganasan. 1.4.2 Manfaat Praktis Apabila penelitian ini terbukti, maka galectin-3 dapat digunakan sebagai marker diagnostik,sehingga lebih memudahkan dalam menegakkan diagnosis lesi-lesi nonneoplastik, neoplastik jinak, maupun ganas pada kasus-kasus nodul tiroid yang berasal dari diferensiasi sel epitel folikel, khususnya yang menampilkan arsitektur folikular dan atau papiler, serta tidak menunjukkan gambaran inti karsinoma papiler tiroid yang jelas. Diagnosis yang akurat akan memberikan manfaat bagi klinisi, sehingga penanganan pasien menjadi lebih tepat.