BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Pola buang air besar pada anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pada buang air besar perharinya. Berat daily stool dapat melebihi berat normal ratarata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah masa post natal atau masa setelah lahir yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare

Apa Penyebab Diare? Penyebab diare pada bayi/anak dan dewasa ada yang berbeda. Penulis akan menjelaskan penyebab bayi/anak dan dewasa tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien

DIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni

PENDATAAN DAN PELAPORAN P2 DIARE

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

Buku Saku Petugas Kesehatan

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

7 Langkah Cara Mencuci Tangan Yang Benar Menurut WHO

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP DASAR. bakteri, virus dan pathogen parasit (Wong, 2004)

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

Oleh: Aulia Ihsani

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sehingga tanaman kelapa dijuluki Tree of Life (Kriswiyanti, 2013).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk

Pokok Bahasan: GASTROENTEROLOGI dan HEPATOLOGI Sakit perut berulang M. Juffrie

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIARE (GASTROENTRITIS) DENGAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING

TINJAUAN PUSTAKA. melindungi kebersihan tangan. Sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara

BAB II TINJUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 200 g atau 200 ml/24 jam. Diare merupakan buang air besar encer lebih dari 3 kali

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare Menurut WHO (2005), diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari, dan biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Pada bayi, konsistensi tinja dan frekuensi buang air besarnya harus lebih diperhatikan, hal ini dikarenakan frekuensi buang air besar pada bayi lebih sering dibandingkan orang dewasa, bisa sampai lima kali dalam sehari. Diare pada bayi merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari empat kali dalam sehari. 2. Penyebab Diare a. Faktor Infeksi 1. Infeksi Internal Infeksi internal merupakan infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Rotavirus merupakan penyebab utama infeksi (70-80%), sedangkan bakteri dan parasit ditemukan 10-20% pada anak. Infeksi bakteri : Aeromonas hidrophilia, Bacillus cereus, Campylobacter jejuni, Clostridium diffcile, Clostridium perfringens, Escherichia coli, Salmonella sp, Shigella sp, Staphylococcus aureus, Vibrio cholera, Vibrio parahaemoliticus, Yersinia enterocolitica. Infeksi virus : Adenovirus, Rotavirus, Virus Norwalk, Astrovirus, Calicivirus, Coronavirus Minirotavirus, Virus bulat kecil. Infeksi

parasit : Balantidium coli, Capillaria philippinensis, Cryptosporidium, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Strongyloides stercotalis, Faciolopsis buski, Sarcocystis suthominis, Trichuris trichiura, Candida sp, Isospora belli. 2. Infeksi Parenteral Infeksi parenteral merupakan infeksi di luar saluran pencernaan makanan, seperti Otitis Media Akut (OMA), bronkopneumonia, tonsillitis, ensefalitis. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak yang berusia di bawah 2 tahun. b. Faktor Malabsorbsi (gangguan absorbsi) Seperti gangguan absorbsi karbohidrat (pada bayi dan anak yang tersering adalah intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. c. Faktor Makanan Seperti alergi makanan, makanan basi, beracun. d. Faktor Psikologis Seperti rasa takut dan cemas. e. Faktor Ekonomi Faktor ekonomi adalah pendapatan keluarga dihitung dari pendapatan keluarga perkapita dalam waktu satu bulan. Sulitnya menghitung pendapatan riil seseorang, maka pengeluaran keluarga dapat dipakai sebagai salah satu indikator yang dapat menggambarkan keadaan kesejahteraan masyarakat. Faktor - faktor ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor - faktor penyebab diare. Kebanyakan pada anak yang mudah menderita diare berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk dan tidak adanya penyediaan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan (Suharyono, 2002).

f. Pemberian Susu Formula Pada awal bayi menerima susu formula, bayi akan mengalami mencret. Hal ini merupakan keluhan yang banyak pada orang tua. Jika susu formula tersebut ternyata cocok, maka mencret hanya akan terjadi antara 3 sampai dengan 4 hari. Setelah itu, kondisi si kecil akan kembali normal. Hal ini terjadi karena usus bayi sedang beradaptasi dengan susu formula tersebut. Jika susu formula yang diberikan tidak cocok maka mencret akan terjadi terus menerus (Indiarti M.T, 2007). Susu formula kadang memberi gejala diare pada bayi. Jika ada anak yang sehabis makan dan minum zat yang mengandung karbohidrat seperti susu formula, bubur, nasi, roti dan lain - lain, kemudian mengalami diare berulang harus diwaspadai adanya kemungkinan mengalami intolerance laktosa. Jika terjadi demikian, dapat ditangani dengan pemberian makanan yang bebas laktosa atau rendah laktosa (Widjaja, 2002). Banyak faktor yang berperan terhadap terjadinya diare pada pemberian susu formula seperti peralatan makanan yang digunakan, cara - cara pembersihan alat, serta cara pemberian susu formula kepada bayi. Sebaiknya tidak terlalu sering mengganti atau merubah jenis susu formula bayi karena dapat menyebabkan lambung bayi harus berulang - ulang beradaptasi dengan jenis susu baru, bahkan dapat saja bayi alergi terhadap satu jenis susu formula tertentu dan mengalami diare berkepanjangan (Widjaja, 2002).

g. Antibiotik Jika bayi mengalami diare selama pemakaian antibiotik, hal ini dapat berhubungan dengan pengobatan yang sedang dijalaninya. Antibiotik membunuh bakteri baik dalam usus selama pengobatan. Konsultasikan pada dokter mengenai hal ini. Namun, jangan hentikan pengobatan pada bayi sampai dokter memberikan persetujuan. 3. Patogenesis dan Patofisiologi Diare a. Patogenesis Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare yaitu : 1. Gangguan Sekretorik/Sekresi Akibat rangsangan toksin/rangsangan tertentu pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 2. Gangguan Osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. 3. Gangguan Motilitas Usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya, bila peristaltik usus menurun, akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare.

b. Patofisiologi Sebagai akibat diare akan terjadi dehidrasi yaitu kehilangan cairan dan elektrolit karena kehilangan air/output lebih banyak daripada asupan/input. Gangguan keseimbangan asam - basa/metabolik asidosis terjadi karena kehilangan natriumbikarbonat bersama feses, adanya ketosis kelaparan, metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh, terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoreksia jaringan, produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oligoria/anuria), pemindahan ion natrium dari cairan ekstra - seluler ke dalam cairan intra - seluler, hipoglikemia sering terjadi pada anak yang menderita diare dengan kekurangan kalori protein, hal ini terjadi karena penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu dan adanya gangguan absorbsi glukosa, gangguan gizi (penurunan berat badan dalam waktu yang singkat), gangguan sirkulasi (dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan/syok hipovolemik) (Anik M., 2011).

4. Klasifikasi Diare Berdasarkan Tanda dan Gejala Klasifikasi Diare tanpa dehidrasi Tanda dan Gejala - Tidak cukup tanda - tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang Diare dehidrasi ringan/sedang - Gelisah, rewel, mudah marah - Haus, minum dengan lahap - Cubitan kulit perut kembalinya lambat Diare dehidrasi berat - Letargis atau tidak sadar - Mata cekung - Tidak bisa minum atau malas minum - Cubitan perut kembalinya sangat lambat Jika Diare 14 Hari atau Lebih Diare persisten Klasifikasi Diare persisten berat Tanda dan gejala Tanpa dehidrasi Ada dehidrasi Jika Ada Darah Dalam Tinja Klasifikasi Tanda dan Gejala Disentri Darah dalam tinja/bercampur darah (Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004)

5. Penatalaksanaan Diare Sesuai Tanda Gejala Gejala Klasifikasi Tindakan Tidak cukup tanda tanda untuk diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau ringan/sedang Diare tanpa dehidrasi - Beri cairan dan makanan sesuai rencana terapi A Nasehati ibu tentang kapan harus segera kembali - Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan Terdapat 2 atau lebih Diare : dehidrasi - Berikan cairan dan makanan sesuai dari tanda berikut ini : - Gelisah, rewel, mudah marah - Haus, minum dengan lahap - Cubitan kulit perut kembalinya lambat ringan/sedang rencana terapi B - Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya, rujuk segera ke rumah sakit dan mintakan ibu agar tetap memberikan oralit serta anjurkan untuk tetap memberi ASI - Nasehati ibu kapan harus segera kembali - Kunjungan ulang setelah 5 hari bila tidak ada perbaikan Terdapat 2 atau lebih dari tanda berikut ini : - Letargis atau tidak sadar - Mata cekung - Tidak bisa minum atau malas minum - Cubitan perut kembalinya sangat lambat Diare : dehidrasi berat - Jika tidak ada klasifikasi berat lainnya, maka berikan cairan - Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya, segera rujuk dan selama dalam perjalanan, mintakan ibu agar terus memberikan oralit sedikit demi sedikit - Anjurkan ibu tetap memberi ASI - Jika ada kolera di daerah tersebut, beri obat antibiotik untuk kolera (Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004)

Jika Diare 14 Hari atau Lebih Gejala Klasifikasi Tindakan Tanpa dehidrasi Diare persisten - Nasehati ibu tentang cara pemberian makanan pada anak dengan diare persisten - Kunjungan ulang setelah 5 hari Ada dehidrasi Diare persisten berat - Atasi sebelum dirujuk, kecuali bila anak juga mempunyai klasifikasi berat - Rujuk Jika ada darah di dalam tinja Gejala Klasifikasi Tindakan Ada darah dalam tinja Disentri - Beri antibiotik yang (BAB bercampur darah) sesuai untuk shigella selama 5 hari - Kunjungan ulang setelah 2 hari (Sumber : Buku Bagan MTBS, Depkes RI, 2004)

6. Rencana Terapi A dan Terapi B Menurut MTBS (2011) Adalah : a. Rencana Terapi A : Penanganan Diare di Rumah 1. Beri Cairan Tambahan - Berikan ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian - Jika anak memperoleh ASI Eksklusif, berikan oralit atau larutan gula garam - Jika anak tidak memperoleh ASI Eksklusif, berikan 1 atau lebih cairan berikut ini : Oralit atau larutan gula garam, cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang 2. Beri tablet zinc selama 10 hari 3. Bila tidak membaik segera ke puskesmas atau rumah sakit b. Rencana Terapi B : Penanganan Dehidrasi Ringan/Sedang dengan Oralit 1. Memberikan larutan oralit - Minumkan sedikit - sedikit tapi sering dari cangkir/mangkuk/gelas - Jika anak muntah, tunggu 10 menit. Kemudian berikan lagi lebih lambat - Lanjutkan ASI selama anak mau - Berikan tablet Zinc selama 10 hari - Setelah 3 jam : - Ulangi penilaian dan klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya - Pilih rencana terapi yang sesuai untuk melanjutkan pengobatan - Mulailah memberi makan anak - Bila tidak ada perbaikan segera dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit

c. Pemberian Tablet Zinc Untuk Semua Penderita Diare - Pastikan semua anak yang menderita diare mendapat tablet zinc sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan kecuali bayi muda - Dosis Tablet Zinc (1 tablet = 20 mg) Berikan dosis tunggal selama 10 hari : - Umur 2-6 bulan : ½ tablet - Umur > 6 bulan : 1 tablet - Cara Pemberian tablet Zinc : - Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet akan larut kurang lebih 30 detik), segera berikan kepada anak - Apabila anak muntah sekitar setengah jam setelah pemberian tablet zinc, ulangi pemberian dengan cara memberikan potongan lebih kecil dilarutkan beberapa kali hingga satu dosis penuh - Ibu tetap memberikan tablet zinc setiap hari selama 10 hari penuh, meskipun diare sudah berhenti - Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus, tetap berikan tablet zinc segera setelah anak bisa minum atau makan B. Cara Melakukan Pencegahan Diare yang Benar dan Efektif Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) Adalah : 1. Memberikan ASI Eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun 2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur 3. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air bersih yang cukup

4. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar 5. Buang air besar di jamban 6. Membuang tinja bayi dengan benar 7. Memberikan imunisasi campak Diare dapat diobati dengan oralit yang tujuannya untuk mencegah terjadinya kekurangan cairan tubuh sebagai akibat diare. Minumkanlah cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau. 1 bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Kalau oralit tidak ada buatlah larutan garam gula. Ambilah air putih (masak) 1 gelas masukan dua sendok teh peres gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Diaduk rata dan diberikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum. Bila diare tak terhenti dalam sehari atau penderita lemas sekali bawalah segera ke puskesmas (Anik M., 2011). C. Pengetahuan dan Sikap 1. Pengertian Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya. Pengetahuan maerupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara

sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek. Pengetahuan yang termasuk ke dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : 1. Tahu (Know), diartikan sebagai kemampuan mengingat kembali materi yang telah dipelajari, termasuk hal spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima 2. Memahami (Comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikannya secara luas 3. Aplikasi (Application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau situasi nyata 4. Analisis (Analysis), merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen - komponen yang masih dalam satu struktur dan masih ada kaitan satu sama lain. Misalnya : menggambarkan, membedakan, mengelompokan dan sebagainya 5. Sintesis (Synthesis), diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi - formulasi yang lama 6. Evaluasi (Evaluation), yaitu berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

2. Sikap (Attitude) Sikap adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik - tidak baik, dan sebagainya). Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. A. Komponen Pokok Sikap Menurut Azwar (2005) Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu : 1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. 2) Kehidupan emosiomal atau evaluasi terhadap objek Artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Artinya sikap adalah komponen yang mendahului tindakan atau berperilaku terbuka.

B. Berbagai Tingkatan Sikap Sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu : 1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (Responding) Merespon atau menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban terhadap pertanyaan, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3. Menghargai (Valuing) Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan bahkan mengajak, mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggungjawab (Responsible) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko yang akan ditanggung. D. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga atau masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan kemampuan untuk mencapai kesehatan secara optimal. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar, dalam hal ini berarti terjadi proses perkembangan atau perubahan kearah yang lebih tahu dan lebih baik pada diri individu. Pada kelompok masyarakat dari tidak tahu tentang

nilai nilai kesehatan menjadi tahu, dari tidak mampu mengatasi masalah kesehatan menjadi mampu. 2. Tujuan Pendidikan Kesehatan Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan dalam kesehatan, mencegah timbulnya penyakit, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. 3. Metode Pendidikan Kesehatan Metode dalam penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Pendidik tidak akan dapat melaksanakan tugasnya jika tidak dapat menguasai satupun metode yang telah dirumuskan dan dikembangkan oleh para ahli psikologi dan pendidikan. Terlaksananya proses pembelajaran untuk mencapai tujuan sangat dipengaruhi oleh metode yang dipergunakan. Metode yang digunakan pada aplikasi pendidikan kesehatan adalah metode belajar mengajar. Pada garis besarnya metode tersebut dibagi 2 macam yaitu : a. Metode Didaktik : Metode ini didasarkan pada cara satu arah atau one way method. Pendidik aktif dan peserta didik pasif. Kelemahannya sulit dievaluasi keberhasilannya. Yang termasuk metode ini adalah ceramah, siaran radio, TV/Film, media cetak. b. Metode Sokratik : Merupakan metode dua arah atau two - way traffic method. Dengan demikian peserta didik dapat aktif dan kreatif. Yang termasuk metode ini adalah diskusi kelompok, diskusi panel, diskusi buzz, diskusi forum, seminar, symposium, konperensi, penugasan/resitasi, studi

kasus, kunjungan lapangan, latihan lapangan, demonstrasi, brain storming, dan lain - lain. Dalam pembinaan ibu untuk berperan serta secara aktif dalam pencegahan timbulmya penyakit diare pada bayi, maka kegiatan pembinaan perlu diberikan pendidikan kesehatan untuk melaksanakan pencegahan diare. Adapun pendidikan kesehatan yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah : 1. Judul Pendidikan Kesehatan Adalah pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare terhadap ibu yang memiliki bayi 0 12 bulan 2. Tujuan a. Tujuan Umum Meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki bayi dalam mencegah timbulnya penyakit diare pada bayi b. Tujuan Khusus 1. Mampu menjelaskan pengertian penyakit diare, penyebab diare, klasifikasi diare berdasarkan tanda dan gejala, penatalaksanaan diare sesuai tanda gejala, cara melakukan pencegahan diare, 7 langkah cara mencuci tangan yang baik dan benar dan cara pemberian oralit dan larutan gula garam. 2. Mencegah, mengurangi ataupun menurunkan angka kejadian diare dan kematian bayi yang disebabkan oleh diare. 3. Mampu melakukan tindakan pencegahan diare yang selama ini belum bisa dilaksanakan dengan baik dan benar. 3. Alat yang digunakan : Leaflet atau brosur, Kuesioner

4. Metode Metode pendidikan kesehatan tentang pencegahan diare yaitu dengan metode ceramah, demonstrasi 7 langkah mencuci tangan yang baik dan benar dan cara pemberian oralit dan larutan gula garam. 5. Waktu memberikan pendidikan kesehatan adalah selama 1 hari, dengan waktu 1,5 jam efektif. 6. Materi Pendidikan Kesehatan Materinya adalah : pengertian tentang penyakit diare, penyebab dire, klasifikasi diare berdasarkan tanda dan gejala, penatalaksanaan diare sesuai tanda gejala, cara pencegahan diare, 7 langkah cara mencuci tangan yang baik dan benar, dan cara pemberian oralit dan larutan gula garam. 7. Pelaksanaan Menyiapkan materi, menyiapkan tempat yaitu di Posyandu Anggrek IX Wilayah Kerja Pustu Balam, pengaturan waktu penyampaian materi yaitu penjelasan secara singkat 30 menit, tanya jawab 10 menit, materi yang memerlukan peragaan pengaturan waktunya adalah 20 menit penjelasan singkat, 20 menit peragaan dan 10 menit tanya jawab. 8. Evaluasi Menyiapkan instrument evaluasi dalam bentuk kuesioner sebanyak 35 buah yang terdiri dari 20 pertanyaan pengetahuan, 15 pernyataan sikap dan menjelaskan tujuan dan proses evaluasi yaitu untuk mengukur pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan terhadap pengetahuan dan

sikap ibu tentang pencegahan diare pada bayi sebelum dan setelah satu bulan berikutnya diberikan pendidikan kesehatan. 4. Cara Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar Mencuci tangan adalah hal penting yang harus selalu diterapkan dalam kehidupan sehari - hari. Kita harus mencuci tangan teratur sebelum makan dan sesudah buang air, supaya kuman penyakit yang menempel di tangan tidak masuk ke dalam tubuh kita. Mencuci tangan pun tidak boleh sembarangan, melainkan harus benar dan seksama. Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun biasa dan air. Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah merupakan salah satu unsur pencegahan penularan infeksi. Mencuci tangan pun harus menggunakan air bersih dan mengalir. Air yang bersih yang layak digunakan untuk cuci tangan tentunya adalah air yang jernih, tidak berbau dan tidak berwarna. Ada banyak sekali standar kesehatan mengenai air bersih terutama yang berhubungan dengan air minum dan untuk kesehatan, termasuk di dalamnya air yang bebas mikroorganisme, bahan kimia, dan bahan radioaktif. Namun untuk keperluan mencuci tangan bagi masyarakat awam, maka cukup digunakan kriteria yang disebutkan yakni jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Dengan mencuci tangan di air mengalir, maka kotoran dan kuman akan hanyut terbawa air. Jadi mulai sekarang bila kita makan di rumah makan atau di warung makan yang ada wastafelnya, sebaiknya cuci tangan di wastafel walaupun disediakan mangkuk tempat mencuci tangan di meja. Karena air di mangkuk cuci tangan tidak mengalir, sehingga bakteri dan virus

tetap tergenang di air dan dapat menempel kembali ke tangan saat cuci tangan. Cuci tangan sebaiknya dilakukan menggunakan sabun, baik berupa sabun padat maupun cair. Karena sabun dapat membantu proses pelepasan kotoran dan kuman yang menempel di permukaan luar kulit tangan dan kuku. Dengan mencuci tangan yang benar menggunakan sabun maka kotoran dan kuman akan terangkat dan dapat membantu mengurangi resiko terinfeksi penyakit. Setelah dijelaskan mengenai hal - hal yang harus diperhatikan saat mencuci tangan, kita lanjutkan dengan pembahasan mengenai cara mencuci tangan yang baik dan benar. Badan kesehatan dunia, WHO pada tahun 2005 mengeluarkan pesan kesehatan untuk mencuci tangan dengan 7 langkah. Inilah 7 langkah mencuci tangan dengan baik dan benar : Gambar 2.1 Inilah 7 Langkah Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar

Berikut ini 7 langkah cuci tangan yang efektif : 1. Basahi kedua telapak tangan anda dengan air mengalir, lalu pakaikan sabun ke telapak tangan, usap dan gosok dengan lembut pada kedua telapak tangan. 2. Gosok masing - masing pungung tangan secara bergantian. 3. Jari jemari saling masuk untuk membersihkan sela - sela jari. 4. Gosokan ujung jari (buku - buku) dengan mengatupkan jari tangan kanan terus gosokan ke telapak tangan kiri bergantian, 5. Gosok dan putar ibu jari secara bergantian 6. Gosokan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian 7. Terakhir, menggosok kedua pergelangan tangan dengan cara diputar dengan telapak tangan bergantian setelah itu bilas dengan menggunakan air bersih dan mengalir, lalu keringkan. 5. Cara Pemberian Oralit dan Larutan Gula Garam A. Cara Pemberian Oralit Sediakan satu gelas (200 ml) air yang telah dimasak Masukan satu bungkus oralit ke dalam gelas Aduk sampai larut B. Cara Pemberian Larutan Gula Garam Gula satu sendok teh penuh Garam ¼ sendok teh Air masak satu gelas (200 ml) Campur diaduk sampai larut

C. Takaran Pemberian Oralit Untuk Penderita Diare Di bawah 1 tahun : 3 jam pertama 1,5 gelas selanjutnya 0,5 gelas setiap kali mencret Di bawah 5 tahun : 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret Anak di atas 5 tahun : 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 1,5 gelas setiap kali mencret Anak di atas 12 tahun dan dewasa : 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret